Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220050 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Huda
"ABSTRAK
Cachexia merupakan masalah yang umum dialami oleh pasien kanker stadium
lanjut. Studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dilakukan untuk
memperoleh gambaran tentang pengalaman cachexia pasien kanker stadium lanjut
dan keluarga yang merawat di RS Kanker Dharmais. Data studi diperoleh dari
lima partisipan pasien dan lima partisipan keluarga. Temuan memberikan
informasi rinci tentang pengalaman cachexia pada pasien kanker stadium lanjut
dan keluarga yang merawat dengan enam tema utama yang sama yaitu 1)
pengetahuan yang kurang tentang cachexia, 2) gangguan biopsikososial, 3)
perubahan pola makan, 4) perhatian perawat yang dirasakan kurang oleh pasien
dan keluarga, 5) kebutuhan akan pendidikan kesehatan dan 6) kebutuhan akan
peningkatan fasilitas kesehatan. Pada keluarga terdapat satu tema tambahan yaitu
terjadinya konflik dalam keluarga. Kemampuan dalam melakukan asuhan
keperawatan yang menyeluruh pada akhirnya akan meningkatan status nutrisi
pasien dan mengurangi konflik dalam keluarga.

Abstract
Cachexia is a common problem for cancer patient in end stage.
Phenomenologycal approach of qualitative study was conducted to get illustration
regarding experience of end stage cancer patient with cachexia and their families
who were involved during treatment in the Dharmais Cancer Hospital. Study
result gathered from five participants constituted of five patients and five families.
The current study showed detail information about experience of end stage cancer
patient with cachexia and their families within six main themes, namely : 1) lack
of knowledge about cachexia, 2) Biopsychosocial disturbances, 3) diet pattern
disturbances, 4) lack of attention from nurse, 5) in need of health education and 6)
in need of improvement of health facilities. Particularly within families member
there were additional main theme, namely : conflict in family. Abilities in
establishing holistic nursing care will lead to increase patient nutrition level and
decrease conflict within families."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30951
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rahmadi
"ABSTRAK
Kanker paru merupakan kanker yang paling banyak dijumpai sebagai salah satu penyebab kematian didunia. Kaheksia sering terjadi pada pasien kanker paru dengan tingkat survival yang rendah. Kaheksia ditandai dengan penurunan berat badan yang berdampak pada berkurangnya jaringan lemak dan otot rangka, kelelahan dan inflamasi sistemik. Sitokin berhubungan dengan terjadinya inflamasi sistemik. Salah satu sitokin yang berperan adalah IL ndash;6. IL ndash;6 dapat menstimulasi pembentukan protein fase akut yang berperan menyebabkan penurunan berat badan pada kaheksia. Seperti diketahui bahwa miRNA berperan dalam proses myogenesis. Salah satu myomiR yang berperan adalah miRNA ndash;206. MyomiR ndash;206 merupakan kelompok myomiR yang terekspresikan pada otot rangka. MiRNA berperan penting sebagai modulator ekspresi gen, namun mekanisme terjadinya atropi otot pada kaheksia belum banyak diketahui. Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekspresi myomiR ndash; 206 pada pasien kanker paru yang mengalami kaheksia dan kaitannya dengan IL ndash;6. Ekspresi miRNA diukur dalam serum darah pasien dengan menggunakan RT-qPCR. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan ekspresi myomiR ndash;206 antara kelompok pre kaheksia dengan kelompok kaheksia namun tidak bermakna secara statistik. Sedangkan perbedaan IL ndash;6 antara kelompok prekaheksia dengan kaheksia menunjukkan hubungan bermakna secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan ekspresi myomiR ndash;206 pada pasien kanker paru yang mengalami kaheksia namun tidak bermakna secara statistik dan berkaitan dengan IL ndash;6.

ABSTRACT
Lung cancer is the leading cause of cancer related deaths worldwide. Cachexia are frequently observed in lung cancer patients and associated with poor survival. Cachexia is characterized by a significant reduction in body weight resulting predominantly from loss of adipose tissue and skeletal muscle, fatique and systemic Inflamation. Cytokines are related to systemic inflammation . One of these cytokines is IL ndash 6. IL ndash 6 stimulates the synthesis of acute phase proteins are important in promoting weight loss in cachexia. In Additional, miRNAs have been identified and shown to have an important role in myogenesis. One of these myomiRs is miRNA ndash 206. MyomiR ndash 206 is expressed in skeletal muscle. MiRNAs are important modulators of gene expression but their role the atrophy muscle in cachexia is unknown.This research was a cross sectional study. The aim of this study was to see expression of myomiR ndash 206 in lung cancer patient with cachexia in correlation with IL ndash 6. MicroRNA expression was measured from serum of blood using RT qPCR.. These results, There was difference expression of myomiR ndash 206 in lung cancer patient between precachexia and cachexia but there was no significant in statistic. There was significant in IL ndash 6 between precachexia and cachexia. Our results suggest that there was difference expression of myomiR ndash 206 in lung cancer patient with cachexia but there was no significant statistic and associated with IL ndash 6."
2017
T55638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa
"Latar belakang: Kanker sel skuamosa (KSS) lidah adalah keganasan rongga mulut tersering dengan prognosis terburuk. Insiden KSS lidah cenderung meningkat dan semakin banyak pada usia kurang dari 45 tahun. Hampir semua pasien kanker kepala leher mengalami malnutrisi saat didiagnosis kanker. Tiga puluh satu persen pasien KSS kepala leher dengan kaheksia memiliki disease-free survival lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak kaheksia. Modalitas terapi KSS lidah seperti radioterapi, kemoterapi, pembedahan, maupun kombinasi ketiganya dapat memperburuk malnutrisi atau kaheksia yang telah terjadi jika tidak ditatalaksana dengan baik. Terapi medik gizi diperlukan pada pasien KSS lidah yang menjalani radioterapi untuk mencegah malnutrisi atau kaheksia.
Metode: Pasien KSS lidah berusia 41-53 tahun. Tiga pasien berjenis kelamin perempuan dan satu orang laki-laki. Dua pasien telah menjalani pembedahan, semua pasien menjalani radioterapi bersamaan dengan kemoterapi. Satu pasien memiliki hasil skrining MST kurang lebih 5, dan selebihnya memiliki nilai 4. Pemantauan dilakukan sebelum, saat, dan sesudah radioterapi meliputi keluhan subjektif, kondisi klinis, pemeriksaan laboratorium, antropometri, komposisi tubuh, kapasitas fungsional dan analisis asupan. Keempat pasien mendapatkan edukasi nutrisi, oral nutrition support (ONS), suplementasi vitamin dan mineral serta asam lemak omega-3.
Hasil: Keempat pasien dapat meningkatkan asupan makanannya. Pasien mengalami penurunan berat badan, tiga pasien mengalami kenaikan berat badan pasca radioterapi. Dua pasien menggunakan NGT serta memiliki penyulit berupa hipertiroid subklinis dan DM tipe 2. Pasien mengalami anemia, dua di antaranya mengalami perbaikan kadar Hb. Terjadi penurunan massa otot namun terdapat perbaikan kekuatan genggaman tangan dan skor EGOG.
Kesimpulan: Terapi medik gizi dapat memperbaiki keluaran klinis, kapasitas fungsional, antropometri, dan laboratorium terutama pada pasien tanpa penyulit

Background. Squamous cell carcinoma of the tongue (SCCOT) is the most common oral cavity cancer with the worst prognosis. The incidence of SCCOT tends to increase at the age of less than 45 years old. Almost all head and neck cancer patients are malnourished at the time of diagnosis. Thirty-one percent of head and neck SCC cachexia patients have a lower disease-free survival than non cachexia. Modalities of tongue SCC therapy such as radiotherapy, chemotherapy, surgery, or a combination of all three can worsen malnutrition or cachexia that has occurred if it is not managed properly. Early medical nutrition therapy is required in SCCOT patients undergoing radiotherapy to prevent cachexia or malnutrition.
Method. Four SCCOT patients 41-53 years old. Three patients were females and one patient was male. Two patients underwent surgery, and all patients underwent concurrent radio-chemotherapy. One patient had MST score more less than 5, and the rest had a score of 4. Monitoring was carried out before, during and after radiotherapy including subjective complaints, clinical conditions, laboratory examinations, anthropometry, body composition, functional capacity and food intake analysis. Four patients received nutritional education, oral nutrition support (ONS), supplementation of vitamins and minerals and omega-3 fatty acid.
Results. All patients can increase their food intake. Patients experienced weight loss, most of them experienced weight gain after radiotherapy. Two patients used tube feeding and had complications of subclinical hyperthyroidism and type 2 diabetes. Patients had anemia, two of them had improved hemoglobin level. There was a decrease in muscle mass but there was an improvement in the strength of hand grip and EGOG score, especially after radiotherapy.
Conclusion. Medical nutrition therapy can improve clinical outcomes, functional capacity, anthropometry, and laboratory especially in patients without complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Permata Sutan
"Kaheksia merupakan sindrom multifaktorial yang menyebabkan gangguan fungsional progresif dan tidak dapat ditangani dengan terapi nutrisi konvensional. Kaheksia dijumpai pada 45% penderita kanker dan bila tidak diatasi dapat menyebabkan kematian 22% pasien kanker. Terapi medik gizi merupakan bagian dari terapi multimodal yang direkomendasikan dalam tatalaksana kaheksia dengan tujuan menjaga atau meningkatkan asupan makan, status gizi, dan kapasitas fungsional. Serial kasus ini melaporkan empat pasien kaheksia pada kanker dengan intake sulit berusia 42-53 tahun. Tiga pasien berstatus gizi normal, sedangkan satu pasien obes berdasakan kriteria World Health Organization (WHO) Asia Pasifik. Terapi medik gizi diberikan sesuai pedoman pada kanker dengan target pemberian energi sesuai Kebutuhan Energi Total (KET) masing-masing pasien yang dihitung dari Kebutuhan Energi Basal (KEB) yang dikalikan dengan faktor stres 1,5. Protein diberikan minimal 1,2 g/kgBB/hari untuk pasien dengan fungsi ginjal normal dan 0,8 g/kgBB/hari untuk pasien dengan penyakit ginjal kronis. Nutrien spesifik asam amino rantai cabang (AARC) dipenuhi melalui pemberian bahan makanan sumber dan oral nutrition supplementation (ONS). Keempat pasien pulang dengan perbaikan asupan makan dan peningkatan kapasitas fungsional. Status gizi keempat pasien dapat dipertahankan selama perawatan. Terapi medik gizi dapat meningkatkan asupan makan, menjaga status gizi, dan meningkatkan kapasitas fungsional pasien kaheksia pada kanker dengan intake sulit.

Cachexia is a multifactorial syndrome responsible for progressive functional impairment that cannot be overcome with conventional nutrition therapy. Cachexia was found in 45% of cancer patients and will lead to death in 22% cancer patients. Nutrition therapy is a part of multimodal therapy that was recommended in cachexia therapy to maintain or increase food intake, nutritional status, and functional capacity. This case series report four cancer cachexia patients with low intake aged 42-53 years old. Three patients have normal nutritional status, while one patient is obese based on World Health Organization (WHO) for Asia Pacific criteria. Nutrition therapies were given based on cancer guideline with energy target prescriptions according to total energy requirements for each patients. Proteins were given with minimal 1,2 g/kgBW/day for patients with normal kidney function and 0,8 g/kgBW/day for patient with chronic kidney disease.  Specific nutrient branched-chain amino acids (BCAA) requirements are fulfilled by administration of Oral Nutrition Supplementation (ONS). All four patients were discharged with improvements in food intake and functional capacity. No nutritional status were declined during hospitalization. Medical nutrition therapy could improve food intake, maintain nutritional status, and improve functional capacity in cachexia cancer with low intake patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indah Suciarti
"Trastuzumab adalah produk bioteknologi terbaru dalam pengobatan kanker payudara. Antibodi monoklonal ini bekerja langsung pada targetnya yaitu reseptor HER2 (Human Epidermal growth factor Receptor-2). Harga obat ini sangat mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pola pengobatan 61 data rekam medis pasien kanker payudara yang memiliki HER2+ di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta selama periode September 2003 hingga Maret 2006. Hasil dari uji chi-square menggunakan likelihood ratio menunjukkan bahwa ada hubungan antara penjamin biaya pengobatan terhadap jenis pengobatan (p< 0,05). Sedangkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan jenis pengobatan (p>0,05). Hasil survei deskriptif menunjukkan bahwa kelompok usia 40 - 49 tahun memiliki persentase kanker payudara yang memiliki HER2+ terbesar (36,1 %), stadium yang tertinggi persentasenya adalah stadium IV (19,7 %), serta pasien yang mempunyai riwayat kanker keluarga adalah sebanyak 10 dari 17 pasien (58,82 %), sedangkan 44 pasien tidak diketahui datanya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cherlin, Andrew J.
London: McGraw-Hill, 2002
306.85 Che p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siojang, Baso
Sulawesi Tengah: P-2 NB, 1998,
306 Fun (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryanih
"Perawat memegang peranan penting dalam pemberian asuhan keperawatan serta mendampingi pasien dengan kanker ginekologi selama 24 jam. Pada pelaksanaan, belum semua perawat melakukan pengkajian psikoseksual ketika memberikan asuhan pelayanan keperawatan untuk menggali masalah seksual akibat terapi yang dialami oleh pasien kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat yang bekerja diunit ongkologi dalam mendiskusikan isu seksual dengan pasien dan penyintas kanker ginekologi. Secara keseluruhan fenomena yang didapatkan dalam penelitian ini adalah suatu gambaran pengalaman perawat dalam mendiskusikan isu seksual dengan pasien kanker ginekologi. Penelitian dengan metode kualitatif dengan desain fenomenologi ini melibatkan sampel sepuluh partisipan. Analisa hasil penelitian dilakukan dengan cara analisa isi dengan menyimpulkan pernyataan partisipan menjadi tema dalam penelitian.
Penelitian ini menemukan lima tema utama yang berkaitan dengan pengalaman perawat dalam mendiskusikan isu seksual dengan pasien kanker ginekologi yaitu persepsi perawat tentang pelayanan psikoseksual, hambatan yang ditemukan perawat ketika mendiskusikan isu seksual dengan pasien kanker ginekologi, menemukan masalah yang mengganggu seksualitas pada pasien kanker ginekologi, cara/upaya perawat memperoleh dukungan dalam membantu masalah psikoseksual pada pasien kanker ginekologi, kebutuhan perawat terhadap implementasi pelayanan psikoseksual pada pasien kanker ginekologi. Pelayanan psikoseksual pada pasien kanker ginekologi dapat ditingkatkan dengan adanya diskusi isu seksual dengan pasien kanker ginekologi. Perawat diharapkan dapat melakukan pengkajian psikoseksual di dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien kanker ginekologi.

Nurses play an important role in providing nursing care as well as assisting gynecologic cancer patients for 24 hours. In fact, not all nurses do a psychosexual assessment when providing nursing care in order to explore sexual problems related to the cancer therapy experienced by the patients. This study aimed to explore the experiences of nurses who work in oncology unit in discussing sexual issues with the patients and survivors of gynecologic cancer. Overall phenomenon obtained in this study was an overview of nurses experiences in discussing sexual issues with gynecologic cancer patients. This study applied a qualitative method with phenomenological design. The samples were ten participants. The results were analyzed using content analysis by concluding the participants statements to become the research themes.
This study identified five main themes related to nurses experiences in discussing sexual issues with gynecologic cancer patients, including nurses perceptions of psychosexual services, the obstacles found by nurses when discussing sexual issues with gynecologic cancer patients, finding problems that interfere with sexuality in gynecologic cancer patients, nurses attempts to obtain supports in helping psychosexual problems of gynecologic cancer patients, nurses needs to the implementation of psychosexual services for gynecologic cancer patients. Psychosexual services for gynecologic cancer patients can be improved by the presence of sexual issues discussion with gynecologic cancer patients. Nurses are expected to do a psychosexual assessment in providing nursing care to gynecologic cancer patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhaniyah
"ABSTRAK
Remaja merupakan masa peralihan yang memiliki proses perkembangan yang
berbeda dengan usia anak-anak dan dewasa. Adanya diagnosis kanker pada masa
remaja akan menimbulkan berbagai macam respon fisik dan respon psikologis
bagi mereka. Tujuan penelitian ini ingin mengeksplorasi pengalaman dan
mekanisme adaptasi remaja yang didiagnosis penyakit kanker. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif.
Partisipan penelitian ini terdiri dari tujuh orang remaja dengan penyakit kanker.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam berdasarkan tujuan
penelitian. Analisis data hasil wawancara menggunakan tahapan analisis menurut
Colaizzi. Temuan hasil penelitian ini antara lain: respon dan adaptasi fisiologis,
respon dan adaptasi psikologis, dimensi kebutuhan, dimensi sosial, dimensi
konsep diri, dimensi aktivitas, serta harapan dan upaya untuk sembuh.
Rekomendasi hasil penelitian ini ditujukan pada perawat anak yang mungkin akan
berhubungan langsung dengan remaja penderita kanker dalam membantu mereka
untuk menggunakan strategi yang adaptif dalam menghadapi diagnosis kanker
dan efek terapi kanker.

Abstract
Adolescence is a transition period which has a different developmental process
with childhood and adults period. Cancer diagnosis during adolescence can cause
a variety of physical and psychological responses. The purpose of this study is to
explore the experience and adaptation mechanisms of adolescents who diagnosed
with cancer. This study use a qualitative method with descriptive
phenomenological approach. Participants of this study consisted of seven
adolescents with cancer. Data is collected by in-depth interviews. Data is analyzed
according to Colaizzi?s stage data analysis. The findings of this study include:
response and physiological adaptation, response and adaptation of psychological,
adolescence with cancer needs, social dimension, self concept dimension,
dimensions of activity, as well as the hopes and efforts of adolescent cancer to
heal. Recommendations of this study is aimed at pediatric nursing to help
adolescent with cancer in use an adaptive strategy in dealing with cancer
diagnosis and side effects of cancer therapy."
2012
T30942
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>