Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132915 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pembangunan pariwisata di Bali telah banyak memberikan perubahan terhadap
lingkungan Bali. Perubahan-perubahan baik fisik maupun sosial membuat masyarakat Bali
harus menyesuaikan dirinya ke dalam lingkungan yang baru. Penelitian ini memusatkan
perhatiannya terhadap proses penyesuaian diri masyarakat Bali terhadap perubahan
lingkungan tersebut. Masyarakat Bali adalah masyarakat yang bersifat religius. Oleh
karena itu penelitian ini ingin melihat lebih jauh bagaimana hubungan antara
keberagamaan, dalam hal ini Hindu, dengan penyesuaian diri masyarakat Bali
Teori mengatakan bahwa ranah keberagamaan yang berhubungan dengan
penyesuaian diri seseorang adalah orientasi beragama (terdiri dari orientasi ekstrinsik
sosial ekstrinsik personal dan intrinsik), pandangan agama (pandangan tentang Tuhan),
dan gaya coping agama (serah-diri, atur-diri, kerja-sama). Teori yang berkembang di Barat
mengatakan bahwa pandangan tertentu tentang Tuhan akan berhubungan dengan salah
satu tipe orientasi beragama dan bersama-sama akan mendasari gaya coping seseorang
dalam menghadapi masalah, dan selanjutnya akan berhubungan dengan penyesuaian diri
seseorang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk itu dilakukan
penyusunan dan pengadaptasian alat ukur masing-masing variabel berupa kuesioner.
Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi (Pearson Product
Moment), Regresi Majemuk, Analisa Varians dan Analisa Faktor. Pengukuran
penyesuaian diri menggunakan kecemasan sebagai indikator penyesuaian diri, dengan
asumsi semakin cemas seseorang dalam suatu situasi tertentu (intensitas dan frekuensi
mnnculnya kecemasan tinggi) mengindikasikan kesulitan penyesuaian diri dalam situasi
tersebut.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel keberagamaan bisa
meramalkan (menjelaskan) kecemasan masyarakat Bali terhadap perubahan lingkungan
akibat pembangunan (kemajuan) pariwisata. Tetapi tidak semua variabel keberagamann
bisa dijadikan peramal yang baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan Tuhan
yang Pemarah atau Tuhan yang akan murka apabila manusia berbuat kesalahan
berhubungan dengan orientasi beragama seseorang untuk menggunakan agama sebagai
alat untuk mendapatkan ketenangan, rasa aman dan justifikasi diri (ekstrinsik personal).
Dan kedua variabel ini herhublmgan dengan gaya coping yang bekemja sama dengan Tuhan
dalam menghadapi masalah. Dan ternyata variabel-variabel tersebut berkorelasi positif
dengan kecemasan.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pandangan bahwa
Tuhan yang Pemarah ini kemungkinan membuat manusia merasa takut berbuat salah dalam
situasi yang banyak berubah (perubahan lingkungan), dan ini mendasari seseorang
(masyarakat Bali) untuk mencari rasa aman atau ketenangan batin dengan menggunakan agamanya (ekstrinsik personal) dan akan memberi peran yang besar pada Tuhan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dengan gaya coping kerja-sama atau serah-diri.
Korelasi antara kecemasan dengan gaya coping serah-diri berarti bahwa semakin cemas
seseorang dalam suatu situasi yang berkaitan dengan perubahan lingkungan di Bali, akan
semakin memasrahkan masalah yang dihadapinya kepada Tuhan karena takut berbuat salah
dan mendapat murka dari Tuhan.
Saran yang bisa diberikan dalam penelitian ini herhubungan dengan kepentingan
studi lebih lanjut. Salah satunya adalah saran metodologis untuk lebih meningkatkan
keterandalan alat ukur dengan penyempurnaan pada proses adaptasi alat dan penggunaan
sampel yang lebih ditekankan pada pembagian kelompok berdasarkan warna/kasta
seseorang di Bali, karena ternyata timbul perbedaan skor kecemasan berdasarkan
pengelompokan warna/hasta."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cecilia Herawati
"Penelitian ini bermula dari pemikiran tentang makin diperlukannya sumbangan dari ilmuwan-ilmuwan yang kreatif guna menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang kadang-kadang sukar diramalkan sebelumnya. Pribadi-pribadi yang mampu memberikan sumbangan yang kreatif dan konstruktif diduga adalah pribadi-pribadi yang bermental sehat atau pribadi-pribadi yang mempunyai penyesuaian diri positif. Sementara itu, penelitian tentang stabilitas emosional ataupun penyesuaian diri dari ilmuwan-ilmuwan kreatif dari beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda, walaupun melalui kajian teoritis sukar untuk dibuktikan bahwa pribadi yang kreatif mempunyai penyesuaian diri ataupun kesehatan mental yang kurang baik apabila dibandingkan dengan populasi pada umumnya.
Kenyataan tersebut akan diperjelas dengan mengadakan penelitian tentang bagaimana hubungan antara kreativitas dengan penyesuaian diri, di mana inteligensi juga diperhatikan sebagai salah satu variabel yang menurut Scheneiders (1964) ikut mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. Dalam penelitian ini mahasiswa dipilih sebagai subjek penelitian mengingat bahwa mahasiswa sebagai calon ilmuwan suatu saat diharapkan dapat memberikan sumbangan yang kreatif bagi masa depan bangsa dan negara.
Melalui kajian teoritis tentang kreativitas, inteligensi dan penyesuaian diri, maka dalam penelitian ini diajukan sepuluh buah hipotesis yang diuji kebenarannya pada 220 orang sampel mahasiswa dari Universitas Surabaya, yang terdiri dari 110 mahasiswa pria dan 110 mahasiswa wanita.
Dari sepuluh buah hipotesis tersebut, ada lima buah hipotesis yang dinyatakan diterima atau terbukti dan lima buah hipotesis lainnya dinyatakan ditolak atau tidak terbukti. Hipotesis-hipotesis yang diterima atau terbukti adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1 : "Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif, inteligensi dan ciri-ciri kepribadian kreatif secara bersama-sama terhadap penyesuaian diri".
Hipotesis 5:?Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan intelegensi?
Hipotesis 6: ?Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan ciri-ciri kepribadian kreatif?
Hipotesis 7: ?Ada perbedaan yanng signifikan pada kemampuan berpikir kreatif antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita?
Hipotesis 9: ?Ada perbedaan yang signifikan pada ciri-ciri kepribadian kreatif antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita?
Hipotesis-hipotesis yang ditolak atau tidak terbukti adalah sebagai berikut:
Hipotesis 2 : "Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan penyesuaian diri, setelah dikontrol variabel inteligensi dan ciri-ciri kepribadian kreatif". Hipotesis 3 : "Ada hubungan yang signifikan antara inteligensi, dengan penyesuaian diri, setelah dikontrol variabel kemampuan berpikir kreatif dan ciri-ciri kepribadian kreatif".
Hipotesis 4 : "Ada hubungan yang signifikan antara ciri-ciri kepribadian kreatif dengan penyesuaian diri, setelah dikontrol variabel kemampuan berpikir kreatif dan inteligensi".
Hipotesis 8 "Ada perbedaan yang signifikan pada inteligensi antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita".
Hipotesis 10 "Ada perbedaan yang signifikan pada penyesuaian diri antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita".
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini di waktu yang akan datang, penulis menyarankan perlunya perluasan sampel sehingga hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan dalam lingkup yang lebih luas, adanya penelitian sejenis dengan menggunakan alat ukur lain untuk mengungkap suatu variabel, serta perlunya penelitian untuk menguji validitas eksternal agar reliabilitas dengan metoda dan teknik lain dari Skala Kepribadian Kreatif dan Skala Penyesuaian Diri yang disusun untuk keperluan penelitian ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yang, Seung-Yoon, 1946-
Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 2004
327.951 YAN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fredi Afriansyah
"Penyesuaian diri merupakan komponen penting kehidupan manusia karena manusia akan selalu dihadapkan pada permasalahan dan memerlukan penyesuaian diri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Sehari-hari tingkah laku individu dipengaruhi oleh cara pandang mereka terhadap diri mereka. Cara pandang seseorang terhadap diri mereka sendiri disebut konsep diri. Penelitian bertujuan melihat hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri dalam menghadapi permaslahan yang ada pada lingkungan padat penduduk di RW 08 Penjaringan. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, survei. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa ada korelasi yang positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri dalam menghadapi permaslahan yang ada di masyarakat padat.

Adjustment is an important component in human life because human will always face problems in daily life. There are several factors which affect the adjustment. In the daily life, individual behavior is influenced by their perspective on themselves. Individual perspective on themselves is often called as self-concept. The objective of this research is to see the relationship between self-concept with adjustment in facing the existing problems in overpopulated environment, RW 08, Penjaringan. The method used is quantitative research method, survey. The result shows that there is positive correlation between self-concept and adjustment in facing the existing problems in overpopulated environment."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugihanto Rahim
"Mayoritas penduduk Bali merupakan pemeluk agama Hindu. Nuansa Hindu teramat sangat kental dirasakan ketika mengunjungi pulau Bali yang juga dinamakan pulau seribu Pura ini, namun dibalik kentalnya nuansa tersebut, terdapat beberapa kampung Islam yang berkembang di Pulau Seribu Pura ini, meskipun hanya menjadi penduduk mayoritas kedua, namun keberadaan umat Islam di Bali dapat menghadirkan keragaman bagi pulau Dewata ini. Penelitian ini dilaksanakan Di Kampung Kecicang Kecamatan Bebandem karangasem Bali bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Proses Akulturasi Budaya dan Modal Sosial antara masyarakat minoritas muslim dengan masyarakat mayoritas Hindu di kampung Kecicang Islam dalam mengantisipasi dan meredam potensi-potensi konflik yang kerap muncul di kedua belah pihak sehingga tidak menjadi konflik terbuka serta apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam proses Akulturasi Budaya dan Modal Sosial ini, Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dalam Akulturasi budaya dan modal sosial antara masyarakat Muslim dan Hindu di Kampung Kecicang sudah terbentuk dengan baik dan kuat dan telah memiliki landasan yang kuat, baik secara historis maupun empiris atas dasar ini segala potensi-potensi konflik dapat diatasi bersama sebelum menjadi konflik terbuka.

The majority of the population of Bali is Hindu. Nuance Hindu is very thick felt when visiting the island of Bali which is also called the island of a thousand temples, but behind these nuances, there are several Muslim villages that developed in the Island of Thousand Temples, although only the second majority population, but the presence of Muslims in Bali bring diversity to the resort island. This research was conducted in the village of Kecicang District of Bebandem Karangasem Bali aims to determine the extent of Acculturation Process Cultural and Social Capital among Muslim minority communities with the majority Hindu community in the village Kecicang Islam in anticipating and mitigating potential conflicts that often arise on both sides so it does not into open conflict as well as any supporting factors and obstacles in the process of Acculturation Culture and Social Capital, the research was conducted using qualitative methods with a phenomenological approach, in acculturation and social capital between Muslim and Hindu in the village is well established Kecicang and strong and has a solid foundation, both historically and empirically on the basis of these all potential conflicts can be resolved before an open conflict with.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dhahnial
"Masyarakat Indonesia sedang menghadapi berbagai situasi yang memprihatinkan. Krisis yang belum selesai, korupsi yang merajalela, tingkat pengangguran yang tinggi serta berbagai hal yang mengindikasikan bahwa Masyarakat sedang berada dalam kondisi disorganized. Kondisi ini lebih-lebih terjadi di masyarakat perkotaan sebagai tempat munculnya industrialisasi dan modernisasi yang pada sisi tertentu menyebabkan berbagai permasalahan sosial yang kompleks. Masyarakat perkotaan dihadapkan pada permasalahan sosial yang kompleks dan kadangkala menimbulkan gejala seperti perasaan gelisah, serba tidak puas, perasaaan serba ragu dan serba salah, frustasi, sengketa batin dengan orang lain dan lingkungan, merasa hampa, kehilangan semangat hidup dan munculnya berbagai penyakit psikosomatis.
Berbagai permasalah ini mempunyai kemiripian dengan ciri-ciri munculnya diskrepansi diri (Fromm, Rogers, Baron & Byrne). Lantas, di tengah diorganisasi sosial pada masyarakat kota menjadi menarik untuk mengetahui konsep diri dan diskrepansi pada orang kota. Salah satu faktor dalam pembentukan persepsi individu adalah faktor agama. Agama menjadi menarik untuk diselidiki karena karena pada era transisi sosial dan politik saat ini, perkembangan dan dinamika kehidupan keagamaan menjadi sangat kompleks, bahkan sejak sebelum terjadinya reformasi politik Indonesia yang menyebabkan tumbangnya Soeharto. Agama secara historis dan sosiologis mempunyai peran yang kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pada kondisi ini menarik untuk mengetahui bagaimana pola keberagamaan masyarakat kota.
Penelitian ini mengambil latar belakang kota Jakarta dengan segala permasalahannya yang dihadapkan pada berbagai nilai-bilai yang nantinya akan membentuk konsep diri orang-orang di dalamnya. Pertanyaanpertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimanakah konsep diri orangorang di kota besar (dalam hal ini kota Jakarta)? Dengan berbagai kondisi yang melatarbelakanginya, bagaimanakah gambaran diskrepansi diri riil dan ideal serta diskrepansi diri riil dan sosial? Salah satu konstruk konsep diri adalah belief yang terbangun pada masyarakat di sekitar individu termasuk di dalamnya adalah agama. Kemudian timbul pertanyaan bagaimanakah keberagamaan orang-orang-orang di kota besar? Adakah keberagamaan berpengaruh pada konsep diri serta diskrepansi diri orang-orang tersebut?
Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, penelitian ini menggunakan teori komponen konsep diri dari Baron (1994), diskrepansi konsep diri Higgins (dalam Bracken, 1996), social self dari Fromm (1961), akibat-akibat diskrepansi dari Rogers, Fromm dan Higgins, keberagamaan Schaefer & Gorsuch (1991), Allport (1959) serta Pargament (1997). Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif sebagai penunjang. Subyek penelitian adalah individu-individu tinggal di Jakarta dan tercatat mempunyai KTP Jakarta, pendidikan minimal SMU. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pengukuran rata-rata, standar deviasi, dan pengukuran regresi serta effect coding pada regresi berganda.
Dari hasil penelitian, didapat bahwa diri ideal adalah diri yang lebih menonjol dibandingkan dengan diri yang sesungguhnya dan diri yang ditampilkan di lingkungan. Subyek memandang agak positif terhadap konsep diri riil dan memandang positif terhadap konsep diri ideal serta sosial. Diskrepansi konsep diri real-ideal mereka tergolong rendah. Rendahnya diskrepansi tersebut melalui hasil analisa data kualitatif disebabkan karena tuntutan dari lingkungan yang secara umum dapat dipenuhi oleh subyek Sementara diskrepansi konsep diri real-sosial ditemukan sangat rendah.
Melalui hasil kualitatif didapat bahwa keterkaitan diri sesungguhnya dengan masyarakat sangatlah kuat, bahkan masyarakat dianggap sebagai norma tertinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orientasi religius intrinsik pada subyek tergolong tinggi sementara orientasi religius ekstrinsik tergolong agak rendah. Gaya coping religius yang dominan dipakai oleh subyek adalah gaya Kerja Sama. Pemaknaan Tuhan yang utama adalah sebagai Pencipta, Penguasa, dan Penentu sementara pemaknaan agama yang utama adalah agama sebagai pedoman hidup dan norma-norma.
Hasil lainnya adalah orientasi religius intrinsik ternyata berhubungan dengna pembentukan konsep diri baik real, ideal maupun sosial. Selain itu, gaya coping religius Kerja Sama juga berpengaruh terhadap konsep diri sesorang. Sementara komponen lain dalam keberagamaan tidak berkontribusi dalam pembentukan konsep diri seseorang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Khumaera Ridwan
"Kurang meratanya kualitas pendidikan di Indonesia mendorong para pelajar untuk pergi ke kota lain untuk mendapatkan pendidikan terbaik, atau disebut sebagai mahasiswa rantau. Pada saat baru memasuki dunia perkuliahan, mahasiswa rantau dipercaya memiliki permasalahan khusus karena adanya perbedaan budaya, kebiasaan, dan Bahasa. Selain itu, situasi Pandemi COVID-19 mengakibatkan para mahasiswa rantau harus mengikuti pembelajaran jarak jauh (daring). Adanya rintangan dalam memasuki dunia perkuliahan tersebut membuat mahasiswa rantau sulit untuk yakin kepada dirinya dan dapat mengakibatkan konsep diri akademis yang negatif. Hal tersebut dapat diatasi salah satunya dengan kemampuan penyesuaian diri yang baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara penyesuaian diri mahasiswa dan konsep diri akademis pada mahasiswa rantau di Indonesia. Partisipan pada penelitian ini merupakan mahasiswa S1 angkatan 2021 yang tinggal di kota yang berbeda dengan asal universitasnya (N = 207). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Pearson Correlation pada SPSS ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penyesuaian diri mahasiswa dan konsep diri akademis. Hasil penelitian dapat dijadikan landasan untuk penelitian lanjutan serta persiapan bagi mahasiswa baru yang merantau untuk menghadapi dunia perkuliahan.

The uneven quality of education in Indonesia encourages students to go to other cities to get the best education, or referred to as sojourner students. When they just enter the world of lectures, sojourner students are believed to have special problems due to differences in culture, habits, and language. In addition, the COVID-19 pandemic situation has resulted in sojourner students having to take distance learning (online). The existence of obstacles in entering the world of lectures makes it difficult for sojourner students to believe in themselves and can lead to a negative academic self-concept. One of them can be overcome with the ability of college adjustment. Therefore, this study aims to examine the relationship between college adjustment and academic self-concept among sojourner students in Indonesia. Participants in this study were undergraduate students from the class of 2021 who lived in a different city from their university origin (N = 207). Based on the results of calculations using the Pearson Correlation on SPSS, it was found that there was a positive relationship between college adjustment and academic self-concept. The results of the research can be used as a basis for further research and preparation for new students who migrate to face the world of lectures."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Amalia
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47940
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhitya Dini Rosa
"Keluarga memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan seseorang. Saat yang penting dalam proses perkembangan adalah masa remaja. Masa remaja adalah periode dimana seseorang mengalami kebingungan yang sangat besar akibat perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh sebab itu, peran keluarga sangatlah penting bagi remaja. Penelitian telah membuktikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh struktur keluarga dimana mereka tinggal.
Dalam kondisi tertentu, perubahan struktur keluarga menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Perubahan yang sering terjadi adalah ketika orang tua bercerai dan kemudian menikah kembali. Kondisi ini tentunya membutuhkan penyesuaian diri. Penyesuaian diri sendiri adalah usaha untuk bertahan dengan mengubah cara diri serta lingkungan untuk memenuhi kebutuhan, mencapai keharmonisan antara tuntunan dan menjalin hubungan yang memuaskan dengan orang lain (Atwater, 1983; Haber & Runyon. 1984; Lazarus, 1976, Schneiders, 1960).
Menyesuaikan diri dengan pernikahan orang tua merupakan hal yang sulit bagi anak, terutama yang berusia remaja. Remaja putri akan lebih sulit menyesuaikan diri dengan keluarga tirinya. Penelitian ini memang bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi remaja putri dengan keluarga tiri, penyesuaian diri remaja putri dengan keluarga tiri dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, digunakan teori-teori yang dapat memberikan penjelasan mengenai variabel-variabel yang berhubungan dengan penelitian ini Teori tersebut antara lain mengenai penyesuaian diri, remaja, perceraian, keluarga tiri dan penyesuaian remaja dalam keluarga tiri. Teori penyesuaian diri yang digunakan antara lain dari Atwater, Haber dan Runyon, Lazarus serta Schneiders. Perceraian dibahas karena merupakan kejadian yang mendahului pembentukan keluarga tiri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe peneiitian studi kasus dengan tiga orang partisipan. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Studi kasus dan metode wawancara memungkinkan peneliti mendapatkan data secara mendalam dan mendetil mengenai pengalaman individu mengenai topik yang diangkat.
Data yang diperoleh dari wawancara kemudian dianalisis. Analisis data dilakukan pada setiap kasus dan juga antar kasus. Analisis data terutama dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan keluarga tiri dan masalah-masalah yang dihadapi serta penyesuaian diri yang mengacu pada teori Haber dan Runyon (1984) mengenai karakteristik penyesuaian diri yang efektif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah yang dialami tiap remaja putri berbeda-beda. Partisipan A memiliki masalah yang paling sedikit dibandingkan dengan dua partisipan lainnya. Masalah yang dihadapi oleh ketiga partisipan dalam penelitian ini adalah kurangnya kontrol dan tuntunan, masalah komunikasi dan pemecahan masalah, timbulnya konflik dan masalah pada remaja, masalah emosional yang belum terpecahkan, masalah keuangan dan stereotip negatif sari masyarakat.
Penyesuaian diri yang dilakukan oleh ketiga partisipan terdiri dari penyesuaian diri aktif dan pasif. Ketiga partisipan melakukan penyesuaian diri untuk mencapai hubungan yang baik dengan keluarga, terutama orang tua tiri mereka. Dari ketiga subjek, hanya partisipan A yang telah memenuhi semua karakteristik penyesuaian diri efektif dari Haber dan Runyon (1984). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri remaja putri dengan orang tua tiri yaitu pola asuh, hubungan dengan orang tua terutama orang tua ihi, jenis kelamin orang tua tiri, sistem dalam keluarga yang terdiri dari jumlah konflik dan pengawasan orang tua serta orang-orang dekat yang dapat memberi dukungan."
2003
S3135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>