Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218212 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sutardi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26766
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Walangitan, Vemmy Rialianty Jeane
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Pertiwi
"Seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tabu untuk dibicarakan menjadikan remaja cenderung ingin mencoba-coba sehingga remaja menjadi berisiko pada perilaku seks yang berisiko. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 147 responden yang diambil secara Probability Proportional to Size, kemudian responden yang dipilih menggunakan sistematik random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Dari hasil analisis, didapatkan sebanyak 36,7% berperilaku seksual berisiko. Sebagian besar responden berumur 13 tahun dan sebagian besar responden sudah mengalami pubertas, sebagian besar memiliki pengetahuan baik, memiliki sikap positif. Sebagian besar responden tidak melakukan komunikasi aktif dengan orang tua (81,6%), sebagian responden melakukan komunikasi pasif dengan teman (79,6%). (62,6%) yang menyatakan mempunyai pacar. Usia rata- rata mulai berpacaran 12 tahun. Lama pertemuan dengan pacar rata-rata 3 jam, responden yang berhubungan seksual (6,1%). Variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual remaja yaitu, umur, sikap, pola komunikasi dengan orang tua dan teman sebaya, status perkawinan, lama pertemuan dan jumlah pacar, paparan media ponografi.
Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya komunikasi yang terbuka dan adanya tata aturan keluarga yang jelas dalam pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.

Sexsuality and reproductive health taboo, it makes teens to want experiment, so that teens at risk on the risky sexual behaviour. The study was conducted a cross sectional. Sample of 147 respondents with Probability Proportional to Size, and then respondents were selected with Sytematik random sampling. Data were collected questionnaire.
From analysis, it was found 36,7%, as risky sexual behaviour, the respondents was 13 years, respondents have a good knowledge, have a positive attitude, communications with parents not perform active 81,6%. Communication with friends have passive 79.6%. the average age began dating at 12 years, 62,6% respondents have boyfriends and girlfriends.
Variables that a significant with adolescent sexual behaviour, that is age, attitude, communication with parents and peers, status mariage of parents, leght of meeting and number of girlfriends and boyfriends, exposure to media pornography.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S43962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Widi Susanto
"Kehidupan manusia terbagi dalam tahapan-tahapan perkembangan sejak lahir sampai meninggal dunia, dan diantaranya adalah masa remaja. Pada setiap tahap perkembangan, ada tugas-tugas yang harus dipenuhi yang biasa disebut tugas perkembangan. Begitu pula pada masa remaja yang salah satu tugas perkembangannya adalah mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis. Hubungan dengan lawan jenis biasanya dipenuhi atau muncul dalam perilaku berpacaran. Tugas perkembangan mempunyai peran yang penting, karena jika tidak dilalui dengan baik, seseorang akan cenderung mengalami kesulitan pada tahapan berikutnya. Berpacaran itu sendiri merupakan budaya atau fenomena yang cukup menonjol pada remaja. Berpacaran bagi remaja dapat berfungsi untuk belajar bergaul, mendapatkan identitas diri, dan lain-lain. Selain itu perkembangan seksual yang cepat mengakibatkan munculnya ketertarikan pada lawan jenisnya.
Ada beberapa alasan yang mendorong remaja berpacaran seperti untuk bersenang-senang, mencari status, belajar bersosialisasi, memilih pasangan hidup, mendapatkan persaha- batan, memperoleh keintiman atau kedekatan. Selain alasan-alasan diatas, ternyata masih ada kemungkinan alasan yang lain seperti konformitas, atau berpacaran karena konform dengan teman-teman. Pada pola alasan berpacaran ada beberapa faktor yang mungkin berkaitan, yaitu jenis kelamin, usia, pengalaman pacaran, kelompok peer dan status sosial ekonomi.
Kelompok peer juga menjadi ciri yang cukup menonjol. Kelompok peer mempunyai arti cukup penting bagi remaja, misalnya sebagi pendukung pengembangan identitas diri, minat, kemampuan. dan lain-1ain. Dalam kelompok peer inilah kemudian muncul konformitas. Tekanan untuk berbuat sesuai atau konform dengan kelompak terasa sangan kuat pada masa remaja. Disamping itu konformitas dapat terlihat dalam banyak dimensi kehidupan remaja seperti cara berbicara, berpakaian, minat, nilai-nilai, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja alasan berpacaran pada remaja, serta kemungkina konformitas termasuk alasan berpacaran dan juga faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan pola alasan berpacaran. Remaja yang menjadi subyek penelitian adalah remaja sekolah menengah atas yang berusia 15-17 tahun. Selain itu subyek penelitian adalah remaja yang sudah berpacaran atau pernah berpacaran, serta berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Penarikan sampel penelitian menggunakan metode incidental sampling yaitu sampel yang paling mudah ditemui. Instrumen untuk penelitian ini menggunakan kuesioner alasan berpacaran yang terdiri dari 32 item.
Dari hasil penelitian didapatkan ada beberapa alasan berpacaran yang dikemukakan oleh remaja yang menjadi subyek penelitian yaitu, karena saling tertarik satu sama lain, untuk saling membantu dan membutuhkan, untuk belajar saling mengenal serta mencari pasangan yang cocok, untuk saling memotivasi, untuk rekreasi dan memperoleh kesenangan, koform terhadap teman-teman kelompok, serta untuk ajang prestasi dan sumber status. Diantara alasan-alasan tersebut, ternyata konformitas termasuk alasan berpacaran pada remaja. walaupun bukan merupakan alasan utama atau alasan yang paling penting bagi remaja. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, pengalaman pacaran, kelompok peer, status sosial ekonomi mempunyai peran atau berkaitan dengan pola alasan berpacaran pada remaja. Sedangkan khusus untuk alasan konformitas faktor-faktor tersebut tidak berkaitan atau tidak mempunyai peranan yang berarti."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Hanifah
"Penundaan usia menikah pada remaja mengakibatkan tertundanya pula hubungan seks dalam periode yang cukup panjang, padahal stimulasi media massa sedemikian gencarnya terhadap perkembangan seksual seorang remaja sehingga banyak remaja menjadi aktif seksual pra nikah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mendasari hubungan seks pra nikah remaja di youth center Lentera-Sahabat Remaja (Lensa) PKEZ Yogyakarta pada tahun 2000.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi kualitatif dengan teknik wawancara mendalam terhadap remaja yang datang berkunjung ke Sahaja Yogyakarta selama bulan April 2000. Informan yang didapat seluruhnya berjumlah 30 orang, terdiri dari 3 kelompok. Kelompok pertama berjumlah 8 orang informan yang belum pernah melakukan hubungan seks (HUS) pra nikah. Kelompok kedua sejumlah 10 orang informan yang sudah pernah melakukan HUS pra nikah, tetapi tidak sampai hamil. Kelompok ketiga adalah informan yang sudah berhubungan seks pra nikah dan mereka atau pacar mereka mengalami kehamilan berjumlah 12 orang.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi masih rendah dan terbatas hanya pada arti pokoknya raja. Sebagian besar remaja mempersepsikan bahwa hubungan seks pra nikah cara tidak baik dilakukan dan sangat berbahaya bagi remaja serta mereka tidak siap menanggung akibat melakukan HUS berupa kehamilan dan penyakit menular seksual.
Sebagian besar remaja yang belum pemah melakukan HUS serta remaja yang sudah hamil menyatakan bahwa HUS pra nikah tidak boleh dilakukan karena melanggar norma agama.
Informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa HUS terjadi karena adanya dorongan pacar, teman, dan paparan media massa, suasana rumah yang sepi, serta waktu khusus seperti hari valentine dan ulang tahun pacar. Kehidupan perkawinan orangtua tidak terlihat perannya dalam penelitian ini karena sebagian besar informan menganggap bahwa perkawinan orangtua mereka harmonis.
Beberapa hal yang dapat disarankan untuk meningkatkan pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi antara lain dalam bentuk dukungan kuat untuk pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional untuk mengadakan pendidikan seksualitas atau pendidikan reproduksi remaja (PRR) baik di jalur pendidikan formal maupun informal di sekolah dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang kesehatan reproduksi remaja. Sebaiknya, pendidikan seksualitas seharusnya sudah dimulai oleh orangtuanya. Selain itu, masih dibutuhkannya penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor manakah dari faktor yang telah diteliti dalam penelitian ini yang mempunyai pengaruh terbesar secara statistik terhadap perilaku seks pra nikah remaja.
Daftar Bacaan: 42 (1986-2000).

Factors Influencing Premarital Sex Among Youth (Qualitative Study in PKBI Yogyakarta 2000).The postponement of a marriage phenomenon among youth has consequences in delaying the beginning of first sexual intercourse for a long period. However, various media exposure contained sexual pleasure, stimulate youth to became sexually active before marriage. The objective of this study is to explore factors influencing premarital sex among youth who seek counseling to Lentera-Sahaja (Lensa) Youth Center in PKBI Yogyakarta.
The design of the study is qualitative and using an in-depth interview as a technique for collecting data. The subject of this study are youth (15-24 years old) who came to Lensa during April 2000. There are 30 youth have been gathered which can he classified into three groups. The first group consist of 8 youth who never had premarital sex The second group consist of 10 youth who have ever had premarital sex but never pregnant. And the third group consist of 12 youth who became pregnant.
This study shows that youth from all groups, has low knowledge on reproductive health. They also perceived that premarital sex is not good and very dangerous to youth, and they admitted that they were not ready to have the consequences from sexual intercourse, such as pregnancy and sexually transmitted diseases. Furthermore, most of the subjects said that premarital sex is prohibited because it is against the religious norms.
Besides partner's influence and media exposure, their peer groups also play a significant role in driving them to have premarital sex. The other factors were the absence of their parents or other family members and special occasions like Valentine's day and partner's birthday which has enabled youth to have sex in their house with their partners. Parent's marriage were not play a significant role in their premarital sex behavior, because most of their parents were living in harmony.
There are some recommendations to increase youth's knowledge on reproductive health such as a form of strong support and willingness to government, i.e. Department of National Education with assistance from NGOs, especially those which focused on youth reproductive health, like PKBI to involve some of reproductive health curricula at school. However, sexuality education should start from their parent first. This study also recommend a follow-up study to know the most influential factors in premarital sex among youth.
References: 42 (1986 -2000)"
2000
T2648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Hadiati Sarjono
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26845
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Masudin
"Saat ini semakin banyak remaja bersikap permisif dalam hal seksual. Problem seksualitas remaja di masyarakat urban dan modern bermula dari kenyataan bahwa selain percepatan kematangan seksual, juga adanya pemaparan terhadap bacaan atau tayangan visual yang menampilkan seksualitas manusia dalam berbagai bentuk Selain itu juga hal tersebut dapat dikarenakan oleh semakin seringnya mereka bertemu dengan lawan jenis, serta meningkatnya kesempatan bagi remaja untuk menikmati kehidupan pribadi. Dampak dari perilaku seksual tersebut beresiko khususnya pada remaja perempuan seperti kehamilan tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, kemandulan, dan kematian karena perdarahan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang melatar belakangi remaja perempuan melakukan hubungan seks sebelum menikah di kota Palu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam. Informan seluruhnya berjumlah 17 orang, terdiri dari 5 orang informan kunci dan 12 orang informan remaja.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pengetahuan informan remaja perempuan tentang kesehatan reproduksi khususnya alat dan fungsi reproduksi, masa subur dan kehamilan sangat rendah. Keadaan ini disebabkan sumber informasi utama tentang kesehatan reproduksi adalah teman yang tidak mempunyai pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang baik dan cukup. Seluruh informan mengatakan hubungan seksual sebelum menikah bertentangan dengan budaya, agama dan berdosa tetapi kenyataannya mereka semua pernah melakukan hubungan seks. Adapun alasannya adalah karena adanya rasa cinta, sayang, suka sama suka dan dirangsang oleh pacar, sebagian mengatakan pengaruh obat-obatan dan minuman selebihnya dipaksa oleh pacar. Selain itu, pengaruh teman sebaya, paparan media masa, rumah kost yang sepi, tidak adanya kontrol dan kurangnya perhatian orang tua juga sangat berperan.
Beberapa hal yang dapat disarankan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi antara lain bagi Dinas Kesehatan Kota Palu perlu kiranya mengembangkan mater KIE kesehatan reproduksi remaja dan menjalin kerjasama dengan media masa lokal untuk penyebaran informasi tersebut Bagi Dinas Pendidikan dan Pengajaran dapat mengimplementasikan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja, dan peningkatan peran guru serta orang tua (komite sekolah) sebagai sumber informasi bagi remaja Lembaga swadaya masyarakat dapat kiranya mendirikan lokasi pusat pelayanan remaja dan kepada tokoh agamaltokoh masyarakat diharapkan meningkatkan penyuluhan secara optimal mengenai kesehatan reproduksi dan melakukan kontrol terhadap perilaku yang menyimpang. Masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor manakah yang mempengaruhi remaja perempuan melakukan hubungan seks sebelum menikah dengan pendekatan kuantitatif.
Daftar Bacaan : 68 (1986-2002)

Nowadays the number of teenagers who are become permissive in sexual are increasing. Problem of sexual in teenager in urban and modern society begin from acceleration of sexual maturity and also exposure of reading material or visual expose that show human sexuality in various form. Aside from that, this situation is also supported by the fact that teenagers are now become more often meet with their respective pair and increasing opportunity for them enjoy their personal life, The impact of this sexual behavior is risky particularly to women teenage such as unwanted pregnancy, unsafe abortion, reproductive organ infections, infertility, and mortality due to hemorrhage.
This research aims at knowing precondition factor of women teenagers in practicing pre-marital sexual intercourse in the City of Palu. This research is using qualitative approach and in-depth interview technique. The number of informant is 17 people, consists of 5 key informers and 12 teenagers.
The result of research shows that the knowledge of women teenager about health reproductive particularly organ and function of reproductive, menarche and pregnancy are very poor. This situation is due to source of main information about reproductive health are from their peer group that do not have good and adequate understanding on reproductive health.
All informers said that pre-marital sex are against to culture, religion and sin, but, in reality all of them had practiced sexual intercourse. The reason of this is feeling of love, care, liked to each others, tempted by boy/girl friend, some of them say that they are under influence of drugs and alcoholic beverages, and the rest are forced by boy/girl friend. Aside from that, the influence of peer group, mass media exposure, silent situation of rental room/house, no control, and lack of attention of their are also play role to this situation.
Some actions that are suggested to improve teenagers' knowledge on reproductive health is to Health of Office of City of Palu to develop IEC material on teenager reproductive health and develop collaboration with local mass media in disseminating that information. For the Office of Education shall take a role by implementing teenager reproductive health program, and increasing the role of teacher and parent (School Committee) as source of information for teenagers. For non governmental organization shall develop a teenager service center and for religion/community leader shall increase health education in an optimum effort on reproductive health and control from dysfunctional behavior. A further quantitative research is needed to identify which of the factors the influence women teenager in practicing pre-marital sexual intercourse.
References: 68 (1986-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingee Dhita Agustin
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26475
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>