Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tisa Febrini
"Sejak memasuki abad 20, dunia keija sudah tidak lagi hanya menjadi milik laki-laki. Jumlah wanita dewasa yang memiliki pekeijaan di luar rumah yang diupah semakin lama semakin meningkat, baik bagi mereka yang telah berkeluarga dan memiliki anak, maupun yang tidak. Saat ini wanita memiliki karir dianggap sebagai hal yang lumrah, namun peran mereka sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga tetap tidak dapat diabaikan. Bagi perempuan dewasa, pilihan untuk berkarir atau tidak bukanlah pilihan yang mudah. Masing-masing membawa konsekuansi yang besar terhadap kehidupan mereka selanjutnya. Pilihan apapun yang akhirnya diambil, didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan matang yang diperoleh melalui proses pembelajaran tentang bagaimana sebaiknya seorang perempuan dewasa menjalankan hidupnya. Hal ini diperoleh melalui proses sosialisasi tentang peran gender, terutama sosialisasi oleh keluarga sebagai pihak yang pertama kali menanamkan nilai dan norma pada individu. Status perkawinan turut memegang peranan yang penting bagi seorang wanita dalam menentukan apakah ia akan berkarir atau tidak. Penelitian yang dilakukan secara kualitatif mencoba menggambarkan proses dan isi sosialisasi keluarga tentang peran gender dan bagaimana pengaruhnya terhadap pilihan dalam hal kari r. Wanita yang disosialisasikan nilai peran gender non-tradisional, dimana orangtua tidak membedakan perlakuan pada anak laki-laki dan perempuan, cenderung lebih memandang penting karir dan dibandingkan dengan wanita yang disosialisasikan nilai peran gender tradisional. Terdapat beberapa faktor dalam sosialisasi keluarga tentang peran gender yang berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Salah satunya adalah keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga, sebagai gambaran sikap peran gender yang non-tradisional. Selain itu, status pekerjaan ibu, keberhasilan ibu dalam menjalankan peran sebagai ibu dan pekerja, juga turut berpengaruh terhadap pilihan anak perempuan dalam hal karir."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S10587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S6996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Abdi Hakim
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8207
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naniek D. Handayani
"Manusia telah lama menyadari adanya ketimpangan jender yang berakibat timbulnya berbagai konflik peran jender. Faktor-faktor seperti keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, dan lainnya, turut andil dan berperan memacu timbulnya konflik peran jender tersebut. Permasalahan ini semakin kompleks manakala istri ingin mengaktualisasikan dirinya dan sukses dalam berkarir. Padahal disisi lain suami justru merasa tersisihkan karena waktu bagi keluarga (suami dan anak-anak) tersita oleh karir iitri. Salah satu penyebab dari timbulnya berbagai konflik keluarga yang serius, pada saat istri sukses dalam berkarir pada dekade belakangan ini adalah sikap negatif dan tidak mendukung dari suami. Namun demikian masih dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut untuk melihat seberapa jauh perbedaan sikap suami berdasar peran jendernya, terhadap istri yang berkarir. Sejalan dengan perkembangan waktu dan ilmu pengetahuan psikologi, muncul sebuah konsep 'androgin' yang popular se|ak tahun 1972 (Bern, 1974). Konsep androgin tersebut member! harapan kepada banyak orang khususnya para Istri yang berkarir untuk dapat keluar dari model peran jender yang bersifat pengkotak-kotakan dan dikotomis. Androgin merupakan hasil identifikasi peran jender sedemikian rupa sehingga di dalam diri seseorang terbentuk suatu kepribadian yang mempunyai karakteristik maskulin dan feminin dalam tingkat yang relatif tinggi. Dengan memiliki kepribadian androgin ini, seorang suami diharapkan tidak terlampau kaku dan bersikeras dengan model peran jendernya, yang dapat mengakibatkan adanya ketidakadilan jender antara suami dan istri. Dengan demikian, apakah dapat dikatakan, terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap suami berdasar peran jendernya, terhadap istri yang berkarer? Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 73 subyek. Karena peran jender suami pada penelitian ini dibagi men|adi dua kelompok yaitu karakteristik maskulin dan karakteristik androgin, maka dari keseluruhan subyek yang diteliti, didapatkan subyek dengan peran jender maskulln 30 dan androgin 43. Kesimpulan yang dihasilkan melalui 't-test' adalah "Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap suami berdasar peran jendernya, terhadap istri yang berkarer"."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tasya Asiila Ramadhina
"Komunikasi keluarga memberikan dampak dalam meningkatkan pemahaman kesetaraan gender kepada anak-anak. Komunikasi keluarga memiliki corak yang berbeda dalam berbagai masyarakat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Pada suku Minangkabau yang menganut sistem matriarki, corak tersebut bersifat istimewa. Apalagi jika dibandingkan dengan komunikasi keluarga pada beberapa suku lainnya seperti Batak, Korowai, dan Bugis. Posisi perempuan dan laki-laki dalam beberapa suku tersebut memberikan implikasi yang besar dalam adat kehidupan hingga turun temurun. Peran keluarga sebagai komunitas paling inti menjadi yang sangat berperan dalam pengarusutamaan gender. Peran keluarga tersebut perlu diperkuat agar dapat menjadi gerbang utama sebelum mencapai pengarusutamaan gender pada lapisan lainnya yaitu komunitas, organisasi, institusi, pemerintah, dsb.
Family communication has an impact in increasing gender understanding to children. Family communication has a different pattern in various societies according to their respective customs and cultures. In the Minangkabau tribe that adheres to a matriarchal system, this pattern is special. Particularly, when compared to family communication in several other tribes such as the Batak, Korowai, and Bugis. The position of women and men in some of these tribes has a great impact on traditional life for generations. The role of the family as the most core community has a very important role in gender mainstreaming. The role of the family needs to be achieved to become the main gate before gender mainstreaming in other layers, such as communities, organizations, institutions, government, etc.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Gustiana Andriani
"ABSTRAK
Duvall & Miller (1985) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan
manusia di masa dewasa muda adalah memilih pasangan hidup. Proses pemilihan
pasangan hidup merupakan tahap awal yang akan dilalui jika seseorang memutuskan
untuk menikah. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda mengenai kriteria
yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam interaksi mereka dengan
lingkungannya, yang oleh Bronfrenbrenner (dalam Berns, 1997) dibagi menjadi beberapa
struktur yaitu sistem mikro, sistem ekso, sistem meso, sistem makro, dan chronosystem
atau dimensi waktu. Sebagai bagian dari sistem mikro, orangtua dapat menjadi sumber
bagi seorang anak dalam menentukan pilihan pasangan hidup. Seorang anak akan
menerima nilai-nilai menyangkut pemilihan pasangan hidup sejak kecil dari orangtuanya
dan hal tersebut merupakan bagian dari peran orangtua dalam pengasuhan anak.
Budaya Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrlinial, dimana ibu
memegang peranan penting dalam proses pendidikan, sosialisasi, dan perkembangan
anak termasuk dalam pemilihan pasangan hidup. Campur tangan tersebut terkadang
dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orangtua. Penelitian ini mencoba
untuk melihat fenomena yang terjadi antara dua generasi. Bagaimana kontribusi peran
ibu dalam hal pemilihan pasangan hidup anak perempuan sulung khususnya dalam
budaya Minangkabau; ciri khusus harapan ibu dan anak; serta faktor yang
mempengaruhi mereka dalam menentukan kriteria pasangan hidup. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, melalui metode wawancara. Subyek
wawancara adalah tiga pasang ibu dan anak perempuan sulung yang berada dalam
lingkungan budaya Minangkabau dan tidak pernah merantau ke luar Sumatra barat.
Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pendekatan
ekologis, teori pengasuhan anak, teori perkembangan dewasa muda, teori pemilihan
pasangan hidup, dan teori yang berhubungan dengan nilai budaya dan adat
Minangkabau.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa ketiga subyek ibu
mempunyai pengaruh dalam menentukan pilihan pasangan hidup anak perempuan
sulung. Anak tidak akan menolak jika ibu menentukan pasangan hidupnya, sebab ada
kecenderungan anak menganggap pilihan ibu adalah pilihan yang terbaik. Ciri khusus
harapan seluruh subyek dalam menentukan pilihan pasangan hidup berhubungan
dengan nilai-nilai agama dan adat istiadat Minangkabau, dimana keduanya dipahami
sebagai rangkaian yang saling melengkapi. Dari segi agama, semua subyek baik ibu dan
anak mengharapkan pasangan hidup yang taat dan takwa terhadap Tuhan. Sedangkan
dari segi adat istiadat mereka mengharapkan pasangan hidup yang dapat bertingkah
laku sopan, memahami tata krama, dan tata berbicara sesuai dengan adat istiadat
Minangkabau. Hasil penelitian juga menunjukkan, ada dua faktor yang mempengaruhi seluruh
subyek dalam menentukan kriteria pasangan hidup yaitu faktor homogami dan faktor
lingkungan. Faktor homogami merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi seluruh
subyek dalam menentukan kriteria pasangan hidup, sedangkan faktor lingkungan
masyarakat merupakan faktor ektrinsik yang secara tidak langsung mempengaruhi
seluruh subyek.
Pengaruh yang diterima oleh seluruh subyek dari sistem lingkungan memberikan
informasi baru sehingga mereka lebih terbuka untuk menikah dengan orang lain di luar
suku bangsa Minangkabau atau keluar dari pola ideal perkawinan menurut adat
Minangkabau. Seluruh subyek memahami nilai-nilai agama dan adat istiadat
Minangkabau sebagai tuntutan yang harus diterima mereka, terutama keberadaan
mereka sebagai perempuan Minangkabau.
Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar melakukan penelitian dengan
karakteristik latar belakang yang berbeda, misalnya membandingkan subyek yang
berada di budaya Minangkau dengan mereka yang berasal dari budaya lain atau
membandingkan subyek yang berada dalam budaya Minangkabau tetapi berasal dari
nagari yang berbeda. Penelitian juga dapat dilakukan dengan melakukan studi terhadap
tiga generasi perempuan dalam budaya tertentu, tidak hanya dalam hal pemilihan
pasangan hidup tetapi menyangkut aspek perkembangan lain sehingga akan tampak
kekayaan dan kelemahan budaya yang teliti."
2001
S3052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>