Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210744 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ana Afiqotul Azqiyah
"Tesis ini membahas status gizi anak bolita usia 6-59 bulan di Pulau Kalimantan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis regresi logistik dengan efek random digunakan untuk mempelajari determinan status gizi secara hirarki. Sebanyak 23,4% anak balita usia 6-59 bulan di Pulau Kalimantan mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Hasil analisis menunjukkan bahwa provinsi, tingkat pendidikan ibu dan pengeluaran rumah tangga per kapita merupakan determinan sosial ekonomi (distal factors) yang signifikan mempengaruhi status gizi anak usia balita. Faktor lingkungan dan matemal (intermediate factors) yang mempengaruhi status gizi anak usia balita adalah jumlah anggota rumah tangga, jenis kakus, umur ibu dan IMT (lndeks Massa Tubuh) ibu. Umur dan jenis kelamin anak merupakan faktor individual (proximal factors) yang signifikan mempengarubi status gizi anak usia balita. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat interdependensi keluanm (outcome) status gizi antaranak balita usia 6-59 bulan dari ibu yang sama.

The focus of this study is to asses the nutritional status and to determine potential risk factors of malnutrition in children 6-59 months of age in Kalimanlan. The hierarchical logistic regression analysis was used to study relationship between potential determinants of malnutrition, 23,4% of children (6-59 months) in Kalimantan were underweight. The results of analysis show that province, mother's education and per capita family expenditure were the socioeconomic determinants (distal factors) of nutritional status. The environment and maternal factors (intermediate factors} that was associated with children's nutritional status were household size, kind of latrine, mother's age and mother's BMl (Body Mass Index). Children's age and sex were the individual factors (proximal factors) that was significantly related to underweight. There was also outcome interdependency of nutritional status runong children 6M59 months of age with the same mother."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33555
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vitalia Susanti
"Tesis ini bertujuan mengetahui tingkat disahilitas penduduk lanjut usia di Indonesia Serta menguji pengaruh status sosio-demograii, lingkungan fisik, perilaku kesehatan dan penyakit kronik/degeneratif terhadap tingkat disabilitas penduduk lanjut usia di Indonesia, berdasarkan data Susenas dan Riskesdas 2007. Sebanyak 79.445 penduduk berusia 60 tahun keatas menjadi sampel penelitian.
Hasil analisis deskriptif dan inferensial (regresi logistik multinomial) menyatakan bahwa status sosio-demogmfi, lingkungan fisik, perilaku kesehatan dan penyakit kronilddegeneratif berpengaruh terhadap tingkat disabilitas penduduk lanjut usia di Indonesia. Peningkatan pendidikan, pembangunan pedesaan, penerapfan perilaku hidup sehat serta pencegahan penyakit kronik/degeneratif adalah beberapa hal yang direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian.

The goals of this study are to find out the level of disability among older persons in Indonesia and also test the impact of socio-demographic status, physical environment, healthy behavior and several chronic/ degenerative diseases to the level of disability among older persons in Indonesia., based on Susenas and Riskesdas 2007 data. The sample of this study is 79.445 people aged 60 and over.
The results show that socio-demo graphic status, physical environment, behaviour and several clironicfdegenerative diseases determine the level of disability among older persons in Indonesia. Raising the education and rural development, practicing healthy behavior and prevent chronic/degenerative diseases are recommended based on the results of this study.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33224
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Weny Wulandary
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, kesehatan dan gizi ibu yang buruk, pola asuh dan stimulasi psikososial tidak memadai. Tesis ini membahas determinan stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di provinsi NTT sebesar 32,8%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan stunting di antaranya adalah usia anak (OR: 1,723 CI 95% 1,215-2,445), jenis kelamin (OR: 1,777 CI 95% 1,305-2,419), BBLR (OR: 2,106 CI 95% 1,206-3,423), PBLR (OR: 1,768 CI 95% 1,133-2,759), riwayat penyakit infeksi (OR: 1,548 CI 95% 1,141-2,099), tingkat pendidikan ibu (OR: 1,555 CI 95% 1,136-2,127), dan sanitasi jamban (OR: 1,881 CI 95% 1,384-2,555). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor paling dominan terhadap stunting yaitu riwayat penyakit infeksi dengan nilai OR terbesar (p-value 0,003; OR: 2,244). Anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi berisiko stunting sebesar 2,2 kali lebih tinggi dibandingan dengan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol variabel usia anak, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, dan sanitasi jamban.

Stunting is the impaired growth and development that children experience from chronic malnutrition, repeated infection, poor maternal health, and inadequate psychosocial stimulation. The focus of this study is determinants of stunting on 6 – 23 months children in East Nusa Tenggara Province using data from the Study of Indonesian Nutritional Status in 2021. This research is a quantitative study used cross sectional design. The results showed that the proportion of stunting in 6-23 months in NTT province was 32.8%. The results of bivariate analysis showed that variables significantly associated with stunting included child age (OR: 1.723 CI 95% 1.215-2.445), gender (OR: 1.777 CI 95% 1.305-2.419), LBW (OR: 2.106 CI 95% 1.206-3.423), LBH (OR: 1.768 CI 95% 1.133-2.759), history of infectious disease (OR: 1.548 CI 95% 1.141-2.099), maternal education (OR: 1.555 CI 95% 1.136-2.127), and toilet sanitation (OR: 1.881 CI 95% 1.384-2.555). The results of multivariate analysis showed that the most dominant factor of stunting was history of infectious disease (p-value 0,003; OR: 2.244). Children who have history of infectious disease are at risk of stunting by 2.2 times higher than children who do not have history of infectious disease after being controlled by child age, gender, LBW, LBH, and toilet sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Niken Widyastuti
"ABSTRAK
TB paru merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Data WHO 2018 menyebutkan terdapat 1,1 juta kasus TB pada anak-anak terjadi tiap tahunnya. Salah satu penyebab TB pada anak adalah status gizi. Status gizi yang buruk dapat membuat imunitas anak rentan dan dapat terserang Tuberculosis paru. Penelitian ini bertujuan unuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi terhadap kejadian tuberculosis (TB) paru anak usia 1-5 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi crossectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Sampel penelitian adalah anak usia 1-5 tahun dengan jumlah sampel 27779. Variabel perancu jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status imunisasi BCG, status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, keberadaan perokok, dan kondisi fisik rumah. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square Hasil analisis bivariate didapat bahwa terdapat hubungan antara status gizi terhadap tuberculosis paru anak usia 1-5 tahun (p<0,05) dengan PR 1,78 (95% CI; 1,1-2,9). Anak yang memiliki status gizi kurang akan berisiko 1,78 kali mengalami TB paru anak dibanding anak dengan status gizi normal. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan desain yang berbeda dan variabel lainnya.

ABSTRACT
Tuberculosis is one of the causes of morbidity and death that often occurs in children. WHO 2018 data states that there are 1.1 million TB cases in children occur each year. One of the causes of TB in children is nutritional status. Poor nutritional status can make a child's immunity vulnerable and can be affected by pulmonary tuberculosis. This study aims to see whether there is a relationship between nutritional status and the incidence of pulmonary tuberculosis (TB) in children aged 1-5 years in Indonesia. This research is a quantitative study with cross-sectional study design using Riskesdas 2018 data. The sample of the study is children aged 1-5 years with a total sample of 27779. Variable confounding, like as sex,, residence area, BCG immunization status, parental education status, parental employment status old age, the existence of smokers, and the physical condition of the house. Bivariate analysis using Chi-Square test The results of bivariate analysis found that there was a relationship between nutritional status and pulmonary tuberculosis of children aged 1-5 years (p <0.05) with PR 1.78 (95% CI; 1.1-2.9 ). Children who have less nutritional status are 1.78 times at risk of developing pulmonary TB compared to children with normal nutritional status. Further research is needed by using different designs and other variables.(i/>
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraeni Yusup
"Status gizi lebih merupakan salah satu masalah gizi yang sedang dialami Indonesia. Overweight dan obesitas merupakan masalah gizi lebih. Didunia pada tahun 2016 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami overweight. Dari jumlah tersebut, lebih dari 650 juta orang dewasa mengalami obesitas. Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan gizi lebih. Dengan mulai adanya kecendrungan pola konsumsi ke arah makanan yang berisiko di daerah pesisir Indonesia, keadaan ini memungkinkan untuk meningkatnya risiko masalah gizi lebih yang akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan status gizi lebih pada penduduk dewasa umur > 18 di daerah pesisir Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional dari data Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia Tahun 2013. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat distribusi, analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 26,3 penduduk pesisir di Indonesia memiliki status gizi lebih. Determinan status gizi lebih didaerah pesisir adalah umur OR=1,372; 95 CI 1,330-1,415, jenis kelamin OR=1,594; 95 CI 1,532-1,660, tingkat pendidikan OR=0,879; 95 CI 0,847-0,912, status perkawinan OR=2,571; 95 CI 2,464-2,684, status sosial ekonomi OR=0, 377; 95 CI 0,356-0,400 dan OR=0,673; 95 CI 0,646-0,700, tempat tinggal OR=1,252; 95 CI 1,201-1309, aktivitas fisik OR=0,862; 95 CI 0,799-0,930, perilaku sedenter OR=1,061; 95 CI 1,008-1,118 dan OR=1,028; 95 CI 0,991-1,067, kebiasaan merokok OR=0,743; 95 CI 0,710-0,777, konsumsi buah dan sayur OR=0,742; 95 CI 0,480-1,146 dan konsumsi makanan berisiko OR=1,074; 95 CI 0,978-1,179. Dianjurkan kepada penduduk dewasa umur > 18 tahun di daerah pesisir Indonesia untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur dan aktivitas fisik, mengurangi perilaku sedenter dan rutin memantau berat badan.

Overnutritional status is one of the nutrient problems in Indonesia. Overweight and obesity are classified as overnutritiona problem. In the worldwide, 2016, more than 1.9 billion adults about 18 years old and above are overweight. On that population, over 650 million people are obese. Dietary patterns have shifted to high risk food consumption in Coastal area in Indonesia. This condition leads to an increased risk of overnutrition problems that will lead to degenerative diseases. The study aimed to the determinants of overnutritional status in Adult Population Age 18 Years Old In Coastal Area of Indonesia. This Study used a cross sectional design with the source of data used is Riskesdas 2013. Data analysis were done by univariate analysis to see the distribution, bivariate analysis using Chi Square test to see the significance of the relationship between independent and dependent variables and Multivariate analyisis using Logistic regression technique.
The results shows that 26,3 of Population In Coastal Area of Indonesia were overnutrition. Determinants of overnutritional status in coastal area ere age OR 1,372 ; 95 CI 1,330 ; 1,415, sex OR 1,594; 95 CI 1,532 1,660, level of education OR 0,879 95 CI 0,847 ; 0,912, marital status OR 2,571 ; 95 CI 2,464 2,684, social economic status OR 0,377 95 CI 0,356 ; 0,400 dan OR 0,673 95 CI 0,646 ; 0,700, residence OR 1,252 ; 95 CI 1,201 ; 1309, physical activity OR 0,862 ; 95 CI 0,799 0,930, sedentary behavior OR 1,061 95 CI 1,008 ; 1,118 dan OR 1,028 ; 95 CI 0,991 ; 1,067, smoking status OR 0,743 ; 95 CI 0,710 ; 0,777, and food and vegetable consumption OR 0,742 ; 95 ; CI 0,480 ; 1,146, and risk food consumption OR 1,074 ;95 CI 0,978 ; 1,179. Thus, it is recommended for adult aged 18 years in coastal area of Indonesia to increase fruit and vegetable consumption, increase doing physical activity, reduce sedentary behavior and routine to monitoring body weight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Harmany
"Masa anak balita relatif pendek, tetapi sarat dengan proses pertumbuhan dan perkembangan, sehingga masa anak balita tersebut menempati posisi penting dalam siklus kehidupan manusia. Kemiskinan erat hubungannya dengan keadaan gizi balita, karena penduduk miskin memiliki akses yang relatif kecil terhadap kebutuhan pangan dan pelayanan kesehatan dasar, serta biasa hidup dalam lingkungan yang kurang sehat. Umumnya anak balita yang hidup di dalam keluarga miskin mengalami gangguan pertumbuhan dan kurang gizi, namun ternyata ada sebagian. anak balita dan keluarga miskin mempunyai kemampuan untuk bertahan sehingga mampu untuk tumbuh kembang dengan baik. Karena itu timbul pertanyaan, faktor-faktor apakah yang menyebabkan anak balita keluarga miskin dapat mempunyai status gizi baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk rnengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baik anak balita di daerah miskin yaitu Kabupaten Gunung kidul dan Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini menggunakan desain potog lintang (Cross Sectional) dengan 440 jumlah sampel yang diolah dari studi Penyimpangan Positif Status Gizi anak balita dan Faktor yang berperan di Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Sukabumi, suatu penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Bogor bulan April - November 2000.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi gizi baik anak balita di Gunung Kidul 68,01 % dan di Sukabumi 67,43 %, hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan bermakna (p < 0,05) antara status gizi ibu (MT) dengan status gizi baik balita dan antara pendapatan keluarga dengan status gizi baik balita, serta tidak ada hubungan bermakna (P > 0,05) masing-masing antara karakteristik (umur ibu, pendidikan ibu, dan pengetahuan ibu), karakeristik keluarga (jumlah- anggota keluarga, dan keadaan rumah tinggal), konsumsi anak balita (energi dan protein), riwayat kesehatan anak, dan perilaku ibu (gizi dan kesehatan) dengan status gizi baik anak balita. Hasil analisis multivariat regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor yang dominan berhubungan dengan status gizi baik anak balita adalah pendapatan keluarga, status gizi ibu (IMT), dan umur ibu.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proporsi gizi baik masih rendah dan adanya beberapa faktor dominan yang berhubungan dengan status gizi baik anak balita di daerah miskin. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota dalam merencanakan strategi upaya perbaikan konsumsi dan status gizi pada golongan rawan, perlu dipertimbangkan faktor dominan setiap daerah, sehingga strategi program yang telah direncanakan dapat tepat diterapkan pada setiap daerah. Untuk puskesmas perlu lebih digalakan program pemantauan pertumbuhan anak balita dan penyuluhan tentang pentingnya kegunaan KMS untuk memonitor pertumbuhan anak balita melalui penemuan ibu-ibu.

Short period of 0 - 5 years old is full of growth and development processes. Thus, it is the most important stage on human life cycle. Malnutrition is strongly associated with the poverty because of limited access to fill the necessity of food and health service among the poor. Commonly, children under five, who live in poor family, have interference of their development. Nevertheless, some children, who live in economic pressure, can survive to grow and develop well. This phenomenon is called "positive deviance". Then the question appears " What factors operate among those well nourished children ? ".
The purpose of this study is to find out about factors related to children under five's nutritional status in Gunung Kidul and Sukabumi. This study used cross sectional design of 440 children, who have been included, from 450 children as the sample of positive deviance study on children under five's nutritional status and associated factors which have a role in Gunung Kidul and Sukabumi. Nutrition Research and Development Center (Puslitbang) of Bogor did the study in April - November 2000.
The result indicated that proportion of well nourished children under five in Gunung Kidul was 68,01% and 67,43% in. Sukabumi. The chi-.square's test result showed that there's significant association (pO,O5) between mother's characteristics (age, education, and nutrition knowledge), family's characteristic (family's number and the residence's condition), good consumption of children (energy and protein), child morbidity, and mother's attitude (nu lion and health), and child nutrition status. The result of double logistic regression raultivariate analysis showed that family's income, mother's nutritional status, and mother's age are dominant factors which are associated with the children under five's nutritional status.
In summary, the result showed that the proportion of good nutritional status is still low and there are significant factors, which are related to the children under five's nutritional status in destitute area, in the manner of planning strategy to improve the consumption and nutrient status on high risk group, the district health office need to consider the plan which is appropriate with significant factors in each area. So, the program strategy can he applied appropriately. In addition, Health Center (Puskesmas) needs to strengthen the growth monitoring program of children under five and also the use of KMS as a tool to monitor child growth in every contact with mothers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T 11204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Farhanah
"Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.

Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnul Hidayati
"Gizi kurang merupakan penyebab sepertiga kematian pada anak. Beberapa tahun terakhir karena meningkatnya harga pangan dan menurunnya pendapatan telah meningkatkan resiko kekurangan gizi terutama dikalangan anak-anak. Penyebab utama masalah gizi kurang adalah kurangnya asupan makanan atau anak menderita infeksi. Sedangkan penyebab tak langsung adalah ketersediaan pangan, pola asuh anak, pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih. Pada tahun 2009 di Kecamatan Teluk Sampit prevalensi gizi kurus sebesar 21,6%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kabupaten yaitu 14,6%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu, baduta dan keluarga dengan status gizi baduta (6-23 bulan) di Kecamatan Teluk Sampit, menggunakan metode penelitian non eksperimental dengan pengambilan data secara cross sectional. Pengambilan responden sebagai sampel secara simple random sampling.
Hasil analisis univariat menunjukkan baduta dengan status gizi normal 84%, kurus 14% dan sangat kurus 2%. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga dengan status gizi baduta. Pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan di wilayah Kecamatan Teluk Sampit dengan mengembangkan sarana dan prasarana, meningkatkan pendapatan keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, pelatihan manajemen usaha dan penyediaan lapangan kerja sehingga daya beli masyarakat terhadap pangan meningkat.

Undernutrition is an underlying cause of about one third child deaths. Over the past year, rising food prices coupled with falling incomes have increased the risk of malnutrition, especially among children. The general cause of the problem malnutrition in the children are lack of food intake and infection. The indirect cause are the availability of food, child care patterns, health services, sanitation and cleaning water. In the year 2009 prevalence of wasted children in Teluk Sampit was 21.6%, higher when compared to East Kotawaringin district that are 14.6%. This study is aimed to determine the relationship between characteristic of mother, child under two years, and families with a nutritional status of under two years children (6-23 months) in Teluk Sampit sub district. Using non-experimental design where data were collected cross sectionally. Respondents were taken using simple random sampling.
Result showed that children under two years with good nutrient were 84%, wasted were 14% and severely wasted were 2%. Bivariate analysis of the finding showed that there was significant correlation between education, family income and family size with nutritional status. This study suggests that community empowerment needs to be done in Teluk Sampit through developing facilities and infrastructure for increasing family incomes by enhanching, their knowledge and skills, income generating, training and provide employment to increase food purchasing power.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Turjana
"Latar Belakang: Kurang Energi Protein (KEP) sampai saat ini masih menjadi masalah gzi utama di Kabupaten Cianjur. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut baik melalui lintas program maupun lintas sektor yang dalam pelaksanaan kegiatannya lebih dipertajam ke kantong kantong KEP.
Tujuan: Tujuan dari studi ini adalah diketahuinya status gizi balita di Kabupaten Cianjur pada tahun 1996 dan hubungannya dengan tingkat pendidikan ibu, produk domestik regional bruto (PDRB), pencapaian program imunisasi campak, program. penanggulangan ISPA, cakupan pencemaran air bersih (PAB), cakupan jamban keluarga (JAGA), dan partisipasi masyarakat dalam. penimbangan (D/S).
Metode: Studi ini dilaksanakan di 215 posyandu dari 187 desa terpilih dengan perbandingan 164 posyandu dari desa tidak miskin dan 51 posyandu dad desa miskin di seluruh kecamatan yang ada (24 kecamatan). Populasi dan desa miskin di seluruh kecamatan yang ada (24 kecamatan). Populasi dan sampel studi adalah seluruh balita yang ada di posyandu terpilih (215 posyandu).
Hasil: Hasil studi menunjukkan bahwa angka kurang energi protein (KEP) pada balita di Kabupaten DT II Cianjur sebesar 19,4%. Tidak ada kecamatan yang tidak memiliki kantong KKP, angka KEP di kantong-kantong KEP tersebut berkisar antara 12% s.d. 59%. Dari uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara prevalensi KEP total dengan pendidikan ibu, penggunaan air bersih, frekuensi diare, dan penggunaan jamban keluarga. Sementara dengan cakupan imunisasi campak, penanggulangan ISPA, PDRB, dan partisipasi masyarakat di posyandu tidak menunjukkan adanya hubungan.
Simpulan: Mengingat hal diatas, hasil studi ini agar dapat dijadikan bahan masukan bagi perencanaan baik untuk program gizi sendiri maupun untuk program penanggulangan penyakit diare (P2 Diare), program penyediaan air bersih, dan jamban keluarga serta perencanaan koordinasi dengan Depdikbud dalam program kejar paket A dan B untuk daerah dengan KEP tinggi harus mendapat prioritas.

Background: Currently, in District of Cianjur the Protein Calorie Deficiency remains as the major nutritional problem. A lot of effort both in inter programs and inter sector of which the implementation is more ficused to the order to overcome the problem.
Aims: The aims of this study is to obtain the under five children nutritional status in the distric of Cianjur in 1996 and its relations to the mother's educational level, Bruto Regional Domestic Product, the achievement of the measles immunization program, the coverage of the use of clean water, the coverage of the family septic tank toilet and people's participation in the body weight scalling.
Method: This study is carried out in 215 Posyandus (The Integrated Service Post) from 187 selected villages which consist of 164 posyandu of non poor villages and 51 posyandus of poor villages in whole exiting subdistricts (24 subdistrics). The population and samples for this study are all the under five chlidren in the selected posyandus (215 Posyandu).
Result: The study shows that the rate of Protein Calorie Deficiency of under five children in the Distric of Cianjur is 19,4%. All subdistricts have the 'protein calorie deficiency area with the rate of protein calorie deficiency in these areas range between 12% to 59%. The statistical test shows relation of total prevalence of protein calori deficiency and mother's educational level, the use of clean water, the frequency of diarrhoea and the use of family septic tank toilet. Meanwhile, it shows no relation with the coverage of measles immunization, the upper respiratory tract infection overcoming program, bruto regional domestic product, and people's participation in posyandu.
Conclusion: Considering the above matter, the result of this study could be potential input for planning of nutritional program as well as communicable disease control (diarrhoea), clean water provision program and family septic tank toilet. And for coordinating with Departement of Education and Culture in the elimination of illiteracy program A and B in areas of high rate of protein calorie deficiency should be considered as highest priority.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryani
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kegiatan posyandu dan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Silih Nara Kabupaten Aceh Tengah tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data primer dari hasil wawancara dengan pedoman kuesioner dan observasi dengan pedoman checklist serta data sekunder dari hasil laporan gizi Puskesmas dan register posyandu.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan sampel seluruh posyandu dan kader posyandu aktif. Hasil penelitian menunjukkan 96,7% sarana posyandu tidak lengkap, 50,0% posyandu mempunyai kader kurang dari 5 (lima) orang, 83,2% pengetahuan kader kurang, mayoritas kader (93,7%) tidak pernah melakukan penyuluhan gizi, mayoritas kader melakukan PMT Pemulihan kurang dari 90 hari terus menerus, 64,3% kader tidak melakukan tindak lanjut hasil penimbangan, 73,3% posyandu dengan cakupan D/S di bawah target, dan balita dengan status gizi kurang sebanyak 20,86%.
Disarankan agar Dinas Kesehatan mendorong kepala puskesmas lebih memperhatikan program promosi kesehatan terutama program posyandu, meningkatkan pengetahuan kader dengan mengadalan pelatihan kader, dan peningkatan sumber daya manusia promosi kesehatan di tingkat puskesmas. Bagi puskesmas diharapkan peningkatan kualitas dan kuantitas kinerja petugas promosi kesehatan, merekrut kader baru dan melakukan pembinaan berkesinambungan terhadap semua posyandu. Bagi pokja IV PKK agar melakukan pembinaan yang berkesinambungan terhadap kader posyandu, kader dan tokoh masyarakat agar meningkatkan perannya, menambah wawasan dan tokoh masyarakat agar ikut menggerakkan peran serta masyarakat.

The purpose of this study was to determine the activities overview posyandu and nutritional status of children in the region of Nara Reparation Health Center of Central Aceh District in 2012. This study uses primary data from interviews with questionnaires and observation guidelines with the guidelines checklist and report the results of secondary data from Community Health Center and register posyandu nutrition.
The study is a descriptive study, with samples of all posyandu and cadres are active. The results showed 96.7% posyandu no means complete, 50.0% posyandu cadres had less than 5 (five), 83.2% lack of knowledge of cadres, cadres majority (93.7%) have never done nutritional counseling, the majority PMT Recovery cadres do less than 90 days continuously, 64.3% of cadres do not follow up the results of weighing, with coverage of 73.3% posyandu D / S is below the target, and the nutritional status of infants with less as much as 20.86%.
Public Health Service recommended that more attention to health centers encourage the head of health promotion programs, especially programs posyandu, increase knowledge for meaningful training cadre to cadre, and the improvement of human resources in health promotion clinic level. For the clinic is expected to increase the quality and quantity of health promotion staff performance, recruiting new cadres and conduct ongoing training for all posyandu. For the working group in order to guide IV PKK continued to posyandu cadres, cadres and leaders in order to enhance its role, adding insight and community leaders to participate mobilize community participation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>