Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183682 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Gesang Yuwono
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh konsumsi rokok terhadap kedalaman kemiskinan penduduk miskin di Indonesia dengan data Riskesdas 2010. Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa perilaku merokok pada rumah tangga miskin dapat mengakibatkan rumah tangga miskin semakin terjerumus dalam kemiskinan. Rumah tangga (RT) yang dikepalai perempuan, berstatus kawin, tinggal di perdesaan, memiliki Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) yang lebih besar. Peningkatan proporsi anggota rumah tangga yang bekerja berpengaruh positif terhadap IKK. Hasil interaksi menjukkan bahwa RT miskin yang dikepalai perempuan, berstatus kawin, tinggal di perdesaan dan memiliki anggota yang merokok memiliki IKK yang lebih besar jika dibandingkan dengan RT miskin tanpa perokok.

ABSTRACT
This study analyzes the effect of tobacco consumption on Poverty Gap (PG) among poor households in Indonesia. The results show that smoking behavior of the poor households could increase poverty gap. Head of households who are females and married, and living in rural areas have positive effect on PG Index. Higher proportion of working household members has a positive effect on PG Index. The results of interaction effect show that poor households which are female-headed, headed by married individuals, living in rural areas, and with smokers, tend to have larger PG Index compared to the poor households with no smokers"
[Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Indonesia], 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masitoh
"Prevalensi stunting di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 35.7%. Gizi kurang di Indonesia banyak terjadi di kalangan keluarga miskin (22.7%). Namun, prevalensi perokok justru lebih tinggi pada keluarga miskin (12%) daripada kelompok terkaya (7%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran konsumsi rokok terhadap status gizi balita (stunting) pada keluarga miskin di Indonesia tahun 2010, mengunakan desain studi cross sectional pada 3562 rumah tangga miskin. Hasil penelitian menunjukkan balita dari keluarga dengan pengeluaran rokok pada kuintil 4-5 berisiko 1.2 kali lebih tinggi menderita stunting setelah dikontrol oleh variabel jumlah anggota rumah tangga, jumlah balita dan umur balita.

The prevalence of stunting in Indonesia is still high at 35.7%. Malnutrition in Indonesia is suffering commonly among poor families (22.7%). However, smoking prevalence is higher in poor families (12%) than the richest group (7%). This study aimed to determine the effect of cigarette consumption expenditure on stunting among toddlers in poor families in Indonesia in 2010, using a crosssectional study design in 3562 poor households. The result shows that toddlers from families with ciggarete expenditure at quintiles 4-5 have 1.2 times higher risk of suffering from stunting controlled by a variable number of household members, the number of infants and toddlers ages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melfayetty Arief
"Tantangan terbesar di sektor kesehatan yaitu menurunkan angka kematian ibu dengan target
Millenium Development Goals/MDGs 102 per 100.000 kelahiran hidup. Saat ini angka
kematian ibu di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian ibu
terkait dengan rendahnya pemanfaatan layanan persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini
menganalisis lebih lanjut mengenai determinan pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan.
Penelitian ini dilakukan terhadap ibu yang melahirkan anak terakhir dalam kurun waktu 5
tahun (2005-2010) dengan menggunakan data riset kesehatan dasar 2010. Determinan
pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan dapat dilihat dari faktor predisposing, enabling
dan need.
Metode penelitian yang digunakan adalah crosssectional dengan menggunakan analisis
regresi logistik. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 15.418 sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memilih persalinan di fasilitas kesehatan sebesar
54,5% responden, ibu yang memilih persalinan di fasilitas kesehatan bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 73,8%, yang memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan sebanyak 61,9%,
dan yang frekuensi pemeriksaan kehamilan lebih dari atau sama dengan empat kali 62,6%.
Penelitian ini menyarankan untuk mengevaluasi mengenai kebijakan biaya persalinan di fasilitas
kesehatan dan peningkatan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan, melakukan pelatihan untuk bidan
mengenai bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi sosial yang baik terhadap masyarakat sehingga
masyarakat mempunyai persepsi yang baik dan kepercayaan yang tinggi terhadap bidan, melakukan
monitoring dan evaluasi kinerja bidan desa secara kontinyu untuk meningkatkan kinerja bidan,
mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya suami mengenai pentingnya persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui rapat desa atau kelompok tani.

Abstract
The biggest challenge in the health sector is reducing maternal mortality ratio in line with the
Millennium Development Goals (MDGs) target of 102 per 100,000 live births. Presently, the
maternal mortality ratio in Indonesia is 228 per 100,000 live births. The high rate of maternal
mortality is related to underutilization of health facilities for deliveries. This research further
analyzes the determinants of deliveries in health facilities.
This research was performed on mothers who gave birth to their last child in the last 5 years
(2005-2010) by using basic health research of 2010 data. The determinant use in selecting
delivery process in health facilities can be seen from predisposing, enabling and need factors.
The method used was a cross sectional study with logistic regression analysis. The number of
samples included in this research was 15,418 samples.
The results showed that mothers who choose to give birth in health facilities is 54.5% of
respondents, 73.8% of these live in urban areas, and 61.9% of these chooses to do ante natal
checkup with health care professional, 62.6% of these performed checkup at least four times
during pregnancy.
This study suggests to evaluate the cost of delivery at the health facilities and improved
public access to health facilities, conduct training for midwives on how to communicate and
socially interact well to the public so the public has the perception of good and high
confidence of midwives, monitoring and evaluating the performance of village midwives to
continuously improve the performance of midwives, socialize to people especially husbands
about the importance of birth attended by skilled health care at health facilities through
village or farmer group meetings."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31666
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanitya Dwi Ratnasari author
"Pengetahuan pencegahan dan penularan HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang dikompositkan berdasarkan 5 hal: HIV dapat dicegah dengan berhubungan seksual dengan suami/istri saja, menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan berisiko, tidak menggunakan jarum suntik bersama, HIV tidak dapat ditularkan melalui makan sepiring dengan orang yang terkena HIV, dan melalui gigitan nyamuk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan pencegahan dan penularan HIV/AIDS penduduk umur ≥ 15 tahun menurut karakteristik kelompok umur, jenis kelamin, status kawin, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga per kapita, berdasarkan data Riskesdas 2010. Desain studi penelitian ini adalah potong lintang. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh responden Riskesdas 2010 dan diambil 101.604 responden sebagai sampel secara total sampling, yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil uji regresi logistik penelitian ini menunjukkan karakteristik kelompok umur, status kawin, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga per kapita, memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (nilai p ≤ 0,05). Sedangkan karakteristik jenis kelamin dan tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (nilai p > 0,05). Berdasarkan analisis multivariat didapat faktor yang paling berpengaruh yaitu umur, status kawin, pekerjaan, dan pengeluaran. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS, intervensi peningkatan pengetahuan HIV/AIDS dapat ditujukan pada karakteristik yang paling memerlukan informasi.

Comprehensive knowledge of HIV/AIDS is a knowledge about transmission and prevention of HIV/AIDS which composed based on 5 things: HIV can be prevented by having sex only with husband/wife, using condom when having sex with risky partner, do not needles sharing, HIV can?t spread by eating within one plate with the people affected by HIV, and through mosquito bites. This study was conducted to determine factors associated comprehensive knowledge of HIV/AIDS at population aged ≥ 15 years old according to the characteristics of age group, gender, marital status, residence place, education, employment, and household expenditure per capita, based on Riskesdas 2010 data. Study design was cross-sectional. Study population of this research is all respondents of Riskesdas 2010 and taken as a sample of 101,604 respondents by total sampling methods, which appropriate with inclusion criteria.
Chi-squared test results of this study demonstrate the characteristics of the age group, marital status, education, employment, and household expenditure per capita, have significant value with comprehensive knowledge of HIV/AIDS (p value ≤ 0.05). While the characteristics of gender and residence place doesn?t have significant value with comprehensive knowledge of HIV/AIDS (p value > 0.05). Based on multivariate analysis obtained the most influential factors are age, marital status, occupation, and expenditure. By knowing factors associated comprehensive knowledge of HIV/AIDS, intervention programs to increase HIV/AIDS knowledge can be addressed on the most information needed of the characteristics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wardah
"Kematian ibu merupakan indikator yang penting untuk menggambarkan status kesehatan maternal. Di Indonesia, angka kematian ibu masih relatif tinggi (228/100.000 kelahiran hidup). Tingginya angka kematian ibu terkait dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan masih rendah. Layanan antenatal dapat dijadikan sarana untuk memotivasi ibu hamil agar bersalin di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan layanan antenatal dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan di Indonesia.
Penelitian dilakukan terhadap ibu yang melahirkan anak terakhir dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2010) dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 19.803 responden. Analisis data menggunakan metode regresi logistik ganda (complex samples).
Hasil penelitian ini memperlihatkan hubungan yang signifikan antara layanan antenatal dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan. Namun efek layanan antenatal K4 berbeda menurut ekonomi keluarga dan wilayah tempat tinggal setelah dikontrol oleh pendidikan dan paritas. Ibu hamil yang melakukan layanan antenatal K4 pada ekonomi keluarga miskin (kuartil 1) dan keluarga kaya (kuartil 4) memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan saat persalinan. Demikian juga dengan wilayah tempat tinggal, pedesaan memiliki peluang 3 kali lebih besar memanfaatkan fasilitas kesehatan saat persalinan dibandingkan ibu hamil yang layanan antenatalnya tidak K4.
Untuk meningkatkan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan, motivasi ibu hamil terutama di masyarakat pedesaan ternyata berkaitan dengan keberhasilan pelayanan antental terpadu yang maksimal.

Maternal death is an indicator of maternal health status in a country. In Indonesia, maternal mortality ratio is relatively high (228 per 100,000 live births). High rate of maternal mortality is often associated with low rate utilization of health facilities during birth delivery. The antenatal services should be used to motivate mothers to deliver their babies in health facilities. The objective of this study is to ekonomic the correlation between use of antenatal services and utilization of health facilities during birth delivery in Indonesia.
Sample included mothers who gave birth to their last child during 2005-2010 taken from the Basic Health Research/Riskesdas 2010 data. The Riskesdas used a cross sectional study design with a total sample size of 19.803 respondents. Modelling used a multiple logistic regression method.
Findings show significant correlations between use of antenatal services and use of birth delivery facilities. The effect differs according to family economic status and location of residence, after controlling for education level and parity. Pregnant women from lower economic status (quartile one) and better economy (quartile four) were 3 times more likely to use birth delivery facilities. By location of residence, women who lived in rural areas were 3 times more likely to delivery in birth facilities than women who did not reach four times antenatal care.
To increase the number of birth delivery in health facilities, the findings showed a positive correlation with successful and complete antenatal care (4 times), especially in rural areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Mahmuda
"Tingginya beban penyakit tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama Indonesia. Namun, faktor risiko penularan dari segi lingkungan belum banyak diperhatikan. Hal ini diindikasikan dengan kurangnya keberadaan rumah sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status rumah sehat dengan kejadian TB paru di Provinsi Banten. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Riskesdas 2010 menggunakan desain studi potong lintang pada 7.536 anggota rumah tangga berumur 15 tahun ke atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi TB paru di Banten sebesar 1,3% (95% CI: 1,0-1,5). Analisis multivariabel menemukan adanya interaksi antara status rumah sehat dengan status ekonomi, dimana orang yang memiliki rumah tidak sehat pada status ekonomi rendah berpeluang 2,152 kali lebih besar untuk menderita TB paru dibanding orang yang memiliki rumah sehat.

The high burden of pulmonary tuberculosis disease still becomes public health problem in the world especially Indonesia. However, risk factors in term environmental aspects are not getting much attention yet. It is indicated by lacking of healthy housing existence. This study aims to determine the effect of healthy housing status on incidence of pulmonary TB in Banten Province. This study is a secondary data analysis of BHS 2010 using cross-sectional design on 7.536 household members aged 15 years old above. The result showed prevalence of pulmonary TB in Banten is 1,3% (95% CI: 1,0-1,5). Multivariate analysis found an interaction between healthy housing status by economic status, those people who have unhealthy housing at low economic status 2,152 times more likely to suffer from pulmonary TB than people who have healthy housing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sugiarti
"Melihat tingginya prevalensi merokok dan kejadian TB paru di Indonesia tahun 2010 maka perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan merokok dengan kejadian TB paru setelah dikontrol dengan variabel perancunya pada penduduk laki-laki usia >15 di Indonesia tahun 2010. Penelitian ini menganalisa data RISKESDAS 2010 dengan sampel penelitian penduduk laki-laki yang berumur > 15 tahun di Indonesia yang eligible berjumlah 1.428 responden. Penderita TB paru didapatkan berdasarkan diagnosis Tebaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak atau rongten paru. Gambaran distribusi penelitian berupa 41% responden penelitian menderita TB paru dan 50,8% merokok.
Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang bersifat protektif antara merokok dengan TB paru (PR=0,73 95% CI 0,2-0,86) sebelum dan setelah dikontrol dengan variabel perancu. tidak hubungan dose respons jumlah rata-rata merokok per hari dengan TB paru (PR 1-10 batang per hari =0,74 95% CI 0,6-0,90 dan PR >10 batang per hari =0,74 95% CI 0,6-0,90). Ada Hubungan dose respons antara lama menjadi perokok dengan kejadian TB paru (PR 1-10 tahun =0,63 95% CI 0,45-0,90 dan PR >10 tahun =0,76 95% CI 0,64-0,90) dimana semakin lama responden menjadi perokok semakin tidak protektif terhadap TB paru.

Base on prevalence of Pulmonary Tuberculosis and prevalence of Smoking in Indonesia in 2010, the purpose of this study was to determine whether the association of smoking habit and the occurrence of pulmonary tuberculosis among 15 years old man in Indonesia in 2010. Base on Basic Medical Research 2010 data, this study used cross sectional methodology design to analyze to 1,428 eligible respondents. Patients diagnostic get pulmonary tuberculosis by health professionals through the examination of sputum or lung Rontgen at last 12 mouths. From the research found that 41% of respondents suffered from pulmonary tuberculosis and 50.8% of respondents are smoked.
The results of this study is that there is a protected relationship between smoking and pulmonary TB (PR = 0.73 95% CI 0.2 to 0.86) before and after controlled for confounding variables. There are no dose-response relationship between average cigarette per day with pulmonary TB (PR 1-10 cigarettes per day = 0.74 95% CI from 0.6 to 0.90 and PR>10 cigarettes per day = 0.74 95% CI 0.6 to 0.90), but there are dose-response relationship between long duration of smoking (PR1-10 years = 0.63 95% CI 0.45 to 0.90 and PR>10 years = 0.76 95% CI 0.64 - 0.90). It means the longer becomes smokers more unprotective against pulmonary tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Pneumonia tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan utama pada balita. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas balita. Berdasarkan laporan Global Action Plan for Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD) tahun 2013 pengurangan polusi udara rumah tangga dapat mengurangi kejadian pneumonia berat pada anak sebesar 33%. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013, jumlah sampel penelitian adalah 67.026 balita, analisis data menggunakan regresi logistik ganda dengan model faktor risiko.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PURT yang diukur berdasarkan penggunaan bahan bakar rumah tangga (BBRT) dan keberadaan ventilasi rumah berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia pada balita (BBRT tidak aman: ORc=1,4; SK 95%: 1,2-1,6; rumah yang tidak memiliki ventilasi memadai: ORc=1,2; SK 95%:1,0- 1,4). Terdapat interaksi antara penggunaan bahan bakar rumah tangga dengan status imunisasi balita dan terdapat interaksi antara ventilasi rumah dengan perumahan kumuh.
Disarankan kepada pengelola program P2PL untuk menggalakan program pencegahan penyakit menular khususnya pneumonia pada balita, serta memberikan KIE terkait penggunaan bahan bakar yang aman, keberadaan ventilasi yang memadai, pemberian imunisasi pada balita, dan kebersihan lingkungan rumah kepada masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga oleh tenaga kesehatan.

Pneumonia is listed as one of the major health problems in children. Pneumonia is the leading cause of morbidity and mortality in this age group. Based on data from the report Global Action Plan for Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD) on 2013, reduction of domestic air pollution can reduce the incidence of severe pneumonia in children by 33%. This study uses data Riskesdas 2013, with total sample of 67.026 under five children in Indonesia.
The results show that the use of cooking fuel (BBRT) and house ventilation significantly associated with the incidence of pneumonia in under five children (unsafe BBRT: ORc = 1.4; 95% CI: 1.2 to 1.6; houses with unadequate ventilation: ORc = 1.2; 95% CI: 1.0-1.4). There is an interaction between the use of cooking fuel with immunization status.
The study suggest the government and its stakeholders to promote the importance of using safe cooking fuels, adequate adequate house ventilation, immunization in young children, and household hygiene sanitation & its environment to the community, especially mothers. This program should lead by P2PL through its health personnel within the country.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Rahmi Zega
"Penelitian ini membahas mengenai gambaran status gizi dan kemiskinan di Indonesia tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran status gizi balita, karakteristik orangtua, karakteristik keluarga dan karakteristik kemiskinan pada balita di Indonesia tahun 2010. Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 povinsi di Indonesia, sedangkan sampel penelitian adalah anggota rumah tangga yang termasuk dalam rentang usia balita (0 ? 59 bulan) yang berjumlah 18.743 anak. Penelitian menemukan prevalensi gizi kurang 14,8%, balita pendek 18,2%, balita kurus 6,9%.
This study discusses about the picture of nutritional status and poverty in Indonesia in 2010. The purpose of this study is to know the picture of nutritional status of children, parental characteristics, family characteristics and the characteristics of poverty on children under five in Indonesia in 2010. The design of the study is a cross-sectional using secondary data from Riskesdas 2010. This study population is all households representing 33 provinces in Indonesia, while the study sample was a member of the household who is included in the toddler age range (0-59 months), amounting to 18 743 children. The study found the prevalence of malnutrition was 14.8%, short toddler was 18.2%, skinny toddler was 6.9%."
Depok: Unversitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Destiana Widyaningrum
"Hasil survey RISKESDAS 2007 menunjukkan prevalensi anemia di Indonesia jika merujuk pada SK Menkes adalah sekitar 14,8%. Meskipun pravelensi tersebut dapat dikategorikan masalah kesehatan masyarakat tingkat ringan, namun terlihat adanya kesenjangan pada tingkat prevalensi anemia di berbagai wilayah di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor wilayah, yaitu malaria, konsumsi makanan dan kemiskinan pada setiap provinsi di Indonesia dengan prevalensi anemia pada tahun 2007. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi ekologi (multiple group comparison) dengan uji statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dan hanya dapat mewakili daerah perkotaan di Indonesia. Terdapat korelasi positif antara proporsi pengeluaran untuk konsumsi buah dan sayur dengan prevalensi anemia di tingkat provinsi (R =0,358 ; p = 0,041.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, variabel konsumsi makanan menunjukkaan kontribusi yang signifikan terhadap terjadinya anemia di Indonesia pada tahun 2007, namun faktor-faktor bias perlu diperhatikan, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan di tingkat individu. Namun disarankan agar promosi mengenai gizi seimbang dapat lebih ditingkatkan, sehingga masyarakat mendapatkan pengetahuan komprehensif mengenai pola konsumsi agar terhindar dari kondisi anemia.
The survey results showed the prevalence of anemia, based on Basic Health Survey 2007 in Indonesia referring to the decree of Minister of Health is about 14.8%. Although anaemia prevalence in Indonesia can be categorized mild public health problem, but there is a gap in the prevalence of anemia in various regions in Indonesia.
The purpose of this study was to identify the relationship between malaria, food consumption and poverty factors in each province in Indonesia with a prevalence of anemia in 2007. Study design which used in this study is the design of ecological studies (multiple group comparison) with a statistical test used is a simple linear regression and can only represent urban areas in Indonesia. There is a positive correlation between the proportion of expenditure on fruit and vegetable consumption with the prevalence of anemia at the provincial level (R = 0.358, p = 0.041.
Based on these results, the variable showned that food consumption contributes significantly to the occurrence of anemia in Indonesia in 2007, but bias factor must be awarrned, so because of that, this result is still need advance research to get magnitude of association at individu levels. But, it is still expected that the promotion of balanced nutrition can be improved, so that people gain a comprehensive knowledge about good dietary pattern in order to avoid anemia condition.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>