Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairul Umaiya
"ABSTRAK
Dalam usaha pencapaian tujuan porusahaan yang utama yaitu tentang peningkatan rentabilitas (profitability growth) salah satu faktor yang harus dipertimbangkan adalah tentang strategi produksi, khususnya tentang pengelolaan persediaan. Peningkatan rentabilitas dapat diusahakan dengan dua cara yaitu dengan meningkatkan jumlah penjualan dan/atau mengurangi biaya. Usaha peningkatan penjualan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena ada faktor-faktor eksternal yang harus diperhitungkan. Karena itu cara kedua adalah lebih mudah untuk dilaksanakan karena pada dasarnya biaya adalah dibawah kendali manajemen, termasuk didalamnya tentang pengendalian biaya persediaan.
Direktorat operasi industri PT. Bakrie & Brothers yang merupakan produsen pipa baja terbesar di Indonesia melaksanakan strategi produksinya berdasarkan pesanan dan pembelian bahan bakunya seratus persen dibiayai oleh bank. Problema yang timbul di direktorat operasi industri PT. Bakrie & Brothers adalah tingginya persediaan sehingga biaya persediaan yang dibayar juga tinggi hal ini akibat dari pengelolaan persediaan belum dijalankan secara optimal. Dari hasil penelitian dapat dibuktikan apabila kebijaksanaan persediaan dilaksanakan dengan menentukan penetapan jumlah minimum, pemesanan dalam jumlah yang tetap (fixed order quantity) serta administrasi yang baik terhadap persediaan, maka biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih kecil dari biaya yang telah dibayar dengan kebijaksanaan pengelolaan persediaan yang berjalan sekarang.
Manajeman perusahaan perlu menyadari dan merubah cara pandang bahwa persedian yang besar bukanlah asset penusahaan tetapi adalah merupakan kewajiban (liabilities) karana biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan persediaan tersebut juga cukup besar. Disamping itu dalam perusahaan manufaktur khususnya untuk PT. Bakrie & Brothers persediaan yang besar akan
menutupi problema yang ada di pabrik seperti tentang tata letak pabrik, sistem produksi, pengadaan barang, administrasi parsediaan, parbaikan sistem kerja dan lain sebagainya karena sebagian besar perhatian manajemen tercurah kepada persediaan dengan berbagai aspek pengelolaannya.
Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan persediaan oleh direktorat operasi industry PT Bakrie & Brothers agar persediaan optimal sehingga lebih efesien dalam penanganannya antara lain adalah sebagai berikut:
1. Dalam prosedur pengadaan persediaan perlu dimasukkan model pemesanan dengan jumlah yang tetap dan pelaksanaan pembeliannya di desentralisasikan ke pabrik (unit operasi)
2. Fungsi Comercial Planning & Administration dan fungsi logistic di kantor psat digabungkan dengan fungsi production planning & control di pabrik dengan tujuan untuk mengurangi biaya karena terjadi simplifikasi serta mengurangi jalur birokrasi
3. Merubah metode pencatata persediaan dari sisrem periodic ke system kontinyu (perpetual) sehingga data tentang posisi persedian serta harga pokok penjualan dapat segera tersedia apabila dibutuhkan.Di samping itu system informasi persediaan dikomputerisasikan sehingga dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan tentang persediaan pada saat dibutuhkan.
4. Untuk mencoba merubah system produksi berdasarkan pesanan ke system produksi massa karena pada dasarnya spesifikasi produksi dapat dikelompokkan. Di samping itu dapat mempercepat pelayanan langganan (customer service).
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Kristiyanto Wahyu Indriya
"Kesulitan membayar kewajiban akibat utang dalam mata uang asing yang terdepresiasi dapat diselesaikan melalui restrukturisasi utang yang bertujuan untuk mengurangi beban cicilan pokok dan bunga sehingga meningkatkan kinerja keuangan di kemudian hari.
PT Bakrie & Brothers Tbk melakukan restrukturisasi atas utangnya sebesar US$ 1 miliar dalam rangka mengurangi beban cicilan pokok dan bunga. Pola yang dilakukan adalah dengan penjadualan kembali, pengalihan utang dengan aset, pengalihan utang menjadi penyertaan saham dan pemotongan utang pokok dan utang bunga. Dengan pola tersebut, kinerja keuangan perusahaan diharapkan menjadi semakin baik.
Restrukturisasi utang yang dilakukan oleh PT Bakrie & Brothers Tbk tidak memperbaiki kinerja keuangan bagi semua pihak yang berkepentingan (manajemen, pemegang saham dan kreditur). Hal ini dapat terjadi karena restrukturisasi utang hanya memperbaiki struktur modal (capital structure) tanpa mempengaruhi kinerja operasional.
Restrukturisasi utang dapat terlaksana karena adanya peran pemerintah yang menyeimbangkan posisi tawar menawar antara debitur dan kreditur, adanya rangsangan berupa insentif pajak dan adanya lembaga Pengadilan Niaga yang yang menjamin proses berjalan secara terbuka dan adil. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa peraturan yang dapat menghambat proses restrukturisasi utang terutama berkaitan dengan pengalihan utang dengan aset seperti yang dialami oleh PT Bakrie & Brothers Tbk untuk mengalihkan PT Arutmin Indonesia kepada pihak asing. Kondisi lain yang bisa menghambat proses restrukturisasi adalah kondisi ekuitas perusahaan yang sudah negatif atau mengalami defisiensi modal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Sadeli
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Fungsi persediaan dalam suatu usaha manufaktur sangatlah
penting. Fungsi persediaan akan menjadi lebih penting jika
keadaan dan situasi dimana pemasok tidak dapat mengirim
barang pesanan sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan
oleh pihak manufaktur.
Tanpa dukungan yang memadai dari fungsi persediaan, biasanya
banyak masalah yang akan timbul seperti jumlah pesanan yang
terlalu besar atau kecil, status dan 'outstanding purchase
order' yang tidak diketahul, dan pesanan yang terlambat
dilakukan yang berartijuga ketenlambatan dalam penerimaan
komponen atau barang yang dibutuhkan. Semua masalah diatas
akan menimbulkan masalah lain seperti terhambatnya kegiatan
produksi, tidak ada barang jadi yang dapat dijual sehingga
departemen pemasaran tidak dapat melaksanakan kegiatannya.
Dan akibat yang paling fatal adalah hilangnya kepercayaan
dari pembeli yang ada maupun peinbeli yang potensial.
Sistem pengendalian persediaan yang ada pada PT Metrodata
Epsindo menggunakan sistem manual. Sistem mi masih dapat
diandalkan karena produk yang dihasilkan hanya 1 tipe produk
saja yaitu printer Epson LX-800. Tetapi dengan meningkatnya
permintaan akan produk dan adaanya rencana untuk menambah
jenis produkprinter Epson FX-1050 dan komputer pribadi
Epson, maka dirasa perlu untuk memulai usaha komputerisasi.
Dan usaha untuk memulai komputerisasi ini memang sebaiknya dimuiai dari sistem pengendalian persediaan mengingat pentingnya fungsi persediaan serta banyaknya departemen-departemen lain yang terkait dan membutuhkan data-data yang
ada pada database sistem pengendalian persediaan ini.
Komputerisasi sistem pengendalian persediaan yang penulis usulkan pada PT Metrodata Epsindo adalah sistem yang menggunakan peralatan mikrokomputer yang terintegrasi dan terpadu dalam suatu jaringan sehingga memungkinkan komunikasi dan akses data antar departemen untuk meningkatkan efisiensi kerja.
Pemilihan perangkat keras seperti mikrokomputer dan printer disesualkan dengan kemampuan dan kapasitas yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi sistem pengendalian persediaan. Pemilihan perangkat lunak juga harus memenuhi beberapa kriteria berdasarkan pertimbangan akan adanya perkembangan teknologi perangkat lunak yang begitu cepat belakangan ini. Pengenalari dan pelatihan juga diharuskan untuk semua karyawan PT Metrodata Epsindo yang terlibat dalam sistem ini sehingga mereka slap mengoperasikannya seoptimal mungkin seperti yang diharapkan.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andriyana Dwi Astuti
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas konflik antar serikat pekerja SPSI dan FSPMI yang berada di PT. Bakrie Tosanjaya dan PT. Bakrie Pipe Industries dalam konflik industri. Pendekatan yang dilakukan menggunakan kualitatif dengan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada konflik tersebut terjadi dominasi oleh satu serikat pekerja kepada serikat pekerja lainnya. Dahrendorf menyatakan proses perpecahan serikat pekerja dikarenakan adanya kondisi teknis organisasi, kondisi politis organisasi, dan kondisi sosial organisasi. Berdasarkan kondisi tersebut muncul konflik industri yang sering terjadi di BT dan BPI yaitu Perjanjian Kerja Waktu Tetap dan Insentif atau upah. Sedangkan konflik yang terjadi antara SP di masing-masing perusahaan lebih sering dengan perebutan anggota, akan tetapi tindakan union busting juga ditemui dengan adanya status anggota yang ganda pada dua SP. Perbandingan antara SP yang bearada di perusahaan menunjukkan bahwa SPSI cenderung lambat karena mengutamakan musyawarah, sedangkan FSPMI lebih militan meskipun aspirasi buruh dapat diperjuangkan dengan menimbulkan korban. Resolusi yang dilakukan selama ini hanya mengikuti berdasarkan undang-undang, dan belum ada model yang tepat apabila terjadi konflik antar SP didalam satu perusahaan. Maka perlu adanya model yang baru secara intern agar konflik yang terjadi baik konflik antar SP dan konflik industri dapat diselesaikan dengan bipartit.

ABSTRACT
This thesis discusses the conflict between trade unions and FSPMI SPSI residing in PT.
Bakrie Tosanjaya and PT. Bakrie Pipe Industries in industrial conflict. Conducted using a
qualitative approach with case studies. The results showed that the conflict occurred
domination by one union to the other unions. Dahrendorf states split the union because of
the technical condition of the organization, organizational political conditions, and social
conditions of the organization. Under these conditions arise industrial conflict that often
occurs in BT and BPI namely Employment Agreement Fixed Time and Incentives or
wages. While the conflict between the SP in each company more often with the seizure of
members, but the act of union busting also met with members of the dual status of the two
unions. Comparison between SP bearada in the company indicate that the SPSI tend to be
slow due to prioritize the deliberations, while the more militant FSPMI despite the
aspirations of workers can be fought with casualties. The resolution is only performed
during follow by law, and there is no exact model in case of conflicts between unions
within one company. Hence the need for a new model internally so that conflicts both
conflicts between unions and industrial conflict can be resolved with a bipartite.;This thesis discusses the conflict between trade unions and FSPMI SPSI residing in PT.
Bakrie Tosanjaya and PT. Bakrie Pipe Industries in industrial conflict. Conducted using a
qualitative approach with case studies. The results showed that the conflict occurred
domination by one union to the other unions. Dahrendorf states split the union because of
the technical condition of the organization, organizational political conditions, and social
conditions of the organization. Under these conditions arise industrial conflict that often
occurs in BT and BPI namely Employment Agreement Fixed Time and Incentives or
wages. While the conflict between the SP in each company more often with the seizure of
members, but the act of union busting also met with members of the dual status of the two
unions. Comparison between SP bearada in the company indicate that the SPSI tend to be
slow due to prioritize the deliberations, while the more militant FSPMI despite the
aspirations of workers can be fought with casualties. The resolution is only performed
during follow by law, and there is no exact model in case of conflicts between unions
within one company. Hence the need for a new model internally so that conflicts both
conflicts between unions and industrial conflict can be resolved with a bipartite.;This thesis discusses the conflict between trade unions and FSPMI SPSI residing in PT.
Bakrie Tosanjaya and PT. Bakrie Pipe Industries in industrial conflict. Conducted using a
qualitative approach with case studies. The results showed that the conflict occurred
domination by one union to the other unions. Dahrendorf states split the union because of
the technical condition of the organization, organizational political conditions, and social
conditions of the organization. Under these conditions arise industrial conflict that often
occurs in BT and BPI namely Employment Agreement Fixed Time and Incentives or
wages. While the conflict between the SP in each company more often with the seizure of
members, but the act of union busting also met with members of the dual status of the two
unions. Comparison between SP bearada in the company indicate that the SPSI tend to be
slow due to prioritize the deliberations, while the more militant FSPMI despite the
aspirations of workers can be fought with casualties. The resolution is only performed
during follow by law, and there is no exact model in case of conflicts between unions
within one company. Hence the need for a new model internally so that conflicts both
conflicts between unions and industrial conflict can be resolved with a bipartite., This thesis discusses the conflict between trade unions and FSPMI SPSI residing in PT.
Bakrie Tosanjaya and PT. Bakrie Pipe Industries in industrial conflict. Conducted using a
qualitative approach with case studies. The results showed that the conflict occurred
domination by one union to the other unions. Dahrendorf states split the union because of
the technical condition of the organization, organizational political conditions, and social
conditions of the organization. Under these conditions arise industrial conflict that often
occurs in BT and BPI namely Employment Agreement Fixed Time and Incentives or
wages. While the conflict between the SP in each company more often with the seizure of
members, but the act of union busting also met with members of the dual status of the two
unions. Comparison between SP bearada in the company indicate that the SPSI tend to be
slow due to prioritize the deliberations, while the more militant FSPMI despite the
aspirations of workers can be fought with casualties. The resolution is only performed
during follow by law, and there is no exact model in case of conflicts between unions
within one company. Hence the need for a new model internally so that conflicts both
conflicts between unions and industrial conflict can be resolved with a bipartite.]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T43220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wellyanto Herry Kuswantono
"ABSTRAK
Karya akhir yang berjudul Peningkatan Pangsa Pasar Melalui Strategi Pemasaran Komponen Bangunan: Studi Kasus Pada PT Bakrie Building Industries, Jakarta dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
Pada akhir tahun 1971 James Hardie, investor dan Australia, bersama dengan investor dalam negeri, yaitu Tandiono Manoe dan Santoso Harsokusumo, mengambil alih PT Kriya Jaya, suatu perusahaan asbes semen milik pemerintah Daerah DKI yang terletak di Kebayoran Lama, dan kemudian mengubah namanya menjadi PT Hartlex Asbes Semen (HAS). Selanjutnya, pada tahun 1973 investor yang sama mendirikan pabrik asbes semen di Jalan Daan Mogot, Tangerang dengan nama PT James Hardie Indonesia (JHI). Pabrik ini mulai berproduksi pada tahun 1976. Pada akhir tahun 1984 pabrik dan karvawan dan RAS dipindahkan ke JHI.
Pada tanggal 30 November 1985 seluruh saham IHI dijual kepada PT Bakrie & Brothers (BB). Pada tanggal 7 Januari 1988 dilakukan perubahan nama perusahaan PT James Hardie Indonesia (JHI) menjadi PT Jaya Harfiex Indonesia (JHI). Pada tanggal 5 April 1991 nama perusahaan diubah menjadi PT Bakrie Building Industries (PT BBI), berdasarkan akta dan Notaris Muhani Salim, S.H., Nomor 24 tanggal 5 April 1991, dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Rl Nomor C2-2715 HT.01.04.Th.91 tanggal 3 Juil 1991.
PT BBI memproduksi berbagai jenis produk asbes semen dan arcon panel (architecture concrete panel). Produk asbes semen, adalah asbes gelombang besar dan kecil, asbes rata, sirap asbes, plafonarium, haiflex prima, septick tank-harflex, AC pipe (asbes cement pipe) untuk saluran air minum, drainase, saluran pengairan, saluran tambak udang, dan komponen bangunan lainnya.
Posisi terakhir permodalan perusahaan adalah sebanyak 21.677 lembar saham milik PT Bakrie & Brothers @ Rp 500.000,00 dengan total sebesar Rp 10.838.500.000,00. Kepengurusan perusahaan pada saat ini adalah sebagai berikut.
Direktur : Joseph W. Inkiriwang
Komisaris Utama : Hamizar Hamid
Komisaris : Rizal Irwan
Misi korporat yang pertama adalah penumbuhan dan pengembangan grup ke sektor pertanian, industri, dan informasi. Kedua adalah penyediaan lapangan kerja sebanyak 25.000 orang pada tahun 2000. Berkenaan dengan itu, misi PT BBI mendukung misi korporat, yakni pertama, menjadikan PT BBI sebagai Unit Usaha Strategis (SBU) untuk pengembangan building product. Kedua adalah memberikan kontribusi penyediaan lapangan pekerjaan sebanyak 200 orang.
Analisis terhadap Lingkungan Usaha PT BBI.
Usaha yang berpengaruh terhadap usaba PT BBI terbagi dua, yaitu lingkungan makro yang terdiri atas demografi, teknologi, ekonomi, pemerintah, politik dan sosial- budaya serta lingkungan mikro, yang meliputi publik, pesaing, pemasok, jaringan distribusi, dan pembeli.
Analisis internal PT BBI dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan kinerja perusahaan dengan memperlihatkan kekuatan (strength) dan prestasi atas pekerjaan yang telah dicapai. PT BBI telah melakukan analisis kekuatan (strengthness) dan analisis kelemahan (weakness) yang dicantumkan dalam rencana operasi (operadonal plan); sedangkan prestasi kerjanya antara lain, berupa proyek yang dicantumkan dalam laporan manajemen.
Analisis terhadap industri asbes semen. Di dalam industri asbes semen, PT BBI menduduki posisi ke dua dengan pangsa pasar sebesar 25 % setelah Djabesmen yang menduduki posisi pertama dengan pangsa pasar sebesar 50 %. Dalam industri ini ada empat perusahaan besar yaitu Djabesmen, Bakrie Building Industries, Etemit (resik, dan Atrisco. Kesemuanya itu bernaung dalam asosiasi asbes semen FICMA (Fibre Cement Manufacturer Association) Terhadap kondisi perusahaan perlu dilakukan analisis kekuatan (strengthnes), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peluang yang dapat diraih serta ancaman yang dapat dihindari atau diminimalisasi berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang ada dalam faktor produksi perusahaan.
Pemangsaan pasar dan target pasar. Langkah yang dilakukan meliputi pemangsaan pasar dengan cara memilah pasar menurut golongan pendapatan (lower, middle dan upper), besar bangunan (proyek dan perorangan), saluran distribusi (toko dan penyedia barang), pelaksana pembangunan (Perum Perumnas, developer dan Real Estate Indónesia) serta tujuan (lokal dan ekspor). Kemudian ditentukan target pasar, yaitu untuk produk ashes semen yang ditujukan kepada golongan kelas menengah kebawah (lower-middle), sedangkan arcon panel ditujukan kepada golongan kelas menengah keatas (middle-upper).
Dalam pemposisian produk, PT BBI akan mengarah kepada produk berkualitas tinggi (high-quality pro duct). Berdasarkan analisis-analisis di atas, PT BBI akan memilih Grand Strategy Concentric Diversification, maksudnya adalah perusahaan memfokuskan usahanya pada industri komponen bangunan dengan diversifikasi tidak hanya pada produk yang menggunakan bahan baku asbes semen, tetapi juga pada produk semen dan kayu (cement and wood base).
Program pemasaran yang dilakukan PT BBI adalah program penjualan produk, program rancang bangun dan rekayasa, program subkontrak, dan manajemen proyek.
Strategi fungsional bagi pemasaran produk adalah bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi strategi produk strategi saluran distribusi, promosi penjualan, strategi advertensi, dan strategi harga. Organisasi departemen pemasaran PT BBI masih belum mendukung operasional departemen tersebut karena beberapa kelemahan, antara lain, belum ada subbagian departemen yang menangani permintaan produk yang disenangi pelanggan, belum dilaksanakan riset pemasaran dan market intelligence. Adapun tugas yang telah dilaksanakan adalah melayani penjualan produk secara sistem.
Evaluasi dan pengendalian pemasaran dilakukan melalui pengendalian rencana tahunan (annual plan control), pengendalian profitabilitas (profitability control), pengendahan efisiensi (efficiency control), dan pengendalian strategis (strategic control). Upaya meningkatkan pangsa pasar yang perlu diperhatikan adalah keunggulan produk, harga yang relatif murah, pelayanan yang baik dan ketepatan"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Ira Herdiana
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Legimun Sentono
"Sarana Telekomunikasi menduduki peran strategis karena menyangkut aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia, baik aspek sosial, politik, ekonomi, maupun pertahanan dan keamanan. Bagi Indonesia yang sedang membangun, sungguh terasa betapa kebutuhan akan sarana telekomunikasi demikian tinggi, terutama untuk menunjang pertumbuhan sektor ekonomi yang sangat pesat. Dalam kenyataannya sarana telekomunikasi yang tersedia masih sangat minim. Hal demikian adalah disebabkan minimnya dana yang tersedia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pemerintah membuat terobosan dengan memberi peluang kepada swasta untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan sarana telekomunikasi di tanah air, yang tertuang dalam bagian Menimbang UU No. 3/1989 tentang Telekomunikasi. Hal tersebut merupakan momentum dalam sejarah pertelekomunikasian di Indonesia karena memberikan dampak yang sangat besar dalam menunjang percepatan pembangunan sarana telekomunikasi. Dampak positip tersebut tentu saja tidak lepas dari timbulnya permasalahan-permasalahan yang membuntutinya. Permasalahan yang timbul dapat menyangkut tentang hubungan hukum antara PERUMTEL dengan pihak swasta sebagai mitra kerjasamanya, besarnya peranan swasta dalam bidang yang selama ini dianggap· sebagai bidang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, sampai dengan adanya issu-issu swastanisasi. Permasalahan lain yang ada dalam tulisan ini adalah berubahnya status PERUMTEL menjadi PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA sementara perjanjiannya dengan pihak BAKRIE sedang berlangsung. Hal-hal pokok demikianlah yang penulis bahas dalam skripsi ini."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
S20570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Agustini
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S27317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>