Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66897 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halimatussaadiyah Anar
"Skripsi ini membahas perancangan parametrik dalam arsitektur sebagai salah satu bentuk penggunaan logika dalam proses perancangan. Mulai dari definisi parameter dalam perancangan, faktor pembentuk, proses pembentukan hingga metode modifikasinya. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang perancangan menggunakan parameter sebagai alat pembentuk rancangan. Menggunakan metode studi literatur yang bersumber dari buku, majalah, jurnal, tesis dan media elektronik untuk mendalami teori tentang parameter dan menganalisis studi kasus untuk melihat praktik nyata perancangan parametrik. Studi memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan parameter dalam perancangan dibandingkan dengan perancangan konvensional.

Focus on this study is about parametric design in architecture as a form of using logic in design process. Begin with the definition of parameter in design, forming factors, forming process and modification methods. The aims of this study is to know more about design that using parameter as a tools to create form. Doing literatures study method using books, magazines, journals, thesis and digital media as a source of references to understand the theories about paramater and case study to see a real work of parametric design. Study shows some advantages of using parameters in design instead of none."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42713
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Djaya Atmadja
"Skripsi ini membahas peran sketsa dalam tahapan merancang arsitektur terkait dengan penyajian pesan yang ingin disampaikan. Sketsa yang dibuat langsung menggunakan tangan dengan kualitas cepat dan bebas, merupakan salah satu representasi dan komunikasi ide arsitektur dalam proses perancangan. Sketsa merupakan proses berpikir visual terkait eksternalisasi mental image arsitek dalam penggagasan ide-ide arstekturnya. Ide arsitektur ini dieksternalisasi dalam perwujudan elemen visual yang ada pada sketsa. Hal ini berkaitan dengan potensi dan peranan sketsa yang mungkin digunakan dalam berbagai tahapan merancang.

This study discusses about the role of sketches in architectural design process associated with the presentation of the idea. Sketches, drawing that are made directly by hand with fast and free qualities, is one of the representation and communication of architecture ideas in design process. Sketches are visual thinking process related to externalization of architect's mental image in initiating his her architectural ideas. The architectural idea is externalized in the embodiment of visual elements that exist in the sketch. It relates to the potential and role of sketches that may be used in various stages of architectural design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Aditya
"Tesis ini berfokus pada proses transformasi representasi model melalui investigasi kerangka encoding-decoding-recoding untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru potensi hasil baru dari model arsitektur. Dalam desain arsitektur, memungkinkan cara-cara inovatif dalam menemukan bentuk untuk menghasilkan model representasi arsitektur yang baru dan tak terlihat sangatlah penting. Namun, pengembangan alat desain komputasi masih kekurangan fitur untuk memahami kualitas arsitektur yang melibatkan aspek bermakna ruang digital. Kemajuan teknologi dengan transformasi data memberikan kemungkinan baru untuk memahami fitur spasial sebagai teknik berbasis data dan menggunakan pengetahuan yang dikumpulkan untuk menyimpulkan aspek kualitatif ruang arsitektur agar lebih bermakna. Dengan menganalisis data dalam jumlah besar, arsitektur pada akhirnya dapat memprediksi perubahan di masa depan. Dengan menggunakan beberapa studi kasus yang berbeda, penelitian ini mengusulkan kombinasi eksperimental ketiga metode tersebut yang memungkinkan berbagai kemungkinan bentuk. Kemudian, temuan ini akan memungkinkan encoding-decoding-recoding arsitektur spasial menjadi lebih terkuantifikasi berdasarkan pemahaman operasi antara data, program, dan hasil pencarian bentuk yang lebih dapat diprediksi dalam desain arsitektur.

This thesis focuses on the transformation process of model representation through the investigation of an encoding-decoding-recoding framework to explore new possibilities for potential new results from architectural models. In architectural design, enabling innovative ways of finding form to produce new and unseen models of architectural representation is essential. However, the development of computational design tools still lacks features for understanding architectural qualities involving meaningful aspects of digital spaces. Technological advances with data transformation provide new possibilities to understand spatial features as a data-driven technique and use the knowledge gathered to infer the qualitative aspects of architectural spaces to make them more meaningful. By analyzing large amounts of data, architecture can ultimately predict future changes. Using several different case studies, this research proposes an experimental combination of the three methods that allows for various possible forms. Then, these findings will allow the encoding-decoding-recoding of spatial architecture to be more quantified based on an understanding of the operations between data, programs, and more predictable form search results in architectural design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Smithies, Kenneth W.
Bandung: Intermedia, 1982
729 SMI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Fitriyanti
"Dalam beberapa tahun terakhir, desain komputasional telah mengubah paradigma desain tradisional dengan memungkinkan penciptaan desain yang lebih efisien melalui teknik digital. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi arsitek di era digital ini adalah tantangan dalam menghasilkan desain berkelanjutan untuk menjaga keberlangsungan hidup antara manusia dan alam. Biomimetik, pendekatan yang meniru strategi dan prinsip alam, dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan ini. Studi ini membahas implementasi pendekatan biomimetik dalam desain komputasional untuk menghasilkan sebuah visualisasi proses desain biomimetik hingga akhirnya dapat menghasilkan desain inovatif berbasis alam. Studi ini dilakukan melalui studi literatur, kuesioner, dan studi kasus. Studi kasus dilakukan dengan mengimplementasi pendekatan biomimetik dalam proses desain komputasional, sehingga dapat menciptakan envelope bangunan yang adaptif terhadap konteks lingkungan terutama intensitas cahaya matahari. Proses ini akan melibatkan tiga tahap utama yaitu knowledge, abstraction, dan application. Ketiga tahap ini dilewati dengan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip biologis dan adaptasinya dalam konteks desain arsitektur. Tujuan dari studi ini adalah mengivestigasi potensi integrasi pendekatan biomimetik dengan desain komputasional, serta memberikan visualisasi proses desain komputasional yang mengimplementasikan pendekatan biomimetik dalam menghasilkan sebuah envelope bangunan yang mengadaptasi prinsip alam.

In recent years, computational design has transformed the traditional design paradigm by enabling the creation of more efficient designs through digital techniques. One of the main challenges faced by architects in this digital era is the need to produce sustainable designs to maintain the coexistence between humans and nature. Biomimetic, an approach that mimics the strategies and principles of nature, can provide a solution to this challenge. This study discusses the implementation of the biomimetic approach in computational design to produce a visualization of the biomimetic design process, ultimately leading to innovative nature-based designs. The study is conducted through literature review, questionnaires, and case studies. The case study involves implementing the biomimetic approach in the computational design process to create a building envelope that adapts to the environmental context, particularly sunlight intensity. This process involves three main stages: knowledge, abstraction, and application. These stages are undertaken with a deep understanding of biological principles and their adaptation in the context of architectural design. The aim of this study is to investigate the potential integration of the biomimetic approach with computational design and provide a visualization of the computational design process that implements the biomimetic approach in creating a building envelope that adapts natural principles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Syam
"Tesis ini mengungkap salah satu aspek penyusun atmosfer dalam arsitektur, yaitu quasi. Ide ini berawal dari problematika diskursus materialitas yang selalu berkutat pada form dan hardware dari arsitektur, namun masih sedikit yang berbicara mengenai aspek materialtas dan karakteristik ruang yang menghubungkan antara manusia dengan arsitektur. Quasi dalam atmosfer kemudian menjadi penting, sebab kehadiran quasi mampu menghadirkan arsitektur yang bersifat immaterial, amorphic, dan transcendental, yang mengubah material dan things dalam atmosfer menjadi Quasi-Material dan Quasi-Things. Kemampuan yang dimiliki oleh Quasi-Material dan Quasi-Things dapat dikembangkan menjadi sebuah Metode Desain Arsitektur yang menghubungkan arsitektur dengan manusia. Metode desain arsitektur dengan menggunakan Quasi-Material dan Quasi-Things dapat memindahkan fokus desain, dari atmosfer yang terbentuk secara accidental, menjadi intentional. Metode ini memberikan kebebasan pada arsitek untuk bereksplorasi dalam merancang atmosfer yang dituju tanpa harus memikirkan bentuk. Posisi form dalam metode ini adalah hasil dari rancangan atmosfer yang terbentuk dalam arsitektur. Melalui rangkaian eksperimen dan skenario alur lintasan matahari sebagai batasan desain, arsitektur yang dirancang dengan menggunakan metode Quasi-Material dan Quasi-Things mampu menghadirkan atmosfer yang terdesain untuk mempertahankan kualitas atmosfer ruangnya sehingga dapat memaksimalkan pengalaman sensori manusia.

This thesis unveils quasi as one of the components of atmospheres inside architecture. This idea emerges from problematical discourse in materiality, which likely talks about form and the hardware of architecture. However, the literature on aspects of materiality and spatial characteristics that connect humans with architecture is still less adequate. Quasi as the component of the atmosphere became important because the presence of quasi could project an immaterial, amorphic, and transcendental architecture that could turn material and things (in the atmosphere) into quasi-material and quasi-things. The capability of those quasi-material and quasi-things can be developed into architecture design methods that could connect the relationship between humans and architecture. Quasi-material and quasi-things as architecture design methods could shift the design focus from an accidental-formed atmosphere into an intentional-formed atmosphere. This method removes the architect’s circumscription to explore and design their own desired atmosphere without concern about form. This method makes form as a result of the atmospheric design that is formed in the architecture. Through several experiments and scenarios of the sun’s path as a design limitation, architecture designed using the quasi-material and quasi-things method is able to present a design atmosphere to maintain the quality of the spatial atmosphere and maximize the human sensory experience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadisha Amelia Febrianti Rahayu
"ABSTRAK
Kolase, sebagai salah satu media representasi dalam arsitektur, memiliki peran yang kompleks dalam menghasilkan sebuah forma. Kolase menjadi representasi dari ide dan berperan sebagai cerita yang dikemas dalam bentuk diagram. Cerita ini kemudian melewati proses transisi dari media 2-dimensi menjadi memiliki kualitas ruang atau media 3-dimensi, baru kemudian dibangun sebagai sebuah arsitektur. Proses transisi kolase mengakibatkan munculnya ambiguitas. Kemunculan ambiguitas terjadi pada saat eksplorasi konsep kolase, penerjemahan kolase sebagai ruang 3-dimensi, dan juga pada saat arsitektur tersebut berdiri dan dicoba pahami oleh pengguna. Keberadaan ambiguitas menyebabkan proses eksplorasi dan pemahaman pada bangunan memiliki beragam persepsi. Akibatnya, dapat muncul beragam arti dari satu cerita. Ambiguitas dapat dilihat sebagai sebuah instrumen yang menghubungkan arsitek dan user. Ambiguitas juga yang memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih mendalam pada potensi yang sudah ada dalam sebuah arsitektur dan memungkinkan terjadinya integritas persepsi dalam mengkomunikasikan suatu ide dalam penerjemahannya.

ABSTRACT
Collage, as a form of many architectural representation media, has a complex role in producing architectural form. Collage is a representation of an idea and has a role as a story that is conveyed as diagram. The story would go through transitional process from a 2-dimensional media into the spatial quality or a 3-dimensional media, then it is translated into architectural form. The transitional process in collage may result in ambiguity in several stages; during the concept exploration of collage, the translation of collage into 3-dimensional form, and when the architecture based on collage concept is realized and experienced or understood by the users. The collage character of ambiguity might affect exploration process and the understanding of the building, causing diverse perception among users. As a result, there could be various meanings produced from one particular story. Ambiguity could be seen as a tool that connects architect and users. Ambiguity would also allow a deeper understanding on existing potential in architecture and also the integrity of perception in communicating an idea within its translation."
2015
S58157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimantya Septian Dwi Cahyo
"Tesis perancangan dalam hal ini membahas tentang penelusuran ruang dengan kondisi tanpa gravitasi melalui pembongkaran yang dilakukan pada ruang virtual untuk megetahui sejauh mana karakteristik ruang tersebut dapat hadir dalam ruang cartesian (tiga dimensi). Ruang yang dihadirkan adalah ruang persepsi dengan menghilangkan unsur gravitasi sehingga subyek yang berada dalam ruang tersebut mengalami disorientasi terhadap elemen arsitektural yang berupa atap, dinding dan lantai, sehingga elemen arsitektur tersebut menjadi samar secara esensi. Pemrograman perancangan didasarkan pada konfigurasi ruang tanpa gravitasi secara nyata melalui penelusuran terhadap modul ruang pesawat antariksa (ISS) yang didukung dengan beberapa teori ruang anti gravitasi. Melalui penelusuran ini diharapkan dapat dijadikan suatu metode dalam perancangan sehingga representasi ruang yang terjadi dapat dikembangkan sebagai konsep perancangan ruang arsitektural.

This thesis discusses about investigating space with zero gravity condition by tracing visual in virtual space to determine the extent of spatial characteristics that may be present in cartesian space. Space that presented is about perception by eliminating the gravity so that the subjects has disorientation to it's architectural elements (ceiling, wall and floor) and the architectural elements become vague in its essence. Programming design based on spaceship (International Space Station) and supported by anti gravity space theory. This assesement is expected to be a method in architectural design so that the representation of the space can be develop as an architectural design concept."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Hidayatullah
"Ketika sebuah ilmu eksak menjadi sebuah dasar pemikiran dalam perancangan arsitektur interior, terciptalah sebuah kualitas ruang yang berbeda dari pada umumnya. Melalui salah satu ilmu eksak tersebut yaitu fisika, mencoba menerapkan salah satu cabang keilmuannya. Yang di ambil adalah hukum Newton, mengenai pembelajaran mengenai pergerakan suatu benda dan free fall bodies. Bagaimana hukum Newton itu mengintervensi ruang dengan cara kinetik. Dimana kinetik adalah sebuah seni perpindahan yang tercipta melalui sebuah interkoneksi satu sama lainnya melalui tiga jenis medium, yaitu fluida, cahaya, dan benda solid. Yang mana medium-medium tersebut dijadikan program ruang pada perancangan arsitektur interior. Seberapa besar hal-hal tersebut mempengaruhi sebuah kualitas ruang pada perancangan interior. Sehingga nantinya menciptakan sebuah bangunan baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Dan menciptakan sebuah inovasi baru dalam dunia arsitektur interior mengenai sebuah perpindahan.

When a science become a rationale in interior architecture design , creates a different quality of space in general. Through one of the science that’s physics, try applying one of the scientific branches. Law of Newton was choosen, learning about the movement of an object and the free fall bodies. How does Newton's law intervening space with a kinetic way. Where Kinetic is an art of movement that is created through an interconnect with each other through the medium like, fluid, light, and solid. Which is used as a medium courses in designing space in interior architecture design. How big these things are affect a quality of space in the interior design. So it will create a new building that had not previously been unthinkable. And create a new innovation in the world of interior architecture regarding a movement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54667
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Rizky Hidayat
"The evolution of architectural design and its parallels with cinematic settings reflect a shared pursuit of timeless, functional, and aesthetically resonant spaces. This study explores the interplay between timeless architectural principles, as outlined in John Ruskin’s The Seven Lamps of Architecture, and the spatial design of the film Dune (2021). Using a qualitative approach, the study examines how the film’s setting aligns with principles such as Power, Life, Memory, and Obedience, demonstrating architecture’s ability to transcend functionality and evoke lasting emotional and symbolic resonance. The analysis highlights how Dune uses architectural elements to construct a futuristic yet historically rooted world, blending brutalist and organic design to adapt to its desert environment while serving the narrative's emotional and functional needs. While the film deviates from Ruskinian ideals of beauty and truth in material expression, it provides a compelling case for how fictional architecture can inspire real-world innovation. The findings suggest that collaboration between architecture and film offers a platform for reimagining the built environment, inspiring architects to push the boundaries of imagination while addressing challenges like urbanization and climate change. Dune shows that architecture in cinema is not just a backdrop but an active participant in storytelling, offering lessons in creating timeless and adaptable spaces for future generations.

Evolusi desain arsitektur dan paralelnya dengan latar sinematik mencerminkan pengejaran bersama terhadap ruang yang abadi, fungsional, dan beresonansi secara estetis. Studi ini mengeksplorasi interaksi antara prinsip arsitektur yang abadi, sebagaimana diuraikan dalam The Seven Lamps of Architecture karya John Ruskin, dan desain spasial film Dune (2021). Dengan pendekatan kualitatif, studi ini meneliti bagaimana latar film selaras dengan prinsip-prinsip seperti Kekuasaan, Kehidupan, Memori, dan Kepatuhan, yang menunjukkan kemampuan arsitektur melampaui fungsionalitas dan membangkitkan resonansi emosional dan simbolis yang langgeng. Analisis ini menyoroti bagaimana Dune menggunakan elemen arsitektur untuk membangun dunia futuristik yang berakar pada sejarah, memadukan desain brutalis dan organik untuk beradaptasi dengan lingkungan gurunnya sambil melayani kebutuhan narasi. Meskipun film ini menyimpang dari cita-cita Ruskinian tentang keindahan dan kebenaran dalam ekspresi material, film ini menunjukkan bagaimana arsitektur fiksi dapat menginspirasi inovasi dunia nyata. Temuan menunjukkan bahwa kolaborasi arsitektur dan film menawarkan platform untuk menata ulang lingkungan binaan, yang menginspirasi arsitek untuk mendorong imajinasi sambil mengatasi tantangan seperti urbanisasi dan perubahan iklim. Dune menunjukkan bahwa arsitektur dalam sinema bukan sekadar latar belakang, tetapi peserta aktif dalam penceritaan, menawarkan pelajaran dalam menciptakan ruang yang tak lekang waktu dan mudah beradaptasi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>