Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Metafisika
"Benzena dikenal sebagai salah satu senyawa karsinogen. IARC telah menggolongkan benzena sebagai senyawa karsinogenik golongan 1 yang menunjukkan paparan benzena sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Paparan dari aktivitas merokok dan emisi kendaraan bermotor pada polisi lalu lintas secara terus menerus akan mengakibatkan tingginya resiko paparan benzena sehingga perlu dilakukan kajian resiko paparan benzena terhadap polisi lalu lintas khususnya di wilayah Depok yang merupakan kota penyangga ibukota Jakarta. Asam s-fenilmerkapturat (SPMA) dalam urin merupakan metabolit spesifik terhadap paparan benzena sehingga representatif sebagai biomarker paparan benzena. Rata-rata konsentrasi SPMA pada polisi lalu lintas yang merokok, polisi lalu lintas yang tidak merokok, dan kontrol memberikan hasil 150,44 + 75,13 μg /g kreatinin, 70,44 + 64,21 μg /g kreatinin, dan 14,3 + 19,61 μg /g kreatinin. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor emisi kendaraan bermotor, lama bekerja serta merokok meningkatkan resiko paparan benzena polisi lalu lintas.

Benzene has been known as one of the carcinogen agent. IARC had been categorized benzene as carcinogen compound in group 1 that indicates benzene exposure very harmful to human health. Exposure over and over from smoking activities and automobile emission to traffic policemen, will resulting a high risk benzene exposure, as a result, risk study of benzene exposure need to be done toward traffic policemen, specially in Depok area as Jakarta’s buffer zone. Sphenylmercapturic acid (SPMA) in urine is specific metabolite to benzene exposure, so it represents as biomarker benzene exposure. SPMA concentration average in smoking traffic policemen, nonsmoking traffic policemen and control respectively, give a result 150,44 + 75,13 μg /g creatinine, 70,44 + 64,21 μg /g creatinine, dan 14,3 + 19,61 μg /g creatinine. The statistical test result, show that automobile emission, working duration as traffic policemen, and smoking habit factor can increase traffic policemen benzene exposure risk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30693
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Ekasari
"Industri sepatu merupakan salah satu industri informal yang semakin berkembang di Indonesia. Proses pembuatan sandal/sepatu menggunakan bahan kimia yaitu benzena pada proses pengeleman. Pajanan benzena akan mengakibatkan masalah pada sistem hematopoetik yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.
Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan benzena di dalam tubuh melalui pengukuran biomarker SPhenylmercapturic Acid (S-PMA) terhadap kadar hemoglobin pekerja bengkel sandal/sepatu di Desa Sukajaya. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 73 pekerja dengan metode total sampling.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pekerja dengan umur >29 tahun berisiko 1,76 kali, memiliki riwayat infeksi berisiko 1,51 kali, IMT tidak normal berisiko 1,51 kali, masa kerja >5 tahun berisiko 1,01 kali, dan durasi >11 jam berisiko 1,04 kali memiliki kadar hemoglobin <14 g/dL.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pekerja dengan konsentrasi S-PMA tinggi (>1,53 µg/g kreatinin) berisiko 1,84 kali lebih besar memiliki kadar hemoglobin <14 g/dL dibandingkan pekerja dengan konsentrasi S-PMA rendah (< 1,53 µg/g kreatinin) setelah dikontrol variabel umur, kebiasaan olahraga, dan jenis pekerjaan. Perlu dilakukan pengendalian risiko di tempat kerja dengan membatasi jam kerja, pengaturan ruang kerja, dan menerapkan pelarangan merokok di ruang kerja.

The shoe industry is one of the growing informal industries in Indonesia. The process of making sandals/shoes used a chemical benzene in the process of sizing. Benzene exposure will caused problems in the hematopoetic system that caused a decrease in hemoglobin levels.
This study aimed to identify benzene relationship in the body through measurement of S Phenylmercapturic Acid (S-PMA) biomarker on hemoglobin level of sandals/shoes workshop workers in Sukajaya Village. This study used crosssectional study conducted in March-May 2018. The number of sample was 73 workers with total sampling method.
The results of the analysis showed that workers with age> 29 years were at risk 1.76 times, had a history of infection at risk 1.51 times, Body Mass Indices (BMI) was not normal at risk 1.51 times, working period > 5 years at risk 1.01 times, and working hours > 11 hours at risk of 1.04 times having hemoglobin <14 g/dL.
The results also showed that workers with high S-PMA concentrations (> 1.53 μg / g creatinine) were 1.84 times more likely to have hemoglobin <14 g/dL than those who had low S-PMA concentrations (<1.53 μg/g creatinine) after controlled by age, exercise, and type of work variables. Risk control in the workplace is required by limiting of working hours, arranging working space, and applying smoking ban in the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Norjannah
"Keberadaan benzena dalam lem alas kaki ini membahayakan kesehatan para pekerjadi bengkel alas kaki karena sifatnya yang toksik dan karsinogenik. Dampak yangditimbulkan adalah terganggunya sumsum tulang yang merupakan tempat produksi seldarah merah; darah putih dan trombosit. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisishubungan pajanan benzena melalui pemeriksaan konsentrasi S-phenylmercapturic acid S-PMA di urin terhadap kadar trombosit pada pekerja bengkel alas. Desain daripenelitian adalah cross sectional pada pekerja pabrik alas kaki di Desa Sukajaya denganjumlah sampel 73 pekerja. Sampel yang diambil adalah urin dan darah dari pekerjauntuk mengetahui konsentrasi S-PMA dan kadar trombosit. Konsentrasi S-PMA diukurdengan alat LC-MS/MS dan trombosit dengan Automated Hematology Analyzer.Karakteristik individu dengan wawancara secara langsung. Hasil penelitianmenunjukkan nilai OR=2,28 antara konsentrasi S-PMA terhadap kadar trombosit.Variabel kebiasaan olahraga dengan OR=1,58 antara olahraga tidak rutin terhadaptrombosit dan konsumsi alkohol OR=1,78 antara yang mengkonsumsi terhadap kadartrombosit. Hasil uji regresi logistik multivariabel menunjukkan nilai OR=2,59 pekerjadengan konsentrasi S-PMA >0,67 g/g kreatinin terhadap kadar trombosit setelahdikontrol variabel umur dan konsumsi alkohol.

The existence of benzene in the glue of footwear is endangering the health of theworkers in the footwear workshop because of its toxic and carcinogenic nature. Theimpact is the disruption of the bone marrow which is where the production of red bloodcells; white blood and platelets. The purpose of this study was to analyze therelationship of benzene exposure through the examination of S phenylmercapturic acid S PMA concentration in urine on platelet levels in base workshop workers. The designof the study was cross sectional on footwear factory workers in Sukajaya Village with asample of 73 workers. Samples taken are urine and blood from workers to know theconcentration of S PMA and platelet levels. The concentration of S PMA was measuredby LC MS MS and platelets with Automated Hematology Analyzer. Individualcharacteristics with direct interview. The results showed the value of OR 2.28between S PMA concentration to platelet level. Variables of exercise habits with OR 1.58 between non routine exercise on platelets and alcohol consumption OR 1.78among those who consume to platelet levels. Multivariable logistic regression testresults showed OR 2.59 workers with S PMA concentration 0.67 g g creatinine on platelet count after controlled for age and alcohol consumption.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feri
"Kanker secara umum disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang berbahaya akibat paparan lingkungan. Paparan gas buang kendaraan bermotor dan asap rokok merupakan polutan yang cukup potensial menyebabkan kanker. Paparan gas buang kendaraan bermotor banyak dialami pekerja lalu lintas sehingga resiko kanker pada polisi lalu lintas cukup tinggi. Gaya hidup sebagian polisi lalu lintas yang merokok juga menjadi penyebab salah satu potensi resiko kanker yang tinggi. Resiko kanker ini disebabkan adanya mekanisme stress oksidatif. Stress oksidatif merupakan salah satu penyebab pemicu pembentukan radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya kanker. Sebelum pembentukan sel kanker terjadi, sel memiliki sistem pertahanan terhadap pembentukan sel kanker. Sistem pertahanan sel ini berupa perbaikan susunan basa DNA. Sistem perbaikan yang sering terjadi pada basa guanin terjadi dengan menglepaskan DNA-adduct, 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin, umumnya digunakan sebagai biomarker resiko terhadap kanker. Metode pengukuran 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin dapat dilakukan dengan HPLC-UVvis. Dari sampel urin sebanyak 17 orang, pengukuran dilakukan dengan membandingkan konsentrasi 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin pada polisi lalu lintas yang merokok sebanyak 8 orang dengan polisi lalu lintas yang tidak merokok sebanyak 9 orang. Rerata konsentrasi 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin pada polisi lalu lintas yang merokok sebesar 0,619 mg/g kreatinin dan pada polisi lalu lintas yang tidak merokok sebesar 0,268 mg/g kreatinin. Hasil analisis mengindikasikan bahwa polisi lalu lintas yang merokok memiliki resiko terhadap penyakit kanker lebih tinggi dibandingkan dengan polisi lalu lintas yang tidak merokok.

Cancer is generally caused by chemicals hazardous because of environmental exposure. Exposure of motor vehicle exhaust gas and cigarette smoke is a pollutant that is potentially causing cancer. Exposure of motor vehicle exhaust gas received traffic workers and raised the risk of cancer for them. Lifestyle of smoking by traffic police is one another of the potential cancer risk. The risk caused by mechanism oxidative stress. Oxidative stress is one of the reason to make free radicals and can cause the cancer. Before the formation of cancer cells, the cell has a defense system against formation of cancer cell. This cell defense system can repair DNA base. System improvements cell can release guanine-adducts, 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine, is generally as a biomarker of cancer risk. Methods of measuring 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine can be done by HPLC-UVvis. The measurement of the urine samples from 17 persons, measurements were done by comparing between the concentration of 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine of smoking’ traffic police (8 persons) and the not smoking’ traffic police (9 persons). The mean concentration of 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine on smoking’ traffic police at 0.619 mg per g creatinine and the not smoking’ traffic police at 0.268 mg per g creatinine. The analysis result indicates that the smoking’ traffic police have an increased risk of cancer is higher than the not smoking’ traffic police."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30722
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Dwi Puspasari
"Dengan digantikannya fungsi timbal pada banan bakar bensin dengan poli aromatik nidrokarbon, maka ancaman paparan benzena akibat penguapan Iangsung maupun emisi kendaraan bermotor semakin meningkat Benzena telah diklasifikasikan sebagai penyebab kanker pada manusia grup 1 oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) karena sifatnya yang karsinogenik. Semakin sering individu berinteraksi dengan senyawa tersebut, semakin tinggi risiko paparannya, salah satunya adalah petugas SPBU. Pada penelitian ini dilakukan deteksi ada atau tidaknya paparan dengan metode human biomonitoring terhadap metabolit benzena yaitu asam S-fenil merkapturat yang terdapat pada urin.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography, kolom C-18, Iaju alir1 mL/menit, dan komposisi eluen metanol 1 asam perklorat 0,001 N (40:80). Nilai kuantitatif yang diperoleh olibandingkan dengan nilai kreatinin pada masing-masing individu.
Subjek dari penelitian ini adalah petugas wanita di beberapa SPBU di Jakarta sebanyak 15 orang dan kontrol sebanyak 5 orang. Konsentrasi asam S-fenil merkapturat pada sampel paling tinggi adalah 0,8078 mg/g kreatinin dan paling rendah adalah 0,0795 mg/g kreatinin Rentang kaolar asam S-fenil merkapturat paola kontrol adalah 0,0015 - 0,0582 mg/g kreatinin. Dapat terlihat banwa paparan benzena pada petugas beberapa stasiun pengisisan bahan bakar umum di Jakarta Iebih tinggi dibandingkan kontrolnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30512
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Utari
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan akurasi tes IVA dalam mendeteksi lesi derajat tinggi kanker serviks.
Metode: Dua puluh lima subjek dilakukan pemeriksaan IVA, dimana didapatkan hasil IVA positif dan dinilai lima kriteria berdasarkan kecepatan muncul lesi, intensitas warna putih yang kuat, ketebalan lesi berbentuk plak, batas lesi yang tegas dan tepi lesi yang meninggi. Kemudian dilakukan biopsi pada lesi putih yang dihasilkan dan dilakukan pemeriksaan histopatologi. Hasil histopatologi dikelompokkan menjadi lesi derajat tinggi dan non lesi derajat tinggi.
Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 25 wanita dengan hasil IVA positif Didapatkan NPP untuk kriteria kecepatan muncul lesi ≤60 detik, ketebalan lesi berbentuk plak, intensitas warna putih yang kuat, batas lesi yang tegas dan tepi lesi yang meninggi, adalah masing-masing sebesar 0,36; 0,33; 0,18; 0,2 dan 0,09. Apabila dua kriteria IVA positif dengan NPP tertinggi, yaitu kecepatan muncul lesi dan ketebalan lesi bentuk plak digabungkan, akan meningkatkan NPP menjadi 0,40.
Kesimpulan: Di antara lima kriteria IVA positif yang diuji pada penelitian ini, yang mempunyai nilai prediksi positif paling baik dalam mendeteksi lesi derajat tinggi adalah kriteria kecepatan munculnya lesi dan ketebalan lesi berbentuk plak.

Objective: To know the factors that can increase the accuracy of VIA tests in detecting high grade lesions.
Study design: Twenty-five subjects were performed VIA test with positive results, assessed further by five criterias based on speed of the lesion appear, strong white intensity of the lesions, thick lesions with plaque-shaped, firm-bordered lesions, and rised-edged lesions. Then punch biopsy and histopathology examination were conducted. Histopathology results grouped into high grade lesions and non-high grade lesions.
Results: This research followed by 25 woman with VIA positive results. Obtained PPV for five criterias: speed of lesions appear less than 60 seconds, strong white intensity of the lesions, the thickness of lesions with plaque-shaped, firm-bordered lesions, and rised-edged lesions were respectively 0.36; 0.33; 0.18; 0.2 and 0.09. If 2 criterias with best PPV, speed of lesions appear less than 60 seconds and the thickness of lesions with plaque-shaped, were combined, it will improve PPV to 0.40.
Conclusion: Among five criterias of VIA positive tested in the research, 2 criterias with best predictive values in detecting high grade lesions are speed of lesions appear less than 60 seconds and thick lesions with plaque-shaped.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Wahjuono
"Preeklampsia dan eklarnpsia di Indonesia masih menjadi masalah di bidang obstetrik, karena kelainan ini merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian ibu serta perinatal. Di negara maju angka kejadian preeklampsia 6-7% dan eklampsia sebesar 0,05%-0,1%.4 Di Indonesia angka kematian perinatal pada preeklampsia dan eklampsia adalah 42,2%-48,9%,4 dan pada beberapa rumah sakit pendidikan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia adalah 1,13-9,7% dan 0,6-3,2%, sedangkan angka kematian ibu karena kelainan ini 20,4%.5.
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 1984 didapatkan angka kejadian preeklampsial 10,53% angka kejadian eklampsia 2,51% dengan "case fatality rate" 8,03% untuk eklampsia dan 1,41% untuk preeklampsia.6 Pada tahun yang sama penyebab kematian ibu karena kelainan ini menduduki tempat pertama diantara penyebab kematian ibu yang utama yaitu perdarahan, infeksi dan kelainan jantung.
Pada preeklampsia dan eklampsia akan terjadi perubahan-perubahan anatomik dan fisiologik pada berbagai alat tubuh, seperti pada ginjal, sistem hemodinamik dan kimia darah. Perubahan kimia darah yang dapat terjadi antara lain adalah dalam metabolisme asam urat, yang oleh beberapa peneliti dikatakan bersifat khas. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa perubahan dalam metabolisme asam urat dapat terjadi sebelum gejala klinik tampak. Peneliti lainnya menyatakan bahwa kadar asam urat dapat dijadikan ukuran untuk menilai derajat berat ringannya penyakit preekIampsia.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:
1) apakah pada preeklampsia dan eklampsia terjadi peningkatan kadar asam urat serum;
2) apakah peningkatan kadar asam serum sesuai dengan beratnya pre-eklampsia dan eklampsia;
3) apakah terdapat hubungan antara kadar asam urat serum ibu dan morbiditas bayi.
Diharapkan dari hasil penelitian ini diagnostik dan prognostik preeklampsia dan eklampsia dapat dipertajam, sehingga dapat membantu mengurangi masalah penanganan preeklampsia dan eklampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hendri Mahmudin
"Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas dan garam yang terkandung di udara. Pantai atau laut adalah daerah yang paling korosif, karena atmosfemya mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dan mempercepat laju korosi. Salah satu metode yang efektif untuk mencegah dan mengeadalikan korosi adalah dengan proses anodisasi. Anodisasi adalah proses untuk membuat lapisan oksida tipis berpori pada permukaan logam. Lapisan tersebut memiliki sifat tahan terhadap cuaca dan lebih keras dari logam dasarnya. Dalam penelitian ini digunakan logam aluminium teknis berbentuk lembaran. Daya tahan logam aluminium terhadap kondisi cuaca berbanding lurus dengan ketebalannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukanlah penelitian terhadap parameter proses seperti jenis larutan, temperatur, konsentrasi dan variasi waktu. Jenis larutan yang dipakai pada penelitian ini adalah larutan asam sulfat ditambah variasi konsentrasi asam fosfat (10%, 30%, 40%, 70%, 100%). Agar diperoleh kondisi optimum untuk mendapatkan sifat-sifat lapisan yang diinginkan maka dilakukan variasi terhadap temperatur (10°C, 15°C, 20°C, 30°C) dan waktu (20-60 menit). Kondisi optimum yang diperoleh adalah sebagai berikut: konsentrasi asarn sulfat 60% + asam fosfat 40%, pH = 1, waktu 60 menit, temperatur 10°C, tegangan 20V dan rapat arus 7,4 A/dm2 dengan menghasilkan ketebalan lapisan optimum 43,8 µm dan kekerasan maksimum sebesar 154 VHN.

Atmospheric corrosion is the interaction between metal and the surrounding environment due to the humidity, oxygen and pollutant (chloride and sulphate particle) which is contains in the air. Marine is the most corrosive region due to the atmosphere contains chloride particle whose characteristic aggressive and accelerate corrosion rate. Anodizing is one of the most effective methods to prevent and control the corrosion rate. Anodizing is an electrolytic passivation process used to increase the thickness and density of the natural oxide layer on the surface of metal parts. Anodizing increases corrosion resistance and wear resistance. In this experiment used the sheet aluminum metal. The weather resistance of aluminum has linear relation to the thickness. In this investigation used some parameter processes like type of electrolyte, temperature, concentration and time variation. The medium which is used in this experiment is sulphate acid with added phosphate acid variation (0%, 10%, 40%, 70% and 100%). To achieve optimum condition the temperature (10°C, 15°C, 20°C, 30°C) and time variation (20-60 min) is carried out. The optimum condition of this experiment is the specimen which has hardness 154 HV and the thickness is 43,8 µm with electrolyte concentration sulphate acid 60%, phosphate acid 40%, temperature 10°C, time process 60 min, voltage 20 volt and current density 7,4 A/dm2."
2007
T22896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Seng oksida (ZnO) pada skala nano banyak diteliti karena potensinya sebagai bahan semikonduktor untuk sel surya tersensitasi zat pewarna. Dalam penelitian ini ZnO nanostruktur telah disintesis mengunakan metode presipitasi dengan penambahan asam sitrik (C6H8O7) sebagai agen pembentuk. Dengan variasi rasio ZnO terhadap asam sitrik (1:1, 2:1, 4:1) dan temperatur kalsinasi (150, 200, 400°C) dilihat efeknya terhadap struktur dan kristalinitas. Dengan bantuan XRD, UV-Vis dan SEM data kristalinitas, ukuran kristalit, struktur dan sifat optik material teramati. Hasil penelitian menunjukan partikel ZnO yang terbentuk berada pada rentang ukuran 19.8 – 30.8 nm dengan nilai energi celah pita terendah 3.15 eV berstruktur sperikal bercampur batangan pada rasio 4:1 dan kalsinasi 400°C. Nilai tersebut memungkinan partikel yang tersintesis untuk diaplikasikan pada devais panel surya tersensitasi zat pewarna.
, Zinc Oxide (ZnO) on nano scale was vastly investigated due to its potential as a semiconductor material in dye sensitized solar cell application. In this current research ZnO nanostructure was synthesized using simple precipitation technique with addition of citric acid as capping agent. Various ratios of ZnO and C6H8O7 elaborated 1:1, 2:1, 4:1and calcination temperature of 150, 200, and 400°C were used to investigate the effect of those parameter towards the ZnO structure and crystallinity. By using XRD, SEM, and UV-Vis Spectroscopy the nanostructure characteristics were determined, therein including nanocrystallite size, crystallinity, and optical properties. The results showed that ZnO nanostructure was formed as spherical and rods in the range 19.8 – 30.8 nm and the lowest band gap energy 3.15 ev obtained under condition of ratio 4:1 and calcined at 400°C. Considering the obtained characteristics, the ZnO nanostructures in this study are possible for dye sensitized solar cell application.
]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>