Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Ririn Andrias
"Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk membandingkan status ketahanan pangan rumah tangga pada keluarga Tenaa Kerja Indonesia Pria dan Wanita, faktor-»faktor penyebab dan dampaknya terhadap status gizi anak. Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga Maret 20l0 di Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jender tenaga kerja Indonesia menentukan status ketahanan pangan rumah tangga. Pada keluarga tenaga kerja pria, juga diketahui memiliki respons pemberian makan anak yang lebih bagus, cenderung memilih fasilitas pencarian pertolongan kesehatan yang formal, melakukan respons yang tepat ketika anak rewel, dan mempunyai pengetahuan mengenai pengasuhan anak yang Iebih baik. Tidak ditemukan perbedaan yang signitikan mengenai status gizi anak pada keluarga Tenaga Kerja Indonesia pria dan wanita.

This cross sectional study was aimed to compare household food security among household attached to male and female migrant worker, its determinant factors and impact on child nutritional status. Study was done in February-March 2010, involving 450 households in Tulungagung Districts, East Java Province, and found gender of the migrant worker is a predictor of household food security status. Household attached to male migrant workers had better responsive feeding, prefer forma] health seeking facilities, did more appropriate response when the child is crying and had better knowledge on child caring. Child nutritional status was not significantly different among two groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32897
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hepi Yunita
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status bekerja dan struktur keluarga terhadap kerawanan pangan rumah tangga dengan anak. Menggunakan Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2018, kerawanan pangan rumah tangga diukur dari kerawanan pangan dimensi akses. Status bekerja diwakili oleh status bekerja kepala rumah tangga dan struktur keluarga diukur dari kehadiran pasangan kepala rumah tangga. Analisis dalam penelitian ini dilakukan di kelompok rumah tangga miskin dan kelompok rumah tangga tidak miskin. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kerawanan pangan juga terjadi pada rumah tangga dengan anak di kedua kelompok rumah tangga. Hasil analisis inferensial menggunakan regresi logistik biner menunjukkan bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja tidak penuh dan rumah tangga dengan kepala rumah tangga menganggur lebih cenderung untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja penuh baik di kelompok rumah tangga miskin maupun kelompok rumah tangga tidak miskin. Sementara rumah tangga dengan kepala rumah tangga bukan angkatan kerja lebih cenderung secara signifikan untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja penuh hanya di kelompok rumah tangga miskin. Selain itu juga ditemukan bahwa rumah tangga orang tua lengkap kurang cenderung untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga orang tua tunggal laki-laki dan rumah tangga orang tua tunggal perempuan.

ABSTARCT
This study aimed to investigate the effect of working status and family structure on food insecurity in households with children. Using the 2018 National Socio-Economic Survey, food insecurity at the households level was measured by the food access dimension of the food insecurity. Working status was represented by the working status of  the head of the household and family structure was measured by presence of the heads partner. The analysis in this study was conducted in poor and non-poor households. Descriptive analysis showed that food insecurity also occured in households with children in both households. Inferential analysis using binary logistic regression showed that households with heads in part-time work and those with unemployed heads were more likely to be food insecure than households with heads in full-time work either in poor households or in non-poor households. Whereas households with heads not in labor force were significantly more likely to be food insecure than households with heads in full-time work only in the poor households. The analysis also showed that two-parent households were less likely to be food insecure than single-male headed households and single-female headed households."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Mauly Rahman
"Kurang gizi adalah masalah kesehatan masyarakat pada baduta di Sulawesi Tengah. Kejadian kurang gizi dapat memberikan dampak morbiditas, mortalitas, dan disabilitas. Kurang gizi dapat terjadi karena berbagai faktor seperti kurangnya asupan makanan, buruknya sanitasi lingkungan, dan rumah tangga tidak tahan pangan. Asupan makanan dapat menurun drastis pada kejadian seperti bencana alam dan konflik sosial dan mampu mempengaruhi status gizi anak. Untuk melihat perbedaan proporsi kejadian underweight berdasarkan ketahanan pangan rumah tangga, dilakukan penelitian cross-sectional pada anak 6-23 bulan di wilayah terdampak bencana alam berupa gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Kota Palu. Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan terdapat perbedaan bermakna status gizi baduta berdasarkan jenis kelamin anak (p value = 0.019; OR=3.750) dan berdasarkan tingkat pendidikan ibu (p value = 0.033; OR=2.804). Usia anak, besar rumah tangga, pekerjaan ibu, pendapatan per kapita rumah tangga, persentase pengeluaran pangan, jenis tempat tinggal, dan praktik pemberian makan pada anak merupakan faktor risiko yang penting pada kejadian underweight dalam penelitian ini, serta dapat digunakan untuk mengevaluasi program gizi dan kesehatan di Kota Palu. 

Malnutrition is a public health problem in children under two years old in Central Sulawesi. Malnutrition can cause morbidity, mortality and disability. It can occur due to various factors such as lack of food intake, poor environmental sanitation, and household level food insecurity. Food intake can drop dramatically in events such as natural disasters and social conflicts and can affect children's nutritional status. To see the difference in the proportion of underweight events based on household food security, a cross-sectional study was conducted on 6-23 months children in the affected area affected of natural disasters such as earthquakes, tsunamis and liquefaction in Palu. The results of chi-square test showed that there were significant differences in nutritional status based on the sex of the child (p value = 0.019; OR = 3.750) and based on the education level of the mother (p value = 0.033; OR = 2.804). Childrens age, household size, mothers occupation, household per capita income, percentage of food expenditure, type of residence, and children feeding practice are important risk factors for underweight events in this study therefore it can be used to evaluate health and nutrition programs in Palu."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siwi Rosari Tunggadewi
"Status gizi anak merupakan salah satu determinan terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dalam jangka panjang. Sesuai dengan ketentuan WHO, kondisi malnutrisi pada anak dapat dikategorikan menjadi stunting, wasting, underweight, dan overweight. Kondisi stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis yang dampaknya terlihat dalam jangka panjang. Kondisi wasting adalah kondisi malnutrisi kronis yang dampaknya dapat terlihat dalam jangka pendek dan memerlukan penanganan intensif sesegera mungkin. Sementara itu, kondisi underweight adalah kondisi yang menggambarkan kondisi stunting dan wasting yang terjadi bersamaan. Penelitian ini menggunakan metode PSM (Propensity Score Matching) untuk mengestimasi dampak dari penerimaan remitansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa remitansi secara signifikan mempengaruhi kondisi stunting dan underweight anak. Sementara itu, penerimaan remitansi baru akan mempengaruhi kondisi wasting pada anak yang tinggal di daerah perkotaan. Ditemukan juga bahwa remitansi berdampak pada peningkatan risiko seorang anak mengalami overweight, khususnya pada anak yang tinggal di Pulau Jawa. Mekanisme dari kejadian ini dapat dijelaskan melalui kurangnya pengasuhan anak karena adanya anggota keluarga yang bermigrasi sehingga meskipun rumah tangga anak tersebut memiliki pendapatan tambahan dari remitansi, makanan yang dikonsumsi justru bukanlah makanan yang bergizi seimbang. Kemudian, apabila remitansi tersebut diperoleh dari ibu yang berperan sebagai migran, diketahui bahwa remitansi justru berdampak negatif terhadap kondisi malnutrisi anak, khususnya pada anak yang tinggal di luar Pulau Jawa dan tinggal di keluarga berpendapatan tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa peran seorang ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat digantikan dalam bentuk materil. Sementara itu, apabila remitansi tersebut diperoleh dari sosok ayah, maka ditemukan penurunan risiko seorang anak untuk mengalami malnutrisi pada ketiga indikator stunting, wasting, dan underweight, khususnya pada anak yang tinggal di Luar Jawa. Oleh karena itu, migrasi paternal memiliki dampak yang lebih baik dibanding migrasi maternal karena laki-laki memiliki kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari wanita dan memiliki kemungkinan untuk memperoleh upah yang lebih besar, sehingga kemungkinan sosok ayah tersebut dapat mengirimkan remitansi menjadi semakin besar.

The nutritional status of children is one of the most important determinants in their long-term growth and development. According to WHO guidelines, malnutrition in children can be categorized into stunting, wasting, underweight, and overweight. Stunting is a condition of chronic malnutrition with long-term impacts, while wasting is acute malnutrition with short-term effects requiring immediate intensive care. Meanwhile, underweight can be defined a combination of stunting and wasting. This study uses the Propensity Score Matching (PSM) method to estimate the impact of remittances. The analysis shows that remittances significantly affect children's stunting and underweight conditions. Remittances then increase the possibilities of a children to be wasted only if that children live in urban areas. It was also found that remittances increase the risk of overweight, particularly for children living in Java. This can be explained by the lack of childcare due to migrating family members; despite additional income from remittances, the consumed food may not be nutritionally balanced. If the remittance comes from a mother who is a migrant that seeks for better job, it negatively impacts child malnutrition, especially for those living outside Java and in high-income families. This indicates that a mother's role in a child's growth and development cannot be replaced materially. In contrast, if the remittance comes from the father, there is a reduction in the risk of malnutrition (stunting, wasting, and underweight), especially for children living outside Java. Therefore, paternal migration has a more positive impact than maternal migration because men have better job opportunities and higher potential wages, increasing the likelihood of sending remittances."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Rizkiani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi individu dan rumah tangga terhadap status nutrisi anak yaitu indeks TB/U dan peluang anak untuk tidak stunting. Penelitian ini menggunakan data longitudinal dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan tahun 2014 dengan metode Panel Linear (OLS) dan Panel Probit dengan random effect. Hasil deskriptif menunjukkan bahwa status nutrisi anak membaik saat anak berusia 7-12 tahun. Sementara, hasil analisis inferensial menemukan bahwa pada level individu, anak yang mengkonsumsi makanan yang beragam memiliki indeks TB/U yang lebih baik dan peluang lebih tinggi untuk tidak stunting. Sementara pada level rumah tangga, pola pengeluaran makanan rumah tangga memengaruhi capaian status nutrisi anak. Penelitian ini juga menunjukkan tidak adanya perbaikan berarti dari sisi kualitas konsumsi individu dan rumah tangga selama tujuh tahun pengamatan. Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya indikasi permasalahan keamanan pangan yang masih tidak baik karena masih rendahnya tingkat pendidikan ibu.

ABSTRACT
This study aims to know the impact of consumption pattern in individual and household level to the children's nutritional status based on height-for-age z-score and probability of not to be stunted on children. This study uses longitudinal data from Indonesian Family Life Survey (IFLS) 2007 and 2014 with Panel Linear (OLS) and Panel Probit with random effect. Descriptive analysis shows that children's nutritional status were getting better at age 7-12 years old. Regression results show that at individual level, children who have dietary diversity score above average have better height-for-age and higher probability of not to be stunted. At household level, food expenditure pattern affect children's nutritional status. This study also shows no significant improvement in the quality of individual and household consumption pattern during the seven years of observation. In addition, this study also indicated of food safety problems due to the low level education of mothers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viviana Kusuma Dewi
"Perkembangan otak yang signifikan terjadi hingga usia 5 tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan ini adalah nutrisi, yang dapat digambarkan dengan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan perkembangan pada usia lima tahun pertama. Penelitian potong lintang ini dilaksanakan di Pancoran Mas, Depok pada tahun 2018 dan Kampung Garungsang dan Kampung Tapos, Bogor pada tahun 2019. Status gizi diukur dengan antropometri dan perkembangan dinilai dengan KPSP. Dari 50 subjek penelitian, 26% anak masing-masing memiliki status gizi berat badan/umur (BB/U) dan tinggi badan/umur (TB/U) yang tidak normal, dan 22% anak dengan tinggi badan/berat badan (TB/BB) yang tidak normal. Lebih dari 60% anak dengan gangguan gizi memiliki perkembangan yang meragukan atau kurang. Sebaliknya, lebih dari 70% anak dengan status gizi normal memiliki perkembangan yang sesuai. Parameter BB/U dan BB/TB berhubungan dengan perkembangan (p = 0.001; p = 0.006), namun tidak TB/U. Faktor lainnya yang berhubungan dengan perkembangan adalah kelompok usia, berat badan lahir, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pengasuh (p < 0.05). Perkembangan anak perlu dipantau secara berkala dengan memperhatikan kecukupan gizi, kesehatan prenatal, dan pengasuhan ibu yang baik untuk perkembangan otak yang optimal.

Major neurodevelopment happens until the age of 5. One of the factors that influence neurodevelopment is nutrition, which can be depicted by nutritional status. This research is to find the association between nutritional status and neurodevelopment in the first five years of age. This cross-sectional research was conducted in Pancoran Mas, Depok in 2018 and Kampung Garungsang and Kampung Tapos, Bogor in 2019. Nutritional status was assessed by anthropometry and neurodevelopment was evaluated using KPSP. Of 50 subjects, there were each 26% of children with abnormal weight for age and abnormal height for age, and 22% of children with abnormal weight for height. More than 60% of undernourished children had poor or questioned neurodevelopment. In contrast, more than 70% of children with normal nutritional status had proper neurodevelopment. Weight for age and weight for height had significant association with neurodevelopment (p = 0.001; p = 0.006), but not height for age. Other factors that were associated with neurodevelopment were age group, birth weight, health check-up, and primary caregiver (p < 0.05). Child development should be monitored regularly and good nutrition, prenatal health, and maternal care should be taken into account for optimal neurodevelopment"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyalina Amalia
"Masalah dalam perkembangan anak banyak dijumpai terutama permasalahan dalam keterlambatan perkembangan anak. Intervensi merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan sejak dini untuk mencegah keterlambatan perkembangan anak. Penelitian dilakukan dengan mencari hubungan antara status perkembangan anak 4-6 tahun di PAUD, Cikini dengan faktor-faktor internal seperti jenis kelamin anak, status gizi, urutan lahir dan jumlah anak dalam satu keluarga.
Metode dari penelitian ini menggunakan studi cross sectional menggunakan alat skrining perkembangan anak berupa kuesioner Parental Evaluation Developmental Status (PEDS) dan diberikan kepada 108 orang tua dari anak-anak di PAUD, Cikini. Data akan diolah dengan menggunakan SPSS 11.5. Subjek hampir sama rata antara anak laki-laki dan perempuan (51.9% dan 48.1% berurutan), sebagian besar lahir sebagai anak pertama (75%) dan sebagian besar memiliki saudara kandung paling tidak lebih dari satu (67.6%). Status gizi, sebagian besar status gizi yang baik (78.7%).
Menggunakan uji Chi-square menemukan bahwa tidak ada hubungan secara statistik antara status perkembangan anak dengan jenis kelamin anak (1,000), urutan lahir (0,095), serta status gizi anak yang dilakukan dengan menggunakan uji fisher exact (0,446). Namun, terlihat adanya hasil signifikan hubungan antara status perkembangan anak dengan jumlah anak dalam suatu keluarga dengan menggunakan uji chi-square (0.044).
Kesimpulan :
1. Tidak ada hubungan secara statistik antara status perkembangan anak dengan jenis kelamin, urutan lahir serta status gizi.
2. Ada hubungan antara status perkembangan anak dengan jumlah anak dalam suatu keluarga.

Problems encountered in the development of children, especially the problem of child developmental delay. Intervention is a very important thing done early to prevent delays in child development. The study was conducted by finding the relationship between the status of the development of children 4-6 years in early childhood education, Cikini by internal factors such as the child's gender, nutritional status, birth order and number of children in one family.
The method of this study used a cross-sectional study, which use child development screening tool in the form of questionnaires (PEDS) and administered to 108 parents of children in early childhood, Cikini. The results of the data processed using SPSS 11.5 and the results show that the subjects almost equally between boys and girls (51.9% and 48.1% respectively), while the majority of children born as the first child (75%) and most had relatives no more than one (67.6%). Looking from nutritional status, most children in PAUD, Cikini have good nutrition (78.7%).
Using the Chi-square test in SPSS found that there was no relationship between children developmental status with child’s gender (1.000), birth order (0.095), and nutritional status were performed using fisher exact test (0.446). However, there has been a significant outcome relationship between child development status by the number of children in a family by using the chi-square test (0,044).
Conclusions are there are no significant statical relationship result between children developmental status with child’s gender, birth order, and nutritional status and there is significant relationship result between children developmental status with number of children in a family.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adilah Fitria Naufal Shabrina
"Indonesia memiliki proporsi pekerja perempuan di sektor informal yang lebih tinggi. Selain itu, Indonesia juga mengalami kondisi beban ganda malnutrisi. Padahal beberapa penelitian menyatakan bahwa anak dengan ibu yang bekerja di sektor informal lebih memiliki kelebihan dalam fleksibilitas waktu dan jarak yang bisa menjadi kelebihan untuk mengurus anak. Hal ini disebabkan jenis pekerjaan pada sektor informal bersifat heterogen dalam tingkat efisiensi. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh status pekerjaan dan jam kerja ibu bekerja terhadap status gizi anak di Indonesia melalui peluang kejadian malnutrisi anak dengan kategori standar z-score IMT (indeks masa tubuh) WHO (World Health Organization). Penelitian ini menggunakan variabel bebas utama status pekerjaan dan jam ibu bekerja pada tahun 2007 dan 2014 dengan variabel terikat peluang kejadian malnutrisi anak pada tahun 2014. Data yang digunakan berasal dari IFLS 4 dan 5 dengan model ekonometrika multinomial logistic regression. Secara umum, anak dengan ibu yang bekerja di sektor formal pada tahun 2014 menaikkan peluang kejadian malnutrisi anak dibandingkan anak dengan ibu yang bekerja di sektor informal. Selain itu, kenaikan jam kerja ibu yang bekerja di sektor formal menurunkan peluang kejadian malnutrisi anak dibandingkan anak dengan ibu yang bekerja di sektor informal.

Indonesia has a higher proportion of female workers in the informal sector. Indonesia is also experiencing double burden of malnutrition. Although several studies state that children with mothers who work in the informal sector have more advantages in flexibility of time and distance which can be an advantage in caring for children. This is because the type of work in the informal sector is heterogeneous in terms of efficiency. The aim of this study is to determine the effect of employment status and working hours of working mothers on the nutritional status of children in Indonesia through the probability of child malnutrition occurring in the WHO (World Health Organization) standard category of BMI z-score (body mass index). This study uses working mothers’ maternal employment’s status and working hours in 2007 and 2014 as interest variables and probability of child malnutrition in 2014 as the dependent variable. The data is from IFLS 4 and 5 and the method that is being used is multinomial logistic regression. In general, children with mothers working in the formal sector in 2014 increases the chance of child malnutrition compared to children with mothers working in the informal sector. In addition, the increase in working hours of mothers who work in the formal sector reduces the chance of child malnutrition compared to children of mothers who work in the informal sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Raudatul Jannah
"Ketahanan keluarga menjadi salah satu faktor tidak langsung permasalahan gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ketahanan keluarga dengan status gizi pada balita usia 2–5 tahun di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan pengambilan sampel sebanyak 121 keluarga dengan balita usia 2-5 tahun di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawangan menggunakan instrumen Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) dan Standar Antropometri Kementerian Kesehatan RI. Data dianalisis menggunakan Uji Spearman Correlation dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna searah dengan kekuatan yang sangat lemah antara ketahanan keluarga dengan status gizi pada balita usia 2-5 tahun (p value = 0,025) dan (r = 0,204). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ketahanan keluarga maka semakin baik juga status gizi balita. Hal ini menjadi penting untuk meningkatkan ketahanan keluarga guna meningkatkan status gizi balita.

Family resilience is an indirect factor in children under five nutrition problems. This study aims to determine the relationship between family resilience and nutritional status in children aged 2–5 years in Depok City. This study used a cross-sectional method with a sample of 121 families with children aged 2-5 years at the Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawangan using the Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) instrument and the Anthropometric Standards Kemenkes RI. Data were analyzed using the Spearman Correlation Test with the result that there was a significant unidirectional relationship with very weak strength between family resilience and nutritional status in toddlers aged 2-5 years (p-value = 0.025) and (r = 0.204). This shows that the higher the level of family resilience, the better the nutritional status of children under five. This is important to increase family resilience to improve the nutritional status of children aged 2-5 years."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenni Kim Dahliana
"Latar belakang. Gangguan perkembangan koordinasi GPK berdampak pada tumbuh kembang anak, dan saat ini belum ada penelitiannya di Indonesia.
Tujuan. Mencari prevalens GPK, tersangka GPK, faktor risiko, serta dampak GPK terhadap tumbuh kembang anak usia sekolah.
Metode. Potong lintang, deskriptif analitik di 4 sekolah dasar: SD Tiara Kasih, SDN 03 Menteng, SDN 01 Menteng di Jakarta dan SD Bina Pratama di Tangerang, pada Nopember 2015 - Nopember 2016. Menggunakan modifikasi terjemahan DCDQ untuk mencari prevalens, dan analisis statistik untuk menilai faktor risiko GPK. Potong lintang perbandingan untuk meneliti dampak GPK terhadap status gizi dengan IMT, perilaku menggunakan SDQ bahasa Indonesia, dan prestasi akademik nilai rapor sekolah. Didapat 27 anak GPK, terjaring dari tersangka GPK, dan dilakukan pemeriksaan BOTMP serta dipasangkan berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkat kelas dengan 54 kontrol.
Hasil. Dari 861 subyek terdapat 104 12 [IK95 9,92-14,28] anak tersangka GPK, dan 27 3,14 [Ik 95 1,98-4,30] anak GPK. Faktor risiko tersangka GPK adalah riwayat keluarga GPK dan keterlambatan perkembangan. Faktor risiko GPK adalah riwayat keluarga GPK. Anak GPK mempunyai kemungkinan peningkatan risiko untuk menjadi obesitas OR 8,31 IK 95 2,54-18,54, gangguan perilaku OR 13,43 IK 95 3,85 ndash;49,53, prestasi akademik lebih rendah OR 39,88 IK 95 6,30 ndash;253,46 dibandingkan kontrol.
Kesimpulan. Prevalens tersangka GPK cukup tinggi dan GPK mempunyai dampak terhadap obesitas, gangguan perilaku, dan prestasi akademik yang rendah pada anak usia sekolah.

Background. Developmental coordination disorder DCD is highly correlated to child 39 s growth and development, however there rsquo s no DCD data available in Indonesia.
Objective. To explore the prevalence and the risk factor of DCD at school age children and its impact on their growth and development.
Methods. Cross sectional descriptive analytic study, data were available from three elementary schools located in Jakarta Tiara Kasih, 03 Menteng, 01 Menteng and one elementary school located in Tangerang Bina Pratama. The Study was conducted between November 2015 and November 2016, to calculate the prevalence of probable DCD by using modified DCDQ Indonesian version. Cross sectional comparative study was also performed to explore the association between DCD and other factors nutritional status using IMT, behavior difficulties, and academic achievement at school age children. Behavior difficulties and academic achievement were assessed using SDQ Indonesian version and teacher reports respectively. Twenty seven children with confirmed DCD were retrieved from probable cases using BOTMP measurement. The confirmed DCD were paired with 54 controls based on gender, age and school grade.
Results. There were 104 probable DCD found from 861 children 12 95 CI 9,92 14,28, whereas only 27 confirmed cases were found 3,14 95 CI 1,98 4,3. The risk factors for probable DCD were delayed development and history of DCD in family, while for confirmed case only history of DCD in family. Children with confirmed DCD had significant increased risk for obesity OR 8,31 95 CI 2,54 18,54, behavior difficulties OR 13,43 95 CI 3,85 49,53, and poorer scores on academic achievement OR 39,88 95 CI 6,30 253,46 if compared to normal children.
Conclusion. The prevalence of DCD is quite high in school age children, and it has impact on their nutritional status, behavior difficulties, and academic achievement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>