Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104441 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasaribu, Berta
"Pengamatan yang dilakukan tim Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan di poliklinik rawat jalan R. S. Paru Goenawan P. (RSPG), menemukan bahwa waktu tunggu mencapai rata-rata 120 menit yang melebihi ketentuan sebagaimana ditetapkan pada Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/11/2008, yaitu kurang dari atau sama dengan 60 menit. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa terdapat dua factor yang menyebabkan lamanya waktu tunggu tersebut yaitu waktu penyediaan rekarn medik yang lama dan lamanya dokter memulai pelayanan. Permasalahan yang menyebabkan lamanya waktu penyediaan rekam medik yaitu unit rekarn medik tidak menerapkan sistim penyimpanan sentralisasi, penyimpanan berkas tidak beraturan serta berkas yang tersebar di berbagai tempat. Sementara itu, lamanya dokter memulai pelayanan disebabkan oleh kebijakan penetapan waktu pelayanan pada jam 9.00 sementara pendaftaran telah dimuiai pada jam 8.00, dokter mengerjakan pekerjaan lain terlebih dahulu, dokter menganggap berkas rekam medik belum siap serta dokter tidak mengetahui adanya SPM yang berhubungan dengan waktu tunggu. Oleh karena itu, pembenahan terhadap permasalahan-permasalahan tersebut harus segera dilakukan untuk memperbaiki waktu tunggu, karena waktu tunggu yang lama dapat memicu buruknya citra rumah sakit
The observation carried out by a team from Inspectorate General of Ministry of Health, found that the average patient waiting time in the Polyclinic of Goenawan P. Lung Hospital's (RSPG) is up to 120 minutes. It exceeds the standard specified in the Hospital Minimum Service Standards as contained in the Ministerial Decree of Health Number I29/MenkesiSKAII2008, which is less than or equal to 60 minutes. This research found that the long waiting time is caused by two aspects, the first is it takes a long time in providing medical records and secondly, late availability of doctor in the clinic to serve patients. Some problems are found in the provision of medical records that caused long waiting time, those are: medical records unit does not implement centralized storage system, an irregular file storage method and some medical records are spred in various places. Meanwhile, the late availability of doctor at clinic due to: policy on clinic services time which is started at 9.00 while the registration was started at 8:00 o'clock, doctors do other work first, doctors suppose that medical records have not been ready yet and doctors are not aware the SPM associated with waiting time. Therefore, in order to have a better waiting improvement should be done immediately on these issues, since the long waiting time could trigger bad hospital's image."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Flamboyan Minanda
"Indonesia merupakan penganut negara kesejahteraan dengan karakteristik tersendiri yakni berdasarkan prinsip sila ke-lima Pancasila ?keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?. Salah satu cirri dari Negara kesejejahteraan adalah Negara bertanggung jawab menyelenggarakan jaminan sosial. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap identifikasi permasalahan terkait topik penelitian ini, yaitu: pertama, ketika kita berbicara mengenai konsep jaring pengaman sosial berarti kita berbicara mengenai konsep bantuan sosial untuk penduduk miskin, lanjut usia, anak terlantar, dan penyandang masalah sosial lainnya yang harusnya diberikan sebuah program berupa bantuan sosial. Bantuan sosial itu dapat bermacam-macam bentuknya, bisa berupa pemberian uang tunai untuk masa-masa tertentu, bantuan pemenuhan keesehatan, atau bantuan pemberdayaan masyarakat miskin. Namun, dalam prakteknya terdapat kerancuan program antara bantuan sosial dan asuransi sosial. Kedua, sistem jaminan sosial ini tidak diterapkan menurut penulis lebih karena kekhawatiran yang berlebihan hilangnya ?tambang emas? yang saat ini menjadi program andalan sebuah kementerian. Misalnya saja, Kementerian Tenaga Kerja akan sangat berat hati melepas program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan akan berat hati melepas program Jaminan Kesehatan Rakyat Miskin. Ketiga, terkait terhambatnya pembentukan peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, kemudian Presiden mengeluarkan program penanggulangan kemiskinan dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan seakan-akan peraturan ini merupakan salah satu peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004. Padahal, pembentukan Peraturan Presiden tersebut merupakan usaha untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. Dengan disahkannya Undang-Undang tentang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, sebenarnya mengindikasikan pembagian kewenangan tentang jaminan sosial, dimana jaminan sosial yang berbasis asuransi merupakan kewenangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sedangkan jaminan sosial yang berbasis bantuan sosial adalah kewenangan Kementerian Sosial. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian yuridis normatif, yakni penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.

Indonesia is a welfare state with its own characteristics based on the fifth principles of Pancasila, 'social justice for all Indonesian people?. One of the characteristics of welfare state is the responsibility for social security. Based on the analysis done on the identification of problems related to these research topics, is: First, when we talk about the concept of social guarantee network means we are talking about the concept of social assistance to the poor, elderly, waif, and other social problems that should be a formula of social assistance programs. The social assistance could be a variety of forms, it can be a gift of cash to a certain times, assistance health care, or empowering the poor community. However, in the practice the obscure of the program is in the social assistance and social insurance. Second, the social security system is not applied; more because of interest to over loss of 'gold mining' that is now a main program of the ministry. For example, the Ministry of Labor will be very heavy released its Labor Social Security program and the Ministry of Health will reluctantly release the Poor People's health assurance program. Third, the obstacles of forming the regulation that implementing the Law Number 40 Year 2004 about The National Social Security System relating to the Social Security system, and then President issuing Presidential Regulation Number 15 Year 2010 about Velocity Tackling Poverty on handling poverty and act as if the regulation is one of the implementation of Law Number 40 Year 2004. In fact, the formation of such Presidential Regulation is to accelerate efforts of handling poverty. Law Number 40 Year 2004 and Law Number 11 Year 2009 about Social Prosperity, actually indicates the distribution of authority on social protection, the social protection which is based on insurance is the authority of Social Security Institution while social protection based on social assistance is the authority of Ministry of Social. The Research method is juridical-normative method, legal research done by reviewing library materials or secondary data."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T27962
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I.G.N. Gde Dyksa Raka Putra
"Analisis data sekunder SDKI 2007 mengidentifikasi determinan kematian neonatal dini, neonatal lanjut dan post neonatal. Sampel 15334 anak terakhir kelahiran lima tahun sebelum survei. Variabel dependent: keIangsungan hidup anak 4 kategori; 0=hidup, meninggal pada periode i=neonatal dini, 2=neonatal lanjut dan 3=post neonatal. Analisis dengan uji regresi logistik muItinomial.
Hasil: determinan kematian neonatal dini: umur ibu berisiko (OR=3,24), status ibu bekerja (OR=5,17) dan interaksi komplikasi keharnilan*BBLR (0R.=19,19). Deterrninan kematian neonatal lanjut; jarak kelahiran <24 bulan (OR-.--6,18), BBLR (OR=5,04) dan interaksi komplikasi persaIinan*bersalin di rumah (OR=5,03). Determinan kematian post neonatal: status ibu bekerja (OR=3,25), umur berisiko (OR=4,04) dan status ekonomi rendah (OR=5,75).

Indepth analysis of The 2007 IDHS data. The samples was taken 15344 last child which were born five years preceeding survey. Dependent variable are child survival with four category: 0=survive . 1=early neonatal death, 2=late neonatal death, and 4=post neonatal death. The analysis used the multinomial logistic regression statistics.
Result : high risk ages (OR=3,24), mother's work (OR=5,17), pregnancy complication *LBW (0R=19,19) as early neonatal death's determinants; birth interval<24 months (OR=6,18), LBW (OR=5,04) and delivery's complication*place delivery at home (0R=5,03) as late neonatal death's determinants; mother's work (0R=3,25), high risk age (0R=4,04) and low economics status (OR=5,75) as post neonatal death's determinants.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34350
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henik Saefulmilah
"Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh bakteri, iritasi kimia maupun mekanik, kejadian phlebitis di RSPG Cisarua Bogor merupakan angka infeksi rumah sakit yang tertinggi selama tahun 2015 yaitu sebesar 18,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian phlebitis pada pasien rawat inap di RSPG Cisarua Bogor tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain case control, sampel penelitian 100 kelompok kasus dan 200 kelompok kontrol, lokasi penelitian di RSPG Cisarua Bogor.
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian phlebitis di RSPG Cisarua Bogor tahun 2015 adalah usia (P value 0,001; OR 12,86; 95% CI 1,7-98,2), status gizi (P value 0,001; OR 0,4; 95% CI 0,2-0,7), lama hari rawat (P value 0,001; OR 2,24; 95% CI 1,36-3,70), dan proses masuk rawat (P value 0,052; OR 0,43; 95% CI 0,19-0,95). Dengan demikian diharapkan perawat diberikan pelatihan khusus untuk dapat melakukan perawatan lebih baik dalam pemasangan dan pemeliharan intravena line (IVL) terutama pada pasienpasien yang berisiko tersebut.

Phlebitis is an inflammation of a vein caused by bacteria, chemical or mechanical irritants, the incidence of phlebitis in RSPG Cisarua Bogor a hospital infection rates are highest during the year 2015 with numbers cumulatif incidence of 18.5%. This study aims to determine the distribution and factors related to the incidence of phlebitis in patients hospitalized in RSPG Cisarua Bogor in 2015. This study used case control design, sample 100 in the case group and 200 in the control group, with research sites in RSPG Cisarua Bogor.
The results of this study indicate that factors that influence the incidence of phlebitis in RSPG Cisarua Bogor in 2015 were age (P value 0.001; OR 12.86; 95% CI 1.7 to 98.2), nutritional status (P value 0.001; OR 0.4; 95% CI 0.2 to 0.7), length of stay (P value 0.001; OR 2.24; 95% CI 1.36 to 3.70), and the process of admission (P value 0.052 ; OR 0.43; 95% CI 0.19 to 0.95). Nurses are expected to be given specialized training to be able to do better care in the installation and maintenance of intra venous line (IVL), especially in patients who are at risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64730
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eriyanto
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 2007
006.422 ERI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Shinta Dewi
"Pengadaan barang/jasa (PBJ) saat masa pandemi COVID-19 sangatlah vital dalam keberlangsungan operasional RS. Terdapat mekanisme khusus yang tertuang dalam SE LKPP Nomor 3 Tahun 2020 tentang percepatan penanganan pandemi COVID-19 serta pembaharuan pada Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang PBJ pemerintah. PBJ paling signifikan terdapat pada kebutuhan APD serta renovasi ruangan hal tersebut membuat RS harus memiliki anggaran khusus dalam penanganan COVID-19. Kondisi tersebut membuat pengeluaran RS menjadi lebih tinggi dan keadaan tersebut akan memberi pengaruh pada kinerja keuangan RS. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan PBJ pada masa pandemi COVID-19 terhadap kinerja keuangan RS Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (RSPG). Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pendekatan kualitatif. Informan penelitian didapatkan dengan cara purposive sampling diantaranya Dewan Pengawas; Direktur Utama; Pejabat Pembuat Komitmen RM dan BLU; Unit Layanan Pengadaan; Instalasi Farmasi; Koordinator Keuangan dan BMN; Subkoordinator Akuntansi dan BMN. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer (wawancara mendalam) dan data sekunder (telaah dokumen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PBJ pada masa pandemi di RSPG sudah sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Kebijakan tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan RSPG secara umum dikarenakan terdapat penerimaan bantuan dana BA BUN untuk percepatan penanganan COVID-19 dari Kementerian Keuangan. Kebijakan PBJ berpengaruh negatif terhadap rasio kas, rasio lancar dan penagihan piutang. Selain itu, berpengaruh positif terhadap imbalan atas aset tetap, imbalan ekuitas serta rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional. Dan tidak mempunyai pengaruh terhadap perputaran aset tetap dan perputaran persediaan di RSPG.

Procurement during the COVID-19 pandemic is vital for the continuity of hospital operations. There is a special mechanism contained in SE LKPP Number 3 of 2020 regarding the acceleration of handling the COVID-19 pandemic and the renewal of Presidential Regulation Number 12 of 2021 concerning the government's procurement. The most significant procurement is for PPE and room renovations, this makes the hospital must have a special budget in handling COVID-19. This condition makes hospital expenditures higher and this situation will have an impact on the hospital's financial performance. The purpose of this study was to determine the effect of procurement policies during the COVID-19 pandemic on the financial performance of Pulmonary Hospital dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (RSPG). This research is a non-experimental research with a qualitative approach. Research informants were obtained by purposive sampling including the Supervisory Board; President Director; RM and BLU Commitment Making Officers; Procurement Service Unit; Pharmaceutical Installation; Finance and BMN Coordinator; Sub-Coordinator of Accounting and BMN. The types of data needed in this study are primary data (in-depth interviews) and secondary data (document review). The results showed that the implementation of procurement during the pandemic at the RSPG was in accordance with applicable policies. This policy has a positive effect on the financial performance of the RSPG in general due to the receipt of BA BUN funds to accelerate the handling of COVID-19 from the Ministry of Finance. Procurement policies have a negative effect on the cash ratio, current ratio and collection period. In addition, it has a positive effect on the return on fixed assets, return on equity and the cost recovery rate. And it has no effect on fixed asset turnover and inventory turnover at RSPG."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Fitriana
"Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS merupakan upaya menurunkan risiko HAIs, termasuk kepatuhan hand hygiene. WHO mengeluarkan Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategysebagai salah satu strategi untuk mengatasi rendahnya kepatuhan hand hygiene Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) memiliki regulasi hand hygiene yang mengacu pada kebijakan yang berlaku, namun kepatuhan hand hygiene tidak mencapai target selama  tiga tahun. Penelitian ini bertujuan menganalisis kepatuhan implementasi regulasi hand hygiene  di RSPG berdasarkan WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analitik dengan metode studi kasus. Analisis kepatuhan implementasi regulasi hand hygiene dilakukan dengan mengembangkan teori George Edward III yang dikolaborasikan dengan teori kepatuhan Weaver dan WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy. Penilaian WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy dilakukan dengan skoring Hand Hygiene Self-Assessment Framework (HHSAF). Hasil penelitian menunjukkan persentase skor HHSAF terendah pada variabel struktur birokrasi, namun variabel yang paling berperan adalah variabel sumber daya, yaitu sumber daya manusia, terkait isu keaktifan dan perilaku. Isu keaktifan dan perilaku diperoleh dari wawancara mendalam pengembangan dari pertanyaan terstruktur pada HHSAF. Hand hygiene level RSPG berada pada level intermediate. Peneliti merekomendasikan enforcement perilaku dengan appreciative inquiry disamping reward and punishment sebagai upaya meningkatkan kepatuhan implementasi regulasi hand hygiene di RSPG.

The Hospital Infection Prevention and Control Program is an effort to reduce the risk of HAIs, including hand hygiene compliance. WHO issued the Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy as one of the strategies to overcome low hand hygiene compliance. Dr. M. Goenawan Partowidigdo Pulmonary Hospital (RSPG) has hand hygiene regulations that refer to applicable policies, but hand hygiene compliance has not reached the target for three years. This study aims to analyze compliance with the implementation of hand hygiene regulations in RSPG based on the WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy, using an analytical descriptive qualitative approach with a case study method. The researcher analyzed the compliance of hand hygiene regulation implementation by developing George Edward III's theory collaborated with WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy. The WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy assessment was conducted by scoring the Hand Hygiene Self-Assessment Framework (HHSAF). The results showed the lowest percentage of HHSAF scores on the bureaucratic structure variable, but the most instrumental variable was the resource variable, namely human resources, related to activeness and behavioral issues. The issues of activeness and behavior were obtained from in-depth interviews developed from structured questions on the HHSAF. Hand hygiene level of RSPG is at intermediate level. Researchers recommend behavioral enforcement with appreciative inquiry in addition to reward and punishment as an effort to improve compliance with the implementation of hand hygiene regulations in RSPG."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Jauhar
"Tuberkulosis TB paru masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional meskipun obat anti TB dan vaksin BCG telah diberikan. WHO menetapkan TB paru sebagai kedaruratan global bagi kemanusiaan. Angka morbiditas dan mortalitas meningkat setiap tahunnya karena faktor sosial, ekonomi, lingkungan, nutrisi, dan penyakit lain. Dampaknya antara lain kehilangan waktu kerja, stigma negatif, perubahan fisik dan emosional yang tidak hanya dirasakan oleh klien namun juga keluarga dan masyarakat. Hal tersebut akan mempengaruhi efikasi diri dalam berperilaku sehat dan status kesehatan fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan manajemen diri terhadap efikasi diri dan status kesehatan fisik pada klien TB paru. Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen jenis pretest and posttest with control group. Jumlah masing-masing responden 30 klien pada kelompok intervensi dan kontrol diseleksi dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan Self Efficacy Questionnaire Health Seeking Behavior Treatment Adherence among Tuberculosis Patients dan Functional Assessment of Chronic Illness Therapy-Tuberculosis FACIT-TB. Intervensi ini diberikan sebanyak 4 sesi dalam 2 minggu selama 60-90 menit.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh bimbingan manajemen diri terhadap efikasi diri p=0,002 namun tidak berpengaruh terhadap status kesehatan fisik p=0,341.
Penelitian ini merekomendasikan pemberian intervensi keperawatan dalam bentuk bimbingan manajemen diri pada klien TB paru rawat jalan terutama pada tahap awal pengobatan 1-2 bulan terintegrasi dengan program DOTS di fasilitas layanan kesehatan.

Pulmonary tuberculosis TB is still become a global and national health problem even though anti TB drugs and BCG vaccine have been given. WHO establishes pulmonary TB as a global emergency for humanity. Morbidity and mortality rates are increasing every year due to social factor, economic, environmental, nutritional and other diseases. The effects include loss of work time, negative stigma, physical and emotional changes not only perceived by the client but also the family and society. It will affect self efficacy and physical health status.
This study aims to determine the influence of self management counseling on self efficacy and physical health status in pulmonary TB clients. The research design uses quasi experimental pretest and posttest with control group types. The number of each respondent 30 clients in the intervention and control group was selected by purposive sampling. Instruments used Self Efficacy Questionnaire Health Seeking Behavior Treatment Adherence among Tuberculosis Patients and Functional Assessment of Chronic Illness Therapy Tuberculosis FACIT TB. This intervention is given 4 sessions in 2 weeks for 60 90 minutes.
The results showed that there was influence of self management counseling to improve self efficacy p 0,002 and but can rsquo t improve physical health status p 0,341.
This study recommends the provision of nursing interventions in the form of self management counseling on pulmonary TB clients especially in the early stages of treatment 1 2 months integrating with DOTS program in health care services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Veri Suprianto
"Masalah keperawatan utama yang umum timbul pada pasien PDP COVID-19 adalah masalah yang terkait dengan sistem pernapasan. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis asuhan kegawatdaruratan keperawatan pada pasien PDP COVID-19 yang masuk di IGD. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada pasien dengan PDP COVID-19 di IGD RS Paru di Cisarua. Diagnosa keperawatan utama yang dibahas adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan terjadinya penurunan fungsi/ kerusakan membran alveoli-kapiler sebagai akibat dari invasi virus SARS-CoV-2. Intervensi keperawatan utama yang diberikan pada kasus kegawatan pasien COVID-19 adalah kolaborasi pemberian terapi oksigen yang dilakukan secepat mungkin pada saat penanganan awal di IGD. Hasil evaluasi tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah oksigenasi dalam 2 jam pertama menunjukan terjadi perbaikan sistem pernapasan klien yang ditandai dengan perbaikan nilai AGD (nilai pO membaik, dari 59,5 mmHg menjadi 91,9 mmHg) dan Saturasi Oksigen dari 85% menjadi 100%. Hasil analisis ini merekomendasikan bidang keperawatan untuk menyusun Standar Operasional Prosedur utama pengelolaan kasus kegawatan pasien covid di IGD. 

The respiratory problem is the major problem among PDP Covid, who were in early admission in IGD. The aim of this paper is to evaluate emergency nursing care for PDP covid in emergency unit in the Lung Hospital in Cisarua, Bogor, West Java. . A case study of PDP covid was used in this study. The main nursing diagnose was gas impaired due to damage in alveoli lungs, et invasion of covid. Nursing intervention focused on maintain adequate oksigenatin for patien, by providing oxygen therapy via Non Rebreathing Mask 12 lpm in early time of arrive in emergency unit. After received oxygen therapy for 2 hours, the status of oxygenation patien improved, pO2 level increased from 59,9 mmHg to 92.9 mmHg. and the saturation of oxygenation improved, from 85 % to 100%. Based on this finding, It is recommend to develop nursing standar operational procedure in managing pdp pasien in emergency unit."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Indra Immanuel
"Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan reium, tanpa melupakan foktor risiko investasi yang harus dihadapi. Reiurn merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor bcrinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang tclah dilalcukannya.
Tingkat pengembalian (rate of return) saham dipengaruhi oleh beberapa risiko berikut ini :
a. Suku Bunga
Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return suatu invcstasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus.
b. Inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kckuatan daya bcli rupiah yang tclah diinvestasikan.
c. Pasar
Fluktuasi pasar secara kcscluruhan yang mempengaruhi variabilitas return Suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh herubahnya indcks pasar saham secara keseluruhan.
d. Nilai Tukar Mata Uang
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) terhadap nilai mata uang negara Iainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) untuk melihat hubungan perubahan tingkat suku bunga, nilai tukar dan tingkat pengembalian pasar terhadap tingkat pengembalian saham, dan (2) untuk melihat signifikansi perubahan suku bunga, nilai tukar dan tingkat pengembalian pasar terhadap tingkat pengembalian saham.
Penelitian dilakukan terhadap 30 (tiga puluh) jcnis saham yang memberikan sumbangan sebesar 74,77% terhadap kapitalisai pasar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Dengan memplot data populasi penelitian terhadap fonnulasi model hipotesis, kemudian dilakukan regresi terhadap model hipotcsis dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS-modeD yang terdapat pada program EVIEWS 3.0.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa : (1) mayoritas saham yang diteliti memiliki tingkat pengembalian lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengembalian pasar, (2) lebih dari separuh saham yang diteliti ternyata menunjukkan korelasi negatif dan§§1 aE[fmbmm nilai tukar dengan tingkat pengcebalian sahanq, dan (3) Iebih dari separuh saham yang diteliti menunjulckan korelasi positif dan signifikan antara suku bunga dengan tingkat pengembalian saham."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T5538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>