Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S9735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahayu Ekawati
"Economic Value Added (EVA) merupakan salah sate metode yang dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan yaitu dengan melihat the economic profit yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. The Economic Profit adalah selisih positif dari hasil kinerja suatu perusahaan dan diperoleh melalui perputaran dana yang ditanamkan dikurangi dengan biaya yang timbul dalam memperoleh dana-dana tersebut termasuk biaya kesempatan atas investasi yang dilakukan. Berbicara mengenai EVA sebagai metode penilaian kinerja suatu perusahaan dengan lebih menekankan sisi-sisi profitabilitasnya, maka EVA terbentuk dari komponen-komponen Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi dengan capital charges. NOPAT adalah laba operasional setelah dikurangi pajak yang dihitung untuk periode yang berakhir di 31 Desember setiap tahunnya, NOPAT lebih dipilih sebagai dasar perhitungan laba karena NOPAT lebih mencerminkan kegiatan riil dari suatu perusahaan. Sementara itu, capital charges yang merupakan variable pengurang dari NOPAT, terbentuk dari rata-rata tertimbang atas biaya modal (WACC) dikalikan dengan sumber pendanaan (Invested Capital) yang dihitung secara rata-rata. Selain dua hal tersebut, perhitungan EVA juga harus melalui beberapa komponen penyesuaian agar adanya distorsi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan akibat digunakannya system akrual dan distorsi atas pemenuhan standar akuntansi yang berlaku umum dapat diminimalisir Pemilihan metode EVA sebagai dasar penilaian kinerja pada bank-bank yang telah go publik lebih didasari atas kelebihan yang dimiliki oleh metode EVA itu sendiri dan kemudahan memperoleh data perbankan yang go publik untuk suatu kurun waktu tertentu. Kelebihan metode EVA adalah adanya biaya modal yang timbul akibat pendanaan yang dilakukan oleh suatu bank turut diperhitungkan sehingga dapat diketahui seberapa besar keefisienan pihak manajemen mengelola aktiva produktifnya. Selain itu, karateristik akun-akun pada bank juga merupakan suatu hal yang unik dimana bank dapat memperoleh pendapatan dari sisi kewajibannya atau disebut juga dengan earning liabilities management, sehingga yang harus diperhatikan adalah bagaimana caranya menghitung biaya modal pada perbankan sementara pada sisi kewajibannya terdapat dana pihak ketiga. Sehingga untuk meminimalisair kesalahan hitung dan pengkategorian hutang maka biaya modal pada perbankan dihitung dan biaya-biaya yang timbul untuk memproleh ekuitas yaitu dengan menghitung nilai required of return (k) yang diinginkan investor. Tugas akhir menganalisa penerapan metode EVA dalam penilaian kinerja bankbank yang telah go publik di Indonesia untuk periode 2001 dan 2002. Hasil perhitungan EVA tersebut akan diregresikan dengan harga saham masing-masing perusahaan yang dicerminkan oleh nilai MVA, kemudian regresi juga akan dilakukan antara total kinerja bank-bank go publik dengan MVA nya. Hasil analisa menunjukkan bahwa pada periode waktu 2001 dan 2002 bank-bank go publik secara rata-rata belum mampu mencapai nilai yang positif dan artinya bahwa secara umum bank-bank tersebut belum dapat menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya karena tidak efisien dalam memanfaatkan aktiva produktif yang dimilki atau dengan kata lain bank-bank tersebut belum mampu menjalankan kegiatan operasionalnya dengan biaya modal yang rendah. Sementara itu hasil regresi menunjukkan bahwa nilai EVA bare akan secara signifikan mempengaruhi naik turunnya harga saham yang direpresentasikan oleh MVA ketika MVA saat ini diregresikan dengan nilai EVA."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darya M. Wirabaya
"Kejatuhan Bursa Saham di Jakarta yang ditandai dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan pada periode November - Desember 1989 menimbulkan banyak opini dikalangan pelaku Bursa dan pelaku bisnis lainnya mengenai sebab terjadinya. Salah satu opini yang timbul adalah mempertanyakan perangkat analisa yang selama ini digunakan untuk menilai performance perusahaan yang telah go-public. Saat ini ada perangkat analisa performance yang paling populer di Amerika Serikat yang disebut dengan Economic Value Added. Penulis mencoba mengaplikasikan perangkat baru ini untuk menilai performance perusahaan di bursa Jakarta. Penulis membatasi penelitian hanya pada pengenalan suatu perangkat baru yang disebut EVA. EVA digunakan untuk meng-estimasi performance perusahaan. Penulis mencoba menerapkan EVA dalam meng-estimasi performance dari 2 (dua) perusahaan tekstil yang telah go-public. Hasil estimasinya akan diperbandingkan dengan nilai aktualnya yang terjadi di pasar. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan performance dari PT. Hadtex tidak stabil. Hal ini ditunjukkan oleh nilai EVA yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Sedangkan performance PT. Argo Pantes tidak baik. Hal ini ditandai dengan nilai EVA yang negatif dari tahun ke tahun. Kesimpulan yang didapat antara lain, kedua perusahaan tidak begitu baik dalam mengelola kapitalnya. Hal itu ditandai oleh return yang di dapat tidak sebanding dengan kapital yang digunakan. Di samping itu, adanya Idle capital yang cukup besar menunjukkan manajemen yang tidak baik. Secara umum performance kedua perusahaan yang diteliti menunjukkan hasil yang kurang baik. Penulis menyarankan perangkat EVA bisa saja digunakan disini. Ha nya saja harus dilakukan beberapa penyesuaian menyangkut kondisi bursa di sini. Ada baiknya EVA dijadikan dasar penentuan bonus dan incentif bagi para manajer. Bonus dan incentif diberikan atas dasar return yang dapat dihasilkannya. Hal tersebut akan merangsang manajer untuk menciptakan "value" bagi perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Andriawati
"Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan agar kegiatan operasional perusahaan terus berjalan. Tanggung jawab perusahaan bukan hanya kepada pemilik dan karyawan namun juga pada pemegang saham .Pengukuran kinerja dan prestasi dapat diukur berdasarkan laporan laba rugi dan neraca perusahaan dengan menggunakan analisa rasio. Namun analisa rasio tidak mencerminkan keseluruhan data apakah perusahaan tersebut dapat menambah nilai perusahaan pada tahun tersebut. Untuk dapat mengukur nilai tambah yang diciptakan perusahaan maka dapat digunakan metode Economic Value Added (EVA). Pendekatan EVA merupakan salah satu alat penilaian kinerja perusahaan yang lebih mencerminkan nilai bisnis secara riil dengan mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan kepada investor. Metode yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah melakukan analisa perhitungan dengan enggunakan laporan keuangan perusahaan tersebut. Perhitungan dilakukan pada PT. ABC yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan kompetitor yang berada di industri yang sama. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PT. ABC merupakan perusahaan yang paling stabil dan mempunyai tingkat return yang paling tinggi dibandingkan dengan kompetitornya. Nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan juga paling tinggi ini dibuktikan dengan harga saham PT. ABC di bursa saham paling tinggi dibandingkan kedua kompetitornya. Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa selain analisis rasio, metode EVA merupakan metode yang efektif dalam mengukur kinerja perusahaan. Pendekatan EVA dapat dijadikan tolak ukur tingkat kestabilan perusahaan dan dapat dijadikan rekomendasi dalam melakukan investasi.

The main purpose of the company is to maximize the profit, thereupon the operation of the company will continue smoothly. The company`s responsibility is not limited only to the owner and the employee, but also to shareholder. Performance measurement can be calculated based on financial statement (i.e income statement and balance sheet) with Ratio analysis. However, the result of ratio analysis is not really reflected whether the management can increase the value added or not. In measuring the value added of the company we can use the Economic Value Added (EVA) Method. EVA is an estimate of true economic profit after making particular adjustment, including the opportunity cost of equity capital. The method can be used to value the performance of the company in real amount, so investor could be considered to use it to know the real information of the company. One of the way to measure the company`s performance is doing the financial statement analysis based on Financial Statement from PT. ABC and then compare to the competitor in the same industry. The result shows that PT. ABC is the most effective company and got the highest return on equity among the competitors. Also, PT. ABC successful in creating value added and its shown on the market price . PT ABC got the highest stock market price among the others. The conclusion from the calculation above is the effective method in measuring company performance is Economic Value Added. The EVA method can be used in justifying the company`s return and the imperturbability. The investment recommendation also can fulfill by the EVA method."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26553
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mike Rousana
"Valuation (penilaian) merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Berbagai pendekatan baik secara fundamental maupun teknikal ditujukan untuk menjadi alat ukur yang berarti di dalam menilai kemajuan penciptaan value. Tujuan penelitian adalah meperkenalkan konsep EVA (Economic Value Added) sebagai satu teknik alat ukur kinerja operasional perusahaan yang dipercaya bisa mencakup keseluruhan kriteria penciptaan value. Akan dibuktikan apakah peningkatan atau penurunan harga saham perusahaan di pasar bisa dikaitkan secara langsung dan sejalan dengan peningkatan atau penurunan nilai EVA-nya. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui relevansi komposisi modal tertentu perusahaan dengan peningkatan atau penurunan nilai EVA-nya serta apakah ada keterkaitan perubahan EVA dengan perubahan persentase kepemilikan asing atas saham masing-masing perusahaan tersebut. Metoda analisa yang dipakai adalah dengan cara uji hipotesa dengan analisa korelasi Spearman's Rank dan pendekatan distribusi Kai-Kuadrat . Hasil perhitungan memperlihatkan tidak terdapat adanya korelasi antara EVA dan MVA (Market Value Added) masing-masing perusahaan, demikian pula antara perubahan EVA dengan perubahan persentase kepemilikan saham-saham perusahaan oleh investor asing. Sebaliknya, terdapat korelasi antara perubahan EVA dengan perubahan proporsi hutang dan proporsi saham/ modal sendiri. Keseluruhan analisa di atas dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan pasangan data. Analisa yang dilakukan langsung dengan mencari korelasi antar pasangan data memberikan kesimpulan yang sedikit berbeda dimana untuk periode penelitian 1991 dan 1992 EVA dan MVA berkorelasi sedangkan periode penelitian 1993 menunjukkan antara EVA dan MVA tidak ada korelasi. Penulis berkesimpulan bahwa harga saham di pasar lebih cenderung terbentuk karena faktor-faktor sentimen pasar, spekulasi dan sebagainya; investor melihat pada indikator kinerja perusahaan yang lain yang cenderung menyesatkan sehingga harga saham yang terbentuk juga merupakan cerminan dari indikator-indikator tersebut dan bukan EVA; kemungkinan pengaruh faktor eksternal seperti meningkatnya suku bunga Dalam dan Luar Negeri , isu devaluasi membawa pengaruh perubahan harga saham dan ini tidak ada kaitannya dengan kondisi internal perusahaan. Saran penulis idealnya konsep EVA ini diterapkan pada pasar modal yang bersifat semi-strong atau strong eficient dimana harga saham merupakan cerminan dari seluruh informasi yang tersedia di pasar. Selanjutnya transparansi kondisi internal perusahaan sangat diperlukan karena hanya dengan cara ini EVA yang akurat dari perusahaan bisa dihitung."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Indra Laksmana
"Kinerja perusahaan adalah suatu hal utama yang menjadi perhatian para stakeholders. Banyak metode yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian kinerja ini. Begitu pula halnya dengan kinerja suatu BUMN, dalam hal ini Perum Pegadaian. Walaupun sebagai suatu BUMN yang tetap memiliki kewajiban sosial bagi masyarakat, namun Perum Pegadaian tetap mempunyai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebagai pengukuran kinerja perusahaan.
Saat ini banyak BUMN termasuk Perum Pegadaian yang menggunakan nilai pengukuran menggunakan rasio-rasio keuangan seperti Return on Assets {RDA} atau Return on Investment (ROl). Dengan pertumbuhan yang terus meningkat seiama 10 tahun terakhir, maka tidak heran akan ditemui bahwa kinerja Perum Pegadaian yang diukur melalui rasio-rasio keuangan juga akan meningkat.
Salah satu hal yang berkaitan erat dengan hasil pengukuran kinerja adalah pemberian imbalan atas hasil usaha anggota perusahaan. Selama pengukuran kinerja hanya didasarkan pada ukuran keuangan seperti yang ada dalam laporan keuangan dan dicerminkan oleh rasio-rasio keuangan yang meningkat, maka hampir dapat dipastikan bahwa segenap karyawan akan selalu menikmati reward yang baik.
Yang menjadi perhatian kita semua adalah bahwa diketahui adanya banyak keterbatasan dalam suatu laporan keuangan, diantaranya karena dalam laporan keuangan mengandung berbagai potensi distorsi yang ditimbulkan oleh standar akuntansi yang berbeda-beda. Atas dasar itulah mulai dipikirkan adanya suatu dasar penilaian kinerja yang baru, yang walaupun tetap menggunakan dasar dari laporan keuangan namun disertai dengan berbagai penyesuaian yang perlu agar diperoleh suatu nilai yang lebih dapat diandalkan.
Dengan hadirnya konsep Economic Value Added (EVA) yang dapat pula digunakan dalam menilai kinerja perusahaan, maka diharapkan bahwa penilaian kinerja perusahaan akan menjadi lebih fair. Dalam konsep EVA, kinerja suatu perusahaan dikatakan baik apabila laba usaha meningkat tetapi bukan disebabkan oleh peningkatan modal. Jika ada peningkatan modal, maka modal tersebut dapat diinvestasikan ke dalam suatu proyek yang menghasilkan pendapatan melebihi biaya modal, maka hal ini juga akan dapat meningkatkan nilai EVA. Peningkatan EVA juga dapat terjadi bila modal dialihkan dari aktivitas usaha yang tidak meliputi biaya modal.
Dan hasil penelitian atas kinerja Perum Pegadaian dengan konsep EVA ditemulan hasil bahwa untuk tahun 2002 sampai dengan 2005, nilai EVA menunjukkan nilai yang positif. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa sebenarnya perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
Pada akhirnya, penelitian ini sesungguhnya ingin mencari kaitan antara kesesuaian antara standar yang digunakan oleh perusahaan dalam mengukur kinerjanya dengan kondisi rill yang terjadi bila standar kinerja diukur menggunakan metode yang berbeda. Di tengah persaingan usaha yang semakin ketat, adalah bijaksana bagi perusahaan untuk mempertimbangkan metode pengukuran kinerja lain yang sesungguhnya telah umum dan digunakan bahkan oleh para pesaing usahanya.

A company's performance is the main matter concerned by the stakeholders. Many methods are applicable to assess this performance. Similarly, this is true with the performance of a state-owned company (BUMN), or the state?s pawnshop (Perum Pegadaian), in this case. Although, being a state-owned company with social liability toward the people, Perum Pegadaian has it?s own target as determined by the government, in order to measure the company's performance.
Presently, there are many BUMNs, including Perum Pegadaian, which incorporate their financial ratios as measurement value, such as ROA (Return On Assets) or ROl (Return On Investment). Through it's continuous increment of growth within the last 10 years, it's beyond doubt that some time in the future the performance of Perum Pegadaian, measured through financial ratios, will improve significantly.
One thing related very much with the result of performance measurement is the indemnity upon the efforts of the company members. As long as the performance is measured based only on the financial achievements as provided in the financial reports and reflected by the increased financial ratios, then its almost certain that all employees are going to enjoy good rewards.
What we all concern is that there found so many limitations in a financial report, some of those are because the report in question has potential distortion in it, due to different accounting standards applied. Based on this situation, a new performance evaluation base begins to be introduced where, though still based on financial reports; it's equipped with a number of adjustments needed in order to obtain more reliable values.
With the presence of EVA (Economic Value Added) concept, which is also applicable for evaluating a company's performance, it's expected that the evaluation against a company's performance will be fairer In EVA concept, a company's performance is said to be good if its profit increases not because of capital increase. When there's increment in capital, then it may be invested in a project with revenue greater than the cost of capital, and this in turn will increase the EVA value. Increment in EVA can also take place if the capital is taken back from any business activity not involving cost of capital.
Based on the study on the performance of Perum Pegadaian using the EVA concept, it 's found that for the years of 2002 until 2005, EVA values showed up positively. Out of this result, it's able to say that actually the company had succeeded create any added value.
To conclude, this study actually wants to find the relationship between the adjusted standard implemented by a company in measuring its performance and the real condition taking place, should the performance standard has been measured using a different method In the middle of keep on stricter business competition, it's wise for a company to consider another method of performance measurement generally applied and even used by its business competitors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lyza Raessy Zainuddin
"Untuk dapat memperoleh gambaran yang tepat tentang perkembangan perusahaan, kita perlu mengetahui kondisi bisnis yang dijalankan perusahaan dalam beradaptasi terhadap lingkungan usaha yang selalu berubah. Laporan keuangan yang merupakan ringkasan dari kegiatan ekonomi yang dijalankan suatu perusahaan dapat mencerminkan kondisi perusahaan itu. Maka perlu dilakukan penilaian kinerja keuangan terhadap kondisi perusahaan. Dalam hal ini untuk menjadi salah satu bank terkernuka dapat kita kaji melalui pencapaian asset Bank Niaga.
Penelitian yang diiakukan berdasarkan laporan keuangan, bertujuan untuk melihat kinerja keuangan. Penilaian kinerja keuangan perusahaan merupakan usaha untuk mengukur efektifitas dan efisiensi kegiatan keuangan perusahaan selama periode tertentu, dimana kinerja keuangan sangat mempengaruhi visi dan mini yang hendak dicapai. Hasil penilaian kinerja perusahaan bermanfaat bagi pihak-pihak seperti, pemegang saham, kreditur, direksi atau manajemen dalam perusahaan. Kriteria yang dipakai dalam melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan berbeda-beda didasari tujuan dan kepentingan pihak-pihak terkait.
Untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan, manajemen hares mampu mengeloia sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Tetapi apakah pemegang saham memiliki suatu alas ukur yang tepat bagi kinerja manajemen yang telah dipilihnya, masih menjadi pertanyaan bagi pemegang saham.
Terdapat berbagai cara mengukur kinerja sebuah perusahaan yang sudah dikenal seperti Return on Equity (ROE) dan Return on asset (ROA). ROE merupakan salah satu pengukur kinerja yang telah lama digunakan. ROE merupakan rasio antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimilikinya, sen}akin tinggi ROE semakin besar keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap setiap ekuitas yang dimiliki. Tetapi ROE memiliki kelemahan-kelemahan yang mcnyebabkan ROE tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Sumber utania dari kelemahan tersebut berasal dari distorsi yang disebabkan oleh standar akuntansi yang dapat digunakan dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan.
Dikeiahui bahwa keunggulan dari ROE adalah dalam kemudahan perhitungannya. Tetapi kemudahan tersebut tidak dapat menutupi kekurangannya, yaitu adanya distorsi akuntansi yang menyebabkan kinerja perusahaan tidak dapat diukur secara akurat. Selain ilu ROE tidak memasukkan biaya kapital dalam perhitungannya. ROE juga tidak dapat langsung diperbandingkan antar perusahaan karena ada kemungkinan penggunaan metoda pencatatan yang berbeda dalam laporan keuangan perusahaan.
ROE tidak dianjurkan digunakan dalam nenilai kinerja perusahaan publik di Indonesia. Selain terdistorsi oleh prinsip akuntansi disinyalir banyak window dressing yang dilakukan manajemen yang dilakukan oleh inanajetnen sehingga laporan keuangan perusahaan menjadi terlihat baik.
Pada perkembangannya muncul berbagai ide dan upaya mencari metoda lain yang melihat sudut pandang yang berbeda dalam pengukuran kinerja perusahaan baik kualitatif maupun kuantitatif. Pada tahun 1980-an, Stern Stewart & Co., perusahaan konsultan yang didirikan pada tahun 1982, mengusulkan satu jenis metoda dari konsep barn ini, yaitu Economic Value Added (EVA). Konsep penilaian kinerja tersebut dimaksud untuk memperbaiki kelemahan pada metoda penilaian kinerja. Konsep EVA sederhana yaitu suatu perusahaan dikatakan dapat meningkatkan kekayaan peniegang sahamnya bila tingkat pengcmbaliannya lebih besar daripada biaya kapitainya. Cara menghitung EVA adalah dengan mengurangkan laba operasional bersih setelah pajaklnet operating profs after tar atau biaya disebut dengan NOPAT dengan biaya modal/cost of capital_ Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh penyedia modal jika modal tersebut diinvestasikan ditempat lain dengan resiko sebanding.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis dengan menggunakan penghitungan metode EVA_ Disamping itu juga penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang telah diciptakan old] manajemen PT. Bank Niaga, TBK dalam periode 2001-2005 dengan menggunakan konsep EVA sehingga hasil penilaian kinerja keuangan dapat mencerminkan nilai yang sebenarnya dari perusahaan.
Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan menggunakan metode kepustakaan (librwy research) dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang listing di BEJ dan laporan keuangan tersebut telah diaudit. Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi literatur yang didapat daii jurnal jurnal penelitian, buku referensi, artikel dan beberapa data dari website di internat. Selanjutnya dilakukan penghitungan EVA dengan beberapa penyesuaian terhadap angka akuntansi dalam laporan keuangan. Penghitungan akan dimulai dengan mencari NOPAT, biaya modal dan nilai akhir EVA.
Setelah melakukan penghitungan EVA langkah selanjutnya yaitu mengadakan analisis yang menjelaskan nilai EVA pada periode tersebut. Sumber data tersebut dapat mengukur kinerja manajemen PT. Bank Niaga, TBK dengan melihat ada tidaknya nilai tambah yang diciptakan bagi perusahaan selama periode penelitian.
Dari Penelitian, didapatkan hasil bahwa nilai EVA cenderung memiliki nilai yang positif selama tahun penelitian (2001-2005). Pada tahun 2002, sempat mengalami penurunan nilai EVA tetapi tidak mencapai angka negatif. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kenaikan capital charge yang banyak dipengaruhi oleh komponen biaya modal atas ekuitas dan tingginya suku bungs sertifikat Bank Indonesia.
Pada tahun 2003, terjadi penciptaan nilai tambah yang cukup signifikan, mencapi 100 %. Pada Tahun 2004 nilai EVA tetap positif, terdapat penurunan NOPAT dan penurunan capital charge dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan adanya peningkatan modal, Tahun 2005 penciptaan nilai EVA tetap positif dimana pada taliun ini peningkatan jumlab modal cukup tinggi dan dapat dikatakan nilai pencapaian modal yang lertinggi selama periode penelitian (2001-2005).
Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai EVA yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor external yang diluar kendali manajemen, seperti misalnya meningkatnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI rate), Sehubungan dengan itu maka disarankan agar hal-hal yang berada di bawah kendali langsung inenajemen khususnya yang dapat meningkatkan NOPAT lebih mendapat perhatian. Hal tersebut dapat diupayakan dengan cara meningkatkan pendapatan-pendapatan lainnya seperti meningkatkan fee based income (charges) yang dibebankan kepada nasabah.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah proporsi ekuitas perlu diturunkan, sehingga bersamaan dengan biaya modal atas ekuitas yang terus menurun sejak tahun 2002 sampai dengan 2005, dapat mendukung penurunan WACC dan capital charge inenjadi lebih efektif. Selama kurun waktu periode penelitian dari tahun 2001 sampai dengan 2005, biaya modal atas ekuitas sempat mengalami peningkatan pada tahun 2001 ke tahun 2002, tetapi pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 biaya modal atas ekuitas terus mengalami penurunan nilai.
Atas beberapa pertimbangan tersebut diatas diharapkan nilai EVA perusahaan dapat terus meningkat kedepannya, sehingga peifarmance kinerja keuangan PT. Bank Niaga, Tbk selalu semakin baik tiap tahunnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Budi Astuti
"Pengukuran dan penilaian kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena melalui pengukuran kinerja perusahaan dapat menilai dinilai sampai seberapa jauh tujuan perusahaan telah tercapai. Penelitian ini bertujuan mengtahui hasil pengukuran kinerja dengan metode konvensional dan dengan konsep Economic Value Added. Selain itu, penelitian ini bertujuan memberikan alternatif pengukuran dan penilaian kinerja yang lebih baik kepada manajemen. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian literatur dan penelitian lapangan, untuk memperoleh landasan teori dan data yang memadai. Hasil pengukuran metode konvensional menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT X baik dilihat dari analisis likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas. Hasil pengukuran kinerja PT X dengan konsep Economic Value Added mendukung hasil pengukuran metode konvensional, dimana PT X memiliki kinerja operasional ekonomis yang baik. Ini terlihat dari nilai EVA yang positif. Kelebihan pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep Eva adalah is dapat berdiri sendiri dan langsung dapat diberikan penilaian. Jika EVA lebih besar dari nol (EVA > 0) maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. Sementara EVA sama dengan nol (EVA = 0) menunjukkan posisi impas perusahaan. Sebaliknya kondisi EVA kurang dari nol (EVA< 0) menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan penyandang dana (investor dan kreditur). Sedangkan kelemahan EVA adalah sulit menghitung cost of equity bila perusahaan tidak memiliki analis keuangan. EVA dapat dijadikan alternatif pengukuran dan penilaian kinerja PT X. Pengalaman beberapa perusahaan di luar negeri menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki EVA positif cenderung harga sahamnya meningkat. PT X beberapa waktu ini harga sahamnya cenderung menurun bahkan dibawah harga perdana. Dengan adanya alternatif pengukuran kinerja menggunakan konsep EVA diharapkan harga saham PT X kembali meningkat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
S19187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifi Luckita
"Terpuruknya perekonomian Indonesia pada tahun 1996 sampai 1998 memberikan imbas terhadap menurunnya kinerja perusahaan hampir di setiap bidang usaha di Indonesia, salah satunya sektor properti dan konstruksi. Demikian pula dengan sektor perbankan Indonesia, di mana tingkat suku bunga dipengaruhi langsung oleh SBI menyebabkan banyaknya kredit usaha jangka panjang maupun jangka pendek yang tidak dapat diselesaikan kewajibannya. XYZ, salah satu pemasok galvanised iron sheet atau yang lebih dikenal dengan sebutan seng juga mengalami dampak penurunan kinerja bukannya hanya dari segi menurunnya penjualan seng itu sendiri tapi juga diakibatkan oleh tingginya suku bunga pinjaman modal kerja yang diterapkan pada masa itu.
Ketidakmampuan XYZ menyelesaikan kewajiban hutang kepada Bank Central Asia menyebabkan XYZ harus menyerahkan 97.69% sahamnya kepada PT Holdiko Perkasa sebagai pihak yang dibentuk oleh Bank Central Asia (BCA), Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan Salim Group untuk menyelesaikan seluruh kredit bermasalah yang berada di bawah pengelolaan BCA. Holdiko dipercaya untuk melakukan penjualan 108 aset perusahaan yang diambil alih BPPN untuk ditawarkan kepemilikan sahamnya kepada calon investor. Penawaran penjualan saham ini dilaksanakan secara terbuka. Pada Mei tahun 2001 97,69% saham XYZ telah teriual dengan nilai transaksi sebesar Rp.297,3 milyar kepada PT. ABC, sebuah special purpose vehicle, yang dibentuk oleh kelompok investor asing dan domestik.
Studi yang digunakan dalam penulisan ini adalah bersifat observasi perusahaan untuk mengukur kembali nilai perusahaan dan ekuitas dari XYZ. Diharapkan dengan demikian dapat ditinjau ulang apakah transaksi akuisisi yang dilakukan oleh para investor merupakan transaksi yang menguntungkan (good buy) bagi para investor. Selain itu, dilakukan perhitungan dan analisa apakah investasi ini menciptakan shareholder value added yang signifikan kepada pemegang saham.
Tinjauan ulang terhadap harga dilakukan dengan memproyeksikan kembali kemampuan perusahaan menghasilkan free cash flow to the firm (FCFF) selama periode lahun 2001 sampai 2005. Hasil proyeksi FCFF digunakan untuk melakukan valuasi perusahaan dan ekuitas produsen seng terbesar ini menggunakan valuasi discounted cash flows (DCF). Sedangkan perhitungan nilai tambah kepada pemegang saham (shareholder value added) dilakukan dengan menggunakan pendekatan residual income.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan alas corporate value, debt value, equity value serta SVA yang telah disebutkan pada paragraf di atas, data asumsi yang dipergunakan adalah asumsi netral, yaitu asumsi makro dan mikro ekonomi pada tahun 2000. Asumsi ini merefleksikan di mana perusahaan telah dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan sebesar 4%. Meningkatnya pertumbuhan sales, penurunan suku bunga pinjaman diiringi dengan penurunan inflasi memberikan peningkatan yang signifikan pada gross margin, operating margin dan net profit margin yaitu masing -masing sebesar 17%, 12% dan 12%.
Pendekatan beta sebagai salah satu komponen dalam perhitungan DCF dilakukan dengan menghitung rata-rata tertimbang Jakarta Comosite Index dengan beta dari dua perusahaan go public yang menggunakan baja sebagai bahan baku produksi. Perusahaan yang dipergunakan adalah PT Jaya Pori Steel Tbk dan PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk dengan rasing-masing beta bernilai 0.91 dengan bobot JCI 0.030% dan 1.25 dengan bobot JCI 0.002%. Hal ini dilakukan karena terbatasnya data yang tersedia untuk melakukan perhitungan beta pada perusahaan tertutup seperti XYZ. Hasil perhitungan menghasilkan beta perusahaan ini sebesar 0.93.
Berdasarkan hasil valuasi diperoleh bahwa nilai perusahaan dan nilai ekuitas XYZ masing-masing adalah sebesar Rp446,475 milyar dan Rp319,178 milyar. Hasil perhitungan ini memberikan gambaran bahwa investasi yang dilakukan menguntungkan para investor dengan pembayaran akuisisi lebih rendah sekitar 33% dari corporate value XYZ.
Hasil proyeksi cash flows diestimasikan XYZ dapat menciptakan arus kas rata-rata sebesar Rp100 milyar per tahun. Mengacu pada hasil ini, perhitungan Shareholder value added menunjukkan bahwa total nilai SVA PT. XYZ secara keseluruhan dari tahun 2001-2005 adalah sebesar Rp22,997 milyar. Namun, nilai SVA per tahun cenderung mengalami penurunan.
Kemampuan perusahaan menciptakan arus kas yang baik memberikan potensi baru bagi perusahaan untuk lebih kompetitif baik melalui pengembangan pangsa pasar dengan meningkatkan ulitilisasi beberapa line produksi khusus seperti seng berwarna (coloured GIS). Dengan meningkatnya line produksi seng warna yang saat ini hanya memiliki utilisation rate maksimal sekitar 16% dan penciptaan saluran distribusi yang lebih luas diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan GIS perusahaan sehingga memberikan tingkat profit yang lebih tinggi. Pertumbuhan tingkat profit yang lebih baik, pada akhirnya memungkinkan PT. XYZ meningkatkan nilai perusahaan dan shareholder value added di masa yang akan datang serta mempertahankan posisinya sebagai market leader produsen GIS di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>