Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratih Winanti Rahayu
"Sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial dengan orang lain. Seperti yang telah kita ketahui, untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, kita membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan elemen penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial, bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan sosial di antara pemakainya. Dalam berkomunikasi, terdapat prinsip-prinsip kerjasama yang mengatur kita dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip kerjasama tersebut terdiri dari beberapa maksim. Namun, dalam prosesnya, kita seringkali melanggar maksim-maksim tersebut dengan tujuan sebagai strategi menarik perhatian kawan bicara. Dalam film Madagascar 3: Europe‟s Most Wanted terdapat banyak pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Dengan menggunakan teori implikatur percakapan, teori retorik, dan teori-teori lain, seperti teori kesantunan, teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa, akan membantu untuk menganalisis pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Temuan dari penelitian ini adalah pelanggaran maksim dapat digunakan sebagai strategi persuasi.

As social beings, we cannot be separated from social interaction and communication. We need to interact and communicate with other people. As we all know, to communicate and interact with other people, of course, we need a language. Language is foremost a means of communication and interaction. As a communication tool in social interaction, language is also important in keeping a good social relation among language users. There are cooperative principles which control us in the way we communicate with others. The cooperative principles contain some maxims. Yet, in the middle of conversation, we usually flout or violate the maxims in order to attract the hearers. In the movie Madagascar 3: Europe‟s Most Wanted, there are so many flout of maxims or exploit of maxims which is done by Alex, Marty, Melman, and Gloria as a persuasion strategy. By using conversational implicature theory, rhetoric theory, and some theories like politeness theory, co-active persuasion theory, and power relation theory will help to analyze this research on the use of flouting maxims and violating maxims as persuasion or rhetoric strategy. The finding of this research is that flout of maxims or exploit of maxims can be used as persuasion strategy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Fajriana Oktasari
"Dewasa ini retorika diartikan sebagai seni berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi. Penelitian ini mengenai linguistik analisis bahasa dan mencakup retorika. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Berretorika juga harus dapat dipertanggung jawabkan disertai pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi. Metode penelitian ini deskriptif kualitatif dan menggunakan teknik wawancara. tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan cara polisi lalu lintas di Kota Pamekasan menyusun kata-kata sebagai usaha efektif dalam bertutur. Berdasarkan hasil analisis, peneliti menyimpulkan bahwa Susunan kata dan gagasan yang disampaikan Polantas Pamekasan pada saat melakukan operasi lalu lintas sudah sesuai dengan cara menyapa yang baik kepada pengendara yang melanggar lalu lintas. Cara yang mereka lakukan antara lain bertanya yang sopan dan tegas dan memberi pelanggaran, menindak, mendakwa biar masyarakat tau apa yang dilanggar, sehingga tidak perlu pembetulan."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2018
400 BEBASAN 5:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ellingsworth, Huber W.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1967
372.6 Ell s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Chriscentia Leonardy
"Latar Belakang: Ilmu pedagogi didefinisikan sebagai metode dan pendekatan dalam pembelajaran. Game dengan tujuan pedagogi untuk pendidikan dan pelatihan disebut sebagai serious games (SG). SG telah digunakan dalam berbagai intervensi pendidikan kesehatan dan berperan sebagai sarana pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta motivasi. Histologi rongga mulut adalah studi tentang struktur mikroskopis sel dan jaringan rongga mulut. Namun, pembelajaran histologi dideskripsikan sebagai salah satu topik yang kurang menarik dan sulit dipahami. Penggunaan SG berpotensi meningkatkan motivasi mahasiswa yang akan berdampak pada peningkatan performa akademik. Namun, penelitian mengenai efektifitas penggunaan serious games sebagai metode pembelajaran komplementer dalam bidang kedokteran gigi masih belum banyak dipahami. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas serious games sebagai metode pembelajaran komplementer praktikum histologi jaringan rongga mulut. Metode: Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi randomized controlled-crossover pada mahasiswa FKG UI preklinik tahun pertama. Responden penelitian terdiri dari 74 mahasiswa dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A diberikan pembelajaran dengan serious games terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembelajaran dengan panduan praktikum (handout). Sedangkan kelompok B diberikan handout dan dilanjutkan serious games. Hasil: Berdasarkan uji analisis statistik, penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p < 0,05) pada hasil nilai pre-test, post-test 1 (3 hari pasca intervensi), dan post-test 2 (7 hari pasca intervensi). Uji kuesioner juga menunjukkan motivasi, persepsi, engagement dan pengalaman yang positif setelah belajar menggunakan serious games. Kesimpulan: Pembelajaran serious games efektif meningkatkan kemampuan kognitif serta meningkatkan motivasi mahasiswa dalam mempelajari histologi rongga mulut. Pendekatan inovatif ini dapat direkomendasikan sebagai strategi pembelajaran komplementer praktikum histologi rongga mulut

Background: Pedagogy is defined as methods and approaches in learning. Games with pedagogical goals for education and training are called serious games (SG). SG has been used in various health education and acts as an active learning that can increase cognitive, skills, and motivation. Oral histology is microscopic study of cells and tissues structure of the oral cavity. However, histology has been described as one of the less interesting and difficult materials to understand. The use of SG has the potential to increase student motivation which will have an impact on improving academic performance. Nevertheless, studies and research on the effectiveness of serious games as a complementary learning method in dentistry is still not widely understood. Objective: To evaluate the effectiveness of serious games as a complementary learning method for oral practicum histology. Methods: The study was conducted using a randomized controlled-crossover design in the UI first year preclinical dental students. The research respondents consisted of 74 students and they were divided into two groups. Group A was given learning with serious games first, then continued with learning with practicum guides (handout). Meanwhile, group B was given handouts and continued with serious games. Results: Based on statistical analysis tests, the study showed that there were statistically significant differences (p <0.05) in the results of students' pre-test, post-test 1 (3 days post-intervention), and post-test 2 (7 days post-intervention) scores. The questionnaire test also showed positive motivation, perception, engagement and experience after using serious games. Conclusion: Learning with serious games is effective in increasing cognitive skills and student motivation in studying oral histology. This innovative approach can be recommended as a complementary learning strategy for oral practicum histology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Oral communicative competency in English is needed to provide the intitation tnto subcultures, occupations, professions, ssocialisations and discipline enquiry. The decision is obvious: depending which level we are talking about. In other words we need to consider those levels, such as level of difficulty, the level of transparency and the level of formality"
297 TURAS 13:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hovland, Carl I.
New Haven, Conn: Yale University Press, 1966
302.2 HOV c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ira Dininggara Maladi
"Sukaraja merupakan desa yang penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain suku bangsa Sunda dan suku bangsa Lampung. Dua suku bangsa tersebut merupakan suku bangsa terbesar di desa Sukaraja. Suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda hidup berdampingan dan saling mempengaruhi kebudayaan satu sama lain. Hal ini terlihat pada penggunaan bahasa Lampung disana yang tersisipi oleh penegas kata (fatis) atuh, jing, dan geh. Ketiga fatis tersebut berasal dari bahasa Sunda. Bahasa Lampung tersisipi ketiga fatis tersebut karena adanya interaksi yang terjadi antar suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda setiap harinya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Teknik penelitian yang digunakan yaitu pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hal ini digunakan untuk mengetahui mengapa bahasa Lampung di desa Sukaraja tersisipi oleh fatis dari bahasa Sunda. Kajian pustaka dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memahami fatis dan fungsi dari fatis itu sendiri serta membantu peneliti memahami mengapa fatis bahasa Sunda dapat menyisipi bahasa Lampung. Selain itu, peneliti juga mempresentasekan jumlah fatis atuh, jing, dan geh yang muncul dalam bahasa Lampung.
Penelitian ini mengkategorikan informan menjadi dua kriteria yaitu informan kunci (key informan) dan informan pendukung. Informan kunci terdiri dari tiga orang. Ketiganya menggunakan nama asli atau peneliti tidak menggunakan nama samaran. Sedangkan informan pendukung adalah beberapa masyarakat suku bangsa Lampung yang tinggal di desa Sukaraja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fatis atuh, jing, dan geh dapat menyisipi bahasa Lampung karena pengucapan ketiga fatis tersebut sesuai dengan sumber bunyi dalam bahasa Lampung. Ketiga fatis tersebut juga memiliki fungsinya sendiri. Tiap-tiap fatis memiliki fungsi yang berbeda dari fatis-fatis yang ada dalam bahasa Lampung. Selain itu, faktor kebiasaan juga membuat fatis atuh, jing, dan geh menjadi lazim digunakan di desa Sukaraja.
Kerukunan antar suku bangsa yang terjadi di desa Sukaraja juga membuat masyarakat suku bangsa Lampung dapat menerima dengan baik keberadaan fatis atuh, jing, dan geh dalam bahasa Lampung. Keberadaan ketiga fatis tersebut dalam bahasa Lampung telah disadari oleh suku bangsa Lampung dan membuat mereka merasa semakin kaya dalam berbahasa.

Talbot is a village made up of various ethnic groups such as ethnic and tribal Sundanese Lampung. The two tribes are the largest ethnic group in the village of Talbot. Lampung tribes and ethnic groups coexist and Sundanese culture mutually influence each other. This is seen in the use of language by the Lampung there are shells confirmation word (phatic) atuh, jing, and geh. Phatic third comes from the language. Phatic three shells Lampung language, because of the interaction between Lampung tribes and tribal Sundanese every day.
The approach used in this study is a qualitative approach and quantitative approach. Research techniques used were participant observation and in-depth interviews. It is used to determine why the language of Lampung in Talbot village by the shells of phatic language. Literature review conducted to facilitate researchers in understanding the function of phatic phatic and themselves and to help researchers understand why phatic Sundanese language can menyisipi Lampung. In addition, the researchers also mempresentasekan number phatic atuh, jing, and geh which appeared in Lampung.
This study categorizes the informant to two criteria: the key informants (key informants) and supporting informants. Key informants consisted of three people. All three use real names or the researchers did not use a pseudonym.While informants are supporting some ethnic communities living in rural Lampung Talbot.
Based on the survey results revealed that phatic atuh, jing, and can geh menyisipi third language pronunciation phatic Lampung because according to the source of sound in the language of Lampung. Phatic Third also has its own function. Phatic each having different functions of phatic-phatic that exist in Lampung. In addition, the habit also makes phatic atuh, jing, and geh became prevalent in rural Talbot.
Harmony among ethnic groups occurred in the village of Talbot also made Lampung ethnic communities may welcome the presence of phatic atuh, jing, and geh in Lampung language. The existence of the third phatic language has been recognized by the Lampung Lampung tribe and make them feel even richer in the language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robbi Nurdin Hidayat
"Dalam melakukan interaksi, penutur memiliki tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, penutur terkadang mengucapkan tuturan yang tidak sesuai dengan prinsip kerja sama, sehingga penutur melakukan pelanggaran bidal percakapan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah pelanggaran bidal percakapan yang sengaja (Flouting the Maxims) dilakukan oleh kedua tokoh utama (Harold dan Kumar), sehingga menimbulkan variasi tujuan dari pelanggaran tersebut. Penelitian ini menganalisis percakapan dalam film Harold and Kumar Go to White Castle.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan alasan melakukan pelanggaran bidal dalam percakapan, mengungkapkan tujuan dan implikasi dari pelanggaran bidal, dan mengetahui hubungan antara konteks dan pelanggaran bidal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif karena sumber data analisis merupakan percakapan yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat. Teknik pengumpulan data melalui teknik pengamatan dan pencatatan. Data dalam penelitian ini berjumlah 31 penggalan percakapan. Metode penelitian ini menggunakan teori Grice (1975) yaitu prinsip kerja sama bidal percakapan dengan menjelaskan konteks dan pelanggaran bidal.
Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan 47 pelanggaran bidal. Kemudian, variasi tujuan yang ditemukan dari pelanggaran bidal percakapan dikelompokkan ke dalam 5 kategori yaitu Ekspresif seperti menyenangkan hati, lelucon atau gurauan, menghibur, menenangkan, meminta maaf, menjaga perasaaan, dan mengutarakan sesuatu, Komisif seperti memendam kekesalan, menghindari bahaya, melindungi, menjaga reputasi, dan menyembunyikan, Representatif seperti meminta bantuan, menyatakan putus asa, menolak, meyakinkan, menghindari amarah, dan menunjukkan, Direktif seperti memberitahukan, menyatakan kejujuran, menyatakan keberanian, meminta penjelasan, menyelamatkan diri, menegaskan, memprediksi, dan meminta klarifikasi, dan Indirektif seperti mengabaikan dan mengalihkan pembicaraan. Korelasi yang muncul antara konteks dan pelanggaran bidal adalah sebab-akibat.

In a conversation, speakers have a certain purpose. To achieve the purpose, they sometimes intentionally flout the maxims by saying something unmatched with the topic of the conversation. This is called flouting the maxims in Co-operative Principle concept. The problem of this research is flouting the maxims deliberately to achieve the purpose of the conversation by analyzing the context and the flouts of the maxims. This research analyzes utterances on the movie Harold and Kumar Go to White Castle.
This research aims to find out flout of the maxims on the movie, reveal the implication and the purpose of flouting the maxims, and know the correlation between context and flouting the maxims. This is a qualitative and descriptive research because the data and the result of the research are not presented in forms of numbers or statistic. Moreover, the source of data analysis is conversation explained in words or sentences form. Observing and note taking are the methods in collecting the data. The data in this research are 31 conversations and each of the conversation is supported by its context. Theory used in this research is Co-operative Principle, Implicature, and Conversational Maxims introduced by Grice (1975).
By analyzing the situation and flouting the maxims, the writer found 47 violations. The writer also concludes there are variations of purposes found in this research which are classified into 5 categories. First is Expressive such as to please someone, joking, entertain, calm someone down, apologize, save face, and say something. Second is co missive such as to hide a fact, prevent, protect, and keep reputation. Third is Representative such as to ask for help, desperation, refuse, convince, and show something. Fourth is Directive such as to inform, be honest, express braveness, and clarifying. Fifth is Indirect such as to ignore and shift a talk. From these results, it concludes that speakers flout the maxims to achieve a purpose in a conversation. The correlation between context and flouts of the maxims is cause-effect relation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thalita Aria Suryani
"ABSTRAK
Komunikasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi yang baik bersifat komunikatif, yaitu apabila pesan/tuturan yang disampaikan penutur dapat diterima dengan baik oleh mitra tutur. Penulisan jurnal ini bertujuan untuk menganalisis ketidakberhasilan sebuah komunikasi dalam film Erbsen Auf Halb 6 dengan menggunakan teori tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dari John Langshaw Austin. Selain itu, jurnal ini juga bertujuan untuk mengetahui penyebab dan akibat dari ketidakberhasilan komunikasi tersebut.

ABSTRACT
Communication is a necessary thing in everyday life. Good communication is communicative. Communicative is when a communication that is delivered by a speaker can be accepted well by a partner. This journal intend to analyze failure of communication through a film ldquo Erbsen Auf Halb 6 rdquo using the theory of locutionary, illocutionary, and perlocutionary speech act from John Langshaw Austin. In addition, this journal intend to know the causes and consequences of the unsuccessful communication."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>