Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian ini berawal dari pemikiran langkanya basil ekspresi anak dalam
bentuk karya lukis anak. Padahal menggambar dan melukis seharusnya menjadi sarana
anak-anak mewujudkan ekspresinya. Melalui gambar lukisan anak merefleksikan
kemampuan intelektual, perkembangan fisik, persepsi, kreativitas, kepekaan estetiks
dan perkembangan sosialnya.
Melalui kajian teoritis tentang keberhasilan berekspresi dalam benhrk katya
lukis anak, diperoleh veriabel yang diperkitakan mempengarnhi keberhasilan
berekspresi, yaitu kreativitas, berga diri dan prodaktivitas. Unhrk itu diajukan empat
hipotesis peoalitian yang hams diuji kebenara.naya, hipotesis ten;ebut adalah :
L Ada hubungan yang positif dan siguifikan antara kreativitas dan keberhasiian
berekspresi dalam benhrk katya seni lukis anak.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri dan keberbasilan
dalam bentuk katya seni lukis anak.
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antam harga diri dan keberbasilan
berekspresi dalam benhrk katya seni lukis anak
4. Vatiabel kreativitas memberi pengarub lebih besar terhadap keberbasilam
berekspresi dibandingkan dengan variable berga diri dan produktivitas.
Penelitian ini melibetkan siswa kelas N, V dan VI Sekolah Dasar Amitayus
Jl. Sekolah no 6 Jelambar, Jakarta Barat yang mendapat bimbingan khusus Kak Alex
dalam melukis dan menggambar, dan anak-anak yang menjadi anggota sanggar D&P
Jl. Bintaro Tengah Raya TI/52 Bintaro, Jakarta Sclatan.
Sampel penelitian adalah anak-anak yang telah memperoleh penghargaan dalam
Iomba gambar/lukis anak, dan mereka yang pemah mengikuti pameran lukis/ gambar
sejakbulan Juni 1999- Juni 2000.
Untuk mengukur kreativitas, harga diri dan prodnktivitas dignnakan inslrumen yang
disusun sendiri oleh penulis, yang sebelum digunakan telah diuji coba terlebib dahulu
terbadap 33 orang anak.
Dari basil analisis dengan menggunakan Product Moment Person diperoleh infonnasi
bahwa Kreativitas mempunyai hubungan yang kuat dan signifikan dengan
keberhasilan berekspresi (r = 0.698 dengan p = 0.000). Hasil penelitian ini
menunjukkan mesltipun pada usia sekolah dasar (7-12 tahun) anak-anak mergalami
penurunan kreativitas (creativity drop), tetapi diperoleh data bahwa ada hubungan
yang kuat dan signifikan antara kreativitas dan keberbasilan berekspresi dalam bentuk
karya seni lukis anak. Dengan demikian hipotesis pertama diterima.
Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harga diri mempunyai hubungan
yang bermakna dengan keberbasilan berekspresi (r = 0.717 dengan p = 000).
Harga diri sangnt mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang baik terhadap upaya
peningkatm kernampuan diri sendiri maupnn peningkatan peadayagunaan lingkungan
disekitarnya. Dengan demikian hipotesis kedua diterima.
Pada penelitian ini diperoleh pula informasi bahwa produktivitas teroyata tidak
mempunyai hubungan yang bennakua dengan keberbasilan berekspresi (r = -0.193
dengan p = 0.083) Hal ini tidak sesusi dengan pendapat Ovirk dkk (1976) yaog
menyatakan bahwa kemampuan menciptakan produk seni didulrung oleh faktor
kemampuan estetika, ketmmpilan alas material dan penguasaan prinsip seni (lnkis).
Dengan demukian hipotesis kretiga ditolak.
Hipotesis 4 berbunyi :"Variabel kreativitas memberi pengarub yang lebih besar
dibandingkan dengan variabel barga diri dan variebel produktivitas. setelah dilakuksn
uji dengan menggunakan multipel regresi diperoleh data signifikansi p = 0.028. Angka
signifikansi dari variabel kreativitas lebih besar dibandiogkao dengan variabel bargn
diri p = 0.006 yang berarti hipotesis 4 ditolak.
Berdasarkan basil-basil penelitian, kesimpulan dan diskusi dapat diajukan
saran -saran yang diberikan berkaitan dengan :
L Sarnpel Penelitian
Dalam rnenentukan sampel headaknya diusahakan diwakili oleh lebih banyak
murid dari be:rbagai sanggar dan dalarn jumlah yang lebih besar agar diperoleh
sarnpel yang lebih bersifat heterogein
2. Alat yang dipakai dalam penelitian
Alat ukur ini merupakan alat ukur yang disusun sendiri oleh penulis dan barn
pertama kali digunakan kiranya perlu dikembangkan jumlah butir pernyataan
agar diperoleh data yang lebih terperinci dan perbaikan-perbaikan pada
beberapa item pernyataan dalam alat ukur tersebut
3. Variabel Penelitian
a. Mengingat banya 54.1% varian yang dapat dijelaskan dalam variabel
penelitian ini sedangkan 46.9% lainnya merupakan sumbangan dari
variabel diluar penelitian muka diperlukan adanya penelitian yang
lebih mendalam dengan menambabkan variabel-variabel lain yang
dianggap memiliki hubungan dengan keberhasilan berekspresi.
b. Data yang digunukan untuk variabel keberhasilan berekspresi
sebaiknya data primer."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T37924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Widiyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara harga diri akademik, kreativitas dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun. Latar belakang peneliti melakukan penelitian ini berdasarkan rendahnya mutu pendidikan sekolah dasar di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari salah satu indikator yaitu rendahnya prestasi belajar siswa. Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Windham (1990) antara lain adalah karakteristik siswa.
Menurut Ziller (1984), harga diri akademik sebagai salah satu aspek karakteristik siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar, begitu pula yang dikemukakan Pujiyogyanti (1985) bahwa banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan hanya disebabkan oleh tingkat inteligensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, tetapi dapat disebabkan oleh adanya perasaan tidak mampu untuk melakukan tugas.
Aspek karakteristik siswa lainnya adalah kreativitas. Sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa ahli bahwa kreativitas merupakan faktor penting dalam kehidupan. Utami Munandar (1999) mengemukakan mengapa kreativitas begitu bermakna dalam hidup, antara lain karena kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan bare, dan teknologi baru.
Penelitian dilakukan kepada siswa SD kelas tinggi pada satu sekolah dasar di DKI dengan jumlah responden 47 siswa. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan yang signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar siswa usia 10-12 tahun.
2. Ada hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun.
3. Besarnya kontribusi antara harga diri akademik, kreativitas terhadap prestasi belajar pada anak usia 10-12 tahun
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh instrumen, yaitu : 1) kuesioner harga akademik, 2) tes kreativitas verbal, 3) hasil raport cawu tiga, 4) tes intelegensi sebagai data pendukung, 5) format observasi Iingkungan sekolah, 6) format identitas siswa dan latar belakang keluarga, dan 7) format wawancara dengan orang tua siswa.
Untuk membuktikan hipotesis diatas, analisis data yang dilakukan menggunakan perhitungan secara statistik dengan teknik yang digunakan adalah product moment pearson, untuk menjawab hipotesis 1 dan 2. Sedangkan untuk menjawab hipotesis 3 yaitu besamya kontribusi variabel harga diri akademik dan kreativitas terhadap variabel prestasi belajar, peneliti menggunakan teknik analisis regresi linear ganda.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer, yaitu program SPSS. Dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun. Nilai koefisien korelasi -0.007 (jauh lebih rendah dari batas toleransi 0.5) dengan tingkat probabilitas 0.951 (jauh diatas batas toleransi 0.05). Dengan demikian hipotesis altematif pertama (Ha 1) ditolak, dan hipotesis null pertama (Ho 1) diterima.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas anak dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun, dengan nilai koefisien korelasi 0,579 (berada diatas batas toleransi 0.5) dan nilai probabilitas 0.000. Dengan demikian hipotesis altematif kedua (Ha 2) diterima dan hipotesis null kedua (Ho 2) ditolak.
3. Terdapat kontribusi antara harga diri akademik dan kreativitas terhadap prestasi belajar anak usia 10-12 tahun dengan diperolehnya besaran kontribusi 30.7% dari gabungan variabel harga diri akademik dan variabel kreativitas secara simultan terhadap prestasi belajar.
Dari hasil penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa : Ha 1 ditolak, Ha 2 diterima, dan Ha 3 diterima. Ditolaknya hipotesis alternatif satu, yaitu adanya hubungan yang signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar karena diperoleh hasil pada beberapa subyek yang memiliki skor nilai akademik tinggi justru cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah. Hal ini kemungkinan terjadi karena subyek dalam melakukan penilaian harga diri akademik, tidak mengisi berdasarkan keadaan diri yang sebenarnya melainkan berdasarkan, keadaan diri sebagaimana ia harapkan. Faktor penyebab terjadinya hal tersebut dapat disebabkan karena alat ukurnya yang masih memiliki kelemahan baik dalam bentuk, tata bahasa, atau pernyataan-pemyataan yang tidak relevan.
Pembahasan kesimpulan hasil penelitian akan diuraikan dalam diskusi dan diikuti dengan saran-saran yang terkait dengan variabel penelitian, saran praktis, dan saran kebijakan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T18527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"The book of "The Introduction of Preventive Conservation on Painting for visual Art Students" explains how to apply preventive conservation techniques for objects of culture and collection,especially paintings
"
ITJOICT
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Solichin Salam
Jakarta: Pusat Studi dan Penelitian Islam , 1994
927 SOL a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Rudyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara berpikir kreatif dalam musik dengan keberhasilan pendidikan musik, inteligensi dan kreativitas pada murid-murid Sekolah Musik Yayasan Musik Indonesia (YMI). Pada pendidikan di Sekolah Musik, hubungan antara kreativitas dan prestasi musik sangat erat. Tinggi/rendahnya kreativitas musik akan mempengaruhi prestasi murid. Kreativitas musik adalah kemampuan berpikir kreatif dalam musik yang tercermin dalam aspek 'musical flexibility', 'musical originality', 'musical syntax' dan 'musicalextensiveness'. Sedangkan prestasi musik adalah nilai yang diperoleh siswa atas dasar penilaian guru terhadap les murid sehari-hari. Penilaian itu mencakup 'hearing', 'sight reading', `improvisasi`, 'aransemen' dan 'performance'.
Subyek penelitian adalah murid-murid Sekolah Musik YMI yang telah mengikuti pendidikan musik kira-kira dua tahun dan berusia 10-15 tahun. Alat penelitian yang dipakai adalah alat ukur berpikir kreatif dalam musik ciptaan Webster dari USA. Oleh karena itu alat ini diadaptasi terlebih dahulu untuk penggunaan di Indonesia. Alat tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia lalu di uji coba apakah dimengerti dan sesuai dengan budaya anak-anak Indonesia. Selain itu dicari keterandalan dan kesahihannya. Alat penelitian lain yang dipakai adalah CFIT (Culture Fair Intelligence Test) skala 2 bentuk A, tes kreativitas verbal paralel I dan tes kreativitas figural. Ketiga tes ini dipakai dalam rangka melihat hubungan antara berpikir kreatif dalam musik dengan inteligensi dan kreativitas umum.
Hasil penelitian menunjukkan :
  1. Korelasi antara skor berpikir kreatif dalam musik yang tercermin dalam skor 'musical flexibility' (MF), 'musical originality' (MO), 'musical syntax' (MS) dan murid Sekolah Musik YMI tergolong tinggi.(=.63355).
  2. Korelasi MF, MO, MS, ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes inteligensi (CFIT) dimana efek usia dikontrol adalah kecil (=.21587) dan tidak signifi - kan.
  3. Korelasi MF,MC,MS,ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes kreativitas verbal (TKV) dimana efek usia dikontrol menjadi kecil (=.05855) dan tidak signifikan.
  4. Korelasi MF, MO, MS, ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes kreativitas figural (TKF) dimana efek usia dikontrol adalah sangat kecil (=.03251) dan tidak signifikan.
Penulis menyarankan untuk meninjau kembali dan mempersingkat sistem tes berpikir kreatif dalam musik meneliti pengaruh atau mengontrol faktor pribadi, motivasi dan lingkungan. Selain itu mengkaitkan dengan tujuan khusus para musisi seperti 'music composition', musical extensiveness' (ME) dengan prestasi musik 'music performance' dan 'music analysis'. Saran lain menyangkut jumlah subyek penelitian, usia subyek penelitian, variasi jenis pendidikan musik yang ditempuh murid dan lokasi pelaksanaan penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronni Rombe
"Jakarta adalah kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Selain padat penduduk Jakarta juga berasal dari berbagai daerah dan suku dengan perkembangan yang tinggi. Perkembangan masyarakat ini juga menimbulkan berbagai masalah-masalah sosial yang sebelumnya tidak terpikirkan. Salah satu masalah sosial yang seringkali terjadi adalah masalah perkelahian antar pelajar. Dari statistik terlihat bahwa akibat dari perkelahian pelajar inipada tahun 1996 tercatat 73 orang luka ringan, 19 orang Iuka berat,dan 13 orang meninggal, belum lagi kerusakan-kerusakan fasilitas umum lainnya. Umumnya perkelahian yang dilakukan oleh para peiajar ini terjadi karena hal yang sepele, tetapi adanya nilai solidaritas yang tinggi yang ditampilkan melalui tingkah laku konform dalam kelompok kemudian memperkuat tingkah laku mereka. Yang jadi pertanyaan kemudian adalah apakah mereka ini terlibat perkelahian pelajar hanya untuk diterima oleh kelompoknya atau mereka berkelahi memang karena kemauan sendiri dan kebetulan sesuai dengan keinginan kelompok mereka.
Pada masa remaja ini memang ada dorongan yang kuat dari dalam diri remaja untuk dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya. Tingkat kesetiakawanan mereka lebih tinggi pada teman sebaya daripada kepada lembaga (SMU/Sekolah). Hal ini mendorong mereka untuk konform dengan harapan dan tuntutan kelompok yang mereka terima. Keinginan untuk konform ini didasari juga oleh adanya norma yang berlaku didalam kelompok dan ketakutan akan sanksi yang akan diberikan kelompok bila individu melanggar norma tersebut.
Konformitas merupakan perubahan tingkah laku dari individu sehingga makin menyerupai tingkah laku kelompok. Konformitas mempunyai 2 bentuk yaitu Acceptance dan Compliance. Pada bentuk konformitas compliance individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah laku lersebut, sedangkan pada bentuk konformitas acceptance, tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya.
Dalam kaitannya dengan harga diri, individu yang mudah terpengaruh, mudah terbawa arus, tidak memiliki keberanian menolak ajakan teman serta takut kehilangan kawan dikatakan memiliki harga diri yang rendah. Tingkat kesetiakawanan mereka yang tinggi lebih didasari adanya rasa takut dianggap tidak konform dengan tuntutan dan harapan kelompoknya.
Harga diri merupakan penilaian individu terhadap diri, yang kemudian diekspresikan dalam sikap terhadap dirinya tersebut. Harga diri juga dapat diartikan sebagai penilaian antara 2 kemampuan pengenalan diri, yaitu pengenalan seseorang akan kualitas dirinya yang sesungguhnya (actual self ) dan pandangan tentang bagaimana orang tersebut seharusnya (ideal self). Keseimbangan antara actual self dan ideal self ini menentukan bagaimana individu menilai dirinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dikatakan bahwa individu yang menampilkan konformitas compliance memiliki harga diri yang lebih rendah daripada individu yang menampilkan konformitas acceptance, karena mereka kurang berani menampilkan diri mereka yang sesungguhnya (actual self-nya rendah), kurang memiliki penghargaan yang baik terhadap diri dan mudah untuk mengikuti tekanan kelompok.
Didalam penelitian ini yang ingin dikaji adalah bagaimana hubungan antara bentuk konformitas yang ditampilkan remaja yang terlibat perkelahian pelajar dengan tingkat harga diri yang mereka. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah apakah ada hubungan antara tingkat harga diri dengan bentuk konformitas siswa SMU dalam perkelahian pelajar?
Penelitian ini dilakukan di Jakarta terhadap 60 responden. Sampel penelitian ini adalah siswa SMU pelaku perkelahian pelajar, dengan rentang usia antara 15-I9 tahun, dan pernah terlibat dalam perkelahian pelajar dalam 6 bulan terakhir. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur konformitas yang dikonstruk sendiri oleh peneliti dan Self Esteem Inventory dari Coopersmith.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara bentuk konformitas dengan tingkat harga diri yang dimiliki oleh individu, Walaupun demikian terlihat bahwa frekuensi tinggi pada subyek dengan bentuk konformitas acceptance juga dimiliki oleh subyek dengan tingkat harga diri tinggi dan frekuensi rendah terlihat pada subyek dengan tingkat harga diri rendah pula, sedangkan pada bentuk konformitas compliance tidak terlihat adanya perbedaan tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suratmin, compiler
Jakarta: Museum Basoeki Abdullah: Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009
R 927.598 SUR r (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Herawati
"Penelitian ini bermula dari pemikiran tentang makin diperlukannya sumbangan dari ilmuwan-ilmuwan yang kreatif guna menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang kadang-kadang sukar diramalkan sebelumnya. Pribadi-pribadi yang mampu memberikan sumbangan yang kreatif dan konstruktif diduga adalah pribadi-pribadi yang bermental sehat atau pribadi-pribadi yang mempunyai penyesuaian diri positif. Sementara itu, penelitian tentang stabilitas emosional ataupun penyesuaian diri dari ilmuwan-ilmuwan kreatif dari beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda, walaupun melalui kajian teoritis sukar untuk dibuktikan bahwa pribadi yang kreatif mempunyai penyesuaian diri ataupun kesehatan mental yang kurang baik apabila dibandingkan dengan populasi pada umumnya.
Kenyataan tersebut akan diperjelas dengan mengadakan penelitian tentang bagaimana hubungan antara kreativitas dengan penyesuaian diri, di mana inteligensi juga diperhatikan sebagai salah satu variabel yang menurut Scheneiders (1964) ikut mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. Dalam penelitian ini mahasiswa dipilih sebagai subjek penelitian mengingat bahwa mahasiswa sebagai calon ilmuwan suatu saat diharapkan dapat memberikan sumbangan yang kreatif bagi masa depan bangsa dan negara.
Melalui kajian teoritis tentang kreativitas, inteligensi dan penyesuaian diri, maka dalam penelitian ini diajukan sepuluh buah hipotesis yang diuji kebenarannya pada 220 orang sampel mahasiswa dari Universitas Surabaya, yang terdiri dari 110 mahasiswa pria dan 110 mahasiswa wanita.
Dari sepuluh buah hipotesis tersebut, ada lima buah hipotesis yang dinyatakan diterima atau terbukti dan lima buah hipotesis lainnya dinyatakan ditolak atau tidak terbukti. Hipotesis-hipotesis yang diterima atau terbukti adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1 : "Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif, inteligensi dan ciri-ciri kepribadian kreatif secara bersama-sama terhadap penyesuaian diri".
Hipotesis 5:?Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan intelegensi?
Hipotesis 6: ?Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan ciri-ciri kepribadian kreatif?
Hipotesis 7: ?Ada perbedaan yanng signifikan pada kemampuan berpikir kreatif antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita?
Hipotesis 9: ?Ada perbedaan yang signifikan pada ciri-ciri kepribadian kreatif antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita?
Hipotesis-hipotesis yang ditolak atau tidak terbukti adalah sebagai berikut:
Hipotesis 2 : "Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan penyesuaian diri, setelah dikontrol variabel inteligensi dan ciri-ciri kepribadian kreatif". Hipotesis 3 : "Ada hubungan yang signifikan antara inteligensi, dengan penyesuaian diri, setelah dikontrol variabel kemampuan berpikir kreatif dan ciri-ciri kepribadian kreatif".
Hipotesis 4 : "Ada hubungan yang signifikan antara ciri-ciri kepribadian kreatif dengan penyesuaian diri, setelah dikontrol variabel kemampuan berpikir kreatif dan inteligensi".
Hipotesis 8 "Ada perbedaan yang signifikan pada inteligensi antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita".
Hipotesis 10 "Ada perbedaan yang signifikan pada penyesuaian diri antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita".
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini di waktu yang akan datang, penulis menyarankan perlunya perluasan sampel sehingga hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan dalam lingkup yang lebih luas, adanya penelitian sejenis dengan menggunakan alat ukur lain untuk mengungkap suatu variabel, serta perlunya penelitian untuk menguji validitas eksternal agar reliabilitas dengan metoda dan teknik lain dari Skala Kepribadian Kreatif dan Skala Penyesuaian Diri yang disusun untuk keperluan penelitian ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Di tengah serbuan arus informasi pada era globalisasi sekarang ini, manusia
dihadapkan pada tingginya kompetisi. Kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
yang demikian cepat dapat membuat manusia tertinggal oleh perubahan yang ada.
Karenanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibarengi dengan
kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang juga kian kompleks. Di sini
terlihat arti penting pengembangan kreativitas , sejalan dengan upaya untuk
menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh.
Bagi bangsa Indonesia, upaya pengembangan kreativitas menjadi hal yang
mendesak. Ini berkaitan dengan adanya kenyataan akan lemahnya kreativitas
masyarakat Indonesia (Supriadi, 1994). Kesenjangan antara hal yang ideal dengan
kenyataan di lapangan , mendorong penulis untuk meneliti bagaimana hubungan
antara kreativitas, dalam hal ini sikap kreatif dengan sejumlah variabel.
Dalam Alisjahbana (1983), dikatakan bahwa rendahnya kreativitas di
Indonesia antara lain diduga karena masih dominannya sikap santai. Selain sikap
tersebut, dalam budaya kolektivis individu juga kurang tampil sebagai pribadi yang
utuh, mereka terlalu melebur (Alisjallbana, 1983). Konformitas semacam ini
menghalangi munculnya kreativitas individu. Di sisi lain, budaya individualis yang
mengutamakan kebebasan indiyidu diduga akan ikut menunjang kreativitas. Dalam
penelitian ini ingin dilihat apakah ada hubungan antara nilai idiosentrisme dengan
sikap kreatif. Idiosentrisme adalah sebutan lain untuk konsep individualisme pada
tataran individu.
Selain faktor individualisme di atas, penulis juga menduga bahwa faktor
kepribadian mempunyai peran terhadap sikap kreatif. Dalam hal ini penulis
rnengangkat konsep harga diri. Secara teoritis respon individu akan berbeda
tergantung tingkat harga dirinya. Berdasarkan hal tersebut maka diduga sikap kreatif
sebagai respon seseorang juga akan beragam tergantung tingkat harga dirinya.
Mengenai harga diri, dikatakan bahwa individu yang mampu mengembangkan
harga diri yang positif maka akan mencapai taraf aktualisasi diri atau berfungsi
sepenuhnya (dalam Schultz, 1991). Salah satu ciri mereka adalah adanya
kemampuan untuk mengekspresikan diri secara otonom serta dimilikinya keyakinan
diri yang kuat. Selain itu mereka juga lebih ulet (Leary, dkk, 1995). Penulis
menduga, sejumlah ciri tersebut akan berhubungan dengan sikap kreatif.
Penelitian ini melibatkan sampel remaja. Hal ini didasari oleh kenyataan
bahwa dari segi kuantitas, jumlah mereka adalah satu per lima dari seluruh
penduduk Indonesia. Jadi mereka melupakan aset yang besar bagi bangsa Selnin itu, adanya temuan yang memperlihatkan hubungan yang negatif antara
proses berpikir remaja dengan kreativitas ikut mendorong penulis (Wolf dalam
Rice, 1990).
Sebanyak 52 orang subyek dilibatkan dalam penelitian, di mana mereka
diambil dengan cara non probability sampling. Alat ukur yang dipergunakan
berupa kuesioner Skala Sikap Kreatif (Singgih, 1990), Indcol 1994 (Triandis, 1994)
dan Culture Free Self Esteem Inventory (Battle, 1981).
Dengan menggunakan teknik perhitungan multiple regression, penulis
mendapatkan sejumlah hasil. Secara keseluruhan ditemukan adanya hubungan
yang signifikan antara idiosentrisme dan harga diri dengan sikap kreatif. Variabilitas
SK yang dipengaruhi oleh interaksi ke dua variabel adalah sebesar 14,235 %.
Sementara dengan mengontrol salah satu variabel, ternyata hanya variabel harga diri
yang berhubungan secara signifikan dengan sikap kreatif pada los 0,05 ; dengan
sumbangan varians sebesar 39,9 %. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
skor harga diri maka makin tinggi pula skor sikap kreatif subyek. Sedangkan
idiosentrisme tidak secara signifikan berhubungan dengan sikap kreatif. Dari hasil
tambahan juga terlihat bahwa mayoritas subyek memiliki Sikap Kreatif (SK)
sedang (73,1 %). Mean skor SK subyek yang antara lain dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, jabatan dalam kegiatan Ekstra Kurikuler di Sekolah,
kegiatan membaca di waktu luang, , temyata juga tidak berbeda secara signifikan.
Sehubungan dengan hasil yang tidak signifikan antara idiosentrisme dengan
sikap kreatif dapat dikatakan bahwa idiosentrisme tidak selalu berhubungan
dengan sikap kreatif. Dalam hal ini dapat muncul dugaan baru, yakni alosentrisme
lah yang ternyata berhubungan dengan sikap kreatif. Diduga teori yang dijadikan
kerangka analisis dalam penelitian ini kurang sesuai dengan keadaan di Indonesia,
atau dunia Timur (kolektivis/alosentris) pada umumnya. Artinya, bisa saja kondisi
sosial yang dituntut unluk tumbuhnya kreativitas manusia Timur dan Barat tidak
seluruhnya sama. Ini dituniang oleh sejumlah fakta yang diduga mempengaruhi
kreativitas , yakni antara lain adalah adanya persepsi bahwa kerja merupakan
sebuah pengabdian, adanya daya tahan dan kegigihan untuk menghasilkan prestasi
yang maksimal, tidak cepat puas (ada delay gratification) , kemauan untuk bekerja
keras dalam waktu yang lama, adanya wawasan ke depan (orientasi futuristik) yang
mendorong mereka untuk gigih , tabah dan percaya diri. Penulis juga memandang
ada faktor lain yang ikut berperan, yakni pengalaman sejarah, ketidak pastian masa
depan dan kondisi alam.
Mengingat gambaran di atas maka diperlukan kajian yang lebih mendalam,
antara lain dengan memperluas sampel dan ruang lingkup aspek yang dilibatkan.
Instrumen penelitian juga perlu diperbaiki. Sementara saran aplikatif yang mungkin
diwujudkan antara lain adalah perlunya pengembangan dan pemupukan harga diri."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>