Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kecemasan dapat dialami oleh klien TB Paru yang akan menjalani tihdakan
pemasangan Water Sealed Drainage (WSD). Tindakan pemasangan Water Sealed
Drainage (WSD) merupakan tindakan diagnostik medis, tindakan invasif yang dapat
mengalami beberapa efek samping dad pengobatan. Penelitian ini bertujuan
mengidentitikasi kecemasan klien TB. Paru yang akan menjalani tindakan
pemasangan Water Sealed Drainage (WSD). Metode penelitian yang digunakan yaitu
metode deskriptif sederhana- dengan responden 30 orang sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan Sedangkan metoda pengambilan data dilakukan dengan cara
memberikan kuesioner untuk mengetahui tingkat kecemasan klien TB. Paru yang
akan menjalani tindakan pemasangan Water Sealed Drainage (WSD). Data yang telah
terkumpul dianalisa dengan menggunakan nilai rata-rata kemudian diskoring. lalu
dibagi dalam masing-masing tingkat kecemasan ringan, sedang, berat, panik.
Kemudian dibuat prosentase dari tiap-tiap tingkat kecemasan yang didapat. Hasil
yang diperoleh rata-rata: 413% yaitu tingkat kecemasan sedang. Presentase dari
semua adalah ringan 0%, sedang 90%, bérat 10% dan panik 0%. Agar penelitian lebih
akurat, untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti melakukan observasi
langsung terhadap respon klien."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4982
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Tindakan pembedahan memberikan rangsangan tingkat kecemasan yang berbeda bagi tiap-tiap individu. Rangsangan ini meliputi ketakutan akan banyak hal yang tidak diketahui oleh klien dan ketakutan karena kehilangan kontrol akan sesuatu ( Lewis, Hewit kemper, Dirksen,2000 ). Sebagai akibat kecemasan yang meningkat akan mempengaruhi pada proses penyembuhan. Komunikasi terapetik merupakan salah satu ketrampilan dasar komunikasi antara perawat dan klien. Fungsidaxi komunikasi terapetik adalah memfasilitasi kebutuhan klien secara biopsikososiospdtual dan komunikasi terapetik benujuan memberi efek terapetik terhadap klien.
Pada penelitian ini terbukti bahwa perlalcuan komuikasi terapetik selama menunggu tindakan pembedahan di ruang preoperasi meliputi perawat memperkenalkan diri pada klien eksplorasi perasaan ldien temyata mampu menunmkan tingkat Icecemasan sehingga klien Iebih adaptif terhadap tindalcan pembedahan. Melalui uji statistik Chi Square terlihat bahwa ad hubungan yang bermakna antara komunikasi terapetik selama menunggu tindakan operasi dengan penumnuan tingkat kecemasan pada ldien dengan rencana operasi terjadwal."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5196
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyani
"Pada klien yang akan dilakulmn pemeriksaan diagnostik bone scan di I-Ledoklcran nuklir, umumnya helum mengetahui lentnng tujuan dan prosedur yang akan dilakukan. Hal inilah yang mungkin dapat berpengamh terhadap tinglut keoemasan klien. Selnin itu perlu diketabui faktor intemal dan elctemal yang dapat mempengarubi kecemasau dalnrn diri klien. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikssi lmraktcristik klien berdasarknn data demograli serta mengidentifiknsi tinglmt pengetabuan tentang bone scan dan tingkat kecemasan klien. Basil penelitian didapatkan jenis kelamin yang terbanyak percmpuan sebwar 66,7% dan yang mengalami kecemasan 10% adalah perempuan. Tingkat peugctahuan klien tentang bone scan rvcudah sehesar 56,7%.

The client who want to get bone scan diagnostic examination in nuclear medicine, usually they don 'I' know' procedure and purpose want todo. Maybe this can influendal towards level of client anxiety. Beside that need to know the internal and edema! factor that can influential in client muddy. Direction this research to identify characteristic of client demographic data and than identify level of knowledge about bone scan and level of client anxiety. The research result are mostly gender is women 66, 7% and anxiety 10% is women. Level of client knowledge about bone scan is low 56, 7%.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5744
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Raharja Santosa
"Tingkat kecemasan akan meningkat pada pasien yang diduga menderita kanker paru, apalagi saat direncanakan tindakan invasif diagnostik bronkoskopi. Salah satu intervensi keperawatan mengurangi sensasi cemas adalah terapi pijat. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk quasi experiment dengan nonequivalent control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling (n = 28).
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan intervensi : a) post-test I, Pvalue = 0,048 pada OR = 1 ,556; b) post-test II, Pvalue = 0,021 pada OR sebesar 1,750.
Penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan (p < 0,05) terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi.
Penelitian ini merekomendasikan, terapi pijat dijadikan sebagai prosedur tetap tindakan mandiri keperawatan dalam menurunkan respon kecemasan pasien sebelum dilakukan tindakan bronkoskopi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Seven
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan klien selama dilakukan tindakan pemasangan infus. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana, Peneliti hanya mengambil 30 orang yang menjadi responden dengan kriteria sebagai berikut : usia 15 - 45 tahun, latar belakang pendidikan klien SLTA - Sarjana, klien dengan penyakit saluran pencernaan, klien yang mendapat dukungan/support sistem dari keluarga, klien dengan kesadaran penuh dan bersedia menjadi responden. Untuk mengumpulkan data tingkat kecemasan tersebut peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan Iernbar observasi. Setelah data terkumpul, data dianalisa dengan menggunakan statistik sederhana. Hasilnya menunjukkan tingkat kecemasan ringan 17 orang responden (57 %), cemas sedang 9 orang responden (30 %), cemas berat 3 orang (10 %), dan panik 1 orang (3 %). Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kecemasan yang paling sering muncul pada klien selama dilakukan tindakan pemasangan infus di ruangan IGD RS Medistra Jakarta adalah tingkat kecemasan ringan sebesar 57 %. Peneliti juga memberikan rekomendasi pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lagi dengan melihat dari tingkat perekonomian, karena biasanya tingkat perekonomian bawah (rendah) lebih dapat mentoleransi hal-hal yang berhubungan dengan rangsang nyeri seperti pemasangan infus, sehingga dapat diperoleh kebenarannya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4974
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini berjudul “Tingkat Kecemasan pada Klien Dewasa yang
Menjalani Hemodialisa”. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh
usia terhadap tingkat kecemasan pada klien yang menjalani hemodialisa. Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana. Tempat penelitian yang
digunakan adalah unit hemodialisa Rumah Sakit Islam Jakarta, dengan jumlah
responden 18 orang. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang dioleh dari
variabel penelitian. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat kecemasan
dipengaruhi oleh usia dimana (55,6%) klien dewasa yang menjalani hemodialisa
mengalami kecemasan sedang."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4985
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Hingga saat ini, AIDS masih dianggap sebagai penyakit yang menakutkan. Belum lagi stigma yang berkembang di masyarakat yang menganggap para penderita AIDS sebagai orang yang memiliki cara hidup yang berbeda dengan yang dianggap dapat diterima oleh orang banyak, sehingga tidak jarang penderita HIV/AIDS yang akan kembali ke rumah justru akan dikucilkan oleh masyarakat sehingga dapat menimbulkan reaksi kecemasan penderita. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan klien HIV / AIDS yang akan kembali ke rumah / lingkungan keluarga dilakukan penelitian terhadap 20 responden yang dirawat di IRNA-A lantai VI dan lRNA-B lantai IV Kiri RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tanggal 8-12-2004 sampai tanggal 22—12—2004. Metoda yang digunakan adalah deskripsi sederhana dan alat pengumpul data berupa kuesioner. Hasil peneIitian yang didapat menggambarkan bahwa dukungan psikologis merupakan faktor yang paling tinggi mempengaruhi tingkat kecemasan klien yaitu sebesar 16,6%. Faktor — faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan penderita yaitu status fisik (15,2%), faktor perilaku (15,07%), problem dalam keluarga (14,6%), faktor sosial budaya (13,56%), mekanisme koping yang dimiliki (13,18%), serta akses pelayanan kesehatan (11,6%). Semantara derajat kecemasan klien HIV / AIDS yang akan kembali ke rumah paling tinggi pada tingkat kecemasan ringan yaitu sebesar 50%."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5330
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Seorang primigravida akan mengalami stressor yang lebih besar daripada seorang
multigravida dalam menghadapi proses persalinan baik spontan maupun atas indikasi
operasi. Hal ini terjadi karena belum adanya pengalaman terhadap proses persalinan jika
dibandingkan dengan seorang primigravida. Melihat fenomena yang ada dan kurangnya
riset tentang aspek psikologis ibu-ibu primigravida yang akan dllakukan tindakan operasi
seksio sesaria, maka peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kecemasan pada ibu
primigravida yang akan dilakukan tindakan operasi seksio sesaria. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana dengan 19 orang responden.
Instrumen yang digunakan berupa kuisioner yang berisikan tanda atau gejala kecemasan
ringan sampai dengan panik. Data dianalisa dengan menggunakan rumus mean untuk
mendapatkan tingkat kecemasan pada ibu primigravida yang akan dilakukan tindakan
operasi seksio sesaria. Analisa data di lakukan dengan menggunakan deskriptif statistik
yang diuraikan dalam bentuk tabel frekuensi dan perhitungan nilai rata-rata. Penelitian ini
menunjukan bahwa tingkat kecemasan ibu-ibu primigravida yang akan dilakukan
tindakan operasi seksio sesaria adalah kecemasan sedang dengan tanda atau gejala
antara Iain: mulut kering, anoreksia, sering buang air kecil, badan gemetar, ekspresi
wajah ketakutan, gelisah, tidak mampu rileks dan sukar tidur, meremas-remas tangan,
posisi badan sering berubah-ubah, banyak bicara, dan volume suara keras."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5121
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Devi Novarita
"Pendahuluan: Efusi pleura merupakan penyakit infeksi pernapasan yang dapat mempengaruhi fungsi paru, dengan pilihan terapi terbatas untuk memperbaiki compliance paru. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek kombinasi deep breathing dan aromaterapi peppermint terhadap compliance paru pada pasien dengan efusi pleura yang menggunakan water seal drainage (WSD).
Metode: Studi kuasi-eksperimental ini melibatkan 30 pasien efusi pleura, dibagi ke dalam kelompok intervensi dan kontrol, masing-masing 15 orang. Kelompok intervensi menerima deep breathing dan aromaterapi peppermint tiga kali sehari selama 14 hari. Data diukur menggunakan spirometri sederhana untuk mengukur nilai forced vital capacity (FVC) dan forced expiratory volume in one second (FEV1). Analisis data dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney untuk nilai FVC dan independent sample t-test untuk FEV1.
Hasil: Analisis statistik menunjukkan peningkatan signifikan dalam nilai forced vital capacity (FVC) di kelompok intervensi (p value: 0,004), tanpa perubahan signifikan dalam forced expiratory volume (FEV1) (p value: 0,111).
Kesimpulan: Kombinasi deep breathing dan aromaterapi peppermint efektif meningkatkan compliance paru dan mengurangi gejala pada pasien efusi pleura dengan WSD, menawarkan pendekatan terapeutik alternatif yang aman dan mudah diterapkan.

Introduction: Pleural effusion is a respiratory infection that can affect lung function, with limited therapeutic options to improve pulmonary compliance. This study aims to evaluate the effect of the combination of deep breathing and peppermint aromatherapy on pulmonary compliance in patients with pleural effusion using water seal drainage (WSD).
Methods: This quasi-experimental study involved 30 pleural effusion patients, divided into intervention and control groups, each consisting of 15 individuals. The intervention group received deep breathing exercises and peppermint aromatherapy three times a day for 14 days. Data were measured using spirometry for forced vital capacity (FVC) and forced expiratory volume in one second (FEV1) values. Data analysis was performed using the Mann-Whitney test for FVC and the independent sample t-test for FEV1.
Results: Statistical analysis showed a significant increase in FVC values in the intervention group (p Value: 0.004), without significant changes in FEV1 (p Value: 0.111).
Conclusion: The combination of deep breathing and peppermint aromatherapy effectively improves pulmonary compliance and reduces symptoms in patients with pleural effusion using WSD, offering a safe and practical therapeutic alternative.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamam Anugrah Tamsil
"Latar Belakang : Efusi pleura masif merupakan salah satu masalah pada tatalaksana kanker paru dan menyebabkan kematian. Pemasangan kateter intrapleura merupakan tatalaksana utama keganasan dengan efusi pleura masif. Kateter yang digunakan yaitu water sealed drainage, indwelling pleural catheter atau pigtail catheter. Water sealed drainage saat ini merupakan kateter yang terbanyak digunakan.
Tujuan : Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan untuk mengetahui penggunaan (toleransi dan efikasi) water sealed drainage, indwelling pleural catheter dan pigtail catheter pada penatalaksanaan kanker paru dengan efusi pleura masif.
Metode : Penelitian observasional kohort retrospektif pada pasien kanker paru tegak jenis dengan efusi pleura masif yang terpasang kateter intrapleura (WSD, IPC atau pigtail catheter). Data diambil dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta pada periode 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2015 dan dilakukan penilaian tolerasi (komplikasi akut dan lanjut) dan efikasi (lama penggunaan, lama rawat dan alasan pencabutan) pemasangan kateter intrapleura.
Hasil : Subjek penelitian 77 pasien dengan karakteristik laki-laki (55,8%), median usia 57 tahun, range 26-84 tahun, adenokarsinoma (84,4%) dan terapi kemoterapi (32,5%). Komplikasi akut sebesar 70,1%, komplikasi terbanyak nyeri lokasi pemasangan kateter (58,4%). Komplikasi lanjut sebesar 54,5%, komplikasi terbanyak nyeri lokasi kateter bertambah atau menetap (29,9%). Rerata lama rawat pasca pemasangan kateter 14,14 hari, median 10 hari dan range 1-72 hari. Rerata lama pemakaian kateter 55,98 hari, median 30 hari dan range 2-310 hari. Alasan pencabutan kateter terbanyak adalah produksi cairan minimal (46,75%).
Kesimpulan : Toleransi dan efikasi penggunaan kateter intrapleura pada pasien kanker paru dengan efusi pleura masif cukup baik dan aman. Diperlukan penelitian kohort prospektif dengan jumlah sampel yang sama pada tiap kelompok kateter, sehingga penggunaan kateter dapat dianalisis perbandingannya dan penelitian dengan kelompok pembanding, contohnya tindakan pleurodesis, yang merupakan baku emas tatalaksana efusi pleura ganas.
Background : Massive pleural effusion is one of the problems in lung cancer treatment that cause death. The main treatment of cancer patient with massive pleural effusion is the placement of intrapleural catheter. Catheters that can be used are water sealed drainage, indwelling pleural catheter or pigtail catheter. Currently, water sealed drainage is the most catheter used.
Objective : This is a preliminary study which is aimed to assess tolerancies and efficacies of water sealed drainage, indwelling pleural catheter or pigtail catheter for treatment of lung cancer with massive pleural effusion.
Methods : This study is a retroscpective observational cohort study. Subjects are lung cancer patients with massive pleural effusion and catheterized with intrapleural catheter (WSD, IPC or pigtail catheter). The datas were taken from medical record at RSUP Persahabatan between 1 January 2012-31 December 2015 and assessed for tolerancies (acute or late complication) and efficacies ((length of hospital admission after catheter placement, duration and the reason of retraction) of intrapleural catheter
Results: Subjects of study are 77 patients, with characteristic, male (55,8%), median age 57 years old, range from 26 to 84 years old, adenocarcinoma (84,4%) and the most main therapy is chemotherapy (32,5%). Acute complication obtained in 70,1% patients, with the most common complication is pain in catheter location (58,4%). Late complication obtained in 54,5% patients with the most common complication is pain in the catheter location (29,9%). The mean of length of staying in hospital after the placement of catheter are 14,14 days, median 10 days, range from 1 to 72 days. The mean of duration of catheter placement is 55.98 days, median 30 days, range from 2 to 310 days. Minimal fluid production (46,75%) are the most reason of intrapleural catheter retraction.
Conclusion: Tolerancies and efficacies of intrapleural catheter (WSD, IPC or pigtail catheter) in lung cancer patients with massive pleural effusion are quite good and safe. Prospective cohort studies are needed in the future to determine which type of intrapleural catheter is better for the treatment of massive pleural effusion in lung cancer patients and studies with comparison group for example pleurodesis, which is the gold standard for treatment of malignant pleural effusion."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>