Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oentarini Tjandra
"Seiring dengan terjadinya perubahan paradigma dalam pendidikan kedokteran di Indonesia, yaitu kurikulum berbasis kompetensi, dengan menggunakan PBL sebagai salah sam metode pembelajaran. Maka terjadi pula perubahan peran dosen, dari pcnyampai informasi menjadi fasilitator. Untuk mencapai kebutuhan tersebut, staf akademik FK Untar telah dilatih sebagai fasilitator sebanyak 60 orang pada bulan Maret dan Juni 2007 selama 4 hari. Penelitian ini bertujuan unmk mengidentitikasi kesiapan staf akadcmik FK Untar yang telah dilatih sebagai fasilitator PBL bcrdasarkan sikap dan pengetahuan stat” akademik FK Umar tentang PBL. Disain penelitian dilakukan secara cross-sectional dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh staf akademik FK Untar yang telah dilatih. Penelitian dilakul-can sejak bulan Agustus sarnpai dengan September 2007, sebanyak 60 orang, yaitu seluruh staf akademik FK Untar yang telah dilatih. Dari 60 kuesioner yang disebarkan, seluruh kucsioner (60) berhasil dikumpulkan. Hasil analisis data diolah dengan menggunakan regresi cox dengan STATA 9.0. Pada penelitian ini faktor yang dapat dikatakan berkaitan dengan kesiapan sebagai fasilitator PBL adalah usia dan lama mengajar saja. Staf akademik yang berumur 46-63 tahun secara moderat kesiapannya 41% lebih rendah dibandingkan staf berusia 27 - 45 tahun (Risiko Relatif (RR) = 0,60; 95% interval kepercayaan = 0,29 - l,2; p = 0,l32). Jika dibandingkan dengan lama mengajar I-20 tahun, staf yang telah mengajar 21-40 tahun secara moderat kesiapannya 35% lebih rendah (Risiko Relatif (RR) = 0,65; 95% interval kepercayaan = 0,33- l,28; p=O,2l2). Karena ada 2 variabel bivariat dengan p<0,25, yaitu umur dan lama mengajar dan berkorelasi sangat kuat (r = 0,93), tidak dapat dilakukan penggabungan keduanya. Jadi kesiapan staf dikaitkan dengan umur. Kesiapan stat” akademik sebagai fasilitator PBL tidak berbeda dalam hal: jenis kelamin, pendidikan terakhir, profesi, dan bagian. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, dari 60 staf yang dilatih, hanya 21 orang (35%) yang siap sebagai fasilitator. Staf akademik berumur 46-63 tahun cenderung tidak siap sebagai fasilitator PBL. Jenis kelamin, pendidikan terakhir, profesi dan bagian dari staf tidak mempengaruhi kesiapan.

In accordance to the medical education paradigm changes in Indonesia, which is the competence based curriculum, with PBL as one of the teaching method. The role of teachers also changes from information provider to be a facilitator. To fulfill the needs 60 academic staff Medical Faculty Tarumanagara University have been trained as facilitator in March and June 2007 during 4 days. The aim of this study is to identify the readiness academic staff Medical Faculty Tarumanagara after facilitator training based on their attitude and knowledge about PBL. The study uses cross-sectional design with questionnaire for all the trained academic stat? Medical Faculty Tarumanagara University. This study has been conducted from August until September 2007. The response rate from 60 questionnaire was l00%. The data were analyzed using Cox regression with STATA 9.0. The readiness of academic staff moderately in tenn of age and the length of teaching experience. Academic staff with age 46 - 63 years, moderately (p=0.l32) have less ready than 41% (Relative Risk (RR) = 0.60; 95% Confidence Interval (Cl) = 0.29 ~ 1.2; p = 0.l32) than academic staff with age 27-45 years and teaching experience 21 - 40 years have less ready than 35% (RR = 0.65; CI = 0.33- 128; p=0.2l2) than teaching experience l - 20 years. Because any 2 bivariat variables with p<0.25, age and the length of teaching experience very strong correlated (r = 0,93), it can not be fused. So, the readiness of academic staff is connected with the age of staff. From this research the conclusion is, only 21 staff (35%) from 60 staff were ready as PBL facilitator. Academic staff with age 46 - 63 years tend not ready to be a PBL facilitator. The readiness of academic staff were similarly distributed with respect to gender, education level, profession, and subject based."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T32040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Widjaja
"Latar Belakang: Umpan balik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran yang dapat meningkatkan pembelajaran. Umpan balik pada tahap akademik memegang peran penting dalam pembelajaran konsep dasar untuk persiapan tahap klinik. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas proses umpan balik ini, salah satu di antaranya yaitu aspek budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek budaya dalam proses umpan balik pada peserta didik dan staf pengajar di pendidikan kedokteran tahap akademik.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2016 melalui Focus Group Discussion (FGD) peserta didik angkatan 2009 hingga 2014, observasi latihan KKD dan wawancara mendalam staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR). Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim, kemudian dilanjutkan dengan analisis tematik dan koding. Analisis hasil observasi dilakukan dengan analisis tematik. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya faktor yang berperan dalam proses umpan balik, baik pada saat pencarian maupun pada saat penerimaan dan pemberian umpan balik yang selanjutnya akan menentukan efektivitasnya. Aspek budaya berperan dalam beberapa hal. Budaya collectivism, high power distance dan sopan santun berperan dalam perilaku mencari umpan balik. Budaya femininity, masculinity pada peserta didik, serta terdapatnya kompetensi budaya pada staf pengajar dan dipegangnya prinsip pendidikan nasional Indonesia, Tut Wuri Handayani, berkontribusi dalam efektivitas umpan balik.
Kesimpulan: Aspek budaya memegang peran penting dalam proses umpan balik. Peran budaya tampak pada perilaku mencari umpan balik dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan efektivitas umpan balik. Institusi perlu meningkatkan kemampuan staf pengajar dan peserta didik dalam memaknai proses umpan balik yang sadar budaya. Kompetensi budaya merupakan salah satu kemampuan yang dapat mendukung hal tersebut. Selain itu, institusi perlu menyusun kebijakan untuk membudayakan umpan balik pada lingkungan pendidikan kedokteran.

Background: Feedback is an important element in medical education since it can improve learning. Feedback has a significant role in learning in basic concepts during undergraduate medical program as a preparation for learning in the clinical years. A lot of factors influencing feedback process effectiveness, one of them is cultural aspect. This research was aimed at exploring cultural aspect related to feedback process within medical students and faculty in undergraduate medical education program.
Method: A qualitative study using an ethnography approach was applied as a research method. Data collection was conducted between February and March 2016 through Focus Group Discussion (FGD) with 2009-2014 batch of medical, direct observation of skills teaching in clinical skills laboratory and in-depth interview with the faculty members of Faculty of Medicine Tarumanagara University. Thematic analysis and coding were used to analyze FGD and in-depth interview transcripts and also observational data. Data reduction and presentation were then conducted.
Results: The themes emerged are related to influencing factors in feedback-seeking behaviour, feedback process and feedback effectiveness. Cultural aspects play an important role at some points within the feedback process. Collectivism, high power distance and politeness are cultural aspects found in feedback-seeking behaviour. Femininity-masculinity in medical students along with cultural competence of faculty members and also the principle of ?Tut Wuri Handayani? (the identity of Indonesian national education) are contributing factors in feedback effectiveness.
Conclusion: Cultural aspects are the key to understand the influencing factors in feedback-seeking behaviour and feedback effectiveness. There is a need for medical education institution to encourage faculty and medical students‟ cultural awareness within the feedback process. Cultural competence is an important component fit for that purpose. Moreover, institution needs to set a policy in order to establish feedback culture in medical education.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yulis Hamidy
"Latar belakang: Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem-based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan yang efektif dalam student-centered learning. Melalui metode PBL, mahasiswa diharapkan lebih Siap untuk belajar mandiri. Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FK Unri) Pekanbaru telah melaksanakan metode PBL sejak tahun 2004. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode PBL terhadap kesiapan belajar mandiri pada rnahasiswa FK Unri.
Mctode: Penelitian dilakukan secara cross sectional dengan menggunakan kuesioner terhadap mahasiswa FK Unri yang belum maupun yang sudah mengikuti metode PBL. dan dilaksanakan pada bulan Juli 2007. Subjek penelitian diambil Secara acak dari kedua jenis populasi yang terdiri dari 40 orang mahasiswa yang belum mengikuti metode PBL. dan 40 orang mahasiswa yang sudah mengikuti metode PBL. Kesiapan belajar mandiri mahasiswa dinilai dengan menggunakan skala Fisher. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan regresi Cox.
Hasil: Dari 80 kuesioner yang dianalisis. sebagian besar subjek adalah perempuan (62,5%), berasal dari SMA dalam kota (80,0%), mempunyai waktu belajar yang cukup (58,8%), mempunyai sumber belajar yang mcmadai (86.3%) dan linggal di tcmpat kos (60,0%). Subjek yang mempunyai kesiapan belajar mandiri sebanyak 6l,3%. Subjek yang sudah mengikuti metode PBL mempunyai kesiapan belajar mandiri 1.96 kali Iebih siap jika dibandingkan dengan subjek yang belum mengikuti metode PBL (risiko relatif suaian 1,96; 95% interval kepercayaan = L30 ~ 2,94; P = 0.00l).
Kesimpulan: Kesiapan belajar mandiri pada mahasiswa Fl( Unri dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode PBL.

Background: Problem-based Learning (PBL) is an effective approach to promote student-centered learning. Students were thought to be more prepared in conducting self-directed learning by implementation of PBL Faculty of Medicine University of Riau has implemented PBL since 2004. The aim of this study is to identify the influence of PBL on self-directed learning readiness (SDLR) among students in Faculty of' Medicine University of Riau.
Methods: The research was a cross sectional study using self report questionnaires obtained from both PBL students and non-PBL students. conducted in July 2007. Fourty students from each group were randomly selected. The SDLR was assessed using Fisher scale. Data analysis was carried out using Cox regression.
Result: The response rate of the questionnaire was l00%. The result revealed the characteristics of participants which are female (62.5%), originated from city high school (80.0%), had adequate study time (S8.8%), had adequate learning resources (86.3%) and stayed in student dormitory (60.0%). Among 61 3% of' the participants showed readiness in conducting se|t`-directed learning. The PBL students had the readiness more likely two times higher than the non-PBL students (adjusted relative risk 1.96: 95% confidence interval = 1.30 - 194; P = 0.00l).
Conclusion: Self-directed learning readiness among students in Faculty of Medicine University of Riau can be increased by PBL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T32880
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"[Pengetahuan dan sikap terhadap pelanggaran akademik semasa masa perkuliahan dapat memberikan indikasi bagaimana seseorang menentukan sikapnya di dunia kerja yang sesungguhya. Karenanya pengetahuan dan sikap dari mahasiswa terhadap pelanggaran akademik di suatu institusi pendidikan harus tetap dijaga.
Metode
Studi ini menggunakan cross-sectional design dimana kuesioner diberikan kepada 140 mahasiswa kedokteran yang berada di klinik.
Hasil
Mayoritas dari mahasiswa memiliki pengetahuan dan sikap yang bagus terhadap pelanggaran akademik. Ditemukan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap, dimana mereka yang berpengetahuan bagus memiliki sikap yang bagus terhadap integritas akademik.
Diskusi
Sangat penting untuk mengetahui pengetahuan dan sikap terhadap integritas akademik dari suatu komunitas akademik, dimana kedua hal tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain. Disamping itu, faktor-faktor sosial dan teknologi dapat mempengerahi sikap terhadap integritas akademik. Maka dari itu, menjaga sikap dan pengetahuan terhadap integritas akademik, dan memahami faktor-faktor yang dapat memperburuk ataupun memperbaik kedua hal tersebut sangatlah penting untuk kemajuan suatu institusi, Knowledge and attitude of academic misconducts during study period give an indication of a person to behave in the real settings. Thus it is crucial to maintain a high standard of knowledge and attitude of academic integrity.
Method
Cross-sectional study design was used to conduct this research. Questionnaires were distributed to 140 students who were at the time on the first clinical year in the faculty of medicine of Universitas Indonesia.
Results
The majority of students have good knowledge and attitude towards any forms of academic misconduct. There is a significant relationship between knowledge and attitude revealing those who have good knowledge tend to have good attitude towards academic integrity.
Discussion
It is crucial to understand the level of knowledge and attitude towards academic misconduct among academia as they are influence each other. Moreover there are social and technological factors that affect attitude towards academic misconduct. Therefore, paying attention to attitude and knowledge on academic misconduct and understand the influencing factors is important to the future of an academic instit]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Ahmad Gamal Arigi
"Latar Belakang: Pendidikan kedokteran dianggap sebagai salah satu pendidikan yang memiliki stressor tinggi. Banyaknya sumber stressor dari mahasiswa tersebut apabila tidak sejalan dengan strategi coping yang baik maka berdampak terhadap keinginan untuk menunda menyelesaikan tugas akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan dan perbandingan jenis penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa kedokteran tahap preklinik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan pada 202 mahasiswa semester 2, 4, 6 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram pada April 2023. Data didapatkan menggunakan instrument Brief Cope dan kuesioner Prokrastinasi akademik yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil: Terdapat hubungan antara penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik mahasiswa kedokteran Preklinik dengan nilai p=0.002 (<0.05). Terdapat perbedaan nilai penggunaan strategi coping dan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa semester 2, 4 dan 6 dengan nilai uji P pada nilai penggunaan strategi coping 0,008 (p<0,05) dan nilai prokrastinasi akademik sebesar 0,010 (p<0,05). Problem focused coping pada aspek planning dan jenis prokrastinasi akademik pada aspek penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.20 dan 2.55. Kesimpulan: Prokrastinasi akademik pada mahasiswa merupakan masalah yang sering terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu strategi coping. Sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan strategi coping yang efektif guna mengurangi prokrastinasi akademik dan meningkatkan prestasi akademik serta kesejahteraan mereka.

Background: Medical education is an education that has a high stressor. The many sources of stress for these students, if not accompanied by effective coping strategies, will have an impact on starting and delaying completing academic assignments. This study explores the relationship and comparison of coping strategies and academic procrastination in medical students at the preclinical stage. Methods: This study used a cross-sectional study design and was conducted on 202 students in grades 2, 4, and 6 of the Faculty of Medicine, University of Mataram, in April 2023. Data were obtained using the Brief Cope instrument and an academic procrastination questionnaire, which had been tested for validity and reliability. Results: There was a relationship between the use of coping strategies and academic procrastination in preclinical medical students, with p = 0.002 (<0.05). There are differences in scores using coping strategies and academic procrastination for students in grades 2, 4, and 6, with a P value of 0.008 (p<0.05) for coping strategies and 0.010 (p<0.05) for academic procrastination. Problem-focused coping on planning aspects and types of academic procrastination on aspects of delays in starting or completing assignments have the highest average scores of 3.20 and 2.55. Conclusion: Academic procrastination among students is a problem that often occurs. One of the factors that can influence it is the coping strategy. It is necessary to develop and implement effective coping strategies to reduce academic procrastination and increase academic achievement and welfare."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liu, Cindy Anastasia
"Mahasiswa kedokteran FKUI, terutama mahasiswa di tingkat klinik selayaknya mempunyai tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang baik terhadap GPPH. Oleh karena, mereka sudah mendapatkan edukasi mengenai GPPH pada saat mereka menjalani pendidikan mereka di tingkat klinik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik di FKUI.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Sampel dipilih dari 683 mahasiswa preklinik dan 469 mahasiswa klinik BEM IKM FKUI dengan menggunakan metode acak sederhana untuk mendapatkan 96 mahasiswa preklinik dan 96 mahasiswa klinik. Kuesioner dibagikan kepada subjek penelitian dalam bulan September hingga Desember 2013. Kuesioner telah diuji validitas (Pearson alpha > 0.25) dan reliabilitasnya (Cronbach’s alpha > 0.7). Data dianalisis menggunakan program SPSS versi 20 untuk Mac.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar mahasisawa preklinik dan mahasiswa klinik masih memiliki tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang sangat rendah dan rendah. Selain itu, dijumpai adanya perbedaan yang signifikan dalam domain sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik (p=0.016). Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pada Modul Praktik Klinik Psikiatri dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa klinik untuk bertemu dengan anak dengan GPPH sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik.

Medical students in FMUI, especially those in clinical level, ought to have good level of knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD. It is because they have received education about ADHD during their study in clinical level. Thus, this research is aimed to identify the levels of knowledge/understanding, attitude, and perception toward ADHD of preclinical and clinical level students in FMUI.
The research was cross-sectional study. Sample was chosen from 683 preclinical students and 469 clinical students from BEM IKM FMUI by using simple random sampling to get 96 preclinical and 96 clinical students. Questionnaires were distributed to the research subjects from September until December 2013. Questionnaire had been tested for validity (Pearson alpha > 0.25) and reliability (Cronbach’s alpha > 0.7).
The result showed that majority of the respondents had very poor and poor level of knowledge/understanding, perception, and also attitude towards ADHD. Besides, there was significant different in the level of attitude towards ADHD between preclinical and clinical level student (p=0.016). Therefore, improvement to Psychiatry Clinical Practice Module is necessary to be done by giving chance for the clinical level students to meet real ADHD patients so that they could gain better knowledge about ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satryansyah Putra Sadikin
"Latar Belakang Dalam menjalankan pendidikan, stres merupakan hal yang seringkali dialami oleh mahasiswa. Stres sendiri dapat berdampak pada performa akademis mahasiswa. Terdapat berbagai penyebebab dari stres, salah satunya adalah penyesuaian diri. Refleksi diri merupakan suatu hal yang dapat dilakukan untuk menyesuaikan diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antar refleksi diri dengan tingkat stres pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara daring dengan membagikan dua kuesioner yaitu Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) dan Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) kepada 106 responeden. Hasil Berdasarkan hasil penelitian pada 108 responden mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terdapat 51,9% mahasiswa memiliki kemampuan refleksi tinggi, sedangkan 48,1% mahasiswa memiliki kemampuan refleksi rendah. Penelitian ini menunjukkan 54,6% mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia alami stres berat, diikuti 7,41% stres ringan, 26,85% mahasiswa dengan stres sedang dan 11,11% mahasiswa alami stres sangat berat. Pada penelitian tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan refleksi diri dengan tingkat stres. Kesimpulan Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan refleksi diri dengan tingkat stres pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tidak terdapatnya hubungan dapat disebabkan berbedanya mekanisme koping masing-masing individu. Disarankan penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel yang lebih luas.

Introduction In education, stress is frequently experienced by students. Stress itself can impact a student's academic performance. There are various causes of stress, one of which is adaptation. Self-reflection is something that can be done to adapt. The purpose of this study is to ascertain the relationship between self-reflection and the level of stress among pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Method This research employed a cross-sectional approach. Data collection was conducted online by distributing two questionnaires, namely the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) and the Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ), to 106 respondents. Results Based on the research results involving 108 respondents of pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia, it was found that 51,9% of students had high levels of self-reflection ability, while 48,1% had low levels of self-reflection ability. The study indicated that 54.6% of students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia experienced severe stress, followed by 7.41% experiencing mild stress, 26.85% with moderate stress, and 11.11% experiencing very severe stress. The research did not find any significant correlation between self-reflection ability and the level of stress. Conclusion There is no significant relationship between self-reflection and stress levels among preclinical students at Faculty of Medicine, University of Indonesia. The absence of a relationship can be caused by differences in the coping mechanisms of each individual. It is recommended that further research consider broader variables."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kilian, Edwin
"Studi cross-sectional ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku terhadap ketidakjujuran akademis mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Studi dilakukan dengan cara melakukan distribusi kuisioner yang berisikan enam ilustrasi kasus yang berkaitan dengan pengetahuan dan perilaku mahasiswa terhadap tindakan ketidakjujuran akademis yang sering terjadi di lingkungan pendidikan, serta dua belas faktor yang mungkin dapat mempengaruhi tindakan tersebut.
Kuisioner didistribusikan kepada mahasiswa preklinik tingkat tiga pada waktu dan tempat yang sama. Hanya 178 dari 180 lembar kuisioner yang memenuhi keseluruhan kriteria. Sebagian besar responden berusia sekitar 20 hingga 21 tahun dengan proporsi mahasiswa dan mahasiswi yang lebih kurang sebanding.
Studi ini mendapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia menunjukkan tingkat pengetahuan dan perilaku yang baik terhadap kejujuran akademik. Selain itu, tingkat pengetahuan mengenai plagiarisme ternyata berkaitan dengan tingkat perilaku mahasiswa terhadap hal tersebut dan faktor yang secara bermakna mempengaruhi perilaku baik terhadap plagiarisme adalah tingginya penggunaan media elektronik saat mengerjakan tugas.

This cross-sectional study was conducted in order to investigate the knowledge and attitude towards academic dishonesty of preclinical students in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Study was done by distributing the questionnaires, which consist of six illustration cases related to knowledge and attitude of university students towards academic dishonesty that commonly occur in academic circles, including twelve factors that might contribute to the action.
Questionnaires were distributed to third-year preclinical students at the same time and location. Only 178 out of 180 fulfilled the whole criteria. Most respondents were aged between 20 to 21 years old with their gender proportion was comparably similar between male and female students.
This study revealed that most of preclinical students in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia presented good level of comprehension and attitude. Moreover, level of knowledge was related with level of attitude towards the particular condition and a factor that could significantly influence the good attitude.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Siska Anggreni
"Diskusi pertama kelompok tutorial merupakan sesi paling penting yang menentukan pola dan dinamika kelompok dalam berdiskusi. Pada sesi ini dibutuhkan partisipasi aktif dan kemampuan kepemimpinan (leadership) dari fasilitator dalam memfasilitasi proses tutorial, maka perlu dilakukan penelitian untuk menyelidiki preferensi mahasiswa dan pemahaman fasilitator mengenai tipe kepemimpinan fasilitator dalam diskusi kelompok tutorial PBL di FK Universitas
Islam Sumatera Utara (UISU).
Metode : Penelitian ini dilakukan di FK UISU pada bukan juni 2013. Kuesioner tipe
kepemimpinan fasilitator dan kuesioner peran tanggung jawab fasilitator versi bahasa Indonesia yang telah divalidasi, dibagikan kepada 850 orang mahasiswa dan 50 orang fasilitator tahap prekilinik FK UISU tahun ajaran 2012-2013.
Hasil: Dalam penelitian ini dijumpai hubungan bermakna antara tipe kepemimpinan fasilitator menurut preferensi mahasiswa dengan pemahaman fasilitator tentang tipe kepemimpinan yang diperlukan dalam diskusi kelompok tutorial PBL.
Mahasiswa lebih menginginkan tipe kepemimpinan demokratis yang harus dimiliki fasilitator, tetapi fasilitator lebih memahami tipe non demokratis sebagai fasilitator. Penelitian ini juga menunjukkan mahasiswa dan fasilitator mengetahui dengan baik tentang semua peran dan tanggung jawab fasilitator kecuali peran
fasilitatif.
Kesimpulan: Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang diinginkan
mahasiswa dalam diskusi kelompok tutorial PBL FK UISU.

The first discussion group tutorial sessions are most crucial in determining the
pattern and dynamics of the group in discussion. At this session it takes active
participation and leadership skills (leadership) of the fascilitator in fascilitating the tutorial, it is necessary to study to investigate: type of fascilitator leadership in tutorial group discussion PBL: student preference and fascilitator understanding at Islamic of North Sumatra University (UISU) medical school
Methode : The research was conducted in June instead of UISU medical school in 2013.
Questionnaires leadership type and questionnaires role fascilitator responsible
Indonesian version that has been validated and distributed to 850 students and 50 fascilitators preclinic stage UISU medical school 2012-2013 school year.
Result: In the present study found a significant relationship between the type of leadership fascilitator preference about the student with an understanding of the type of
leadership fascilitator required in tutorial group discussion PBL. Students prefer more democratic type of leadership that should be owned by the fascilitator, but fascilitators understand more non-democratic type of facilitator. This study also shows students and fascilitators know well about all the roles and responsibilities of a facilitator than a fascilitative role.
Conclusion: Democratic type of leadership is the type of leadership in the student preference tutorial group discussion PBL UISU medical school.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistia Intan Nurrakhmi
"Mahasiswa keperawatan yang melakukan praktik klinik memiliki stres akademik dengan tingkatan beragam. Kinerja yang mahasiswa miliki dapat terpengaruh oleh dampak stres tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres akademik terhadap kinerja praktik mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2014 yang ditampilkan di mata ajar Praktikum Klinik I. Desain penelitian berupa deskriptif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan seluruh mahasiswa yang masuk kedalam kriteria inklusi yaitu 109 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah karakteristik responden, stres akademik inventori, dan analisis kinerja praktik klinik. Hasil penelitian adalah mahasiswa mengalami stres sedang dan kinerja yang dilakukan baik. Hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara stres akademik dan kinerja praktik klinik mahasiswa p>0,05 . Saran dari penelitian ini adalah mahasiswa dapat berfokus kepada sistem dukungan sosial yang dimiliki untuk mengurangi stres dan meningkatan kinerja.

Nursing students who takes clinical practice have an academic stress with various levels. Student's performance could be affected by stress impact. The purpose of this study is to find the influence of academic stress to clinical performance of Faculty of Nursing students batch 2014 at University of Indonesia which shown at Praktikum Klinik I clinical practice I. The study design was a descriptive corelational with the approach of cross sectional. The 109 students who fits the inclusion criteria become sample of this study. The instrument that used in this study are characteristics of respondents, academic stress inventory, and students clinical performance analysis. The results is students mostly having an average stress with a good performance. Chi square result shows that there was no relationship between academic stress and students clinical performance p 0,05 . Suggestion for this research is the students can be focused to social support system in order to decrease the stress and increase the students performance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>