Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174983 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Austronaldo FS
"Mind terkait dengan dwelling masa kecil memiliki peranan dalam membentuk dwelling sekarang. Tulisan ini menjelaskan bagaimana peranan ini dapat diekspresikan dalam ruang dengan melihat persamaan dari ruang labor dan kegiatan labor pada dwelling masa kecil dan hal serupa pada dwelling masa kini. Dengan mengambil dua keluarga Batak sebagai studi kasus, ditemukan bahwa mind terkait dwelling masa kecil berpengaruh terhadap keputusan yang dilakukan oleh salah satu keluarga dalam transformasi ruang yang telah disediakan oleh pihak perumahan. Transformasi ini terlihat dalam dua tindakan yaitu perluasan dan perubahan fungsi ruang. Persamaan dalam kedua kasus adalah keinginan untuk memiliki satu ruang besar meskipun terdapat perbedaan mind dari dwelling masa kecil dengan dwelling sekarang. Tulisan ini memperlihatkan bagaimana terkadang manusia diperbudak oleh kebutuhan dalam dunia modern dan meninggalkan nilai yang telah diberikan dalam mind masa kecil.
Mind associated with childhood dwelling in the past has a role in shaping todays dwelling. This writing explains how this association can be expressed in the form of space by finding any similarity between laboring space and laboring activity in the childhood dwelling and the same in todays dweling. Taking two Batak family as a case study, it has been found that mind associated with childhood dwelling do effect the decision made by one of the family in transforming the space that has been given by the housing authorities. This transformation is revealed in two actions i.e., expansion and changing the function of the space. The similarity between the two case is the desire to have one spacious room although there is a difference between childhood and todays dwelling. This writing portrays how we are sometimes enslaved by the needs of the modern world and leave the values that were embedded in our childhood mind."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43286
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Austronaldo FS
"Permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya kantong-kantong permukiman berbasis etnis akibat dari diaspora. Etnis Batak dalam Kampung 'Mayasari', Cililitan diambil sebagai kasus, yang mana formasi spasialnya akan diungkap dalam tesis ini. Metode yang digunakan adalah etnografi yang mana peneliti bertindak sebagai observator-partisipan. Keberadaan mayoritas warga Batak di Kampung 'Mayasari' tidak berarti bahwa diaspora termanifestasi khususnya secara spasial. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dampak diaspora terlihat secara signifikan dari unsur gereja dan rumah karena lebih banyak ruang dan struktur yang yang tetap. Namun dampak diaspora tidak terlihat secara signifikan dari unsur lapo dan ruang semi-privat karena adanya perubahan pada ruang dan struktur di dalamnya. Maka kampung kota ini terbentuk oleh tanda diaspora yang termanifestasi dalam ruang tetap berupa ruang privat Batak. Namun adanya tanda kehadiran non-Batak dan ruang semi-privat Batak di dalamnya membuat kampung ini tidak murni terkonstitusi oleh ruang Batak secara spasial. Oleh karena itu kata 'Mayasari' atau 'kampung Batak' hanya menjadi suatu nama yang memberi identitas Batak pada kampung ini.

The issue of this research is the presence of pockets of settlement on the basis of ethnicity due to diaspora. The Batak ethnicity in Kampung 'Mayasari', Cililitan is taken as the case study, in which its spatial formation will be revealed in this thesis. The method used is ethnography in which the researcher acts as an observator-participant. The presence of majority Batak dwellers in Kampung 'Mayasari' does not mean that diaspora is manifested spatially. It is found that the impact of diaspora is significantly shown in the elements of church and house because more space and structure is fixed. But the impact of diaspora is not significantly shown in the elements of lapo and semi-private space because of the change in space and struture in it. Therefore this urban kampung is formed by a diasporic sign that is manifested in a fixed space in the form of Batak private space. But the presence of a non-Batak sign and a semi-private Batak space makes this kampung not purely constituted spatially by Batak space. Therefore the word 'Mayasari' or 'Batak kampung' becomes merely a name that gives this kampung a Batak identity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahala, Sumijati
"Hukum adat yang beraneka ragam banyaknya masih berlaku pada suku bangsa di Indonesia, dan masing-masing mengacu pada sistem kekerabatan yang dianut. Sistem kekerabatan patrilineal seperti pada suku Batak dan Bali, tidak memasukkan anak perempuan sebagai ahli waris dan tidak termasuk penerus keturunan. Pelaksanaan hukum waris yang termasuk bidang hukum keluarga menurut hukum adat Batak khususnya Batak Toba di Jakarta, masih menggunakan hukum adat Batak. Sejak tahun 1961. MA mengeluarkan putusan yaitu Yurisprudensi No.179/K/ST/1961 tentang warisan adat di tanah Batak Karo yang memperhitungkan anak perempuan sebagai ahli waris dan mendapatkan bagian yang sama dengan anak laki-laki terhadap harta kekayaan bapaknya (orang tuanya). Dari Yurisprudensi tersebut terlihat bahwa secara yuridis anak perempuan adalah ahli waris, hak waris anak laki-laki dan anak perempuan tidak dibedakan, namun kenyataannya dalam masyarakat Batak Toba anak perempuan bukan ahli waris apalagi mempunyai hak untuk mendapatkan harta warisan bapaknya (orang tuanya).
Permasalahan utama yang dihadapi adalah apakah warga masyarakat adat Batak masih berpegang pada hak waris dalam hukum adat Batak sehingga menjadi kendala bagi penerapan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. Dalam mengamati kehidupan warga masyarakat Batak Toba di Jakarta, digunakan teori jender, antropologi hukum dikaitkan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Jender manurut Saparinah Sadli merupakan sejumlah karakteristik psikologis ditentukan secara sosial dengan adanya seks lain, dasar hubungan jender itulah diasumsikan dengan adanya perbedaan analisis. Dalam menganalisis peran laki-laki. dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari dalam kenyataannya bekerja, yang rumusan hukum tidak hanya hukum yang tertulis saja tetapi juga aturan yang tidak tertulis, Menurut rumusan von Benda Beckmann hukum merupakan konsepsi kognitif dan normatif termasuk didalamnya prinsip, adat dan norma-norms lainnya.
Bekerjanya hukum dalam kehidupan warga masyarakat Batak juga. dapat dilihat apakah hukum adat itu masih hidup dan diterapkan. Moore dalam penelitiannya terhadap orang Chagga di Tanzania, Afrika. rnengemukakan bahwa betapa pentingnya hukum untuk mengadakan perubahan sosial (Sally Folk Moore ; 1993: 1-18). Hukum yang dimaksud adalah hukum tanah yang merupakan undang-undang dan dapat diterapkan untuk menggantikan pedoman-pedoman yang berlaku tentang kepemilikan tanah, menjadi diawasi melalui sistem kepemilikan yang diambil alih seluruhnya oleh negara. Penelitian Moore ini mirip dengan penelitian tentang hukum waris pada suku bangsa Batak. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan bersifat kualitatif Kami menggabungkan beberapa teknik penelitian, yaitu dalam mengumpulkan informasi diterapkan metode telaah kepustakaan dan beberapa dokumen yang berbentuk keputusan dan tulisan. Untuk melengkapi data tersebut kami juga mengikuti kegiatan adat dalam kehidupan sehari-hari antara warga masyarakat Batak di Jakarta dengan pengamatan terlibat (participation-observation), disamping data yang didapat dari lima orang ketua adat sebagai informan. Data juga didapat dari kuesioner yang disebarkan kepada 40 orang wanita dari marga Simandjuntak dan Pasaribu dan untuk lebih memahami serta menghayati pengalaman wanita dalam masalah warisan, diadakan wawancara secara mendalam (depth-interview) terhadap sepuluh orang ibu yang diambil secara snow-ball.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sbb ; walaupun secara normatif anak perempuan tidak termasuk dalam kelompok ahli waris, namun dalam perkembangannya, keluarga yang berasal dari warga masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal di Jakarta sudah memasukkan anak perempuan mereka sebagai ahli waris, sedangkan bagian yang diterima anak perempuan sangat bervariasi, yaitu bagian anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan, bagian anak perempuan tergantung dari saudara laki-lakinya atau bagian anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Hal yang utama dapat dilihat pada bidang pendidikan, dimana anak laki-laki dan perempuan mendapat prioritas utama dengan tidak ada perbedaan. Satu hal yang ditemui dalam penelitian ini adalah bahwa pengertian perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan pada warga masyarakat Batak Toba di Jakarta tidak pada hal yang negatif saja, lebih jauh perbedaan peran tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan dan keamanan (emotional security) bagi anak perempuan mereka, baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Monica Nadya
"Tesis ini membahas aktivitas arisan yang merupakan salah satu lembaga keuangan informal yang masih terus berjalan hingga saat ini. Penelitian ini lebih berfokus kepada lembaga keuangan informal yaitu arisan yang hingga saat ini dilakukan oleh suku Batak khususnya di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan studi empiris yang menggunakan metode campuran dengan desain deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan potensi arisan Batak. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner serta wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa arisan Batak lebih menekankan pada fungsi sosial, secara ekonomi tidak efisien, dan tidak berpotensi untuk menjadi lembaga keuangan formal. Variabel dummy seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan juga berpengaruh terhadap frekuensi keikutesertaan arisan Batak di DKI Jakarta.

Thesis is discussing about arisan activity which is one of the Informal Monetary Institute that still existing until now. This research is more focusing on Informal Monetary Institute which is arisan that has been doing by Batak especially in DKI Jakarta area. This research is an empirical study that using mixed methods with descriptive design with the purpose to describing the characteristic and potency of Arisan Batak. The data collection is by spreading questionnaire and deeper interview. This research shows that Arisan Batak is focusing on social function, economically inefficient, and do not have potential to become Formal Monetary Institute. Variable sample of Age, Gender, Education and Income are also influencing the frequency of joining Arisan Batak in DKI Jakarta."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Princella
"ABSTRACT
Setiap suku di Indonesia memiliki nilai dasar yang dijadikan pedoman dalam hidup. Pada masyarakat Batak, Dalihan Na Tolu merupakan budaya dalam bentuk sistem kekerabatan yang dijunjung tinggi pada masyarakat Batak untuk mendapatkan tiga berkat hidup, yakni hamoraon kekayaan, hagabeon keturunan, dan hasangapon kehormatan. Studi-studi sebelumnya menjelaskan perubahan Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak perkotaan namun tidak membahas bagaimana upaya mempertahankan nilai Dalihan Na Tolu tersebut dalam lingkup keluarga. Penelitian ini ingin membahas bagaimana sosialisasi yang dilakukan pada keluarga etnis Batak Toba dalam menghadapi perubahan sosial di perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalihan Na Tolu dan 3 tiga berkat hidup orang Batak masih dipertahankan di masyarakat Batak perkotaan. Pola sosialisasi yang efektif digunakan keluarga khususnya orang tua dalam menurunkan nilai Dalihan Na Tolu dan 3 tiga berkat hidup adalah dengan pola sosialisasi demokratis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam pada keluarga Batak Toba yang masing-masing keluarga terdiri dari satu ayah, satu ibu, dan dua anak yang berjemaat di HKBP di DKI Jakarta.

ABSTRACT
Each ethnics in Indonesia has a basic value that is used as a guide in life. In Batak community, Dalihan Na Tolu is a culture in the form of a kinship system that is upheld in the Batak community to get three blessings of life, namely hamoraon wealth, hagabeon generation, and hasangapon honor. Previous studies have explained Dalihan Na Tolu 39 s change to the Batak community in urban context but did not discuss how to maintain the value of Dalihan Na Tolu itself in the family sphere. This research would like to discuss how socialization conducted on Toba families in facing social changes in urban areas. The results show that Dalihan Na Tolu and three blessings of life are still maintained in Batak community in urban context. The effective socialization patterns used by families, especially parents in teaching Dalihan Na Tolu and three blessings of life is the democratic socialization. This research used qualitative method with in depth interview to Toba family which each family consist of one father, one mother, and two children who are members of HKBP in DKI Jakarta. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trimita Anggia
"Kelurahan Cililitan merupakan salah satu daerah di ibukota yang menjadi kantong permukiman bagi para perantau suku Batak. Berdasarkan sejarahnya, para perantau membentuk permukiman sekaligus lapo dan gereja sebagai jejak keberadaan dan tempat berkumpul. Berbeda dengan permukiman lain, seluruh lapo di Kelurahan Cililitan yang tersebar di sekitar gereja dan permukiman Batak yaitu Kampung Mayasari membentuk pola berderet dan mengelompok. Lapo yang tersebar di Kelurahan Cililitan memiliki perbedaan dan persamaan ciri lokasi dilihat dari jaringan jalan, jangkauan gereja Batak, jenis makanan dan minuman, dekorasi, dan fasilitas lapo dengan karakteristik pengunjung yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lokasi lapo Batak dari aspek site dan situation, serta mengetahui pola karakteristik lokasi lapo yang terbentuk berdasarkan karakteristik pengunjungnya yaitu jenis kelamin, usia, suku, teman berkunjung, dan aktivitas pengunjung dengan menggunakan analisis keruangan serta deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan lapo di Kelurahan Cililitan dilihat dari site dan situation yaitu “Kurang Ideal” dan “Mudah Dijangkau” terletak di lokasi dengan aksesibilitas baik dan dekat dengan gereja dengan target pasarnya yaitu para jemaat yang ingin istirahat makan. Pada karakteristik lokasi lapo yang “Cukup Ideal & Mudah Dijangkau” dan “Cukup Ideal & Cukup Mudah Dijangkau” terbentuk pola kunjungan pengunjung lapo tersebut dengan jenis kelamin laki-laki, berusia lansia, bersuku Batak, datang berkunjung sendiri dan bersama teman, serta melakukan aktivitas istirahat makan. Pada karakteristik lokasi lapo yang “Kurang Ideal & Mudah Dijangkau” dan “Kurang Ideal & Cukup Mudah Dijangkau” terbentuk pola kunjungan pengunjung lapo yang mana seimbang didatangi oleh pengunjung laki-laki dan perempuan, berusia lansia, bersuku Batak, datang berkunjung bersama keluarga, serta melakukan aktivitas istirahat makan dan berkumpul/berbincang bersama teman/keluarga.

Cililitan Village is one of the areas in the capital which has become a residential area for Batak nomads. Historically, the nomads formed settlements as well as lapo and churches as traces of their existence and gathering places. In contrast to other settlements, all the lapo in Cililitan Village which are scattered around the church and the Batak settlement, namely Kampung Mayasari, form a pattern of rows and clusters. Lapo scattered in Cililitan Subdistrict have differences and similarities in location characteristics seen from the road network, the range of Batak churches, types of food and drink, decoration, and facilities of the lapo with varying visitor characteristics. This study aims to determine the characteristics of the Batak lapo locations from the site and situation aspects, as well as to determine the characteristic pattern of the lapo locations formed based on the characteristics of the visitors, namely gender, age, ethnicity, visiting partner, and visitor activities using spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that the characteristics of the location of the lapo which were "Quite Ideal & Easy to Reach" and "Quite Ideal & Fairly Easy to Reach" formed a visiting pattern for the lapo visitors with male gender, elderly, Batak ethnicity, coming to visit with friends and family, and doing meal breaks. The results showed that the lapo in Cililitan Village, in terms of site and situation, namely "Less Ideal" and "Easy to Reach" was located in a location with good accessibility and close to the church with the target market, namely congregations who wanted to take a break to eat. In the characteristics of the location of the lapo which are "Quite Ideal & Easy to Reach" and "Quite Ideal & Fairly Easy to Reach" a pattern of visits to the lapo is formed with male sex, elderly, Batak ethnicity, coming to visit alone and with friends, as well as carrying out activities break eat. In the characteristics of the location of the lapo which are "Less Ideal & Easy to Reach" and "Less Ideal & Fairly Easy to Reach" a pattern of visiting lapo visitors is formed which is balanced by male and female visitors, elderly, Batak ethnicity, coming to visit with family, and doing meal break activities and hanging out/talking with friends/family."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Nurmala Kartini
"Skripsi ini mencoba menguaraikan dan menganalisa kehidupan Inang-inang yg bertempat tinggal di Jakarta.Apa yang akan dibahas adalah kegiatan dagang, kedudukan dan peranan Inang-inang dalam keluarga Batak Toba di jakarta. Kegiatan dagang yang dilakukan Inang-inang merupakan gejala sosial yang muncul di antara anggota masyarakat Batak Toba yang hidup diperantauan termasuk di kota Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S12887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Zakiah
"ABSTRAK
Fenomena penggusuran-bermukim kembali yang terjadi berulang kali pada masyarakat hunian pinggir rel kereta di Jakarta mengindikasikan adanya gejala hunian sebagai tempat kembali (home). Meskipun memiliki kondisi fisik yang buruk rupa (ugly), hunian masyarakat bawah ini juga memiliki kelebihan dalam hubungan sosialnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna home yang terbentuk dengan mengkaji proses produksi ruang sosialnya. Hal ini dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan antara home dengan hubungan sosial. Kajian ini dilakukan dengan menganalisis interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya dalam skala makro maupun mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi keteraturan, mekanisme produksi ruang sosial masyarakat hunian pinggir rel kereta ini terbentuk dalam skala personal, bukan skala kolektif. Meskipun demikian, saat terjadi ketidakteraturan (ancaman), muncul indikasi rasa keterikatan dan rasa identitas yang mengikat satu kesatuan kolektif dan mengikis rasa individualitas antar penghuni.

ABSTRACT
Displacement-Re-dwelling phenomenon which occurs repeatedly on the rail-edge dwelling in Jakarta indicates sign of occupancy as a place of return (home). Despite having such a poor physical condition (ugly), low-income dwelling also have strength in its social milieu.
The purpose of this study was to determine the meaning of a home that is produced by examining the production process of social space. This is done to prove the relation between home and social relationship. The study was conducted by analyzing the interactions between humans and their environment in the macro and micro scale.
The results showed that in terms of order, the social space production mechanism of railedgeinhabitantsis formed in a personal scale, not a collective scale. Nonetheless, in the term of disorder (threat), there are indications of?sense of belonging? and ?sense of identity? that bind the collective unity and erode the ?sense of individuality? among the inhabitants.
"
2014
S55331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Robert Adinata
"Skripsi ini mengaji tentang penguatan identitas etnis pada pemuda Kristen Batak dalam Naposobulung HKBP Kebayoran Selatan. Dalam konteks kota Jakarta yang plural, HKBP tidak hanya memiliki peran kerohanian, tapi juga menjadi wadah dalam penguatan identitas etnis Batak. Melalui Naposobulung, HKBP berusaha menanamkan pengetahuan adat Batak pada generasi muda yang dibesarkan di Jakarta dan menguatkan solidaritas antar pemuda Batak di Jakarta yang plural agar identitas Batak para pemuda tidak hilang. Para pemuda memiliki berbagai alasan sendiri mengapa penguatan identitas etnis Batak menjadi penting dalam pluralitas kehidupan kota Jakarta.

This thesis examines the strengthening of ethnic identity on the Batak Christian youth in Naposobulung of South Kebayoran HKBP. In the context of a pluralistic city like Jakarta, HKBP not only has the role of spirituality, but also a strengthening forum in Batak ethnic identity. Through Naposobulung, HKBP trying to instill Batak knowledge on the younger generation who grew up in Jakarta and strengthen the solidarity between young Batak people in pluralistic Jakarta so that youth Batak identity is not lost. The youth have their own reasons why strengthening the Batak ethnic identity became important in their life in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Puspa Dewi
"Tulisan ini merupakan uraian tentang aksi dan reaksi yang terjadi dalam keluarga militer Jawa di komplek perumahan Halim Perdanakusuma. Aksi yang dimaksud di sini adalah sepasang orang tua dengan power yang ia miliki mentransmisikan nilai-nilai budaya yang mereka miliki untuk ditanamkan kepada anak, baik nilai budaya militer dan juga Jawa, yang mana tujuannya adalah untuk membuat anak disiplin dan bisa diterima oleh masyarakat. Tetapi nyatanya, beberapa nilai yang diberikan oleh orang tua kepada anak memunculkan reaksi yang bervariasi, salah satunya adalah adanya resistensi. Ketika anak tidak puas dengan nilai-nilai yang ditransmisikan oleh orang tua, anak akan melakukan sebuah perlawanan (resistensi) secara diam-diam. Skripsi ini menunjukkan bahwa perbedaan yang ada dari budaya militer dan Jawa terdapat pada cara penyampaiannya dan bagaimana reaksi anak dalam menerima nilai-nilai yang diberikan. Data-data yang digunakan dalam tulisan ini diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terlibat dengan para informan.

This thesis is aim to describe of actions and reactions that occur in a Javanese military family at Halim Perdanakusuma. The action here is a pair of parents with the power they have to transmit cultural values ​​they have to be imparted to children, both military and also Javanese culture, where the aim is to make children discipline and be accepted by society. But in fact, some of the values ​​given by parents led to varied reactions from children, one of which is the presence of resistance. When the child is not satisfied with the values ​​transmitted by parents, children will perform a passive resistance. This paper shows that there are differences of military and Javanese culture are on the way of delivery and the reactions to the child in receiving the values ​​given. The data used in this article was obtained through in-depth interviews and participant observation with the informant."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S59774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>