Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205974 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutauruk, Susi Mariana
"Survey BPS menunjukkan ballwa secara nasional, rata~rata biaya perbulan yang dikeluarkan rumah tangga untuk rawat jalan adalah Rp l5.667,00.- dan propinsi yang memiliki rata-rata biaya rawat jalan perbulan tertinggi adalah DKl Jakarta (Rp36.506,00.-). Sebenarnya biaya-hiaya tersebut dapat dikurangi hila masyarakat memiliki perilaku yang menguntungkan kesehatan dirinya dan keluarganya misalnya dengan menyusui bayinya secara ASI eksidusif srunpai 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain kecuali obat dan vitamin, Pemerintah menargetkan penggunaan ASI eksklusif menjadi 80% pada tahun 2000 namun keoyataannya data SDKJ menUI1iukkan bahwa pada tahun 2002 terdapat hanya 39~5% ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif dan bayi Indonesia rata-rata hanya mendapat ASI eksklusif sampai usia I ,6 bulan saja. Bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 4-5 bulan hanya 14%. Penelitian yang dilakukan Yayasan HeUen KeUer Intemasional tahun 2002 menunjukkan bahwa persentase Jama pemberian ASI ekslusif di Jakarta selama 4-5 bulan hanya 3%.
Penelitian ini merupakan evaluasi ekonomi yang bertujuan metlhat gambaran dan perbandingan biaya pemberian AS! eksklusif dan pemberian susu fonnuia pada bayi umur 4 bulan, perbandingan dan perbedaan biaya rawat jalan kedua kelompok tersebut temmsuk. pcrbt:daan frekuensi sakit, lama hari sakit, frekuensi rawat jalan antara kedua kclompok itu dan menghitung penghematan biaya rawar jalanflya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan stud! cross~secOonal, dengan jumlah sampEL minimum masing-masing kelompok adalah 21 orang bayi berumur 4 bulan yang datang ke praktek dokter spesialis anak RB Alvernia RaWlU!Iangun Jakarta Timur bulan Maret April2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya pemberian ASI eksldusif adalah Rp 2.164.219.- dan rata-rata biaya pemberian susu fonnula Rp 3.558.470.-. Sedangkan rata-rata biaya rawat jalan bayi dengan ASI eksklusif adalah Rp 98.720, dan rata-ratanya pada bayi dengan susu formula adalah Rp 165.857.- (rntio I : 1,7) Perhitungan cost saving adalah selisih antara cost without programe dan cost with programe yang besamya adalah Rp 1.461.388.-. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbadaan bermakna antam kedua biaya rawat jalan ini.
Rata-rata frekuensi sakit dan frekuensi rawat jalan pada bayi ASI eksldusif adalah 0,7 dan susu formula adalah 1,0. Sedangkan rata-rata lama bali sakit pada bayi dengan ASI eksklusif adalah 2 bali, dan susu formula adalab 4 bali. Hasil uji statistik menunjukkun tidak ada perbedaan bermakna frekuensi sakit, frekuensi rawat jalan dan lama hari sakit antara bayi dengan ASI eksklusif dan bayi dengun susu formula 0-4 bulan. Artinya semua perbedaan yang teljadi hanyalah by clumce atau faktor kebetulan belaka dan diduga disebabkan jurniah sampel yang kecil.
Akkirnya disarankan agar penelitian ini dapat diianjutkun oleh peneliti lain untuk menghitung cost benefit ASI eksklusif secara komperhensif baik rawat inap dan mwat jalan, dengan menggunakan opportunity cost yang sebenamya. Juga diharapkun penelitian ianjutan dengan sampel yang lebih besar dan variatif yang mungkin dapat rnenghasilkan uji statistik yang signifikan.

BPS survey shows that nationally, average month expenditure that domestic expend for outpatient is Rp. 15.667 .00.- and province that bas the highest average outpatient expenditure is DKI Jakarta (Rp. 36.506,00.-). Actually those costs could decreased if public has health benefit behavior and their family such as breast: feeding with exclusive ASI to 6 months without foods and other drinks except medication and vitamins, Government 1s targeting exclusive ASI to 80% in 2000 but apparently SDKI data shows that in 2002 there's only 39,5% mother who breastfeeding their children exclusively and averagely Indonesian baby only got exclusive ASI only until 1,6 months. Baby that got exclusive ASI for 4-5 months is only 14%. Research conducted International Hellen Keller Foundation year 2002 shows that exclusive ASI duration percentage in Jakarta for 4-5 months only 3%.
This research is an economical evaluation that aim to see description and equivalent cost of ASI exclusive t,-,}ver and giving formula milk to 4 months baby, equivalence and difference of outpatient cost those two groups include sick frequency difference. sick day duration. outpatient frequency between those two groups and calculating economize outpatient cost. Tills research conducted by using cross sectional study design, with minimal total sample from each groups are 21 babies with 4month ages that come to specialty doctor practice of children at RB Alvernia Rawamangun East Jakarta month March-April 2007.
Research result shows average exclusive ASI cost giver is Rp. 2.164.219 and average formula of milk giver is Rp. 3.558.470. While average outpatient cost of haby with exclusive ASI is Rp. 98.720, and average on baby with formula milk ir.Rp. 165.857 {ratio 1 : J, 7). Cost saving calculation is difference between costs without program and cost with program as much as Rp. l.46L388. Statistical test result shows that there is no significance difference between those two outpatient cost.
Average sick frequency and outpatient frequency on baby with exclusive ASI is 0,7 and formula milk is 1,0. While average sick duration on baby with exclusive ASI is 2 days, and formula milk is 4 days. Statistic test result shows that there is no significance difference of sick frequency~ outpatient frequency and sick duration between baby with exclusive ASI and baby with formula milk 0-4 months. It means all the difference that occurred is only by chance or completely coincidence and estimated cause by minor total samples.
Finally, suggested for other researcher continue this research to determine cost benefit of exclusive ASI comprehensively include inpatient and outpatient with using the real opportunity cost. Suggested too the continues research using a larger samples and more variative. so that maybe statistical test result become significant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Almost all district public hospital already has their own formulary. The aims of study are to obtain percentage of noncompliance with the public hospital formulary, to obtain the average additional cost be paid by outpatients as a result of noncompliance with the hospital formulary, and to obtain the average of the outpatient?s
ability to pay for treatment. A cross sectional study has been carried out to 120 patients in RSU Kabupaten K and 100 patients in RSU Kabupaten B. Subjects of the study were adult outpatients
with TB, hypertension and diabetes. Data were collected by well-trained district public hospital staff in interviewing patients. The questioner was first tried out to patients at RSU Kota Jakarta Timur. Data were analyzed by cost analysis. Results of the study are
Difference in drug item with formulary in RSU Kabupaten K is 66,7% for TB, 96,6% for hypertension; where as in RSU Kabupaten B 44,8% for TB, 82,3% for hypertension and 76,7% for diabetes.Average additional cost that must be paid by outpatients per encounter in RSU
Kabupaten K is Rp 10.060 for TB, Rp 26.552 for hypertension; while in RSU Kabupaten B is Rp 5.818 for TB, Rp 8.956 for hypertension and Rp 15.218 for diabetes. The average outpatient?s ability to pay for treatment in RSU Kabupaten K is Rp 19.807 and in RSU Kabupaten B is Rp 15.301, which are both less than outpatient treatment cost per encounter."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes Depkes RI], 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiarsih Pujilaksani
"Peningkatan biaya pelayanan kesehatan merupakan permasalaban yang dihadapi oleh banyak negrua di belaban dunia. Di Indonesia, pada kurun waktu antara tahun 1995 1arnpai dengan tahun 2002, teloh teljadi kenaikan biaya pelayanan kesehatan yang !rastis. Biaya pelayanan kesehatan indonesia tahun 1995 tercatat 5.8 trilyun dan neningkat menjadi 41 ,8 tri1yun pada tahun 2002. Pengeluaran biaya pelayanan kesehatan li Amerika Serikat pada tahun 2011 nanti diperkirakan meneapai 2.8 trilyun usd, yang berarti naik dari 1.3 trilyun di tahun 2000.
Sehagai respons terhadap biaya pelayanan kesebatan yang terus meningkat, baik pemerintah ataupun perusahaan asuransi besar di berhagai negara mengembangkan berbagai upaya pengendalian biaya. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan nengembangkan sistem pembayaran prospektif sebagni altematif sistem pembayaran jasa per pelayanan (JPP).
Di Indonesia sistem pembayaran prospektif telah direrapkan oleh beberapa pihak penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan seperti PT. Jamsostek (persero) yang nenerapkan sistem pembayaran paket per hari (PPH) untuk kasus rawat inap, dan Dinas Cesehatan DKI Jakarta yang menerapkan sistem pemhayaran paket per diagnosis yang lisebut sebagai paket pelayanan kesebatan esensial (PPE).
Hasil yang diharapkan dari penerapan sistem pembayaran di atas adaloh biaya kasebatan menjadi lehih efisien ibandingkan dengan sistem JPP. Apakah sistem pembayaran tersebut efektif dalam 1engendalikan biaya rawat inap dibandingkan dengan sistem JPP l belum diketahui.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan di atas. Rancangan penelitian ini ada.iah penelitian survey yang analisisnya dilakukan ecara kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer berupa basil penelusuran okurnen rumah sakil. Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya illltuk kasus demam tphoid (tilus) dan demam berdarah denue (DBD) di kelas Ill RS X tahun 2005. Sampel enelitian adalah semua kasus tifus dan DBD yang dirawat di ke!as Ill yang tidak 1empunyai penyulit atau penyakit penyerta.
Penelitian ini melibatkan 437 kasus, yang terdiri dari 379 kasus DBD dan 54 asus tifus. Dari 437 kasus, ada sejumlah 298 merupakan jaminan Dinkes DKI, 92 kasus uninan PT. Jamsostek dan sisanya merupakan jaminan asuransi kesehatan atau erusahaan lain yang menerapkan sistem pembayaran JPP. Berdasarkan basil analisis cara univariat dan bivariat, didapatkan bahwa secara statistik ditemukan perbedaan ang signifikan antara lain hari rawat kasus DBD, pada kelompuk kasus yang dijumlah dengan sistem paket per hari dengan JPP. Berdasarkan hasil uji t independen antara kelompok sistem paket per diagnosis (PPE) dengan JPP, diperoleh basil adanya erbedaan yang signi:fikan antara rata-rata biaya rawat inap kelompok sistem PPE dengan PP. Hal ini berarti bahwa secara statistik terbukti sistem PPE yang diterapkan oleh tinkes DKI efektif untuk mengendalikan biaya rawat inap pada kasus tifus
Disarankan bagi universitas untuk beketjasama dengan organisasi profesi asuransi kesehatan, untuk melakukan penelitian serupa dengan ruang lingkup penelitian yang iperluas~ sebagai dasar pengembangan sistem pembayaran prospektif di Indonesia. Kepada Dinkes DKI Jakarta, disarankan agar seluruh tagihan rumah sakit dapat didokumentasikan secara lengkap dalam sistem data base sehingga dapat dimanfaatkan ntuk evaluas dan merubuat standar obat seperti yang dilaknkan oleh PT. Jamsostek sebagai tambahan usaha pengendalian biaya selain penerapan sistem pembayaran paket or diagnosis. Kepeda PT Iamsostek disarankan dapat meruperluas cakupan pelayanan kehatan dalam paket per hari, sehingga dapat lebih efektif. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shepard, Donalds S.
Geneva: World Health Organization, 2000
338.473621 SHE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sitta Yustisia
"Anggaran berbasis kinerja merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang berorientasi pada kinerja, kebijakan ini bertujuan untuk menumbuhkan fleksibilitas pengelolaan anggaran dalam mencapai hasil yang optimal. Dalam hal ini, program dan kegiatan harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan dalam rencana. Badan Layanan Umum merupakan kebijakan yang dibuat pemerintah sebagai program dari Anggaran Berbasis Kinerja yang memiliki arti untuk mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat, pelaksanaan anggaran berbasis Badan Layanan Umum berawal dari dibuatnya Rencana Strategis Bisnis yang kemudian diimplementasikan ke dalam Rencana Bisnis dan Anggaran. Pada kebijakan Badan Layanan Umum ini pemerintah memberikan fleksibilitas kepada RSUP Fatmawati dalam mengelola keuangannya, akan tetapi pemerintah memiliki tanggungjawab kepada masyarakat untuk mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat dengan memberikan anggaran kepada RSUP Fatmawati. Anggaran yang diberikan oleh pemerintah hanya 20% dari dana APBN, hal tersebut menuai permasalahan dalam RSUP Fatmawati dan membuat RSUP Fatmawati menarik pendapatan dari jasa pelayanan dan lain-lainnya.

Performance-based budgeting is a policy made by government performanceoriented,this policy aims to foster flexibility in budget management to achieve optimal results. In this case, programs and activities should be directed to achieve the outcomes and outputs specified in the plan. Public Service Board is a policy made by the government as a program of Performance Based Budgeting that has meaning to the intellectual and the welfare of society, the implementation of the Public Service Board based budgeting starts from a Business Strategic Plan made then implemented in the Business Plan and Budget. In the Public Service Board's policy gives the government the flexibility to RSUP Fatmawati in managing its finances, but the government has a responsibility to the public to educate and welfare of the community by providing a budget to RSUP Fatmawati. Budget provided by the government only 20% of the state budget, it is reaping the problems in RSUP Fatmawati interesting and make revenue from services and others."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurulhuda Arfiyani
"Pemberian ASI yang tidak optimal memberi andil terhadap terjadinya 45% kematian akibat infeksi neonatal, 30% kematian akibat diare dan 18% akibat infeksi saluran napas pada balita. Di negara berkembang, sekitar seperempat sampai setengah dari kematian di tahun pertama kehidupan terjadi dalam minggu pertama kelahiran. Banyak intervensi yang dapat meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir dengan biaya yang relatif rendah dan layak untuk diimplementasikan, salah satunya adalah pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif pada minggu pertama kelahiran.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada tujuh hari pertama kelahiran di wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara. Desain penelitian adalah cross sectional dengan sampel penelitian 79 responden. Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia tujuh hari di wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada satu pun hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif pada tujuh hari pertama kelahiran dengan umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, IMD, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan.

An Unoptimized ways of breastfeeding have played the role in 45% baby mortality of neonatal infection, 30% mortality of diarrhea and 18% mortality of respiratory tract infection. In developing countries, more than 25% mortality within one year lifespan occur in the first week of birth. There are so many ways of intervention that could increase the health and surviving chance of the newbornn with relatively inexpexsive method, which are also very much worth to be implemented. Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive breastfeed within first week of birth are those methods mentioned above.
The objective of this research is understanding the factors of giving exclusive breastfeed within first seven days of birth in North Jakarta Kecamatan Tanjung Priok Public Health Center area. Design of this research is cross sectional with 79 respondents research sample. The population is mothers with seven days old baby within the said hospital area.
The result of the research conclude that there are not even one significant relation between giving exclusive breastfeed within first seven days of birth with age, education, occupation, parity, knowledge, Early Initiate Of Breastfeeding, spouse's support and medical attendant’s support.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Asfit Mahalya
"ABSTRAK
Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah air susu ibu ASI . ASI merupakan suatu substansi yang dinamik dengan komposisi yang terus berganti untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan imunologi selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Namun tidak semua orang tua dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya dengan ASI yang disebabkan oleh kondisi-kondisi tertentu seperti pasa Ibu yang berkerja, produksi ASI sedikit, masalah pada payudara dan kondisi psikologis ibu. Karya ilmiah ini disusun untuk melaporkan asuhan keperawatan pada klien dengan kegagalan pemberian ASI. Berbagai masalah keperawatan yang ditemukan pada Klien Ny. I pada masa antenatal konstipasi, gangguan pola tidur dan kesiapan meningkatkan proses kehamilan-melahirkan , masa intranatal cemas, nyeri akut dan risiko kekurangan volume cairan hingga masa postnatal nyeri akut, risiko infeksi dan ketidakefektifan pemberian ASI . Kegagalan pemberian ASI adalah masalah yang penting untuk ditangani. Implementasi yang dilakukan untuk masalah tersebut adalah dengan melakukan manajemen laktasi dan pijat oketani. Evaluasi dari tindakan tersebut adalah produksi ASI lancar dan berat badan bayi bertambah.

ABSTRACT
The best nutrition for newborns is breast milk. Breast milk is a dynamic substance with a constantly changing composition to meet the nutritional and immunological needs during growth and development. But not all parents can meet the nutritional needs of their infants with breast milk caused by certain conditions such as a working mother, a little milk production, breast problems and a mother 39 s condition. This scientific work is structured to report nursing care to clients with breastfeeding improvements. Nursing problems found in Client Mrs. I during antenatal until postnatal period acute illness, infection disorder and ineffective breastfeeding . Breastfeeding failure is an important issue for business. Implementation is done to the problem was to do lactation management and massage oketani. Evaluation of the action was the production of smooth milk and the baby 39 s weight increases."
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Maasi
"ABSTRAK
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010, pemberian ASI
eksklusif hanya 15,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik dan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan
pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan terhadap 83 orang dengan
menggunakan purposive sampling. Dari hasil penelitian didapatkan pengetahuan
tentang ASI eksklusif tinggi yaitu sebesar 59,0% dan pemberian ASI eksklusif
hanya 44,6%. Menggunakan alpha 0,05, hasil analisis data dengan uji ANNOVA
didapatkan tidak ada perbedaan pemberian ASI eksklusif pada kelompok umur
(pvalue=0,551) dan pendidikan (pvalue=0,521) dengan pemberian ASI eksklusif.
Hasil analisis chi square ditemukan tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara pekerjaan (pvalue=0,629) dan tingkat pengetahuan (pvalue=0,156) ibu
dengan pemberian ASI eksklusif. Pemberian edukasi tentang ASI eksklusif harus
lebih ditingkatkan serta jumlah tenaga kesehatan lebih banyak lagi agar bisa
menjangkau masyarakat, dalam hal ini ibu hamil dan ibu yang mempunyai balita.

ABSTRACT
The result of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2010, exclusive breastfeeding
is only 15.3%. This study aims to determine the relationship between the
characteristics and level of mother’s knowledge about exclusive breastfeeding
with giving exclusive breastfeeding. This study was conducted on 83 people with
using purposive sampling. From the results, knowledge about exclusive
breastfeeding high at 59.0% and giving exclusive breastfeeding is only 44.6%.
Using an alpha of 0.05, the results of data analysis to ANNOVA test found no
difference in exclusive breastfeeding at age group (pvalue = 0.551) and education
(pvalue = 0.521) with exclusive breastfeeding. The results of chi-square analysis
found no significant relationship exists between work (pvalue = 0.629) and the
level of mother’s knowledge (pvalue = 0.156) with giving exclusive breastfeeding.
Provision of education about exclusive breastfeeding should be increased
and the number of health workers more in order to reach the public, in this case
pregnant women and mothers with toddlers."
[Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, ], 2014
S55950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrian Naili
"Puskesmas dalam melaksanakan 18 program pokoknya saat ini, membutuhkan biaya opernsional yang cukup banyak, pembiayaan puskesmas selama ini sebagian besar berasal dari pemerintab pusat dan daerah, seperti diketahui bahwa dana pemerintah dirasakan tidak mencukupi, hal ini juga disebahkan oleh pihak puskesmas khususnya dan dinas kesehatan kota umumnya tidak mampu menghitung kebutuhan biaya normative untuk masing-masing program, kekurangan dana tersebut tidak dapat diketahu seberapa kebutuhannya karena tidak pernah dilakukan analisis.
Tingkat kecukupan pembiayaan kesehatan biasanya dinilai dengan Cost Recovery yaitu perbandingan antara kontriusi biaya oleh pengguna pelayanan kesehatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan tersebut. Informasi ini dirasakan semakin penting dengan salah satu persyaratan / kriteria puskesmas dijadikan unit swadana.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan rancangan Cross Sectional."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lestari
"Skripsi ini membahas faktor ibu bayi yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, terkait bahwa berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 terjadi penurunan persentase pemberian ASI eksklusif (32%) dibandingkan dengan SDKI tahun 2002-2003 (40%). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menyarankan agar banyak pihak bekerja sama dalam upaya meningkatan pemberian ASI eksklusif, yaitu dengan cara membina dan melatih petugas kesehatan dalam memberi penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif kepada ibu, terutama yang berpendidikan rendah dan ibu berusia kurang dari 35 tahun, dimana produksi ASI lebih banyak dibandingkan ibu yang berusia lebih dari 35 tahun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>