Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reni Berliantin
"Oleh karena investasi dalam usaha perhotelani memerlukan dana yang relatif cukup besar dan mempengaruhi perusahaan pada jangka panjang, perusahaan'perlu melakukan. evaluasi atas kelayakan rencana investasinya ini, Penelitian dilakukan dengan lebih dulu menelaah buku-buku dan bacaan-bacaan yanq ada kaitannya dengan maksud penulisan atau evaluasi ini. Di samping itu penulis juga melakukan berbagai wawancara dengan direksi,. manager dan karyawan Hotel PPP, dan ke pihak-pihak lain yang terkait. Demi menganalisa lebih penulis melakukan observasi langsung dengan beberapa kali datang kelokasi. Dari analisa beberapa aspek yang meliputi aspek pasar, tehnis, manajemen, keuangan, serta ekonomi dan sosial terhadap rencana perseroan dalam membangun setara bintang tiga di Sumatera Barat, secara umum dapat disimpulkan bahwa usulan investasi yang diajukan berdasarkan data yang terbatas yang diperoleh penulis adalah layak Secara ekonomis dan tehnis untuk diteruskan, dengan asumsi bahwa perekonomian Indonesia secara keseluruhan tetap baik diiringi dengan tindak lanjut kebijaksanaan pemerintah dalam meregulasi sektor perekonomian secara konsisten.
Berdasarkan dari pengalaman perusahaan selama. dari hasil analisa rencana proyek penulis menyarankan beberapa hal yang berhubungan dengan aspek pemasaran, manajemen, penyiapan sumber daya manusia dan pembiayaan perusahaan harus lebih gencar melakukan usaha pemasaran dengan berbagai cara yang relevan dan rasional. Perusahaan juga harus benar benar aware (sadar) kan perubahan orientasi dalam manajemen sumber daya Manusia sebagai unsur vital dari usaha jasa benar-benar disiapkan pemahaman kerjanya keahlian ketrampilannya, dan sebagai tambahan, penulis menyarankan suatu bentuk pencatatan yang terpisah terhadab biayaan yang dianggap sebagai modal dan yang dianggap sebagai pinjaman."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Departemen Pertanian, 2006
338.1 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Wisaksono
"ABSTRAK
Dengan semakin agresifnya kegiatan Pemerintah dalam mengembang-
kan sektor Pariwisata iumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia selalu
meningkat sejak akhir dasawarsa 1980-an. Demikian pula dengan semakin
berkembangnya kegiatan bisnis di indonesia telah menambah ramainya arus
masuk tamu asing ke Indonesia. Meningkatrtya arus wisatawan dan tamu asing
ini telah mendorong kenaikan jumlah permintaan kamar hotel di berbagai
tempat di Indonesia. Kemudian banyak investor baru yang rnulai menanamkan
modalnya di bidang perhotelan. Daerah Bali, Jakarta dan Jawa Barat merupakan
daerah paling menarik bagi pendirian hotel-hotel baru. Bali lebih menonjol di segi
budaya dan potensi alamnya sedangkan Jakarta dan Jawa Barat dari segi bis-
nisnya. Disamping itu, meningkatnya jumlah vvisatawan tersebut telah mendo-
rong pengusaha hotel yang telah ada untuk meningkatkan kapasitas kamar
hotel mereka.
Namun Iaju peningkatan jumlah kapasitas kamar ini telah melampau laju
pertumbuhan arus wisatawan atau tamu asing yang datang dari Iuar negeri.
Akibatnya meskipun jumlah tamu asing yang datang ke Indonesia mengalami
banyak peningkatan ternyata bila dilihat dari tingkat penghunian kamar rata-rata
hotel di beberapa daerah mengalami kecenderungan menurun. Di Bali misalnya,
tingkat penghunian kamar tahun 1992 diperkirakan hanya mencapai 60 persen
saja. Di Yogyakarta, tingkat penghunian hotel tahun tersebut telah anjlok di
bawah 60 persen. Padahal menurut Departemen Pariwisata, Pos dan Teleko-
munikasi tingkat penghunian bisa disebut normal apabila mencapai sekurang-
kurangnya 60 persen. Dengan tingkat penghunian sebesar 60 persen tersebut
diperkirakan pengusaha hotel baru mampu menutup seluruh biaya-biaya opera-
sinya. Adanya kecenderungan semakin menurunnya tingkat penghunian kamar
hotel di beberapa daerah tersebuy mengakibatkan munculnya persaingan dalam
bentuk perang tarip. Perang tarip di tingkat hotel raksasa pada akhirnya akan
merembet ke hotel-hotel kelas di bawahnya hingga ke hotel melati.
Sementara itu perang tarip antara hotel-hotel berbintang di Jakarta
sudah mulai terasa di awal tahun 1993. Menurut data Biro Pusat Statistik
tingkat penghunian rata-rata tahun 1991 untuk hotel berbintang lima, masih
mencapai 17O persen. Aklbatnya sejak tahun 1992 banyak hotel berbintang lima
di Jakarta yang mulai memperbanyak kapasitas kamarnya. Sementara itu jumlah
proyek pendirian hotel berbintang lima yang telah disetujui Badan koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) telah mencapal sebanyak 9 hotel dengan kapasitas
sekitar 3.900 kamar. Seluruh proyek tersebut diperkirakan akan selesai dan
mulai beroperasi tahun 1996 nanti. Meskipun persaingan telah semakin ketat di
tahun 1993 ini, namun ijin bagi pendirian hotel baru di Jakarta masih belum
tertutup. Dengan melihat keadaan yang tengah terjadi di bisnis perhotelan
tersebut, tulisan ini berusaha menganalisa intensitas persaingan yang sebenar-
nya tengah dan akan terjadi di bisnis perhotelan bintang lima khususnya di
Jakarta.
Menurut Porter, intensitas persaingan dalam industri bukanlah suatu kebetulan atau nasib buruk. Persaingan dalam suatu industri berakar pada struktur ekonomi yang mendasarinya dan berjalan diluat perilaku pesing-pesaing yang ada. intensitas persaingan ini bergantung pada lima kekuatan persaingan pokok. kelima kekautan tersebut antara lain pendatang baru, potensial, produk pengganti, kekuatan pemasuk dan kekuatan pembeli serta persaingan di antara lain pendatang baru, potensial, produk pengganti, kekuatan pemasok dan ekuatan pembeli serta persaingan di antara perusahaan yang ada dalam industri tersebut. Gabungan dari kelima kekuatan ini akan menentukan potensi laba akhirs dalam industri.
Dari analisa intensitas persaingan berdasarkan kelima kekuatan yang diterangkan porter tersebut, penelitian ini memberikan banyak kesimpulan mengenai bisnis perhotelam berbintang lima di jakarta. persaingan yang terjadi diantara pesaing-pesaing yang telah ada sudah menunjukan ketatnya bisnis ini. Sejak awal tahun 1993 pemotongan tarip kamar hotel mulai terjadi hotel0hotel kelas raksasa ini. Hal ini sebagai akibat semakin menurunnya tingkat perhunian kamar. Sesuai dengan hasil perhitungan ulang dalam penelitian ini bahwa sejak tahun 1991 tingkat penghunian hotel bintang lima dijakarta sebetulnya telah merosot hingga dibawah 60persen. Berbeda dengan data BPS yang menunjukkan tingkat penghunian tersebut masih diatas 70 persen. Dalam penelitian ini juga telah menemukan banyak kesalahan dalam penghitungan tingkat penghunian hotel yang dilakukan oleh BPS. Kesalahan data dari BPS tersebut kelihatannya telah menyesatkan bahwa investor baru maupun pengusaha hotel.
Dengand ata tersebut banyak pengusaha hotel mulai menambah jumlah kapasitas kamar yang mereka tawarkan. Hotel Hilton misalnya, mulai mendirikan bangunan baru dengan kapasitas 500 kamar yang diperkirakan akan selesai akhir tahun 1993 ini. sebanyak sembilan hotel bintang lima baru yang masih dalam tahap kosntruksi juga akan menambah ketatnya persaingan dalam bisnis perhotelan di masa mendatang.Dengan demikian amsuknya banyak pendatang baru potensial ini jelas akan menanmbah intensitas persaingan bagi pesaing-pesaing lama.
Kekuatan pemasok dalam bisnis ini kurang begitu kuat. Hal ini karena pemasok bisnis perhotelan berasal dari industri yang terfragmentasi dan tidak tergantung dari satu atau beberapa jenis produk saja. sedangkan kekuatan tawar menawar pembeli boleh dibilang cukup kuat. Pemakai jawa hotel akan cenderung sensitif terhadap perubahan tarip. Adanya informasi yang luas telah memungkinkan pemakai jawa hotel untuk melakukan alternatif pemilihan hotel.
akhir tulisan ini memebrikan kesimpulan bahwa tingkat persaingan di bidang perhotelan berbintang lima telah menunjukan intensitas yang cukup ketat dan akan lebih ketat lagi dimasa mendatang. Keadaan ini akan bertambah parah apabila laju pertumbuhan arus wisatawan asing ke indonesia tidak mampu menutup laju kenaikan kapasitas hotel yang ada. hal ini mengingatkan lebihd ari 65 persen pengunjung hotel berbintang lima beasal dari luar negeri. tingkat persaingan yang tidak sehat diantara hotel bintang lima ini tentu saja akan membawa dampat pada hotel substitutornya, yaitu hotel berbintang lima. dan pada akhirnya akan merembet ke semua jenis hotel yang ada di jakarta.
untuk menghadapi persaingan yang tidak sehat ini pengusaha hotel melakukan tindakan-tindakan yang lebih agresif. pengusaha hotel perlu mengadakan kegitaan-kegiatan yang lain atraktif di hotel mereka guna mengundang banyak pengunjung serta meningkatkan citra hotel. kegiatan tersebut bisa diorganisir sendiri ataupun dengan kerjasama dengan organisasi lain. Selain itu pengusaha hotel harus tetap menjaga dan meningkatkan pelayanan serta melatih tenaga kerja agar lebih profesinal sehingga mampu memberikan kelebihan tersendiri dibanding hotel-hotel lain. Antisipasi terhadap perubahan dalam bisnis dan teknologi perhotelan juga perlu dilakukan secara terus menerus. Alternatif lain bagi pengusaha hotel ialah memodifikasi sebagian bangunan hotel mereka menjadi leased apartment. Mengingat kecenderungan permintaan apartemen di Jakarta masih terus meningkat sedangkan pengusaha hotel bintang lima telah siap dengan sarana, pelayanan dan kelebihan lokasi dibanding apartemen-apartemen yang masih baru. Tulisan ini jugas menyarankan perlunya peninjauan kembali ijin pendirian hotel baru di jakarta oleh BKPM. Selain itu perlu adanya kerjasama antara pengusaha perhotelan dengan pemerintah dalam upaya mempromosikan daerah-daerah tujuan wisita di Jakarta dan sekitarnya guna menarik banyak tamu dari luar negeri deikemudian hari. Akhirnya dengan berbagai tindakan tersebut diharapkan dapar mempertahankan kelangsungan hidup hotel, kembalinya investasi, dan lapangan kerja bagi sejumlah karyawannya. "
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siregar, Abdurrahman
"Kelangsungan layanan yang bertumpu pada teknologi informasi menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam kelangsungan usaha atau bisnis saat ini. Hal ini seiring dengan makin meningkatnya ketergantungan dunia usaha terhadap teknologi informasi (TI). Penanganan bencana (disaster) pada infrastruktur TI memerlukan perencanaan pada tataran kebijakan dan pelaksanaan pada tingkat operasi secara menyeluruh. Dalam suatu industri yang sarat dengan pemakaian TI, misalkan industri jasa telekomunikasi dan perbankan, sering terdapat perbedaan persepsi dalam mengantisipasi dan persiapan kelangsungan layanan (?business continuity services?). Masalah yang dapat ditimbulkan pada ?kesenjangan? penjaminan kelangsungan layanan ini sulitnya diterapkan standarisasi dan derajat layanan terhadap perlindungan konsumen.
Fokus tesis ini melakukan kajian dan riset perencanaan kelangsungan usaha dan layanan pada industri telekomunikasi. Dengan survey dan analisa persiapan implementasi kelangsungan layanan TI bidang industri telekomunikasi di Indonesia, maka dapat disimpulkan seberapa matang layanan yang diberikan oleh operator. Selain itu hasil kajian ini dapat menjadi panduan bagai operator baru yang akan bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi untuk menyesuaikan layanannya sesuai dengan standar industri. Hasil dari kajian ini menyiratkan bahwa persiapan dan pelaksanaan business continuity belum menjadi prioritas dan tersebar pada unit bisnis, sehingga tidak saling terkoordinasi. Belum adanya kesamaan persepsi pada aspek teknis, seperti perlunya ?recovery site?, terutama pada perusahaan telekomunikasi skala menengah.
Masalah lain adalah belum dilaksanakan sosiasilisasi, pengujian (test drill), kebijakan, kerja-sama antar operator untuk ?load sharing? saat bencana dan-lainlain. Secara rinci tesis ini membahas hasil survey kelangsungan usaha dan isu krtikal kelangsungan usaha perusahaan telekomunikasi di Indonesia, termasuk manajemen kelangsungan usaha untuk perusahaan telekomunikasi.

Continuity of services in information technology becomes of the most important aspects in business sustainability nowadays. This happens because business sectors become more dependent to information technology (IT). Disaster recovery for IT infrastructure needs a planning on policy and implementation in the operational level. In an industry full of IT usage, for example telecommunication and banking sectors, there might be misperception in anticipating and preparation for business continuity services. This problem makes it difficult to implement standardization for customer protection.
This thesis focuses on analyzing business continuity plan in telecommunication industry. Using survey and analyze the preparation for business continuity services, we can identify how mature the telecommunication operator in providing their services. The result of the analysis can also be a guidance for new operator that will work on telecommunication industry to adjust their services according to the standards of the industry. The result from this research shows that preparation and implementation of business continuity is not yet a priority in telecommunication industry, it is scattered among business units, and coordination among those business units is not exist.
Every telecommunication company has different perception on the technical aspect of business continuity, like requirement for recovery site, especially for medium scale company. Another problem for business continuity is socialization, scenario simulation test, policy, and load sharing collaboration between mobile operators for disaster recovery. In detail, this thesis analyzes the result of business continuity survey, disaster recovery and critical issue for service continuity in Indonesia?s telecommunication industry, including BCP Management for telecommunication company.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rahmi Dewiani
"ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pembuatan perencanaan pengembangan usaha ini dilatarbelakangi oleh karena dibutuhkannya suatu perencanaan yang matang untuk mengembangkan usaha klinik gigi menjadi "one-stop health and beauty center", dimana pengembangan usaha ini dirasakan sejalan dengan trend di masyarakat, terutama di kota besar seperti Jakarta yang semakin memperhatikan masalah kesehatan dan penampilan.
"One-stop health and beauty center" ini merupakan suatu tempat usaha dimana konsumen dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan kecantikan dalam satu lokasi. Pemilik usaha yang berlokasi di Jl. TB Simatupang No.7 Tanjung Barat Jakarta Selatan ini adalah Drg. Juliani K. lsbandiono Sp.BM yang berencana untuk mengembangkan usaha klinik giginya dibantu oleh anaknya yang sedang menjalani kuliah di Magister Manajemen Universitas Indonesia.
Sesuai dengan nama usaha 'One-Stop health and beauty center' yang berarti pusat kesehatan dan kecantikan pada satu lokasi, maka pengembangan usaha ini ditujukan dengan maksud memberikan pelayanan yang menyeluruh untuk kesehatan dan kecantikan. Jenis-jenis pelayanan yang ditawarkan antara lain adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan bedah minor, pelayanan kesehatan yang meliputi dokter-dokter spesialis, pusat kebugaran, pusat perawatan kulit dan salon.
ARAH STRATEGIK
Arah Strategik Perusahaan ini sesuai dengan visi perusahaan "Menjadi pusat pelayanan kesehatan dan kecantikan yang memberi kemudahan untuk menjadi sehat dan cantik dalam satu lokasi dengan servis yang memuaskan konsumen" dan misi "Memberikan jasa pelayanan kesehatan dan kecantikan secara terpadu dalam satu lokasi sehingga memberikan efisiensi bagi masyarakat Jakarta yang sangat sibuk, khususnya bagi masyarakat yang bertempat tinggal atau berkantor di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur". Termasuk di dalam arah strategik ini adalah core competencias, key success factor perusahaan serta kekuatan internal dan ekstemal perusahaan.
PEMASARAN
Kegiatan perusahaan dalam menjaring konsumennya menggunakan startegi segmentasi-targeting-positioning dan marketing mix yang berdasarkan riset pasar yang sudah dilakukan penulis kepada 66 pelanggan.klinik gigi dan 79 masyarakat sekitar lokasi usaha yang berusia 15-54 tahun.
OPERASI
"One-stop health and beauty center" ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, oleh karena itu pengelolaan lebih banyak pada desain produk/jasa. Perusahaan ini merupakan perusahaan jasa dengan high-contact system, sehingga dalam sistem operasinya harus memperhatikan lokasi fasilitas, layout fasilitas, desain produk, desain proses, penjadwalan, kemampuan pekerja, kontrol kualitas, standar waktu dan perencanaan kapasitas.
SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber d_aya manusia dalam 'one-stop health and beauty center' merupakan asset yang berharga karena tanpa mereka bisnis tidak akan dapat berjalan, oleh karena itu harus dipilih tenaga-tenaga ahli profesional yang memiliki komitmen dan kemampuan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Oleh karena itu dalam memilih sumber daya manusia yang memenuhi kriteria yang ditetapkan harus melalui seleksi dan tahapan tertentu sesuai dengan proses rekruitmen karyawan yang baik. Perencanaan sumber daya manusia ini juga termasuk orientasi, pelatihan dan pengembangan karir, performance management dan compensation management.
KEUANGAN
Pembahasan aspek keuangan ini mencakup masalah kebutuhan modal, kepemilikan dan sumber dana serta perkiraan pendapatan dan biaya dari usaha "One-stop health and beauty center" selama 5 tahun. Dengan modal awal dari usaha ini diperkirakan sebesar Rp. 1.200.000.000,-"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rachim Sofyan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>