Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194483 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irawadi Prihaswan
"Manajemen suatu perusahaan memiliki peran utama dalam mewujudkan kecelakaan kerja nihil (zero accidengi di tempat kerja. Upaya tersebut harus dilaksanakan melalui sebuah kesisteman yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Selain komitmen manajemen, untuk mencapai tujuan secara optimal daiam pelaksanaan SMK3 juga diperiukan dukungan karyawan, diantaranya dengan selalu berupaya untuk berperilaku selamat dan mencegah adanya perilaku tidak selamat. Perilaku tidak selamat diyakini merupakan faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Untuk itu, penting dilakukan kajian atau studi tentang perilaku tidak selamat sehingga dapat dilakukan intervensi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak selamat karyawan bagian produksi dan pemeliharaan Iapangan panas bumi Gunung Salak tahun 2007. Desain peneiitian ini adalah dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel dalam peneiitian ini adalah sebanyak 75 responden.
Dari hasil peneiitian didapatkan kesimpulan bahwa perilaku tidak selamat karyawan bagian Produksi dan Pemeliharaan Iapangan panas bumi Gunung Salak masih perlu dikurangi dan dicegah secara terus-menerus. Faktor internal yang berhubungan dengan perilaku tidak Selamat adalah persepsi terhadap risiko kerja, motivasi berperilaku tidak Selamat, dan kepatuhan terhadap peraturan; sedangkan pengetahuan tentang bahaya di tempat kerja dan faktor eksternal (meliputi pelatihan K3, komunikasi tentang bahaya dan pengawasan dari supervisor) tidak terbukti memiliki hubungan bermakna_ dengan perilaku tidak Selamat di tempat kerja.
Disarankan perlu adanya upaya yang berkelanjutan untuk mencegah munculnya perilaku tidak Selamat dengan lebih memperhatikan aspek motivasi, persepsi, dan kepatuhan terhadap peraturan, sebagai contoh melalui program rewards dan punishment, pelatiahn dan sosialisasi peraturan, dan program pengembangan Budaya K3 di tempat kerja secara terus menerus. Selain itu, diharapkan bahwa penerapan program behavior-based safety dapat meningkatkan motivasi, persepsi, dan kepatuhan karyawan untuk berperilaku Selamat.

A company management has a main role to achieve a zero incident in the workplace. The efforts shall be done through implementation of an Occupational Health and Safety Management System (OHS-MS). Beside management commitment, to achieve a successful implementation of an OHMS. workers' support will always be critical, such as with always enforcing safe behavior and preventing unsafe behavior. Unsafe behavior is the main factor causing workplace incident. Therefore, a study or research on unsafe behavior is critical, so that intervention program, may then be needed.
The objectives of this study is to explore factors relates to unsafe behavior of employees of Production and Maintenance departments of the Gunung Salak geothennal field in 2007. This study design is an analytical survey with a cross- sectional method. The number of sample is 75 respondents.
The study results that unsafe behavior exists in the Production and Maintenance department of Gunung Salak geothennal Held, and needs to be eliminated and or prevented. lntemal factors that contribute to the unsafe behavior are perception of job-risk, motivation for working unsafe, and compliance to policy and procedure; whereas, the knowledge of hazard/risk, as well as extemal factors (i.e. safety training, hazard/risk communication, and supervision) are proved not to have signihcant contribution or relation, to the unsafe behavior.
lt would then be recommended to develop a program on preventing unsafe behavior that emphasizes on motivation, perception, and compliance assurance aspects; such as rewards and punishment, training and socialization of policies and procedures, as well as building a HES culture continuously and sustainably. It is also believed that the implementation of Behavior-based Safety program would help improve the motivation, perception, and compliance ofthe employees to work safely.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rashif Syafaatur Rahman
"Saat ini terjadi peningkatan dalam jumlah perusahaan industri manufaktur, dan industri manufaktur kemasan merupakan industri yang memiliki pertumbuhan pasar relatif tinggi, didasari oleh terus meningkatnya permintaan kemasan untuk berbagai macam produk. Tetapi industri manufaktur pengolahan atau kemasan menjadi salah satu jenis industri dengan kasus kecelakaan kerja terbanyak. Seringkali terjadi kasus kecelakaan kerja pada area produksi yang dapat mengakibatkan cedera serius pada operator mesin. Penyebab utama terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut didasari oleh adanya kemungkinan kesalahan manusia pada aktivitas kerja permesinan. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi bentuk dan probabilitas terjadinya human error pada aktivitas kerja melalui penggunaan tiga metode, yaitu Hierarchical Task Analysis (HTA), Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach (SHERPA), dan Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART). Dari analisis hasil pengolahan data menggunakan tiga metode tersebut, didapatkan bahwa terdapat tiga aktivitas kerja pada mesin otomatis, dan empat aktivitas kerja pada mesin manual yang memiliki risiko tinggi sehingga tujuh aktivitas tersebut dijadikan critical task yang akan menjadi fokusan analisis untuk perancangan rekomendasi K3. Digunakan Framework Hierarchy of Control (HOC) yang bertujuan untuk mengetahui lingkup pengendalian dan bentuk rancangan rekomendasi K3 yang tepat. Dari penggunaan HOC, ditentukan empat bentuk rekomendasi, yaitu display K3, instruksi kerja, dan training K3 dengan pihak eksternal untuk lingkup kontrol administratif dan sebuah rekayasa teknik sebuah meja bantuan untuk mengurangi risiko postur.

Currently, there is an increase in the number of manufacturing companies, with the packaging manufacturing industry experiencing relatively high market growth due to the continuous rise in demand for packaging across various products. However, the packaging manufacturing industry is also one of the sectors with the highest number of workplace accidents. Frequent accidents in the production area often result in serious injuries to machine operators. The primary cause of these workplace accidents is attributed to the possibility of human error in machine-related activities. Therefore, this research aims to identify the forms and probabilities of human error in work activities through the application of three methods: Hierarchical Task Analysis (HTA), Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach (SHERPA), and Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART). From the data analysis using these three methods, it was found that there are three high-risk work activities on automatic machines and four high-risk work activities on manual machines. These seven activities were identified as critical tasks and became the focus of the analysis for designing K3 (Occupational Health and Safety) recommendations. The Hierarchy of Control (HOC) Framework was used to determine the scope of control and the appropriate K3 recommendation design. From the application of HOC, four types of recommendations were identified: K3 displays, work instructions, and K3 training with external parties for administrative control. Additionally, an engineering control was proposed in the form of an assistive table to reduce posture risks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raih Zenita Imami
"Perilaku selamat adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan (Heinrich, 1931). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan perilaku kerja selamat pada pekerja bagian warehouse dan workshop di PT X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner, observasi, dan wawancara dengan pihak manajemen. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen perusahaan dan literatur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 79 responden, 62 responden dari bagian warehouse dan 17 responden dari bagian workshop. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square, dengan menggunakan α = 0,05 dan CI = 95%.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 53,2% pekerja berperilaku selamat, dan 46,8% pekerja berperilaku tidak selamat. Faktor-faktor yang secara statistik memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah peran rekan kerja dan lingkungan. Faktor-faktor yang secara statistik tidak memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah pengetahuan, sikap, peraturan, pengawas, dan ketersediaan APD.

Safe behavior is an act or behavior from someone or some workers who reduce the possibility of accident to employees (Heinrich, 1931). The purpose of this research is to determine factors associated with the safe behavior on workers at warehouse and workshop department of PT X. This research is a quantitative research, using cross sectional study method. This research use primary and secondary data. Primary data is collected with questionnaire, observation, and interview the management. Secondary data is collected from documents and literatures. This research has 79 samples, 62 respondents from warehouse department and 17 respondents from workshop department. Bivariat analysis is done with chi square test, using α = 0,05 and CI = 95%.
The result showed that 53,2% of workers have done safe behavior, while 46,8% of workers have done unsafe behavior. Factors that were proven have significant relationship with safe behavior are working relation and environment. Factors that were not proven have significant relationship with safe behavior are knowledge, attitude, regulation, supervising, and Personal Protective Equipment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitri Noviadi
"Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APD Telinga) merupakan tahap terakhir dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara teknik dan administrasi tidak berhasil dijalankan, hal ini disebabkan risikonya masih cukup tinggi karena susahnya untuk memantau perilaku pekerja dalam menggunakan APD Telinga. Pada kenyataannya di PT Pupuk Sriwidjadja (PUSRI) Palembang dengan tingkat kebisingannya tinggi masih banyak ditemui pekerja yang tidak disiplin mengunakan APD Telinga. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD Telinga tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan APD Telinga di bagian Produksi Ammonia PUSRI II (P-II) PT PUSRI Palembang. Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengadopsi teori Green, yaitu melihat dari faktor predisposing, faktor enabling dan faktor reinforsing.
Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sampel penelitian berjumlah 60 orang pekerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Data kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30% pekerja yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD Telinga dan 70% pekerja yang berperilaku baik dalam penggunaan APD Telinga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel: pengetahuan, sikap, kenyamanan, kebijakan, pelatihan dan keteladanan terhadap penggunaan APD Telinga, sedangkan variabel: umur, masa kerja, kondisi APD Telinga, perawatan, pengawasan dan tanda bahaya bising tidak berhubungan dengan penggunaan APD Telinga. Begitu pula dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang menentukan Perilaku Penggunaan APD Telinga oleh pekerja adalah Pelatihan (OR=10,19; 95% CI: 0,769-135,243), Pengetahuan (OR= 8,85; 95% CI: 0,75-103,58), Sikap Keteladanan (OR= 8,40 ; 95% CI: 2,40-32,65), Kebijakan (OR= 7,87; 95% CI: 0,53-116,33) dan Kenyamanan APD Telinga (OR= 4,59; 95% CI: 0,25-81,24).
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah dengan meningkatkan penyuluhan/pelatihan dan motivasi tentang APD Telinga kepada pekerja agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja. Selain itu agar lebih tegas dalam memberikan sanksi apabila pekerja tidak menggunakan APD Telinga dan diupayakan memberikan hadiah/penghargaan kepada pekerja yang disiplin menggunakan APD Telinga. Akhirnya, dalam penyediaan APD Telinga mengutamakan faktor kenyamanan alat tersebut dengan meminta masukan dan para pekerja.

The use of hearing protector is the last stage of noise control if technical control and administration control cannot run well. This is due to it's high risk because it's difficult to supervise workers behavior in using hearing protector. In fact, in PT PUSRI Palembang with it's high level of noise, there are still many workers do not use the hearing protector.
The purpose of this research is to investigate factors related to workers behavior in using hearing protector at Ammoniac Production Department of PUSRI II (P-II) in PT PUSRI Palembang. The approach used is by using Green's theory which are consist of predisposing factor, enabling factor as well as reinforcing factor.
The research use Cross sectional design, with 60 workers as samples. Data are collected by using interview and direct observation besides secondary data. Data analyzed statistically by using Chi square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 30% of workers did not use hearing protector appropriately. Based on bivariate analysis it is known that there is significant relation between variables: knowledge, attitude, comfort, policy, training and models of using hearing protector. On the other side, variables: age, length of work, the condition of hearing protector, maintenance of hearing protector, supervising and danger signal of noise didn't have significant relation with the use of hearing protector. Through logistic regression, it is known that the determinant variable in the workers behavior in using hearing protector is training (OR= 10,19; 95% CI: 0,769-135,243 ), knowledge (OR= 8,85; 95% CI: 0,75-103,58), attitude*models (OR= 8,40; 95% CI: 2,40-32,65), policy (OR=7,87; 95% CI: 0,53-116,33) and the comfort of hearing protector (OR= 4,59; 95% CI: 0,25-81,24).
Referring to the result of this research, I advice that management should intensify the information/training and motivation about using hearing protector to the workers in order to add their knowledge and positive attitude as well As giving sanction to those without hearing protector. Employee should be rewarded or giving such appreciation especially to the workers who are discipline in using hearing protector. Finally, management should prepare hearing protector that comfort with asking if any workers have suggestion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virozza Bianca Jasmine
"ABSTRAK
Perilaku pekerja yang tidak aman dapat menyebabkan tingginya risiko kecelakaan kerja, terutama dalam proyek konstruksi di DKI Jakarta. Perilaku kerja yang aman dapat dipengaruhi oleh faktor organisasi dan faktor psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor organisasi dan faktor psikologis untuk meningkatkan perilaku kerja yang aman. Dengan mengadopsi model kinerja keselamatan dalam penelitian sebelumnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model bayesian network (BN) untuk mengetahui hubungan antara variabel prediktor (faktor organisasi dan faktor psikologis) dan variabel respon (perilaku keselamatan pekerja) menggunakan Directed Acyclic Graph (DAG). Metode BN sangat berguna dalam memprediksi efektivitas berbagai strategi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor psikologis memiliki pengaruh langsung yang lebih signifikan daripada faktor organisasi. Berdasarkan simple strategies, faktor yang paling efektif untuk meningkatkan perilaku kerja yang aman adalah sikap keselamatan, komitmen manajemen, dan norma subjektif. Selain itu, ditemukan bahwa joint strategies antara komitmen manajemen, kepemimpinan, niat, dan pengendalian perilaku yang dirasakan mampu memiliki pengaruh terbesar untuk meningkatkan perilaku kerja yang aman.

ABSTRACT
Unsafe behavior of workers can cause a high risk of workplace accidents, especially in construction projects in DKI Jakarta. Safe work behavior can be influenced by organizational factors and psychological factors. This research aims to identify the relationship between organizational factors and psychological factors for improving safe work behavior. By adopting a safety performance model in previous studies, the method using in this research is bayesian network (BN) model to represent the relationship between predictor variables (organizational factors and psychological factors) and the response variable (safe work behavior) using Directed Acyclic Graph (DAG). The BN method is very useful in predicting the effectiveness of various strategies. The results of this research indicate that the psychological factors have a more significant direct effect than organizational factors. Based on the simple strategies, the most effective factors for improving safe work behavior are safety attitudes, management commitment, and subjective norms. Furthermore, it was found that the joint strategies between management commitment, leadership, intention, and perceived behavioral control were able to have the greatest influence for improving the safe work behavior."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbung, Johny
"Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan "cross sectional" menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara terstruktur, menggunakan kuesioner dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder yang sudah ada di pabrik kayu lapis PT Jati Dharma Indah Kota Batu Gong Kota Ambon. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi, uji chi-square, serta analisis regresi logistik.
Penelitian ini dilaksanakan di pabrik kayu lapis PT Jati Dharma Indah Batu Gong Kota Ambon dengan unit analisis pekerja di bagian Dryer dan Gluing sebanyak 204 orang sebagai sampel, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan APD serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan paling besar pengaruhnya terhadap penggunaan APD. Hasil penelitian ini diperoleh 27,9 % menggunakan APD dan 72,1 % tidak menggunakan APD secara lengkap. Berdasarkan analisis bivariat ternyata ada hubungan antara variabel pola pengawasan, kebijakan, pengetahuan, terhadap penggunaan APD di bagian Dryer dan Gluing, sedangkan faktor fasilitas APD, pelatihan, sikap, tidak ada hubungan dengan penggunaan APD. Begitu pula dengan analisis regresi logistik pada variabel pola pengawasan, kebijakan, pengetahuan yang diduga mempunyai konstribusi paling besar terhadap penggunaan APD, ternyata faktor pola pengawasan yang berhubungan dengan penggunaan APD dengan nilai p = 0,0015.
Dengan melihat fasilitas APD, pelatihan, sikap, maka untuk peningkatan penggunaan APD perlu dikaji kembali maka pola pengawasan yang sudah ada terutama petugas pengawasnya, serta perlu dipikirkan keseimbangan antara pemberian sangsi dan penghargan bagi tiap tenaga kerja.

Research for the usage of Personal Protective Equipment in Dryer and Gluing section of PT. Jati Dharma Indah, a Timber Company at Batu Gong, AmbonThis research is a non experiment research with "Cross section" using technique analysis quantitative data. With structure interview, the data was collected using questionnaire and direct observation along with existing data from PT Jati Dharma Indah. Then the collected data was statically processed using a frequency technique analysis distribution, chi-square study and regression logistic analysis.
This research was resembled at PT Jati Dharma Indah, using the 204 worker's as an example. To get a view of the usage of PPE along with the most influence factors of the PPE usage. The result of this research was 27, 9% using PPE and 72, 1% was not. Based on bivariate analysis results, there are connection between variable base care, knowledge experience, against the usage of PPE in Dryer and Gluing section, even though the facility factor, training, attitude, has no connection with the usage of PPE. Also with the logistic regression on base variable supervision, guidance, knowledge, which was predicted to have the biggest contribution to PPE usage, obviously the connection of base factor supervision and the usage of PPE was p = 0,001 5.
To observe the PPE facility, enough training and attitude, therefore the increase of PPE usage needs to be reviewed. Therefore the existing base supervision especially the supervisor, including the needs of harmonization between sanction and appreciation to each employees.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusri
"Kebijakan dan program bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan menjamin rasa aman pars pekerja. Namun demrkian, proses produksi sexing tidak bisa dihindarkan dari gangguan kesehatan maupun keselirnatan kegs Salah satu bagian dad masalah kesehatan yang cukup menonjol dan hampir teijadi pada setiap pekerja adalah kelelahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kelelahan pada karyawan bagian produksi kulkas PT. LG Electronics Inonesia Tangerang. Desain penelitian ini adalah penelitian kaantitatif dengan meaggunakan pendekatan deslaiptif anali iik Sampel pads penelitian ini sebanyak 75 responden dari seluruh karyawan bagian produksi kulkas sebanyak 290 orang.
Dari basil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa kelelahan tingkat sedang sebanyak 65 karyawan (86,7%). Faktor yang berhubungan dengan kejadian kelelahan pads penelitian ini adalah faktor lingkungan fisik berupa kebisingan, suhu dan pencahayaan serta variabel sistem kerja, yaitu keija shift; sedangkan variabel keija lembur tidak memiliki hubungan bemnakna dengan kejadian kelelahan.
Disarankan perlunya rekayasa engineering untuk pengendalian faktor lingkungan fisik, seperti perbaikan sistem ve i sntia i, exhaust vent untuk meng ra tingkat suhu dan pajanan papas, kontroI jarak tempat keija dengan somber bising dan desain instalasi pencahayaan sesuai standar serta peninjauan ulang mengenai pengaturan keija shift.

Occupational Safety and Health (OW) policy and programs in industry will be expected to increase productivities and need safety assurance for workers. But often production process can not be avoided from occupational health and safety problem& One of dominant case in all workers is fatigue.
The objectives of the study is to find out the factors related to the fatigue case of refrigerator production employees at LG Electronics Indonesia Tangerang Plant Site in the year 2006. This study design is analytic survey with cross-sectional method The sample of this study is 75 respondents of 290 refrigerator production employees.
The result of this study is 86,7 % of respondents suffer from the fatigue medium level. Physical occupational environment factors (noise, temperature and lighting) have related to the fatigue case of refrigerator production employees. Work system variables are work shift also has related to dependent variable of this study. For overtime variable has not related to the fatigue case of refrigerator production employees.
It is advised to control of physical occupational environment factors by engineering design, namely ventilation system recovery, exhaust vent to reduce temperature level and heat exposure, w control the distance of workers area and noise resources and standardize lighting installation also review the work shift regulation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Kusuma
"Pemakaian Alat Pelindung Pendengaran (APD telinga) merupakan tahap akhir dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara tehnik dan administrasi tidak berhasil dijalankan, karena susahnya untuk memantau perilaku pekerja dalam menggunakan APD telinga. Pada kenyataannya di PT.X dengan tingkat kebisingannya tinggi masih banyak pekerja yang tidak disiplin menggunakan APD telinga. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD telinga tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Penggunaan alat pelindung pendengaran (Hearing Protektor) pada pekerja di bagian Die Casting PT.X. tahun 2004, dan merupakan studi yang bersifat kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sample penelitian berjumlah 66 orang pekerja, pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara Sian observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu analisis univariat, dilanjutkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square, kemudian analisis multivariate menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,5% pekerja yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD telinga dan 45,5 % pekerja yang berperilaku baik dalam penggunaan APD telinga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel, pengetahuan tentang APD telinga, kebijakan dan pelatihan terhadap penggunaan APD telinga. Sedangkan variabel persepsi terhadap resiko, pengawasan dan ketersediaan fasilitas tidak berhubungan dengan penggunaan APD telinga. Begitu juga dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang dominan menentukan adalah variabel pelatihan yang merupakan faktor eksternal.
Sebagai saran untuk tindak lanjut maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah dengan meningkatkan Pendidikan dan latihan secara rutin dan berkesinambungan kepada pekerja agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja. Selain itu agar lebih tegas dalam memberikan sanksi apabila pekerja tidak menggunakan APD telinga dan diupayakan memberikan hadiah/penghargaan.

The Use of Hearing Protector is the last stage of noise control if technical control and Administration control cannot run well because it's difficult to supervise workers behavior in using hearing protector. Infact, in Die casting Unit PT.X with it's high level of noise, there are still many workers do not use the hearing protector.
The purpose of this research is to investigative factors related to workers behavior in using hearing protector at Die casting unit of PT.X Year 2004, and constitute of qualitative study then made it quantitative .The research use cross sectional design, with 66 workers as samples. Data are collected by using interview and direct observation beside secondary data. Data analyzed statically by using Chi-Square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 54,5 % of workers did not use hearing protector appropriately. Based on bivariate analysis it is known that there is significant relation between variable : knowledge of hearing protector, policy, and training of using hearing protector. Onthe other side, variable : risk perception, supervising and facility of hearing protector didn't have significant relation with the use of hearing protector. Through logistic regression, it is known that the determinant variable in the workers behavior in using hearing protector is training variable representing factor of external.
Referring to the result of this research, I advise that management should intensify the information, improving Education and practice routinely and continual to worker so that can add knowledge and grow positive attitude of worker about using hearing protector as well as giving sanction to those without hearing protection. Worker should be rewarded or giving such appreciation especially to the workers who are discipline in using hearing protector.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarah Defi Saputri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan panas dan keluhan subjektif yang ada di PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas. Bahaya panas merupakan salah satu hazard yang ada di dunia industri saat ini. Bahaya panas yang tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang biasa disebut heat-related disorders. Pajanan panas ke tubuh pekerja akan direspon tubuh melalui heat strain. Indeks WBGT Indoor di area produksi PT Frisian Flag Indonesia menunjukkan nilai antara 23,920C sampai 32,780C. Setelah dilakukan analisis, didapatkan bahwa 50 responden yang menjadi subjek penelitian, 24 responden termasuk kelompok berisiko mengalami tekanan panas. Seluruh responden penelitian pernah mengalami keluhan akibat pajanan tekanan panas tetapi dengan frekuensi yang berbeda-beda.

This study aims to determine heat stress and subjective complaints in PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas. Heat is one of the hazards that exist in the industry today. Heat stress that are not addressed properly will cause a variety of health problems commonly called heat-related disorders. Heat exposure to the worker's body will be responded by body through heat strain. Indoor WBGT index in the production area of PT Frisian Flag Indonesia showed values between 32.780C- 23.920C. After analysis, it was found that 50 respondents which is the subject of research, 24 respondents including groups at risk of heat stress. The entire study respondents have experienced complaints due to exposure to heat stress but with different frequencies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nurrahman
"Menurut NIOSH di Amerika Serikat pada tahun 1972 jumlah pekerja yang bekerja di bidang penninyakan dan terpapar kebisingan diatas 90 dBA sebesar 29 % dan pada tahun !983 jwnlah tersebut berkembang, diperkirakan jumlah pekerja yang terpapar kabisingan di tempat ketja minyak dan gas bwnl sebesar 365.000 orang dari 400.000 orang atau seb"'ar 91,25% ( Mu!ia, S, 1998 ). Penurunan daya dengar karma kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss Disebabkan paparan kebisingan terus menerus yang mengakibatkan rusaknya sel rambut dari cochlea.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahu factor yang menyebabkan NHL yang terjadi pada CNOOC sehingga dapat dijadikan dasar untuk menysusun strategi pencegahan ternyadinya NHL di lingkungan pekerja CNOOC di masa yang akan dating. Karena sifat ketulian yang terjadi akibat kebisingan bersifat permanen berjalan perlahan selama bertahun-tahun sehingga tidak dirasakan oleh tenaga kerja pada stadium awalnya bahwa sedang terjadi sesuatu dalam telinganya. Pada saat tenaga kerja mulai menyadari gangguan umumnya sudah terlambat.
Populasi penelitiaan adalah 40 karyawan mempunyai basil audiometric dengan kharalcterlstik Noise Induce Hearing Loss dengan basil anamnesa tidsk di dapa1kan riwayat penyakit yang dapat menyebabkan penurunan pendengaran dan dari pemeriksaan fiSik oleh dokter ahli tidak ditemukan kehlinan pada telinga yang dapat menyehabkan penurunan pendengaran.
Hasil audiometric pakerja tersebut menunjukkan sebagian besar pekerja ( 59 % ) menderita gangguan peadengaran ringan dan 2,60% dengan kategori berat (> 70 dBA). Dari basil penelitian disbupulkan factor0factor yang berbubungan dengan kemampuan pendengatan ada!ah tingkat kebisingan lokasi kerja yang tinggi (>85 dB) dengan tingkat kebisingan minimum 87,70 dBA dan maksimum 105,40 ; dengan masa kerja di lingkungan bising rata-rata lebih dari 15 tahun. Perilaku penggunaan APD saat bekerja di tempal bising tergolong kurang baik, sebagian besar responden hanya menggunakan APD kadang-kadang dengan alasan APD tidak nyarnan dan APD rusat atau kotor. Kebijakan dan pola pengawasan penggunaan APD telah Dilakukan hanya saja belum terlihat adanya hanya saja pelaksanaan di lapangan masih kurang hal tersebut mempengaruhi perilaku penggunaan APD pada pekerja.
Saran yang diberikan adalah perusahaan CNOOC perlu menerapkan program pendengaran (Hearing Conversation Program) secara menyeluruh, yaitu dengan menerpkan semua komponen HCP termasuh engineering and administrative control yang belum dilakukan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T4972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>