Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193232 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tutik Ernawati
"Tesis ini membahas korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi sehat usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu. Jakarta Timur tahun 2010. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dan merupakan bagian dari penelitian Medical Research Unit FKUI mengenai Efek Pemberian Makanan Pendamping ASI Tinggi Protein terhadap Tumbuh Kembang Bayi usia 6-11 bulan. Subyek penelitian 55 bayi dan 55 responden yang merupakan ibu subyek penelitian. Data subyek penelitian yang dikumpulkan meliputi panjang badan, berat bedan, asupan kalan, asupan protein, asupan folat, kadar hemoglobin, dan kadat fulat serum. Adapun data yang dikumpulkan dan responden meliputi usia, pekerjaan, pendidikan. pendapatan keluarga dan pengetahuan, sikap serta perilaku respunden tentang ASI dan MPASI.
Subyek terdiri dari 35 bayi; laki-laki dan 20 bayi; perempuan. Subyek penelitian memililh median usia 6~84 dengan usia termuda 6.04 bulan dan usia tertua 8,84 bulan. Rerata usia responden 29±4,93 tahun. sebagian besar ibu tidak bekerja (81,8%) dan berpendidikan rendah (56,4%). lbu dengan usia di atas 35 tahun, yang merupakan risiko tinggi untuk melahirkan masih ada sebenyak 14,5%. Penghasilan berdasarkan upah minimum rata-rata, didapatkan 54,5% berada di bawah UMR. Tingkat pengetahuan responden mengena; ASI dan MP ASI sebagian besar masih kurang (47,3%), sedangkan untuk sikap sebagian besar dalam kategori cukup (54,5%) dan untuk tingkat perilaku sebagian besar masih kurang (45,5%). Rerata PB subyek 68,!2±3,12 cm dan median BB 7,5 kg dengan BB terendah 5,75 kg dan BB tertinggi 14,5 kg. Dari penilaian BMB terdapat 5,5% bayi kurus (Z score <-2 SD), Sedangkan untuk indikator PBIU dengan Z score<-2 SD, didapatkan 3,6% bay! pendek (Slunting). Dari indikator BBIU didapatkan 9,1% bay; dengan z-score <-2 SD. Data asupan eneergi dan food recall yaitu 833,28±I94,54 kkaI per hari dan dan FFQ semikuantitatif 836,88±211,31 kkal perhari, sedangkan asupan protein dari food recall sebesar 17,62±7,98 g perhari dan dan FFQ semikuantitatif diperoIeh median sebesar 17,2 g per hari dengan asupan terendah sebesar 4,8 g dan asupan tertinggi sebesar 46,4 g. Untuk asupan folat dari FFQ semikuantitatif lebih besar dibanding dari food recall dengan median 35,24 ~g per bari, asupan terendah sebesar 0,84 ~g dan asupan tertinggi 182,5 ~g, Asupan folat dari food recall diperoleh median 26,04 pg per hari dengan asupan terendah 0,84 ~g dan asupan terrtinggi sebesar 204,66 ~g. Median kadar folat serum 43,05 nmol/L, dengao kadar folat serum terendah 19,92 nmol/L dan kadar folat serum tertinggi 104,24 nmol/L, Tidak ada subyek yang memiliki kadar folat serum kurang. Rerata kadar Hb sebesar IO,82±I,I2 gldL. Terdapat 25 (45,5%) bayi; anemia. Antara kadar folat serum dengan asupan folat dari FFQ semikuantitatif memllw korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang cukup (r ~ 0,435) dan bermakna (p = 0,001). Demikian juga antara asupan folat dari food recall dengan kadar folat serum memiliki korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang cukup (r = 0,329) dan bermakna (p ~ 0,014).
Hasil penelitian ini diperoleh korelasi yang bermakna antara asupan folat dengan kadar folat serum baik dan foad recall maupun dan FFQ semikuantitatif bayi sehat usia 5-8 bulan di kelurahan Kampung Melayu tahun 2010.

This tesis investigated the correlation between folate intake and serum folate level among health infants aged 6-8 months and its related factors in Kampung Melayu village, East Jakarta 2010. This study used cross-sectional design with infants aged 6-8 months who met the study criteria as the subjects. The respondents were mothers of the infants. Data collected included sex. age. length/height, weight, energy, protein and folate intake (based on a one-month semi quantitative FFQ and I day :24-hour food recall). folate and hemoglobin levels, Data collected from respondents included age, education, income based on average minimum monthly wage (UMR), knowledge. attitude and behavior on infants feeding.
This results was significant positive correlation (p < 0.05) between the folate levels and folate intake, Based on food recall was (r ~ 0,329) and significant (p ~ 0.014), Similarly, between the folate intake from the semiq uantitative FFQ and serum folate levels, there was also a positive correlation (r= 0.435 and p = 0.001). This conclusion was significant correlation between serum folate levels and folate intake among health infants aged that months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32868
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adrina Vanyadhita
"Latar belakang: Defisiensi folat dapat menyebabkan anemia yang dapat menyebabkan masalah pada pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya korelasi antara asupan folat dengan indikator status nutrisi pada bayi usia 6-8 bulan.
Metode: Rancangan penelitian potong lintang ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian Ernawati et al. Lima puluh lima subjek penelitian adalah bayi usia 6-8 bulan yang direkrut dari beberapa posyandu di Kampung Melayu pada bulan November 2009 sampai Februari 2010 yang sesuai kriteria penelitian. Data yang diambil dari subjek adalah jenis kelamin, usia, panjang badan, berat badan dan asupan folat dari food-recall 24 jam.
Hasil: Hasil penelitian mendapatkan 98.2% dari subjek memiliki asupan folat yang kurang dari jumlah rekomendasi AKG 2004. Indikator status nutrisi dengan Z-score < -2 SD pada 55 subjek menemukan 9.1% kurus, 3.6% pendek dan 5.5% dalam keadaan wasted. Tidak terdapat korelasi signifikan antara asupan folat dengan indikator status nutrisi.
Diskusi: Meskipun tidak didapatkan hasil signifikan, hasil penelitian kami dapat memberikan manfaat dalam deteksi dini efek dari defisiensi mikronutrien dan kemungkinan perburukan dimasa mendatang.

Background: Folate deficiency can cause megaloblastic anemia, a condition that may lead to growth impairments. This study was aimed to assess the correlation between folate intake among infants aged 6–8 months and the relation to infants’ nutritional indicators.
Methods: This was a cross-sectional study using the secondary data from a larger study conducted by Ernawati et al. Fifty five subjects of the study were infants aged 6–8 months recruited from several selected community health center in Kampung Melayu during November 2009 to February 2010 who met the study criteria. Data collected among the infants included sex, age, length, weight, and intake of folate based on a 24–hour food recall.
Results: This study documented 98.2% of the subjects have intake lower than the amount recommended in AKG 2004. Nutritional status indicators with Z-score < -2 SD, showed amongst 55 subjects, 9.1% were underweight, 3.6% were stunted and 5.5% were wasted. No significant correlation between folate intake and nutritional status indicators.
Discussion: Despite the insignificant correlation, our findings might be beneficial in describing the early recognition of the effect of a micronutrient intake insuffiency and its potential adverse effect in later life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alberto Lastiko Hanitya
"Kurang lebih 12,49% dari seluruh penduduk Indonesia kini hidup dibawah garis kemiskinan. Hal ini disadari sebagai salah satu risiko mayor terjadinya hambatan dalam tumbuh kembang anak. Karena itu, intervensi dini dirasakan penting untuk mencegah hal-hal tersebut. Studi ini dibuat dengan tujuan untuk mencari korelasi antara indikator status nutrisi dan indikator perkembangan anak berusia 6 hingga 8 bulan.
Studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder dari riset sebelumnya yang dilakukan oleh Sutanto LB, et al. yang berjudul "Efek Pemberian Makanan Pendamping ASI Tinggi Protein Terhadap Tumbuh-Kembang Protein Bayi 6-11 Bulan". Asosiasi antara kedua variabel dinilai menggunakan korelasi Pearson atau Spearmann sesuai dengan normalitas pendistribusian data.
45 subjek berusia 6,84 (6,12 ~ 8,84) bulan direkrut dalam studi ini. 30 (66,67%) berjenis kelamin laki-laki. Berat badan subjek adalah 7,50 (5,75 ~ 14,50) kg secara keseluruhan, dengan panjang badan keseluruhan 68,19 ± 3,12 cm. Nilai CAT DQ keseluruhan adalah 106,69 ± 13,48 dan CLAMS DQ 112,96 ± 13,26. Weight-for-age dan height-for-age berkorelasi terbalik dengan CLAMS DQ (r=-0,415, p=0,005; r=-0,371, p=0,012; berurutan). Di lain pihak, weight-for-height berkorelasi parallel dengan CAT DQ (r=0,361, p=0,015). Pemberian nutrisi yang tepat dan adekuat dapat membantu pertumbuhan, hingga kemudian membantu perkembangan.

About 12,49% of Indonesians are now living in poverty and this is considered a major risk to infants’ growth and development restraint. Therefore, early intervention is important to prevent growth and development problems. The objective of this study is to discover the correlation between nutritional status and developmental status indicators in infants aged 6 to 8 months.
This is a cross-sectional study using secondary data from a previous research performed by Sutanto LB, et al. entitled ”Efek Pemberian Makanan Pendamping ASI Tinggi Protein Terhadap Tumbuh-Kembang Protein Bayi 6-11 Bulan”. Association between the two variables will be assessed using Pearson’s correlation or Spearmann’s according to the distribution normality.
45 subjects aged 6,84 (6,12 ~ 8,84) months old are recruited for this study. 30 (66,67%) of the subjects are male. The subjects are weighed 7,50 (5,75 ~ 14,50) kg overall, and 68,19 ± 3,12 cm long. The subjects scored 106,69 ± 13,48 in CAT DQ and the overall CLAMS DQ was 112,96 ± 13,26. Weight-for-age and height-for-age are correlated with CLAMS DQ disproportionally (r=-0,415, p=0,005; r=-0,371, p=0,012; respectively). On the other hand, weight-for-height is correlated proportionally with CAT DQ (r=0,361, p=0,015). Adequate and appropriate nutrition may lead to the improvement of nutritional status and thus, better development.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Kevin Xaverius Bastanta
"Perkembangan anak di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang belum terselesaikan. Padahal, perkembangan anak yang optimal menentukan kualitas sumber daya manusia nantinya. Faktor yang memengaruhi perkembangan seorang anak dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara faktor sosiodemografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, status ekonomi, dan besar keluarga dengan perkembangan anak usia 6 sampai 36 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anak dengan perkembangan meragukan adalah 40% sedangkan perkembangan menyimpang sebesar 4,8%. Karakteristik anak berdasarkan faktor sosiodemografi adalah sebagai berikut: 44,8% berusia 6-18 bulan; 48% adalah perempuan; 28,8% memiliki ayah dengan pekerjaan formal; 93,6% memiliki ibu dengan pekerjaan informal; 71,2% memiliki ayah dengan pendidikan menengah ? tinggi; 34,4% memiliki ibu dengan pendidikan rendah; 77,6% berada di atas garis kemiskinan; dan 32% tergolong keluraga extended. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pendidikan ayah dan status ekonomi memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (p-value < 0,05) dengan perkembangan anak. Faktor sosiodemografi lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik (p-value > 0,05).

Child development remains one of many unsolved health problems in Indonesia. Eventually, optimal child development determines the quality of human resources in one country. Factors that influence the child development can be divided into two, genetic and environment. This research aims to look for the association between sociodemographic factors such as age, gender, parents? occupation, parents? educational background, economic status, and family structures with development on children aged 6 to 36 months old.
Results show prevalence of doubted development was 40% and deviated development was 4,8%. Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 44,8% aged 6-18 months old; 48% were female; 28,8% had father with formal job; 93,6% had mother with informal job; 71,2% had father with intermediate ? high education; 34,4% had mother with low education; 77,6% were below the poverty line; and 32% classified as extended family. Bivariate analysis test shows father?s educational background and economic status have statistically relevant relation with child development. Other sociodemographic factors show no statistically relevant relation with child development.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ismail Sampurna Putra
"Malnutrisi merupakan masalah besar yang harus dievaluasi lebih lanjut. Tingginya angka malnutrisi di Indonesia mengindikasikan bahwa Pengetahuan, Sikap dan Perilaku/PSP (Knowledge, Attitude and Practice) Ibu terhadap pertumbuhan bayi masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi korelasi antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ibu terhadap bayi nya yang berumur 6-8 bulan, serta meningkatkan kualitas hidup bayi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya, yang berjudul "Korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur" oleh Ernawati et al. PSP ibu diperoleh dari sebaran kuesioner dengan menggunakan linkert scale dan status gizi (Tinggi/Umur, Berat/Umur dan Berati/Tinggi) didapatkan dengan dilakukan pengukuran menggunakan alat. Subjek total yang berpartisipasi pada penilitian ini sebanyak 56 bayi. Jumlah bayi laki-laki lebih banyak (63.6%), daibandingkan dengan perempuan (36.4%). Median umur bayi adalah 6.84, yang tertua 8.84 dan termuda 6.08. Dihasilkan data bahwa kebanyakan ibu memiliki skor yang kurang untuk pengetahuan (47.3%) dan perilaku (45.5%). Tetapi, kebanyakan skor sedang untuk sikap (54.5%). Hanya korelasi antara Z-score Tinggi/Umur dengan Perilaku yang menunjukan hasil signifikan dengan korelasi positif (p<0.005; r = 0.261). Hal ini didasarkan bahwa perilaku merupakan bentuk tindakan langsung terhadap pengetahuan dan sikap, yang sangat berdampak baik terhadap pertumbuhan bayi. Penelitian ini menunjukan bahwa pengertian ibu terhadap asuhan bayi pada komunitas target masih rendah. Oleh karena itu, edukasi lebih lanjut dibutuh demi meningkatkan kualitas hidup bayi.

Malnutrition is a huge problem that has to be further evaluated. High level of malnutrition in Indonesia may indicate that the maternal Knowledge, Attitude and Practice (KAP) is still low. This research aims to evaluate the correlation between maternal KAP to nutritional status indicator of 6-8 month infant and elevate the quality of an infant’s life. The study design used for this research is cross sectional study as a secondary research part of Medical Research Unit FMUI entitled “Korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur” by Ernawati et al. The score of maternal KAP were obtained by questionnaires using Linkert-scale given to the mother and the nutritional status (Height/Age, Weight/Age and Height/Weight) was evaluated using measuring equipment. Results of the normality test of the subject using Kolmogorov-smirnov shows p value <0.001. Total subjects participated in this study were 56 infants Male babies participating are higher (63.6%), compared to female (36.4%). The median age of the respondents is 6.84, with the oldest and the youngest are 8.84 moths and 6.08 months respectively. Most of the mothers have poor knowledge (47.3%) and practice (45.5%). However, mothers have more moderate score on attitude (54.5%). The only result that has a significant with a positive correlation was between Height/Age Z-Score and Practice (p<0.005; r = 0.261). Since maternal practice is a direct application of knowledge and attitude, hence it is necessary for baby’s growth. This study showed that understanding the infant care among mothers in the target community is still low. Thus, further education to the mothers is essential to improve infants’ quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Adhi Darmawan
"Gangguan tidur pada bayi atau anak merupakan masalah yang sering didapatkan orang tua. Sekitar 20-30 % bayi di dunia mengalami gangguan pada tidurnya. Gangguan tidur pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak baik dalam aspek fisik, sosial, kognitif, dan perilaku anak. Hal ini penting karena perkembangan dan pertumbuhan memegang peranan penting hingga usia lima tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mencari prevalensi gangguan tidur dan hubungan antara gangguan tidur dengan perkembangan dan pertumbuhan anak usia usia 6 sampai 36 bulan di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan April 2014 hingga Juli 2015 terhadap 62 anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive dan merupakan studi analitik seksi silang. Pengambilan data pada sampel dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner yang telah di uji coba dan BISQ.
Hasil analisis bivariate menunjukkan P-value >0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gangguan tidur sebanyak 17,7% dari 62 subjek terdiri dari 33 anak laki-laki dan 29 anak perempuan. Dari tingkat pendidikan ayah dan ibu sebagian besar masuk ke dalam kategori menengah dengan 63,4 % dan 59,6%. Sebanyak 59,6 % anak minum ASI pada variabel perilaku anak sebelum tidur dan 38,7 % mengaku biasa saja pada kategori kesulitan menidurkan anak. Pada status gizi dan status perkembangan, 72,7 % anak dikelompokkan ke kategori status gizi normal dan 58% anak dikelompokkan ke kategori status perkembangan sesuai. Setelah dilakukan uji hipotesis Fisher, tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara gangguan tidur dengan pertumbuhan dan perkembangan (P>0,05).

Sleep disorder on kids is a problem that is often faced by parents. Around 20 to 30% babies have sleep disorder worldwide. Sleep disorder can cause disturbance to children?s growth and development. This issue needs to be addressed well, considering this particular age is the golden period that determines the children?s future growth and development. This research aims to seek for the relation between sleep disorder with growth and development on children aged 6 to 36 months in Kampung Melayu, East Jakarta. This research is a cross-sectional study, and the data is taken through anthropometry measurement and filling two sets of questionnaires, general questionnaires regarding growth and development and BISQ. Data is then analyzed in bivariate, which the result shows p value > 0,05. This means that there is no statistically relevant relation between sleep disorder with nutritional status and development.
This study shows that the prevalence of sleep disorder is 17,7% out of 62 subjects, which consist of 33 boys and 29 girls. The education status shows that 63,4% of fathers and 59,6% of mothers are in average category. 59,6% of children are breastfed before sleep and 59,6% of parents don?t undergo significant problems while putting their children to sleep. For the categories of nutritional status and development, 72,7% of children have normal nutritional status and 58% have appropriate development. Through Fisher test, there is no statistically relevant relation between sleep disorder and growth and development (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anin Ika Rosa
"Seng merupakan mikronutrien yang penting dalam masa pertumbuhan anak dan untuk menjaga daya tahan tubuh pada masa pandemi ini. Seng tidak memiliki cadangan yang besar yang dapat menyimpan atau mengeluarkan seng sesuai dengan kebutuhan, sehingga seng menjadi penting untuk diperhatikan kecukupannya. Kekurangan seng lebih mungkin terjadi selama masa kanak-kanak, ketika kebutuhan harian seng lebih tinggi. Defisiensi seng dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan, sehingga dapat berdampak pada status gizi dan pertumbuhan. Kadar seng rambut dapat menggambarkan status seng secara kronis, lebih stabil, dan lebih sesuai digunakan pada anak karena kurang invasive. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi asupan seng dengan kadar seng rambut anak usia 2-3 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data subjek dilakukan di Kelurahan Kampung Melayu (n=70) dan dilakukan pemeriksaan kadar seng rambut. Dari penelitian ini didapatkan median asupan seng adalah 6 (1,2-22,5) mg/hari dan sebanyak 20% anak memiliki asupan seng yang kurang. sedangkan nilai median kadar seng rambut adalah 132 (30-451) μg/g dan sebanyak 17,1% anak memiliki kadar seng rambut dibawah nilai normal. Hasil analisis menunjukkan korelasi negatif sangat lemah antara asupan seng dengan kadar seng rambut, namun secara statistik tidak bermakna (r=-0,077, p=0,528). Sedangkan untuk faktor faktor yang berhubungan, didapatkan hasil korelasi positif lemah bermakna antara nilai VAS nafsu makan dan kadar seng rambut (r=0,247, p=0,039). Sebagai kesimpulan, asupan seng pada anak usia 2-3 tahun tidak berkorelasi dengan kadar seng rambut, dan faktor yang berhubungan dengan kadar seng rambut adalah nilai VAS nafsu makan

Zinc is an important micronutrient in the growth period of children and to maintain the immune system during this pandemic. Zinc does not have a large reserve that can store or release zinc as needed, so it is important to pay attention to its adequacy. Zinc deficiency is more likely during childhood, when daily zinc requirements are higher. Zinc deficiency can cause loss of appetite, which can have an impact on nutritional status and growth. Hair zinc levels can describe chronic zinc status, are more stable, and are more suitable for use in children because they are less invasive. The purpose of this study was to determine the correlation of zinc intake with hair zinc levels of children aged 2-3 years. This study used a cross-sectional design. Subject data collection was carried out in Kampung Melayu Sub-district (n=70) and hair zinc levels were examined. From this study, it was found that the median intake of zinc was 6 (1.2-22.5) mg/day and as many as 20% of children had insufficient zinc intake. while the median hair zinc level was 132 (30-451) g/g and 17.1% of children had hair zinc levels below the normal value. The results of the analysis showed a very weak negative correlation between zinc intake and hair zinc levels, but not statistically significant (r=-0.077, p=0.528). For the associated factors, there was a significant weak positive correlation between VAS appetite value and hair zinc levels (r=0.247, p=0.039). In conclusion, zinc intake in children aged 2-3 years did not have a correlation with hair zinc levels, and factor associated to hair zinc levels was VAS appetite value."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Marsa Nadhira
"Status gizi merupakan salah satu aspek penting kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Sayangnya, di Indonesia, status gizi terutama pada anak masih banyak memiliki masalah. Secara umum, status gizi memiliki hubungan dengan faktor internal, misalnya usia, kondisi fisik, dan infeksi; dan faktor eksternal seperti faktor-faktor sosiodemografi. Selain faktor-faktor di atas, status gizi juga berhubungan dengan perkembangan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan status gizi dengan faktor-faktor sosiodemografi, yaitu usia, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, status ekonomi, dan besar keluarga, juga dengan perkembangan anak usia 6 sampai 60 bulan di Posyandu Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Setelah pengambilan data berupa pengukuran status antropometri dan pengisian kuesioner, hasil analisis bivariat menunjukkan p-value > 0,05 yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara status gizi dengan faktor-faktor sosiodemografi dan perkembangan anak.

Nutritional status is one of the most important aspects of one?s health and welfare. Unfortunately, nutritional status especially among Indonesian children still faces many problems. In general, nutritional status is related to internal factors, such as age, physical condition, and infection; and external factors such as sociodemographic factors. Other than factors stated above, nutritional status is also closely related to children's development.
This research aims to seek for the relation between nutritional status with sociodemographic factors namely age, parents occupation, parents educational background, economic status, and family structures, also with development status on children aged 6 to 60 months old at Posyandu Kampung Melayu, East Jakarta. Data is taken through antropometry measurement and questionnaire filling, and then analyzed in bivariate which shows results of p-value > 0,05. This means that there is no statistically relevant relation between nutritional status with sociodemographic factors and children's developement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofiyah Azizah
"Permasalahan gizi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor dan Indonesia masih belum sepenuhnya mencapai target MDGs mengenai gizi ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dan pola makan dengan status gizi, dimana data didapat dari pengambilan langsung dan data sekunder dari penelitian utama tentang efek suplementasi multipel terhadap kadar hemoglobin anak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 26.32% subjek tergolong status gizi tidak normal (sangat kurus, kurus, dan gemuk; berdasarkan indeks BB/TB). Sebaran karakteristik subjek berdasarkan faktor sosiodemografi adalah sebagai berikut: 65.79% berusia 6-36 bulan; 50.53% adalah perempuan; 67.89% memiliki ayah dengan pekerjaan nonformal; 74.74% memiliki ayah dengan tingkat pendidikan menengah; 60.53% memiliki ibu dengan tingkat pendidikan menengah; 76.84% memiliki keluarga dengan status ekonomi dibawah garis kemiskinan; dan 66.84% tinggal di rumah dengan bentuk keluarga inti. Selain itu didapatkan 64.21% memiliki pola makan tidak baik. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan Uji Chi Square tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara semua variabel faktor sosiodemografi dan pola makan dengan status gizi (p>0.05).

Nutritional problem in Indonesia is affected by multifactorial causes and Indonesia is still not fully achieve the MDGs targets on this point. This research was determined to confirm the association between sociodemographic factors and dietary habit to nutritional status in children aged six to sixty months old using the primary (direct interview) and secondary data from a primary research which studied the effect of multiple micronutrient supplementation on haemoglobin level in children. The result shows that prevalence of bad nutritional status was 26.32% (including underweight and overweight). Characteristics of subjects by sociodemographic factors namely: 65.79% aged 6-36 months old; 50.53% were female; 67.89% had father with informal jobs; 74.74% had father with intermediate education; 60.53% had mother with intermediate education; 76.84% had family that below the poverty line; and 66.84% classified as small family. Then, characteristic of subjects by dietary habit was 64.21% had bad dietary habit. Based on analysis using Chi Square test, there were no significant association between all sociodemographic factors and dietary habit to nutritional status (p>0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Cyko Prasetyo
"Asam folat adalah salah satu mikronutrien yang dibutuhkan pada masa kehamilan, khususnya pada trimester awal. Berdasarkan Riskesdas, kebutuhan asupan asam folat pada ibu trimester awal adalah 600 mcg. Pada ibu hamil defisiensi folat sering terjadi sehingga memberikan banyak efek pada masa kehamilan, seperti berat badan lahir rendah, kejadian defek tabung neural, dan lain-lain. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara asupan asam folat dengan kadar folat dalam darah.
Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan 62 sampel yang berasal dari data sekunder sebuah penelitian primer dengan subjek wanita hamil trimester pertama di rumah sakit yang berlokasi di Jakarta. Data asupan asam folat didapatkan dari FFQ, sedangkan untuk kadar folat darah sewaktu didapatkan melalui pengukuran dengan FBP. Pengolahan data yang digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 20 Mac OSX dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Spearman's.
Pada penelitian ditemukan angka asupan folat yang rendah 25,8% dengan median 23,75 (nilai maksimum 32,4 dan minimum 17,3), namun kadar folat serum dalam darah normal bahkan berlebih pada subjek dengan median 19,34 (nilai minimum 11,67 dan maksimum 34,6). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tidak ditemukan adanya korelasi antara asupan asam folat dengan kadar folat dalam darah dengan nilai (p=0,201) dan nilai r yang rendah (r=0,165).

Folic acid is one of the micronutrients needed during the term of pregnancy, especially in the first smester. Based on Riskesdas, folic acid total intake in the first term pregnancy is 600 mcg. In pregnant women folate deficiency often occurs that gives a lot of effect on pregnancy, such as low birth weight is low, the incidence of neural tube defects, and others. The aim of this study was to determine whether there is a correlation between the intake of folic acid and folate levels in the blood.
The study used cross sectional design using 62 samples derived from secondary data from a primary research with the subject of the first trimester pregnant women in hospitals are located in Jakarta. The measurement used for folic acid intake by using food frequency questionnare (FFQ) and FBL used for measuring folate serum in the blood . Processing of the data used by using SPSS software version 20 Mac OSX using the Kolmogorov-Smirnov test and Spearman's test.
The study found that low folate intake figure of 25.8% with a median of 23.75 (32.4 maximum value and minimum 17.3) and the median of folate serum level is 19,34 (a minimum value of 11, 67 and a maximum of 34.6). Based on research that has been done there is no correlation between folate intake and folate serum level in the first trimester of pregnancy with values (p = 0.201) and a lower value of r (r = 0.165).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>