Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Dian Risdianto
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26599
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shierly Halim
"Sekitar 50% pekerja mengalami nyeri punggung bawah sederhana per tahun. Sikap tubuh janggal saat bekerja dengan beban angkat yang melebihi beban yang dianjurkan oleh NIOSH merupakan faktor risiko potensial terjadinya cidera pada punggung bawah. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk menentukan prevalensi nyeri punggung bawah sederhana dan faktor yang berpengaruh pada pekerja angkat angkut.
Metode : Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan seluruh total populasi. Pengumpulan data dilakukan di PT A (Jakarta Timur) pada bulan Januari dan Februari 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pengamatan sikap tubuh saat bekerja. Variabel yang diteliti adalah karakteristik pekerja, faktor agen, lingkungan kerja dan komponen lifting index.
Hasil : Dari 128 responden didapatkan 90 responden (70.3%) mengalami nyeri punggung bawah. Faktor sikap tubuh fleksi lebih dari 45°(odds ratio(0R) sesuaian'-=29.l8), composite IWng index lebih dari 3.0 (OR sesuaian =26.02) memiliki hubungan bermalma dengan nyexi punggung bawah sederhana. Faktor komponen lifting index yang bermakna terhadap nyeri punggung bawah sederhana adalah vertikal multyvlier < 0.89 (OR sesuaian=38.60), falctor asirnetri multqnlfer <2 0.90 (OR sesuaian= 24.6l) dan horisontal multiplier < 0.63 (OR sesuaian =8.23).
Kesimpulan dan saran : Faktor risiko yang paling dominan terhadap tirnbujnya nyeri punggung bawah sederhana pada pekerja angkat anglcut adalah sudut fleksi lebih dari 45°. Faktor komponen I$ing index yang paling dominan adalah vertikal muitiplier < 0.89. Perlu dilakukan pelatihau pada pekerja mengenai cara angkat angkut yang ergonomi dan pengaturan kembali mengenai ketinggian asal benda.

Background : Around 50% labors have simple low back pain per year. The awkward position during lifting with over limit has been suggested by NIOSH, could be a potential risk of back injury. This study aims to identity prevalence of simple low back pain (LBP) and affected factors of manual handling labors.
Methods : The study conducted cross sectional design with total population. Data collected between January and February 2009 at company A (East Jakarta). The data was gathered by interview, physical examination, neurological examination and working posture analysis. The variable studied were host factors, agent factors, environment and component of lifting index.
Results : Out of 128 respondents, 90 respondents (70.3%) suffered simple LBP. The angle flexion factor greater than 45° (adjusted Odds ratio (OR) =29.l8), composite lifting index NIOSH more than 3.0 (adjusted OR =26.02) had a significant relation with simple LBP. The Components of lifting index that had a significant association with simple low back pain were vertical multiplier < 0.89 (adjusted OR =38.60), asymmetry multiplier < 0.90 (adjusted OR = 24.6l) and horizontal multiplier < 0.63 (adjusted OR =8.23), have significant relation with simple LBP.
Conclusion and Suggestion : The predominant factor causing simple LBP was angle flexion greater than 45°. The predominant component lifting index causing simple LBP was vertical multiplier <1 0.89. It is important to concern training ergonomic manual handling and need to set reposition vertical origin of the object.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32907
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Audrey Diah Wandasari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26592
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Hayu Pramuditya
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26593
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Munir
"Nyeri pinggang bawah merupakan masalah kesehatan kerja yang paling tua dalam sejarah. Sampai sekarang masih tetap merupakan masalah yang sering dijumpai. Di perusahaan ini nyeri pinggang bawah selama dua tahun terakhir ini menduduki urutan kedua dari sepuluh penyakit terbanyak. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi keluhan nyeri pinggang bawah ini.
Metoda penelitian: Berupa studi kros seksional dengan analisis kasus kontrol. Jumlah sampel pada kelompok terpajan (bagian mixing) sebanyak 230 orang dan pada kelompok tidak terpajan (bagian quality control) sebanyak 109 orang. Data penelitian didapat dari medical records, medical check up, kuesioner, observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Hasil penelitian : Pada kelompok mixing (n=230) didapatkan angka prevalensi untuk keluhan nyeri pinggang sebesar 92,2% dan pada kelompok quality control (n=109) sebesar 21,1%. Dan faktor-faktor yang berpengaruh secara bermakna pada terjadinya keluhan nyeri pinggang dari yang paling kuat pengaruhnya adalah berat beban, merokok, status, umur, masa kerja, pengetahuan cara mengangkat, frekuensi mengangkat dan pendidikan (pada kelompok mixing dan quality control). Untuk kelompok mixing saja faktor yang paling kuat mempengaruhi adalah umur (p=0,0000; 13 ,325). Untuk yang quality control yang besar pengaruhnya adalah pendidikan (p=0,000 ;B=0,412).
Diskusi : Dari penelitian ini secara statistik terbukti bahwa faktor berat beban, merokok, status, umur, masa kerja, pengetahuan cara mengangkat, frekuensi mengangkat dan pendidikan (p = < 0,05) bermakna dalam mempengaruhi keluhan nyeri pinggang . Dan faktor lain seperti pelatihan, SOP dan alat pelindung diri yang tidak bisa dibuktikan secara statistik tetapi kenyataannya berpengaruh. Ini terbukti dari penelitian yang dilakukan di Rusia oleh Toroptsova NV (et al). Maka dan itu untuk mencegah dan mengurangi keluhan nyeri pinggang perlu kerjasama yang baik dari pihak manajemen, tenaga kerja dan dokter perusahaan.

Low Back Pain Among the Workers Food Spices Factory in Purwakarta and the Factors that Related Low back pain is the very old occupational and safety problem in history. Until now still as an occupational and safety problem that most happen. In this factory, low back pain became the second top of ten kinds of diseases that often happen after upper respiratory tract infection. That's why, this case study done with goal to know the prevalence and the factors that related with low back pain.
Method: A cross sectional study with case control analysis. Sample consisted of mixing group 230 workers and quality control group 109 workers. Data were collected from medical records, medical check up results, questioners, observation, interview and physical examination.
Results: The prevalence of low back pain among mixing group is 92,9% and among quality control group is 21,1%. The factors that related significantly with low back pain are: weight of load, smoking, status, age, duration of working, knowledge of the technique for lifting, frequency of lifting and education among mixing group and among quality control group (p=<0,05). For the mixing group the factor that is strongly influents low back pain is age (p ,0000 : B-0,325). And for the quality control group is education (p=0,0000; B= 0,412).
Discussion: There were statistically significant relation between weight of load, smoking, status, age, duration of working, knowledge of the technique for lifting, frequency of lifting and education (p<0,05) with low back pain. The other factors like training, SOP (Standard Operation Procedure) and protection equipment that were statistically can not proved but in fact these factors can significantly related with low back pain In Toroptsova NV (et a!) study already proved those factors could cause low back pain. That's why for preventing and reducing this problem needs cooperation between management, workers and occupational and safety doctor in factory.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah
"Penelitian ini didasari oleh kecelakaan kerja serius yang menimpa 2 orang karyawan Departemen Utility yang terbukti dan hasil investigasi diketahui sebelum terjadinya kecelakaan, mereka melakukan tindakan tidak aman.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara faktor personal, yaitu pengalaman kerja, pelatihan, dan kelelahan serta faktor pekerjaan, yaitu instruksi kerja dan safely promotion dengan tindakan tidak aman.
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Departemen Utility PT.LG PHILIPS Displays Indonesia dan populasi penelitian adalah seluruh karyawan yang levelnya di bawah supervisor yang berjumlah 88 orang.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor personal yaitu kelelahan dan faktor pekerjaan yaitu intruksi kerja berpengaruh terhadap tindakan tidak aman. Kelelahan dapat dikurangi dengan mengubah sistem kerja dari 3 shift dan 3 grup menjadi 3 shift dan 4 grup sehingga dapat memberi kesempatan pada karyawan untuk beristirahat dengan cukup. Kewajiban bagi supervisor untuk memberikan instruksi kerja di pagi hari sebelum memulai aktifitas akan meminimalkan tindakan tidak aman. Disamping itu program safety proinorion harus melibatkan partisipasi aktif karyawan.

This research based on serious accident which injured 2 workers of Utility Department and from investigation report, they did unsafe acts before accident occurred.
The purposes of this research are knowing relationship between factors like work experience, training and fatigue and job factors like work instruction and safety promotion with unsafe acts.
Design of this research is quantitative by cross-sectional approach. This research is done at Utility Department of LG PHILIPS Displays Indonesia and population of this research are all workers who their level under supervisor. Number of workers are 88 persons.
From this research, it showed out that personal factor like fatigue and job factor like work instruction, influence the existence of unsafe acts. To reduce fatigue, it should change working system from 3 shift and 3 group with 3 shift and 4 group so will make opportunity for worker to take a rest more longer, Making compulsory for supervisor hold work instruction especially at morning before doing routine task so unsafe acts can be minimized. Beside that, safety promotion program should involve participation of worker.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutam, Between
"Latar belakang : Dari penelusuran kepustakaan diketahui belum banyak studi yang membahas mengenai nyeri punggung akibat kerja. Gangguan muskuloskeletal ini banyak dihubungkan dengan posisi kerja yang disebabkan regangan otot saraf. Banyak faktor lain berhubungan dengan nyeri punggung yang dikaitkan dengan terjadinya inflamasi sebagai mekanisme terjadinya nyeri punggung termasuk faktor pejamu, penyebab, dan lingkungan, Oleh karena itu perlu dilakukan kajian nyeri punggung dengan faktor faktor yang berhubungan tersebut.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan pendekatan diagnosis nyeri punggung dan faktor yang berhubungan. Subjek penelitian dipilih secara random dari para pekerja bagian penjahitan di pabrik garmen PT X Gunung Putri Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner untuk mencari variabel-variabel yang berhubungan dengan nyeri punggung, pengukuran antropometri untuk mendapatkan ukuran tinggi siku duduk, serta anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menetapkan diagnosis nyeri punggung.
Hasil : Dari 150 subjek penelitian, didapatkan 80 orang (53,3%) dididagnosis nyeri punggung. Dari analisis didapatkan bahwa faktor-faktor determinan yang berhubungan dengan timbulnya nyeri punggung adalah tinggi siku duduk, lama kerja, dan status perkawinan. Lama kerja > 5 tahun mempunyai resiko 7,3 kali lebih besar (OR=7,32;95%CI-3,19-16,52), tinggi siku duduk 3,60 kali (OR=3,60; 95%CI=1,54-8,40), menikah 4,12 kali (OR=4,12; 95% CI= 1,50-11,27) mempunyai risiko nyeri punggung. Walaupun status gizi mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik pada uji bivariat, tetapi tidak termasuk pada faktor determinan untuk terjadinya nyeri punggung. Umur, status pendidikan, ketersediaan SOP, dan kepernahan mengikuti pelatihan, tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan nyeri punggung.
Kesimpulan : Prevalensi nyeri punggung pada pekerja wanita penjahit pakaian di PT X adalah 53,3%. Terjadinya nyeri punggung ini dikaitkan dengan posisi kerja lebih menunduk yang pada penelitian ini terlibat dari risiko untuk mendapatkan nyeri punggung pada pekerja dengan tinggi siku > 69 cm adalah 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mempunyai tinggi siku duduk 69 cm. Oleh karena itu perlu penyesuaian tempat kerja dengan antropemetri pekerja, mutasi kerja bagi pekerja yang lama kerja > 5 tahun, perlu waktu relaksasi pada interval waktu kerja setiap 2 jam selama 5-10 menit.

Background: Literature search show that the study about occupational related back pain is limited. This musculoskeletal disorder commonly linked to the work position that causes static muscle strain. There are many other back pain related factors including host, agent, and environment that are referred to the inflammation as a mechanism of back pain. Therefore, it is necessary to look at back pain and such related factors at the workplace.
Methods : This study used cross-sectional design to look at back pain and its related factors. The study subjects were randomly chosen from female workers in sewing department of garment factory X, Gunung Putri, Bogor. The collections of data were done by using questionnaire to obtain back pain related variables, anthropometrics measurement to obtain the height of elbow in silting position, and anamnesis and physical examinations to determine the diagnosis of back pain.
Results : Of 150 study subjects, 80 workers (53.3%) were diagnosed back pain. The analysis found that the back pain related determinant factors are service length, the height of elbow in sitting position, and marital status. The female workers who have the length of service more than 5 years, 7.3 times more likely to get back pain than those who have the length of service up to 5 years (OR=7.32; 95%CI=3.19-16.52), For those who have the height of elbow in sitting position more than 69 cm, tend to have 3.60 times more risk to get back pain than those who have it 69 cm or less (OR=3.60; 95%C1=1.54 - 8.40). In addition, married female workers have 4.12 times more risk to get back pain than those who were unmarried (OR =4.12: 95%CI=1.50-11.27).
Conclusion : The prevalence of back pain among the female workers in the sewing department of garment factory X, Bogor is 53.3%. The mechanism of back pain is probably linked to the bent-down of workers neck during doing their work It is proved that the female workers who have the height of elbow in sitting position more than 69 cm got 3.6 more back pain risk than those who have it 69cm or less. Therefore, it is recommended to adjust the work position to the workers anthropometrics, to do mutation of work for those who have been worked more than 5 years, and to give workers time to take a rest for 5 to 10 minutes every 2-work hours.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patuan Alfon S.
"Sebagian besar kecelakaan kerja terjadi karena disebabkan oleh adanya tindakan tidak aman (unsafe act). Beberapa faktor tindakan tidak aman yang menjadi penyebab kecelakaan sesuai klasifikasi dari DNV rules antara lain gagal dalam melaksanakan prosedur, gagal dalam menggunakan APD (alat pelindung diri), dll. Demikian juga dengan kecelakaan kerja yang terjadi pada kegiatan produksi dan pemboran pada kegiatan usaha migas di beberapa KKKS, kecelakaan tersebut sebagian besar disebabkan karena adanya tindakan tidak aman (unsafe act). Faktor-faktor tindakan tidak aman tersebut sangat bervariasi dan berbeda antara satu KKKS dengan KKKS lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor tindakan tidak aman yang dominan sebagai penyebab kecelakaan kerja pada beberapa KKKS dan melihat bagaimana peran manajemen dalam pengimplementasikan K3 pada masing-masing KKKS. Penelitian ini menggunakan desain dengan studi evaluasi yang menyangkut kecelakaan kerja pada kegiatan produksi dan pemboran pada 4 group pada tahun 2002-2004 pada beberapa KKKS yang mewakili benua Amerika, Eropa, Asia dan Nasional. Data kecelakaan kerja yang dianalisa adalah seluruh data kecelakaan kerja baik yang ringan, sedang, berat bahkan kecelakaan fatal yang menimpa para karyawan KKKS maupun karyawan kontraktornya. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa kualitatif.
Temuan penting dari penelitian ini adalah faktor tindakan tidak aman yang dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja pada group KKKS I adalah mengoperasikan peralatan tanpa wewenang sebesar 29 %, lalu Group KKKS II dan III adalah gagal dalam melaksanakan prosedur masing-masing sebesar 28 % dan 37 % dan terakhir untuk group KKKS IV faktor tindakan tidak aman yang dominan adalah mengoperasikan peralatan tanpa wewenang dan menggunakan peralatan yang rusak sebesar 22 % Kecelakaan kerja dapat terjadi karena beberapa faktor, namun sebagian besar kecelakaan kerja tersebut diakibatkan oleh adanya tindakan tidak aman (unsafe act). Untuk meminimilisasi tindakan tidak aman tersebut perlu ditingkatkan peran aktif dan manajemen terutama dalam pengimplementasian aspek K3 di iapangan. Disamping itu pemberian pelatihan yang komprehensif juga dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan ketrampilan serta awareness dari karyawan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerian Zalda
"Kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja menimbulkan kerugian baik terhadap tenaga kerja maupun terhadap perusahaan. Kerugian yang diderita tenaga kerja berupa cedera akibat kecelakaan kerja, gangguan mental, cacat sementara maupun cacat tetap. Sedangkan kerugian yang diderita perusahaan antara lain berupa pengeluaran biaya pengobatan, biaya perbaikan kerusakan peralatan, kehilangan nilai produksi karena proses terpaksa terhenti, penurunan produktivitas karena karyawan pengganti kurang terampil.
Teori dari heninrich (1931) menyatakan 88 % terjadinya kecelakaan disebabkan oleh human error (unsafe acts), 10% dikarenakan kondisi yang tidak aman (unsafe condition). Dari konsep teori ini, Ferrel juga mengatakan kecelakaan adalah akibat dari sebuah rangkaian kejadian yang diawali oleh kesalahan manusia. Dan jenis-jenis kesalahan manusia menurut James Reason, 1990 antara lain: Kekeliruan/ Lapse (Kegagalan Memori / Lupa), Kesalahan/ Mistake (Kesalahan Komunikasi, Buruknya Pelatihan Kerja dan Aplikasi Dan Aturan Tindakan Disiplin Yang Buruk).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan manusia dalam bekerja dari karyawan Kontraktor Departemen Well Work & Drilling PT, Chevron Pasific Indonesia Duri-Riau. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan disain cross sectional dilakukan melalui wawancara kuisioner pada 75 responden dengan analisa univariat, analisa bivariat (Korelasi Pearson) dan analisa multivariat (analisa faktor konfirmatori).
Hasil penelitian menghasilkan sebagai berikut: kesalahan Komunikasi sebesar 23 orang (30,66%) dengan hasil faktor konfirmatori 0,743, Buruknya Pelatihan Kerja sebesar 20 (26,67%) dengan hasil faktor konfirmatori 0,624, Aplikasi Aturan Tindakan Disiplin sebesar 17 orang (22,67%) dengan hasil faktor konfirmatori 0,602 dan kegagalan memori sebesar 15 (20%) dengan hasil faktor konfirmatori 0,567. Kesalahan Komunikasi merupakan faktor utama dari kesalahan manusia dalam bekerja dan hubungan kesalahan komunikasi dengan buruknya pelatihan kerja secara statistik terbukti mempunyai hubungan yang bermakna sebesar 0,471.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada perusahaan untuk Membuat perencanaan pemenuhan kebutuhan dan pengembangan tenaga kerja baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan cara peningkatkan pelatihan kerja, perbaikan proses komunikasi yang meliputi upaya perbaikan komunikasi antara karyawan dan pimpinan dan antara sesama karyawan, melakukan pertemuan berkala antar pimpinan dengan karyawan dan antara sesama karyawan guna membahas dan sekaligus meningkatkan kinerja, memberi kesempatan bagi karyawan dengan berbagai latar belakang pendidikan dan jabatan untuk mengembangkan diri dengan memberikan tanggungjawab dan uraian tugas sesuai dengan keahlian yang dimiliki karyawan.

Accident work and or sickness the result of work to make injure for the employee or the company. The employee injure are wound the result accident of work, mentality annoyance, temporary or permanent. Even the injure for the company are expenses medicine cost, equipment destruction improvement cost, the lost of production value because the process necessary to stop, decrease of productivity because the less skill of substitute employee. Chevron Pacific Indonesia company is industrial appearance in petroleum that has high job risk level, especially after job complicated more increase to answer that challenging company should be able to give best service to employee. The power of human resource department is imported because as good as system and facility that have prepared if it is not supported by good human resource in to do their activity. So therefore if human resources development has prepared and supported by good system and facility, there is good job and increasing productivity.
Theory of Heinrich (1931) said that 88% of accident caused by human error (unsafe acts), 10% caused unsafe condition. From this theory of concept, Ferrell also said that accident is result from arrange of rise is begin human error. According to James Reason (1990) that kind of human error is: Unintended Action (slip, lapse, and mistake) and Intended Action (Violation).
The purpose of this research is for know factors related to human error in job at contractor department well work & drilling Chevron Pasific Indonesia company. This research is not experimental with design cross sectional has done by interview to 75 respondent with univariat analyses, bivariat analyses (Korelasi Pearson) dan multivariat analyses (konfirmatori factor analyses).
The result of research result are mistake communication 23 persons (30,66%) with result factor konfirmatori 0,743, bad job training 20 (26,67%) person with result factor konfirmatori 0,624, application of bad rule disciplined 17 person (22,67%) with result factor konfirmatori 0,602 and memory failures 15 person (20%) with result factor konfirmatori 0,567. Mistake communication is first factor of human error in work and relation mistake of communications with bad job training of statistically proven have relation having a meaning of equal to 0,471.
According to this research company suggested to make planning needing completely and employee developing for short or long term with job training increasing, improvement communication among employee and company and other employee, making perpetual meeting among company and employee and other employee to discuss and increase. Work system, giving opportunity to employee with much kind of education backgrounds and position to develop them to give responsibility and job descriptions in conformity with employee skill.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megy Armada Putra
"Satu dari beberapa karakteristik proyek konstruksi yaitu berisiko tinggi kecelakaan kerja. Sebagian besar kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh adanya perilaku tidak selamat dalam bekerja. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor penyebab perilaku kerja tidak selamat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi di proyek pembangunan Bogor Valley Residence dan Hotel tahun 2014.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan semi kuantitatif. Populasi yang diteliti adalah pekerja bagian finishing sebanyak 70 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi dengan besar sampel 65 responden. Desain penelitian cross sectional, observasi, kuesioner, wawancara dan analisis data menggunakan chi-square.
Hasil telitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerja berperilaku kerja tidak selamat (53,8%). Ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang hambatan berperilaku kerja selamat, ketersediaan fasilitas keselamatan kerja, dan peraturan keselamatan kerja dengan perilaku kerja tidak selamat pekerja konstruksi.

One of several characteristics of construction projects that have a higher risk of accidents. Most of the work accident occurs due to the unsafe behavior in working. The purpose of the research was to determine the causes of workplace unsafe behavior to prevent work accidents at construction workers in the construction project Bogor Valley Residence and Hotel in 2014.
Research was a descriptive analytic study with semi-quantitative approach. The population be researched was part of finishing as many as 70 workers. The sampling method used was to test the hypothesis using two different formulas proportions with a sample size of 65 respondents. Desaign of research were cross-sectional, observation, questionnaires, interviews and data analysis using chi-square.
The results show that the majority of workers have unsafe behavior (53.8%). There is a significant relationship between perceptions of barriers to safe work behavior, availability of safety facility, and the safety regulations with unsafe behavior of construction workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>