Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170705 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fredi Afriansyah
"Penyesuaian diri merupakan komponen penting kehidupan manusia karena manusia akan selalu dihadapkan pada permasalahan dan memerlukan penyesuaian diri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Sehari-hari tingkah laku individu dipengaruhi oleh cara pandang mereka terhadap diri mereka. Cara pandang seseorang terhadap diri mereka sendiri disebut konsep diri. Penelitian bertujuan melihat hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri dalam menghadapi permaslahan yang ada pada lingkungan padat penduduk di RW 08 Penjaringan. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, survei. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa ada korelasi yang positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri dalam menghadapi permaslahan yang ada di masyarakat padat.

Adjustment is an important component in human life because human will always face problems in daily life. There are several factors which affect the adjustment. In the daily life, individual behavior is influenced by their perspective on themselves. Individual perspective on themselves is often called as self-concept. The objective of this research is to see the relationship between self-concept with adjustment in facing the existing problems in overpopulated environment, RW 08, Penjaringan. The method used is quantitative research method, survey. The result shows that there is positive correlation between self-concept and adjustment in facing the existing problems in overpopulated environment."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Devianti
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan academic self-concept dan penyesuaian diri mahasiswa baru lintas jurusan dan sejurusan di perguruan tinggi Indonesia serta menguji hubungan antara academic self-concept dan penyesuaian diri tersebut. Mahasiswa lintas jurusan merupakan mahasiswa rumpun Sosial dan Humaniora (Soshum) yang berasal dari jurusan IPA di SMA atau mahasiswa rumpun Sains dan Teknologi (Saintek) yang berasal dari jurusan IPS dan Bahasa di SMA sementara mahasiswa sejurusan merupakan mahasiswa Soshum dari jurusan IPS dan Bahasa atau mahasiswa Saintek dari jurusan IPA. Mahasiswa lintas jurusan mengalami ketidaksesuaian antara jurusan dengan latar belakang pendidikannya. Responden penelitian adalah mahasiswa angkatan 2021 program sarjana yang berkuliah secara daring (N = 378). Data diperoleh secara daring menggunakan teknik non-probabilty sampling dan diolah menggunakan Mann-Whitney U Test dan Spearman’s Rank pada SPSS. Ditemukan bahwa academic self-concept mahasiswa sejurusan secara signifikan lebih rendah, tetapi penyesuaian diri secara signifikan lebih tinggi dari mahasiswa lintas jurusan, serta terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara academic self-concept dan penyesuaian diri mahasiswa. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan academic self-concept mahasiswa lintas jurusan dan mahasiswa sejurusan di awal perkuliahan dan di akhir perkuliahan tingkat 1 dan menggunakan teknik stratified random sampling dalam memilih responden agar setiap kelompoknya memiliki perwakilan yang setara dalam sampel.

This research aims to investigate the difference of academic self-concept and college adjustment between cross-major students and same-major students in Indonesian higher education, and to test the correlation between academic self-concept and college adjustment. Cross-major students are Social and Humanities students who graduated from Science major in high school or Science and Technology students who graduated from Social and Language major meanwhile same-major students are Social and Humanities students from Social and Language major or Science and Technology students from Science major. What cross-major students learn in college differs from their educational background. The respondents of this study are year 2021 college freshmen who are in a full online learning system (N = 378). Data were gathered using an online survey with non-probability sampling technique and processed with Man-Whitney U Test and Spearman’s Rank on SPSS. The result showed that same-major students have lower academic self-concept but higher college adjustment and showed a significant positive correlation between academic self-concept and college adjustment.For further research, it is suggested to compare cross-major students' and same-major students' academic self-concept at the beginning and end of freshman year and use stratified random sampling technique to have an equal number of respondents in every group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rovazio Okiiza
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Khumaera Ridwan
"Kurang meratanya kualitas pendidikan di Indonesia mendorong para pelajar untuk pergi ke kota lain untuk mendapatkan pendidikan terbaik, atau disebut sebagai mahasiswa rantau. Pada saat baru memasuki dunia perkuliahan, mahasiswa rantau dipercaya memiliki permasalahan khusus karena adanya perbedaan budaya, kebiasaan, dan Bahasa. Selain itu, situasi Pandemi COVID-19 mengakibatkan para mahasiswa rantau harus mengikuti pembelajaran jarak jauh (daring). Adanya rintangan dalam memasuki dunia perkuliahan tersebut membuat mahasiswa rantau sulit untuk yakin kepada dirinya dan dapat mengakibatkan konsep diri akademis yang negatif. Hal tersebut dapat diatasi salah satunya dengan kemampuan penyesuaian diri yang baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara penyesuaian diri mahasiswa dan konsep diri akademis pada mahasiswa rantau di Indonesia. Partisipan pada penelitian ini merupakan mahasiswa S1 angkatan 2021 yang tinggal di kota yang berbeda dengan asal universitasnya (N = 207). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Pearson Correlation pada SPSS ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penyesuaian diri mahasiswa dan konsep diri akademis. Hasil penelitian dapat dijadikan landasan untuk penelitian lanjutan serta persiapan bagi mahasiswa baru yang merantau untuk menghadapi dunia perkuliahan.

The uneven quality of education in Indonesia encourages students to go to other cities to get the best education, or referred to as sojourner students. When they just enter the world of lectures, sojourner students are believed to have special problems due to differences in culture, habits, and language. In addition, the COVID-19 pandemic situation has resulted in sojourner students having to take distance learning (online). The existence of obstacles in entering the world of lectures makes it difficult for sojourner students to believe in themselves and can lead to a negative academic self-concept. One of them can be overcome with the ability of college adjustment. Therefore, this study aims to examine the relationship between college adjustment and academic self-concept among sojourner students in Indonesia. Participants in this study were undergraduate students from the class of 2021 who lived in a different city from their university origin (N = 207). Based on the results of calculations using the Pearson Correlation on SPSS, it was found that there was a positive relationship between college adjustment and academic self-concept. The results of the research can be used as a basis for further research and preparation for new students who migrate to face the world of lectures."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Novia
"Bagi individu yang menekuni bidang akting, akting dianggap dapat membantu mereka dalam mengeksplorasi berbagai hal dan membantu mereka untuk lebih mengenal diri sendiri. Penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana hubungan antara eksplorasi diri dan konsep diri pada remaja akhir yang menekuni bidang akting, sekaligus ingin melihat bagaimana peran jangka waktu akting dalam hubungan tersebut. Partisipan penelitian ini terdiri dari 101 remaja akhir (18-21 tahun) yang sudah menekuni bidang akting minimal 1 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode korelasional dan menggunakan pearson correlation serta Hayes PROCESS dalam pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara eksplorasi diri dan konsep diri pada remaja akhir yang menekuni akting, p < .05. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa jangka waktu akting tidak dapat memoderasi hubungan antara eksplorasi diri dan konsep diri pada remaja akhir yang menekuni akting, p >.05.

For individuals who pursue acting, acting is considered to help them explore various things and also help them to know themself better. This study aims to explain the relationship between self-exploration and self-concept in late adolescents who pursue acting and the role of acting period in this relationship. This study consisted of 101 late adolescent participants aged between 18-21 years old who pursued acting for at least one year. This study was non-experimental with a correlational method and used pearson correlation and Hayess PROCESS for data processing. The result of this study showed a positive and significant correlation between self-exploration and self-concept in late adolescents who pursue acting, p <.05. Besides, the results of this study indicated that the acting period does not moderate the relationship between self-exploration and self-concept, p >.05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurdiana
"Penelitian ini berawal dari keprihatinan pada keadaan masyarakat Indonesia saat ini, antara lain ketidakteraturan di jalan raya, mutu sumber daya manusia yang rendah, predikat sebagai koruptor dan lain sebagainya. Padahal sebelumnya, masyarakat Indonesia dikenal karena keramah-tamahannya, budaya dan rasa toleransi yang tinggi. Siapa atau apa yang bertanggung-jawab terhadap keadaan masyarakat Indonesia ini? Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mengkaitkannya dengan perkataan Rogers (1983) yang menyatakan bahwa the best of education" sama dengan the best of therapy".
Perkataan tersebut menyiratkan adanya hubungan antara pembentukan diri yang optimal dengan proses dalam pendidikan. Berbagai fenomena dalam masyarakat Indonesia menggambarkan banyak penyimpangan yang terjadi justru beriangsung dalam kalangan pendidikan, seperti fenomena jual-beli gelar, dan hal yang paling sederhana namun mewabah, yaitu mencontek. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Bagaimana sebenamya pandangan anggota masyarakat terhadap pendidikan? Lalu, bagaimana pengaruhnya terhadap gambaran konsep diri mereka? Apakah ada diskrepansi (kesenjangan) antara diri sesungguhnya dengan diri ideal dan diri yang ditampilkan? Konsep diri merupakan konsep yang dimiliki oleh setiap orang. Konsep mengenai diri yang sesungguhnya. diri yang diinginkan dan diri yang ditampilkan dalam masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dari ketiga konsep mengenai diri yang terdapat dalam diri individu, satu sama lain saling bertolak belakang, sehingga menimbulkan suatu kesenjangan, yang disebut sebagai diskrepansi.
Penelitian ini mencoba untuk meneliti gambaran konsep diri, diskrepansi diri dan sikap terhadap pendidikan pada mahasiswa. Terpilihnya kelompok subyek ini karena subyek adalah peserta didik yang telah banyak merasakan berbagai pengalaman dalam pendidikan, dari jenjang pendidikan dasar, lanjutan sampai pendidikan tinggi. sehingga diharapkan cukup sesuai dalam menggambarkan diskrepansi diri dan sikap terhadap pendidikan.
Dalam menjawab rumusan masalah, penelitian ini menggunakan teoriteori komponen konsep diri dari Baron (1994), diskrepansi konsep diri Higgins (dalam Bracken, 1996), 50c/a/se/f dari Fromm (1961), akibat-akibat diskrepansi dari Rogers, Fromm dan Higgins, kurikulum pendidikan dari Taba (1962) dan hubungan antara pengalaman belajar dan penerimaan diri dari Rogers (1983).
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif sebagai penunjang. Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas Indonesia, jenjang SI Reguler. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pengukuran rata-rata, standar deviasi, oneway anova untuk dan pengukuran regresi serta effect coding pada regresi berganda.
Dari hasil penelitian, didapat bahwa ciri-ciri yang ditampilkan oleh mahasiswa adalah ciri yang konform dengan masyarakat. Rendahnya diskrepansi diri- ideal dengan penerimaan terhadap diri real yang agak positif juga diperkirakan karena alasan konformitas dimana individu kurang berambisi untuk meraih diri ideal yang tinggi, yang juga terindikasi dari pemilihan aktivitas waktu luang yang bersifat kurang kreatif dan produktif. Rendahnya diskrepansi diri real-sosial, semakin memperkuat dugaan konformitas dimana diperkirakan karena diri yang sebenamya telah menyesuaikan dengan diri yang ditampilkan dalam masyarakat. Hasil penelitan menunjukkan adanya sumbangan sikap terhadap pengalaman belajar terhadap tinggi-rendahnya diskrepansi diri realsosial.
Hasil tambahan menunjukkan adanya sumbangan makna pendidikan terhadap penerimaan diri mahasiswa Universitas Indonesia. Selain itu, hasil tambahan juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang memaknai pendidikan sebagai hasil dan status memiliki diskrepansi real-ideal yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memaknai pendidikan sebagai pengembangan diri, sehingga mahasiswa yang disebutkan pertama lebih rentan untuk mengalami kekecewaan, kecemasan, insekuritas dan maiadjustement.
Hasil tambahan juga menyebutkan sumbangan makna pendidikan terhadap rendahnya diskrepansi real-sosial, sehingga diperikirakan pendidikan belum mampu memberikan kemandirian akan persepsinya terhadap dirinya dimana diri yang ditampilkan adalah diri yang sesuai dengan harapan masyarakat sekitamya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ringking Marina Korah
"ABSTRAK
Meningkatnya angka kejahatan di Indonesia mencakup pula peningkatan
angka kejahatan yang juga dilakukan oleh wanita. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
narapidana yang berada di LP Wanita Kelas IIA Tangerang. Sejak tahun 1997
hingga tahun 2003, jumlah narapidana wanita yang berada di LP Wanita Kelas
IIA Tangerang meningkat sebanyak 128 orang. Semua narapidana baik pria
maupun wanita, mendapat label negatif dari masyarakat karena ditahan di
penjara/Lembaga Pemasyarakatan/LP. Namun, narapidana wanita mendapat
label atau stigma yang lebih jelek dari masyarakat dibandingkan narapidana pria.
Stigma yang lebih jelek ini disebabkan oleh stereotip yang melekat pada wanita.
Wanita dengan stereotipnya yang lemah lembut, penuh kasih sayang, sangat
sensitif dan halus diharapkan untuk berperilaku seperti itu. Tetapi karena ditahan
dan menjadi narapidana, perilakunya dianggap berlawanan dengan stereotip
tersebut. Apalagi jika kasus penahanannya karena masalah kekerasan
(pembunuhan), maka narapidana wanita dianggap bertolak belakang dengan
kodratnya. Penelitian ini memfokuskan pada narapidana wanita yang melakukan
tindak pidana pembunuhan.
Semua narapidana melewati proses penangkapan dan persidangan
terlebih dahulu. Kedua proses ini menyebabkan narapidana mengalami stres.
Selain itu, dampak pemenjaraan (berupa stigma masyarakat dan pengalaman di
LP) juga berpengaruh terhadap individu. Dampak pemenjaraan yang dialami di
LP berupa kehilangan banyak hal, antara lain kebebasan, kemudahan
memperoleh barang dan pelayanan, komunikasi personal, hubungan
heteroseksual, harga diri, kepercayaan diri, kepribadian, rasa aman, dan
kreativitas (Harsono, 1995). Semua perubahan ini mempengaruhi konsep diri
narapidana wanita. Perubahan konsep diri ke arah yang negatif atau positif
dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain kemampuan coping dan toleransi
terhadap stres, pengalaman masa lalu, peristiwa yang stressful, sakit atau
trauma, dan lain lain. Jika konsep diri berubah ke arah yang negatif, maka
narapidana tidak memiliki pandangan yang tetap tentang dirinya serta selalu merasa ada yang salah dengan dirinya. Selain itu, konsep diri narapidana yang
menjadi negatif dapat menyebabkan narapidana tersebut menjadi residivis.
James (dalam Hurlock, 1979) membagi konsep diri menjadi empat
kategori, yaitu basic self concept, transitory self concept, social self concept dan
ideal self concept. Situasi persidangan, dampak pemenjaraan dan stigma
masyarakat, masing-masing mempengaruhi kategori konsep diri yang berbeda.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran konsep diri
narapidana wanita yang divonis karena kasus pembunuhan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan dua metode pengumpulan data,
wawancara dan observasi langsung. Subjek penelitian terdiri dari tiga orang
narapidana wanita yang divonis karena kasus pembunuhan. Setiap subjek
menunjukkan pengaruh yang berbeda dari dampak yang dialaminya.
Tidak semua subjek, merasa bahwa situasi persidangan sebagai kejadian
yang stressful. Tidak semua dampak pemenjaraan yang dikemukakan Harsono
(1995) dirasakan oleh subjek. Dampak yang dirasakan subjek hanyalah
hilangnya kebebasan, komunikasi personal serta kesulitan memperoleh barang
kebutuhan dan jasa. Gambaran konsep diri ketiga subjek juga berbeda. Basic
self concept mereka semua berbeda. Transitory self concept mereka berubah
karena ditahan di LP. Social self concept mereka memang terpengaruh oleh
pandangan masyarakat sekitarnya. Ketiga subjek memiliki ideal self concept
yang positif untuk menjadi orang yang lebih baik dibandingkan saat ini.
Saran yang dapat diberikan adalah mengembangkan penelitian ini
kepada subjek-subjek lain dengan kasus yang berbeda agar diperoleh gambaran
yang lebih menyeluruh tentang narapidana wanita, tidak terbatas pada kasus
tertentu saja. Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian terhadap narapidana pria
agar dapat dilakukan perbandingan antara narapidana wanita dengan
narapidana pria."
2004
S3337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilhaminingsih
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tata Septayuda Purnama
"Konsep diri merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian selebriti ibukota untuk dapat terus menerus menyesuaikan diri. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri di antaranya religiusitas dan dukungan sosial. Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu seberapa besar kontribusi variabel religiusitas dan dukungan sosial secara bersama-sama dapat menjelaskan varians peningkatan konsep diri selebriti yang tergabung dalam kelompok pengajian.
Penelitian ini dilandasi tiga teori, yaitu konsep diri menggunakan teori Fitts (1971) yang memiliki delapan dimensi, religiusitas merujuk pada laporan Fetzer Institute (1999) yang menjelaskan dua belas indikator, dan dukungan sosial menggunakan teori Sarafino (2002) yang mencakup lima dimensi.
Metode penelitian menggunakan pendekatan analisis kuantitatif dengan metode survei yang bersifat statistik deskriptif (descriptive statistics), berupa sampel 85 responden komunitas selebriti yang bergabung di Kelompok Pengajian Orbit, Jakarta Selatan. Analisis penelitian ini menggunakan regresi linier dan pengolahan data menggunakan program SPSS- 18.
Kesimpulan penelitian ini diketahui bahwa dimensi dari religiusitas dan dukungan sosial secara bersama-sama bisa diterapkan pada dimensi konsep diri sebesar 86,5%. Sedangkan sisanya sebesar 13,5 % disebabkan oleh aspek-aspek lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku konsep diri.

The self-concept of celebrity is a problem faced by some popular celebrity to be able to adjust their continuous personal conformity. Many factors can affect self-concept, such religiosity and social support. This study investigates the contribution of religiosity and social support variables trough the increasing of celebrity's self-concept who joined in the religious study groups.
This study based on three theories: Fitts's self-concept theory (1971) which has eight dimensions, Fetzer Institute report refers religiosity (1999) which describes twelve indicators, and Sarafino's social support theory (2002) which covers five dimensions.
The research method uses quantitative analysis approach with descriptive statistics (descriptive statistics) in a survey method, which took 85 samples joined in religious study celebrity groups named Pengajian Orbit Group, placed in South Jakarta. The study use linear regression analysis, with SPSS-18 data processing programme.
The conclusion of this study note that among 86.5% dimensions of religiosity and social support can be applied for personal self-concept. And the rest of 13.5% influence the behavior of self-concept in other aspects.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29856
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Made Diah Lestari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>