Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122284 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra
"Manusia tidak terlepas dari ruang interaksi sosial termasuk manusia lanjut usia. Periode manusia lanjut usia, yang berada pada tahap akhir daur hidup manusia masih terdiri dari beberapa tahap penuaan—young old, old old, dan oldest old—dengan dinamika ruang interaksi sosial yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, mendeskripsikan ruang interaksi sosial dan perubahannya seiring dengan perubahan tahap penuaan manusia lanjut usia secara komprehensif menjadi penting.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih rinci mengenai bagaimana ruang interaksi sosial berubah seiring dengan berubahnya tahap penuaan manusia lanjut usia. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah melalui kajian teori mengenai ruang (interaksi) sosial, lingkungan daur hidup manusia khususnya manusia lanjut usia, dan tahap-tahap penuaan manusia lanjut usia. Studi kasus juga dilakukan terhadap ruang interaksi sosial dua orang manusia lanjut usia untuk melihat bagaimana teori yang sudah dikaji tersebut terjadi dalam kehidupan nyata.
Dari tinjauan teori dan studi kasus tersebut, dapat disimpulkan ada beberapa pola perubahan ruang interaksi sosial seiring dengan perubahan penuaan pada manusia lanjut usia, yaitu: besaran ruang interaksi sosial manusia lanjut usia menurun drastis ketika memasuki tahap oldest old; pola ruang interaksi sosial dan ruang aktivitas manusia lanjut usia cenderung sama dan stabil pada setiap tahap penuaan; frekuensi penggunaan ruang di luar ruang domestik oleh manusia lanjut usia cenderung menurun seiring dengan perubahan tahap penuaan dan hampir tidak terjadi lagi ketika memasuki tahap oldest old; dan ruang aktivitas semakin didominasi oleh ruang interaksi sosial ketika seorang manusia semakin berusia lanjut sehingga ketika ruang aktivitas berubah, ruang interaksi sosial pun cenderung ikut berubah.

Human being cannot be separated from social interaction space, including the elderly. The elderly stage, who is in the latest stage of in the human life cycle still consists of several stages of aging—young old, old old, and oldest old—with different dynamics of social interaction space too. Therefore, describing social interaction space and the changing through the aging of the elderly comprehensively becomes important.
The purpose of this writing is to understand more detail on how social interaction space changes through the aging of the elderly. This writing begins with the study of the theories about social (interaction) space, the human life cycle environment, and the aging stages of the elderly. Furthermore, case study was also conducted on the social interaction space of two elderly individuals in order to examine how the theories that had been studied happened in the real life.
From the study of the theory and the case study, it can be concluded that there are several patterns of the changing of social interaction space through the aging of the elderly. These patterns include: the scale of social interaction space of the elderly is declined drastically in the oldest old stage; the pattern of social interaction space and activity space of the elderly relatively similar and stable in every aging stage; the frequency of using outside domestic space by the elderly tends to decline through the aging of the elderly and almost disappear in the oldest old stage; and activity space is more dominated by social interaction space when a human is growing older—it means that when the activity space is changed, the social interaction space also tends to be changed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Diani Paramitha Maharsi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan persepsi diri terhadap penuaan pada lanjut usia. Sebanyak 100 orang lanjut usia berusia 60 tahun keatas yang tinggal di Depok berpartisipasi pada penelitian ini. Religiusitas dalam hal ini meliputi sembilan dimensi, yaitu perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengampunan, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius. Pengukuran religiusitas dilakukan dengan alat ukur Brief Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality yang dibuat oleh Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams (2003), sedangkan persepsi diri terhadap penuaan diukur melalui Attitude Towards Own Aging yang dibuat oleh Liang dan Bollen (1983).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya terdapat hubungan positif yang signifikan pada satu dimensi, yaitu dimensi pengampunan (forgiveness) pada religiusitas dengan persepsi diri terhadap proses penuaan pada lanjut usia. Artinya, semakin individu menunjukkan kesediaan untuk memohon ampun pada Tuhan dan memaafkan orang lain dan diri sendiri, semakin positif pula persepsi terhadap proses penuaannya; begitu pula sebaliknya. Disisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan pada delapan dimensi lainnya, yaitu dimensi perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius.

This study examined the relationship between religiosity and self-perception of aging among elderly. 100 elderly living in Depok participated in this study. Religiosity in this study consists of nine dimensions, i.e public religious practices, private religious practices, congregation support, religious coping, belifs and values, religious commitment, forgiveness, daily spiritual experiences, and religious intensity Religiosity was measured by the Brief Multidimensional Measure of Religiosness/Spirituality (Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams, 2003), whereas the self-perception of aging was measured by the Attitude Towards Own Aging scale (Liang & Bollen, 1983).
This study shows that there is a significant, positive relationship only on one dimension, which is the forgiveness dimension of religiosity and self-perception of aging among elderly. The result of this study shows that the more willing for an individual to ask for forgiveness from God and to forgive other people and oneself, the more positive participants? perception towards aging; vice versa. On the other hand, the other eight dimensions has no significant relation with self-perception of aging. The dimensions are public religious practice, private religious practices, congregation support, religious coping, beliefs and values, religious commitment, daily spiritual experiences, and religious intensity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Hapsari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang penerapan konsep aging in place dalam sebuah hunian yang dirancang khusus untuk lansia dalam hal ini RUKUN Senior Living menjadi contoh kasus. Penghuni RUKUN Senior Living rata-rata adalah lansia yang memang sengaja tinggal di tempat tersebut untuk menghindari rasa kesepian dan ingin mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Dalam mencapai kebutuhan tersebut, perlu diketahui apa saja kebutuhan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari mengingat adanya keterbatasan fisik yang dialami lansia. Oleh karena itu, melalui konsep aging in place, penulis mempelajari apakah yang ditetapkan dalam konsep tersebut yang dapat membantu lansia mempertahankan integritasnya. Sebagai hasil, konsep aging in place dapat membantu fase penuaan pada lansia karena memberikan kemudahan dengan melibatkan anthropometri dalam standar perancangannya, namun pada RUKUN Senior Living sendiri, masih ada beberapa poin yang belum terpenuhi sehingga belum dapat memfasilitasi lansia yang menggunakan alat bantu atau kursi roda.

ABSTRACT
This essay discusses the implementation of the Aging in Place concept at a specific senior residential RUKUN Senior Living. Most elderly who choose to live there, has the necessity to lesson the lonesome feelings and to maintain their sovereignty in daily life. In order to fulfill that state, it is necessary to figure out the needs of the elderly going through their daily activities because of the physical limitation that most elderly have. Therefore, writer did a research to find out if the concept of aging in place works at RUKUN Senior Living to help elderly maintain their integrity. As a result, the concept of aging in place can help the aging phase of the elderly because it provides ease by involving anthropometry in its design standards, but at the RUKUN Senior Living itself, there are still some unfulfilled points that have not been able to facilitate elderly using aids or wheelchair."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Arianti
"ABSTRAK
Interaksi sosial pada lanjut usia dengan penyakit kronis terganggu akibat berbagai
keterbatasan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi interaksi sosial pada
lanjut usia dengan penyakit kronis di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan total sampel sebanyak 53
orang. Hasil penelitian menunjukan 52,8% lanjut usia dengan penyakit kronis
pada umumnya memiliki interaksi sosial yang baik. Interaksi sosial pada lanjut
usia dengan stroke memiliki interaksi sosial yang kurang sekitar 48%. Perawat
sebaiknya tidak hanya memperhatikan kondisi fisik namun sosial terutama
interaksi sosial pada pasien lansia dengan penyakit kronis.

Abstract
Social interaction in elderly with chronic diseases become decrease because of
many limitations. The purpose of this research is to identify social interaction in
elderly with chronic diseases in Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. This
research using descriptive design with total samples around 53 people. The result
from this research indicated that 52.8% social interaction in elderly with chronic
diseases generally is good. Elderly with stroke have less social interaction around
48%. Nurse should not only care about physical condition but also social
especially social interaction in elderly with chronic diseases.;"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43471
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Uly Aanda Maria Nugraheni
"Pendahuluan : Akhir-akhir ini penelitian terkait mikrobiom kulit manusia menjadi fokus di bidang dermatologi dan kosmetik karena mikrobiota kulit yang memiliki fungsi vital dalam menjaga homeostasis kulit. Sudah banyak laporan disbiosis mikrobiom yang berhubungan dengan beberapa kondisi kulit, baik patologis maupun nonpatologis, contohnya pada penuaan atau aging. Pada kulit menua terdapat perubahan struktural dan fungsional kulit yang menyebabkan perubahan habitat mikrobiom, sehingga terjadi perubahan komposisi mikrobiota. Hal tersebut dapat menyebabkan disbiosis, sehingga dapat pula menjadi faktor predisposisi dalam proses penuaan kulit. Tujuan Penelitian : Menilai korelasi antara mikrobiom kulit dengan parameter penuaan kulit wajah perempuan Indonesia dan juga mengetahui gambaran mikrobiom pada kulit dewasa muda, lansia perempuan Indonesia, serta menilai perbedaan shannon index serta relative abundance mikrobiom kulit antara perempuan dewasa muda dan lansia. Metodologi Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari – Maret 2023 di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi (DV) RSCM. Subjek penelitian berjumlah 48 orang yang terdiri dari 24 orang perempuan sehat usia dewasa muda (21–37 tahun) dan 24 orang lansia (60–76 tahun) yang melewati kriteria penerimaan dan penolakan. Subjek penelitian yang terpilih melakukan kunjungan ke Poliklinik DV RSCM, dan dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan wajah menggunakan skin analyzer JANUS™ III, serta pengambilan apusan kulit (swab) pada kedua pipi. Hasil sampel apusan kulit kemudian dilakukan ekstraksi DNA menggunakan DNeasy PowerSoil Kit™ dan dilakukan sekuensing pada region V3-V4 16s rRNA dengan alat Next Generation Sequencing (NGS), MiSeq Illumina™. Total didapatkan 39 sampel DNA yang dapat diidentifikasi oleh alat MiSeq Illumina™. Hasil Penelitian : Abundance filum firmicutes dan genera staphylococcus secara bermakna lebih besar pada kelompok lansia. Shannon index kelompok dewasa muda lebih tinggi daripada kelompok lansia namun tidak berbeda bermakna dan hanya berkorelasi lemah terhadap usia (P>0,05). Terdapat korelasi positif antara Staphylococcus dengan usia, serta Paracoccus dengan porfirin. Terdapat korelasi negatif antara Shannon index dengan pori-pori, dan Cutibacterium dengan porfirin (P≤0,05) Kesimpulan : Hasil penelitian akhir didapatkan dari 39 sampel apusan kulit yang berhasil diidentifikasi oleh alat NGS, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang membandingkan metode pengambilan sampel mikrobiom kulit wajah untuk standarisasi penelitian selanjutnya dan perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta multi-centered untuk mewakili daerah Indonesia di pedalaman dengan iklim dan lingkungan yang berbeda dengan masyarakat urban.

Introduction: Recently research related to the human skin microbiome has become a focus in the fields of dermatology and cosmetics because skin microbiome has a vital function in maintaining skin homeostasis. There have been many reports of microbiome dysbiosis associated with several skin conditions, both pathological and non-pathological, for example aging. In aging skin, there are structural and functional changes in the skin that cause alterations in the microbiome habitat, resulting changes in the composition of the microbiota. This condition can cause dysbiosis, and it may also be a predisposing factor for the skin aging process. Objectives: To assess the correlation between the skin microbiome and the facial aging score of Indonesian women and also to determine the description of Indonesian young adults and elderly's women microbiomes, as well as addressing the differences in Shannon index and the relative abundance of skin microbiomes between young adult and elderly women. Methods: This research is an analytical observational study with cross-sectional design. Samples were taken in February – March 2023 at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), Dermatology and Venereology (DV) clinic. The research subjects were 48 people consisting of 24 healthy young adult women (21–37 years) and 24 elderly people (60–76 years) who passed the inclusion and exclusion criteria. The selected research subjects visited DV RSCM clinic, and underwent anamnesis, clinical examination, and facial examination using the JANUS™ III skin analyzer, also took skin swabs on both cheeks. The resulting skin swab samples were subjected to DNA extraction using DNeasy PowerSoil Kit™ and sequenced at V3-V4 16s rRNA region using the NGS (Next Generation Sequencing) tool, MiSeq Illumina™. Total were 39 DNA samples were obtained which could be identified by MiSeq Illumina™. Results: Abundance of the phylum Firmicutes and the genera Staphylococcus was significantly higher in elderly group. Shannon index of the young adult group was higher than the elderly group but was not stastistically ignificant and only weakly correlated with age (P>0.05). There is positive correlation between Staphylococcus and age, as well as Paracoccus and porphyrins. There is negative correlation between Shannon index and pores, Cutibacterium with porphyrins (P≤0.05) Conclusion: The final research results were obtained from 39 skin swab samples that were successfully identified by NGS tool. It is necessary to carry out future research that compares facial skin microbiome sampling methods to standardize further skin mikrobiome research and also to carry out research with a larger number of samples and multi-centered to represent rural areas of Indonesia with different climates and environments from urban communities (Jakarta)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Nadhira Maharani
"Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melihat interaksi sosial dan ruang interaksi sosial yang ada di Pasar Tradisional Depok Jaya. Pada pasar terdapat aspek fisik dan aspek sosial, aspek sosial mendukung aspek fisik sebuah pasar agar berhasil sebagai pasar yang berfungsi dengan baik. Aktor utama interaksi sosial adalah pedagang dan pembeli. Penulis membandingkan dengan kebutuhan ideal pasar tradisional dengan standar nasional. Melalui studi ini didapat kesimpulan bahwa interaksi sosial dipengaruhi oleh aktor di dalam pasar, jenis interaksi, dan ruang interaksi. Interaksi sosial yang terjadi di pasar adalah antara pedagang-pedagang, pedagang-pembeli, dan pembeli-pembeli. Ruang interaksi dan fasilitas di Pasar Depok Jaya sudah memenuhi sebagian besar kriteria yang ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional. Namun perlu ditingkatkan kebersihan, pencahayaan, perawatan toko untuk meningkatkan kenyamanan di pasar.

The purpose of writing this thesis is to see the social interaction and social interaction space in Pasar Depok Jaya traditional market. In the market, there are physical aspects and social aspects, social aspects support the physical aspects of a market in order to succeed as a well-functioning market. The main actors of social interaction are sellers and buyers. The author compares the ideal needs of traditional markets with national standards. Through this study, it is concluded that social interaction is influenced by actors in the market, the type of interaction, and the interaction space. Social interactions that occur in the market are between sellers, sellers-buyers, and buyers-buyers. The interaction space and facilities at Pasar Depok Jaya have met most of the criteria set by the Badan Standarisasi Nasional. However, it needs to improve cleanliness, lighting, and shop maintenance to increase comfort in the market."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Fadhila
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai gambaran relasi sosial pada lanjut usia dalam mencapai penuaan yang sukses. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Terdapat 6 informan dalam penelitian ini dengan variasi jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta variasi usia young-old dan old. Hasil dari penelitian ini adalah lanjut usia yang memiliki relasi sosial di masa tua dapat mengaktualisasikan dirinya kepada orang lain dan terus produktif meskipun mengalami kemunduran fungsi fisik dan kognitif. Dengan memiliki relasi sosial, lanjut usia juga dapat memberikan dukungan sosial kepada orang lain sehingga membuat diri lanjut usia merasa berguna dan dibutuhkan oleh orang lain.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the description of social relationships owned by the elderly in achieving successful aging. The research used in this research is qualitative approach with descriptive type. There were six informants in this study with male and female of gender variations, and also young old and old 39 old 39 of age variations. The results of this study are the elderly who have social relations can actualize him herself to others and continue to be productive although the decline in physical and cognitive functions. By having social relationships, elderly people can also provide social support to others so that making themselves elderly feel useful and needed by others. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aphrodita Christie
"Bermain adalah aktivitas yang bersifat universal, instingtif, dan dapat dilihat dalam semua jenis budaya dan masyarakat. Dengan bermain, seseorang bisa menjelajahi kemungkinan-kemungkinan eksistensialnya yang hilang dengan mengambil sebuah peran serta mengasimilasi fenomena-fenomena yang bisa ditemukan di dunia aktual kedalam sebuah dunia irreal yang bernama playworld. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, cara kita bermain juga berubah. Selain permainan analog, pemain juga bisa menikmati permainan digital. Melalui metode fenomenologi eksistensial dan pendekatan existential ludology, artikel ini akan mengkaji perubahan play dalam game digital melalui implementasi teknologi persuasif dan interaksi para-sosial serta bagaimana ia mempengaruhi eksistensi virtual seseorang. Implementasi kedua hal ini mengubah playworld virtual dengan menegasi playfulness, dan berakhir pada hiperrealitas. Dalam kepalsuan absolut ini, seorang pemain yang tidak menemukan playfulness menampik eksistensinya di dunia aktual. Tulisan ini membuktikan bahwa teknologi persuasif dan interaksi para-sosial mempengaruhi pengalaman dan eksistensi seseorang di dunia virtual dan di dunia aktual.
Play is an activity that’s universal, instinctive, and can be seen in all types of cultures and societies. Through play, a person can explore lost possibilities of their existence by taking on a role and assimilating various phenomena found in the actual world into an irreal realm called a playworld. As technology advances rapidly, the way we play also changes. Instead of analog games, players can enjoy themselves by playing digital games. Through the use of existential phenomenology and existential ludology, this article will examine the change of play in video games due to the implementation of persuasive technology and para-sosicial interaction within virtual playworlds and how it impacts a person’s virtual existence. The implementation of these two things changes virtual playworlds by negating playfulness, which ends in hyperreality. Within this absolute fake, a player that cannot find playfulness renounces their existence within the actual world. This paper proves that persuasive technology and para-social interaction changes play in virtual playworlds, which influences a person’s experience and existence within the virtual world and in the actual world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Martha Alvernia
"Rumah merupakan tempat berlindung manusia dari ancaman luar. Manusia sebagai makhluk sosial memberi dampak spasial kepada lingkungan tempat tinggal mereka. Rumah tempat melakukan interaksi sosial menjadi ruang kehidupan sosial penghuninya. Rumah tidak hanya berguna sebagai tempat tinggal tetapi digunakan pula untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya.
Skripsi ini menulis tentang rumah yang tidak hanya digunakan manusia sebagai tempat tinggal, tetapi digunakan pula sebagai tempat interaksi sosial. Kebutuhan manusia akan orang lain, menuntut mereka untuk menggunakan lingkungan tempat tinggalnya sebagai tempat untuk beraktivitas dengan orang lain.

Home is a shelter for the people from outside threats. Being a social animal, human has given a spatial impact to their home environment. Home as a place for social interaction has become a space for resident's social life. Home is not only a space for living but also a space for interaction with their social environment.
This journal is about home that isn't only a space for hhuman living but also a space for their social interaction. The human needs to be living with each other has been made their space of living environment to be used for a space for social activities with each other.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Setiyawati
"Kecemasan lanjut usia (lansia) dapat disebabkan oleh ketidaksiapan mental menjalani proses menua. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik lansia dan perubahan proses menua dengan tingkat kecemasan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 79 lansia yang diambil secara purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 55,7% lansia mengalami kecemasan ringan dan 44,3% kecemasan sedang. Teridentifikasi adanya hubungan antara jenis kelamin (p =0,004) dan perubahan proses menua (p = 0,028) dengan tingkat kecemasan. Pihak panti disarankan untuk memberikan pelatihan menangani kecemasan untuk petugas panti.

"Anxiety in elderly can be caused by mental unpreparedness undergo aging" "process. The aim was to determine the relationship of elderly characteristics and aging process changes with the level of anxiety at the elderly social institution Bina Mulia 1. A descriptive correlation design was applied and 79 samples were taken by purposive sampling.
The results showed 55,7% elderly experiencing mild anxiety and 44,3 % were moderate. The relationship between sexes (p =0,004) and aging process changes (p= 0,028) with the level of anxiety were identified. The social institution is advised to provide staff training about dealing with elderly anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>