Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Delvi Yolanda
"Para pekerja konstruksi seringkali dihadapkan pada kondisi terpapar faktor risiko terjadinya gangguan otot rangka. Smallwood (2002} mernbuat skor dan me­rangking 23 kegiatan kontruksi di Afrika Selatan pada tabun 1996 - 2001 menempatkan pekerjaan pengecoran dalam 3 teratas pekerjaan yang paling beresiko terhadap terjadinya gangguan otot rangka. Pekerjaan pengecoran sarat dengan task task menggunakan tenaga manual, merupakan suatu slklus yang berufang-ulandan bersifat kontinu dimana pekerjaan tidak. boleh terhenti sebelum seluruh area yang direncanakan selesai dicor (durasi yang lama). Kondisi tersebut sangat berpeiuang dalam mengembangkan risiko-risiko terjadinya gangguan terhadap sistem otot dan rangka. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis faktor risiko tenuama terhadap risiko pada otot dan rangka pada pekerjaan pengecoran agar dapat ditetapka.n program pengendalian risiko yang tepat untuk menghilangkan atau meminimalisasi risiko tersebut.
Metode penelitfan ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif. dimana peneliti mengumpulkan data dengan melakukan observasi langsung di Japangan dengan mengamati setiap task pada kegiatan pengecoran. Data observasi juga didukung dengan pengambilan foto dan video. Ada 8 (de!apan) task daJam pekerjaan pengecoran yang menjadi diobservasi oleh peneliti, yaitu uji slump, menyambung pipa pompa, menuangkan belon, memadatkan beton dengan sistem vibrasi, menyebarkan beron. meratakan pennukaan beton, merapikan permukaan beton, dan menggarisi permukaan beton. Hasil penelitan memperlihatkan adanya beberapa faktor risiko yang terjadi pada pekerjaan pegecoran,yaitu postur janggai (5 tasks}, gerakan repetitive (6 tasks)pengerahan tenaga beriebihan (2 tasks), getaran (I rask) dan contact stress (1 task). Dad faktor risik.o tersebut,. rask yang diketabui beresiko dapat menyebabkan gangguan otot nmgka adalah task menyambung pipa pampa, menuangkan beton, memadatkan beton dengan sistem vibrasi, menyebarkan beton, dan merapikan pennukaan beton, Sedangkan task uji slump, meratakan permukaan beton dan menggatisi permukaan beton tidak beresiko menyebabkao gangguan otot rangka karena durasinya yang pendek.

Construction worker are mostly exposed with the risk factors of musculoskeletal disorders, Smallwood (2002) had scored and ranked the 23 of the construction-s jobs fn South Africa within 1996- 2001, and placed !he concreting task as the top three of the riskies task for developing musculoskeletal disorders. The nature of concreting works (if still doing the manual task, as the repetitive circle of work, and fasting continuously, where the work cannot be stopped before finished all of the planned area (long duration). These conditions lead the jobs in increasing the risk for developing musculoskeletal disorders. So that, is necessary to analyze the ergonomic's risk factors particulary in musculoskeletal disorders risk in concreting jobs, as the point in developing the required control programs to eliminate or minimize those risks.
This research is a descriptive research design with the qualitative method, in which the researcher conducted the direct observation at the field by observed each concreting ask. This observation was also supported with photos and video. Eight tasks in concreting had been observed by researcher, those are: slump Jest, joining the pump's pipes, concrete pouring, vibrating, concrete spreading, concrete leveling, concrete finishing, and concrete lining. The result shown some rikk foctars founded in concreting jobs, those are: aukward postures (5 tasks). repetitive movement (6 tasks), overexertion (2 Jasks), vibrating (I task), dan contact stress (I task). From the risk factors, it is founded that the 1ask.s in which increasing the risk of musculoskeletal disorders are: joining are pump's pipes, concrete pouring, vibrating, concrete spreading. and concrete finishing. While, the slump test, concrete leveling, and concrete lining were not increasing the risk of musculoskeletal disoreders because of ifs short duration."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effyanti Rahayu
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26667
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Murti
"ABSTRAK
Tesis ini membahas penentuan ergonomic assessment method untuk
mengidentifikasi dan menilai ergonomic hazards di pekerjaan yang paling
berisiko menimbulkan musculoskeletal disorders pada perusahaan tambang
batubara yang menerapkan OHSAS 18001:2007. Penelitian diawali dengan
menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan jenis pekerjaan yang berisiko
menimbulkan Musculoskeletal Disorders (MSDs) di area perkantoran dan
lapangan, mengobservasi proses pelaksanaan pekerjaan, merekonstruksi dan
menganalisisnya dengan menggunakan software Jack 6.1, kemudian
menggunakan pendekatan Posture Evaluation Index (PEI) untuk menentukan dari
ketiga metode yang akan dipilih (LBA, OWAS, dan RULA), metode mana yang
menunjukkan sensitifitas penurunan nilai yang paling tinggi dari nilai untuk
kondisi aktual. Hasil penelitian menunjukkan metode LBA untuk area perkantoran
dan OWAS untuk area lapangan.

ABSTRACT
This thesis discusses ergonomic assessment method determination to identify and
assess ergonomic hazards at the work which have the most risk to musculoskeletal
disorders in a coal mining company implementing OHSAS 18001:2007. The
research started by distributing a questionnaire to get the kind of work that have
risk causing Musculoskeletal Disorders (MSDs) in the office and field areas,
observing the execution of the work, reconstructing and analyzing it using Jack
6.1 software, then using Posture Evaluation Index (PEI) approach to determine
from the three methods that will be selected (LBA, OWAS, and RULA), which
method shows the highest sensitivity degression of the value for the actual
conditions. The results showed LBA method for the office area and OWAS for the
field area."
2013
T32619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Setiawaty Wulandari
"Meningkatnya daya beli masyarakat dan penerapan Undang-undang Otonomi Daerah telah mcndorong pertumbuhan bisnis ritel diatns 20% sejak tahun 2000. Tingginya aktivitas bisnls ini salah satunya dapat dilihat di area kasir supemarket dan area gudang. Namun perkembangan ini tidak sejalan dengan kegiatan di area gudang yang masih didominasi oleh kegiatan manual (Manual Handling). Dampak terjadinya manual handling adalah risiko terjadonya gangguan otot rangka (musculoscelatal disorder) termasuk salah satunya Low Back Pain (LBP). Penelitian ini merupakan studi observasional, evaluasi yang bertujuan mendapatkan gambaran risiko Manual Handling di area gudang PT X.

Increase of people's purchasing power and implementation of Regional Autonomy Act have stimulated growth of retail business over 20% since 2000. High rate of the business activities can be observed in cashier and warehouse premises t)r supermarket. However this condition is not accommodated by the warehouse·s activities which are still dominated by manual handling ones. Impact of the manual handling activities is risk of musculoskeletal disorders, among others, Low Back Pain (LBP). This research is observational and evaluative study intended Manual Handling risk in warehouse premises of PT.X."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32020
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Mayasari
"Kebutuhan produksi alas kaki dengan target harian yang telah ditetapkan mengharuskan pekerja bekerja dengan maksimal agar target dapat tercapai. Namun, aktivitas pekerjaan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pengrajin alas kaki seperti melakukan pekerjaan dengan posisi duduk, membungkuk, leher menekuk, serta dalam waktu kerja yang lama dan tidak menentu dapat menimbulkan nyeri yang mengarah pada kondisi keluhan gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko individu, faktor risiko pekerjaan, faktor risiko lingkungan kerja, dan faktor risiko peralatan kerja terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal pada pekerja UMKM pengrajin alas kaki di Kecamatan Ciomas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Keluhan gangguan musculoskeletal dinilai dengan lembar penilaian Nordic Muskuloskeletal Questionnaire (NMQ). Faktor risiko individu dinilai melalui kuesioner karakteristik responden, dan antropometri dilakukan pengukuran menggunakan meteran. Kemudian faktor risiko pekerjaan dinilai menggunakan lembar Quick Exposure Checklist (QEC). Lalu faktor risiko lingkungan kerja dinilai dengan pengukuran suhu menggunakan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) meter dan pengukuran pencahayaan menggunakan lux meter. Sedangkan faktor risiko peralatan kerja dinilai dengan mengukur workstation dan disesuaikan dengan standar antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84,7% responden mengalami keluhan gangguan muskuloskeletal. Hasil penelitian pada faktor risiko individu menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan keluhan gangguan muskuloskeletal pada bahu. Hasil penelitian faktor risiko pekerjaan menunjukkan ada hubungan antara tingkat pajanan risiko punggung terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal pada leher. Hasil pengukuran faktor risiko lingkungan kerja menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan dengan keluhan gangguan muskuloskeletal secara umum. Hasil pengukuran peralatan kerja pada workstation menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa workstation yang sesuai dengan standar antropometri yaitu meja open pada UMKM 4,5, dan 8, mesin jahit, dan meja finishing pada UMKM 8.

The need for footwear production with predetermined daily target requires worker to work optimally so the target can be achieved. However, work activity on footwear Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) such as sitting work position, bending down, neck bend, long duration of work and uncertain can cause pain that lead to musculoskeletal disorder complaint. This research aim to analyze individual risk factors, occupational risk factors, work environment risk factors, and work equipment risk factors against musculoskeletal disorder complaint on footwear MSMEs workers in Ciomas district. This research using cross sectional study design. Complain of musculoskeletal disorder were assessed using the Nordic Musculoskeletal Questionnnaire (NMQ). Individual risk factors through a questionnaire of respondent’s characteristics, and anthropometry were assessed by measuring tape. Occupational risk factors were assessed using the Quick Exposure Checklist (QEC). Then, work environment risk factors were assessed by measuring temperature using a WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) meter and measuring lighting using a lux meter. While work equipment risk factors were assessed by measuring workstation and adjusted to anthropometric standards. The result of the research showed that 84,7% of respondent have a musculoskeletal disorder complaint. The result on individual risk factors showed that there was a significant relationship between smoking behavior and musculoskeletal disorder complaint on shoulder. The result on occupational risk factors showed that there was a significant relationship between back risk exposure level to musculoskeletal disorder complaint on neck. The result on work environment risk factors showed that there was no significant relationship with musculoskeletal disorder complaint in general. The result of measuring work equipment risk factors on workstations show that there are only a few workstations that comply with anthropometric standard, there are open’s table on 4th,5th, and 8th’s MSME, sewing machines, and finishing table’s at 8th MSME."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mimin Edwar
"Bekerja secara ergonomis dapat memperkecil resiko sakit, meningkatkan rasa nyaman dalam bekerja, mengurangi stres dan menyebabkan produktivitas meningkat. Namun bekerja secara ergonomis belum diterapkan secara maksimal saat bekerja, khususnya orang-orang yang bekerja di kantor, dimana faktanya gangguan otot-rangka adalah musuh terbesar bagi pekerja kantor yaitu sekitar 40-50% pekerja melaporkan adanya keluhan. Dan kondisi lebih buruk diprediksi saat bekerja dari rumah. Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang terkait dengan pekerjaan merupakan gangguan pada sistem muskuloskeletal yang disebabkan atau diperberat oleh interaksi lingkungan kerja. Musculoskeletal Disorders dapat disebabkan oleh kontribusi berbagai faktor risiko antara lain faktor individu, faktor pekerjaan atau biomekanik dan faktor psikososial. Respon atau reaksi seorang pekerja dalam hal faktor perilaku, kognitif, dan fisiologis dipicu oleh peningkatan tuntutan pekerjaan yang dirasakan atau menanggapi peningkatan permintaan pekerjaan, respon ini disebut sebagai workstyle atau gaya kerja. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor risiko ergonomi dan gaya kerja terhadap gangguan muskuloskeletal pada mahasiswa khususnya yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Metode Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk mengolah model Workstyle dengan penambahan faktor postur kerja, dan musculoskeletal pain. Analisis dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada 200 responden. Hasil dari penelitian menunjukkan ada beberapa faktor gaya kerja yang berkontribusi pada gangguan muskuloskeletal mahasiswa.


Working ergonomically can reduce the risk of pain, increase the sense of comfort at work, reduce stress and cause increased productivity. However, working ergonomically has not been implemented maximally when working, especially people who work in offices, where the fact is skeletal muscle disorders are the biggest enemy for office workers, around 40-50% of workers report complaints. And worse conditions are predicted while working from home. Musculoskeletal Disorders (MSDs) related to work are disorders of the musculoskeletal system caused or exacerbated by the interaction of the work environment. Musculoskeletal Disorders can be caused by the contribution of various risk factors including individual factors, occupational or biomechanical factors and psychosocial factors. The response or reaction of a worker in terms of behavioral, cognitive, and physiological factors is triggered by an increase in perceived work demands or responding to an increase in work demand, this response is referred to as a workstyle or work style. This study wanted to find out the ergonomic risk factors and work styles for musculoskeletal disorders in students especially those carrying out distance learning. Structural Equation Modelling (SEM) method is used to process the Workstyle model with the addition of work posture factors, and musculoskeletal pain. The analysis was carried out by distributing questionnaires to 200 respondents. The results of the study indicate there are several workstyle factors that contribute to student musculoskeletal disorders."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Astuti
"Forklift worker is one of the types of jobs that have a risk of musculoskeletal disorders due to individual factors, the environment, and jobs factors. This study was conducted to see a picture of the forklift worker`s jobs, determine the individual and environmental factors associated with musculoskeletal disorders in forklift workers in PT X in 2013 and see a picture of an occupational hazard. This research is quantitative research using cross-sectional study design with questionnaires and REBA. The study states that the duration of work affects the subjective complaints of musculoskeletal disorders and ergonomic risk level forklift workers including mild to moderate. It necessary to supervise forklift workers working posture control, setting the duration of the work, socialization musculoskeletal disorders, the symptoms, the risk factors, the method of prevention, and a simple way of treatment.

Pekerja forklift merupakan salah satu jenis pekerjaan yang memiliki risiko terkena musculoskeletal disorders karena faktor individu, lingkungan, dan pekerjaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pekerjaan forklift, faktor individu dan lingkungan yang berhubungan dengan musculoskeletal disorders pada pekerja forklift di PT X tahun 2013 dan melihat gambaran risiko pekerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi potong lintang dengan kuesioner dan tools REBA. Hasil penelitian menyatakan bahwa lama kerja mempengaruhi keluhan subyektif musculoskeletal disorders dan tingkat risiko ergonomi pekerja forklift termasuk ringan hingga sedang. Sarannya, perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian postur kerja pekerja forklift, pengaturan durasi kerja, sosialisasi terkait musculoskeletal disorders, gejala, faktor risiko, tindakan pencegahan, dan penanganan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko ergonomi dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja garmen PT Parahita Prima Sentosa menggunakan tools REBA dan kuesioner NBM. Responden pada studi ini adalah 33 pekerja yang tersebar pada setiap aktivitas mencakup cutting, sewing, setrika dan quality control. Hasilnya menunjukan bahwa dengan metode REBA didapatkan mayoritas pekerja pada bagian produksi mempunyai tingkat risiko sedang untuk terjadi MSDs, yaitu operator jahit, operator setrika, dan pekerja quality control dan satu aktivitas yang memiliki risiko sangat tinggi yaitu operator cutting. Untuk hasil kuesioner NBM menunjukan bahwa pekerja pada industri ini mengeluhkan pada bagian pinggang (87.9%), leher atas (63.6%) dan betis kiri (60.3%).

This Research purposes to find out risk level of ergonomic and Musculoskeletal Disorders complaint in garment workers at PT Parahita Prima Sentosa using REBA tools and NBM questionaires. The respondents of this study are 33 workers that dispersed at each activity included cutting, sewing, ironing and quality control. The result of this study (REBA) showed that the majority of workers in the production division were have a medium risk for MSDs, there are sewing operators, ironing operators, and quality control workers and just one activity that has a very high risk which is cutting operators. Results for NBM questionary obtained that workers in this industry has complaints in their waist (87.9%), upper neck (63.6%) and left calf (60.6%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviaji Joko Priono
"ABSTRAK
Latar Belakang: Musculoskeletal Symptoms (MSS) merupakan salah satu gangguan yang sangat umum terjadi dan menjadi masalah kesehatan para pekerja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko individu, organisasi, lingkungan, fisik dan psikososial dengan MSS pada pekerja pabrik di Karawang, Indonesia. Metode: Desain study yang digunakan adalah cross sectional. Data dikumpulkan dari Januari- Juni 2019 melalui survey online pada 288 pekerja secara acak. Data dianalisis dengan menggunakan regresi logistik. Hasil: Prevalensi MSS pada leher, bahu, punggung atas dan punggung bawah lebih dari 60%. Jumlah rata-rata keluhan pada periode 7 hari terakhir adalah 4,3 keluhan dan periode 12 bulan terakhir adalah 4,8 keluhan dari total 9 bagian tubuh. Pekerja yang mengalami stress dapat meningkatkan risiko MSS pada leher 4,25 kali. Berat beban angkat >10kg meningkatkan risiko terjadinya MSS pada bahu sebesar 2,33 kali, punggung atas 3,25 kali, dan punggung bawah 3,52 kali. Kesimpulan: Kami menyimpulkan bahwa perlu ada perhatian khusus pada pekerja yang mengangkat beban berat dan juga manajemen stress karena kedua hal tersebut adalah faktor dominan yang dapat meningkatkan MSS.

ABSTRACT
Background: Musculoskeletal Symptoms (MSS) is one of the most common disorders and is a health problem for workers. Objective: This study aims to determine the relationship between individual, organizational, environmental, physical and psychosocial risk factors with MSS in factory workers in Karawang, Indonesia. Method: The study was cross sectional. Data was collected from January to June 2019 through an online survey of 288 workers randomly. Data were analyzed using logistic and ordinal regression. Results: The prevalence of MSS more than 60% in the neck, shoulders, upper back and lower back. The average number of complaints in the last 7 days was 4.3 complaints and the last 12 months was 4.8 complaints from a total of 9 body parts. Several factors are associated with and can increase the risk of MSS in the neck as in very stressful conditions (OR 4.25, 95% CI 1.25-14.46). Weight lifting >10kg can increase the risk of MSS on the shoulder (OR 2.33, 95% CI, 1.08-5.02), upper back (OR 3.25, 95% CI, 1.06- 9.96) and lower back (OR 3.52, 95% CI, 1.27-9.71). Conclusion: We conclude that there needs to be special attention to workers who lift heavy loads and also stress management because both of these are dominant factors that can increase MSS."
2019
T54517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Octoliana C.A.
"Kebanyakan dokter gigi tidak menyadari pentingnya manfaat sistem ergonomi dengan posisi yang baik saat merawat pasien. Gangguan muskuloskeletal adalah salah satu yang jelas sebagai hazard. Saat melakukan pencabutan gigi, kadang-kadang dokter gigi membungkuk ke arah pasien, bergerak secara mendadak, memutar tubuh dari satu sisi ke sisi yang lain. Seluruh gerakan tersebut dilakukan berkali-kali dalam jangka waktu yang panjang sehingga sering mengalami rasa tidak nyaman dan sakit di daerah leher, bahu, tulang punggung serta pergelangan tangan. Penelitian ini meninjau faktor-faktor risiko ergonomi dokter gigi terhadap keluhan Musculoskeletal Disorders pada aktivitas pencabutan dengan jenis potong lintang melalui pendekatan observasional.
Hasil penelitian 74,3% tindakan pencabutan gigi menimbulkan gangguan secara fisik, 61,4% melakukan gerakan berulang punggung membengkok ke depan, belakang atau ke samping , 35,7% melakukan gerakan berulang punggung membengkok dan memutar secara simultan dalam melakukan tindakan dan melalui Nordic Map Quesioner didapat frekuensi timbulnya keluhan pada daerah sekitar leher 38,6%. Intensitas keluhan rasa nyeri, sakit dan ketidaknyamanan akibat kerja yang cukup mengganggu aktifitas kerja dikemukakan pada bagian kaki kanan 61,4 %, bahu kanan atas sebanyak 48,6 %, pada bagian pergelangan tangan kanan 40% serta pada leher sebanyak 47,1%.
Hasil akhir yang didapat melalui observasi dengan pengukuran metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) di dapatkan kategori 2 dimana postur kerja memiliki beberapa efek yang berbahaya bagi system musculoskeletal serta diperlukan tindakan untuk perubahan posisi kerja pada perencanaan yang akan datang.

Most dentists do not realize the importance of the benefits ergonomics system with a good position when treating patients. Musculoskeletal disorders is an obvious one as a hazard. When performing tooth extraction, dentists sometimes leaned toward the patient, a sudden move, rotate the body from one side to the other. The whole movement is done many times in the long term so often experience discomfort and pain in the neck, shoulder, spine and wrist. This study reviewed the dentist ergonomic risk factors from Musculoskeletal Disorders in the type of extraction activity through cross-sectional observational approach.
74.3% of research results to extract a tooth cause physical disorders, 61.4% perform repetitive motions backs bent forward, backward or sideways, 35.7% perform repetitive movements back bend and rotate simultaneously in action and through Nordic Map questioner obtained the frequency of complaints in the area around the neck of 38.6%. complaints of pain intensity, pain and discomfort caused by work is quite disturbing work activities presented in section 61.4% right foot, right shoulder up 48.6%, 40% on the right wrist and the neck 47.1%.
The final result is obtained through observations with measurements of methods OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) in which the working posture level 2 has some effects that are harmful to the musculoskeletal system and the necessary action to change the position of the work on the future planing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>