Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139588 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ijang Budiana Nur
"Public health center as the &ont line in health development must increase management execution so that in conduct health service can in an optimal fashion. Not yet activity program achievement pickings the maximal at public health center exist in Tasikmalaya regency, show that utilization public health center as according to the fimction by society not yet optimal, mean that performance public health center in this case concem management execution public health center at Tasikmalaya regency still necessary increased again, because function and good management execution very influential towards success a program or well~being efforts that done public health center. Central figure in management execution that is head public health center, there education background medical scholar, society health scholar, and general scholar/nurse.
This research aims to detect description management process execution at public health center and factors that connected management process public health center that lead by head public health center that background education differ at Tasikmalaya regency in year 2006, with system approaching consist of input variable (human resource : official total, leadership, erudition, motivation, double function, work load, repaymenthncentive, limd, and infrastnicnue tools), process (planning, activation and execution, monitoring, controlling, constmction, and evaluation) and output variable (perfomiance public health center).
This research is done with qualitative approach with analytic plan passes in-depth interview, observation, and document study in six public health center that canvassed, and research time in April and May 2007. From result research inferential that in carry out management function at public health center, each public health center both for led by education medical scholar, society health scholar, and general scholar/nurse, in apply strategy, integrate and coordinating, motivating, overcome conflict, ascertain activity execution, and evaluate activity result, very various, but in principle that all can done in the effort subsidize management iiinction execution at public health center.
As to lixctors that management execution public health center, with deficit existence or energy limitedness or human resource either through also quality, directly also not direct influence management function execution at public health center, also operational fund public health center that felled less, for infrastructure tool, physical building Karangjaya public health center improper wear, construction under communication from regcncy health senrice. also not yet optimal. in management function execution, begin from planning/PZKT, activation and execution that is workshop monthly at public health center, supervision, control, constmction, and evaluation, each public health center carry out, but in the case of the execution not yet optimal, especially in planning/P2l"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idris
"Pembangunan kesehatan bertujuan untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. Untuk mencapai keadaan tersebut diperlukan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan tersebut dilakukan di Puskesmas, terselenggaranya kegiatan tersebut memerlukan sumber daya.
Di Puskesmas sumber daya yang penting adalah sumber daya manusia terutama tenaga dokter karena dokter di Puskesmas akan berfungsi ganda yaitu sebagai pelayan kesehatan dan pemimpin Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan tersebut seorang dokter harus mempunyai dua kemampuan yaitu managerial skill dan medical skill, dengan demikian diharapkan kinerja Puskesmas di Kabupaten Musi Rawas dapat ditingkatkan.
Kenyataannya di kabupaten Musi rawas, manajemen Puskesmas 80 % baik tetapi bila melihat strata Puskesmas maka yang berstrata I hanya 30 %, keadaan ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang ada yaitu manajemen yang baik akan diikuti oleh kinerja yang baik, oleh karena itu informasi tentang manajemen Puskesmas di Kabupaten Musi rawas diragukan kebenarannya, sehingga menarik untuk diteliti.
Berkaitan dengan hal tersebut penelitian ini mencoba untuk menggali informasi tentang manajemen Puskesmas yaitu perencanaan, penggerakan kegiatan dan Penilaian di Kabupaten Musi rawas yang dipimpin oleh dokter PTT karena sebagian besar Puskesmas dipimpin oleh dokter PTT.
Penelitian ini dilakukan di 3 Puskesmas yaitu; Puskesmas Taba, Puskesmas Muara Kelingi dan Puskesmas Muara Kulam serta pendekatan yang digunakan kualitatif, untuk mendapatkan informasi dari responden digunakan wawancara mendalam dan observasi dokumen, sedangkan untuk menganalisa hasil penelitian dengan content analysis (analisa isi). Hasil penelitian tersebut ternyata perencanaan dibuat berdasarkan instruksi dari atasan, beberapa Puskesmas tidak memiliki uraian tugas, penunjukan petugas dilakukan secara lisan, koordinasi dengan lintas sektoral tidak dilaksanakan, lokakarya mini dilaksanakan tidak sebagaimana mestinya, pimpinan Puskesmas tidak memiliki kemampuan dalam memotivasi petugas, pengendalian tidak dilaksanakan dan masih terdapat beberapa petugas yang tidak mengetahui indikator tugasnya.
Disarankan agar Pemerintah Kabupaten Musi rawas tidak menunjuk dokter PTT menjadi pimpinan Puskesmas tetapi sebaiknya Sarjana Kesehatan atau Sarjana Kesehatan Masyarakat, sehingga dokter diharapkan dapat menjalankan tugasnya sebagai pelayan kesehatan dengan baik.

Analysis Of Public Health Centers Management Realization Which Lead By Non-Permanent Physicians In Musi Rawas Regency, 2001"Health development aimed to achieve healthy life ability for every citizen, to do this it needs some integrated efforts through promotive, preventive, curative, and rehabilitative action, and these actions need resources.
In primary Public health centers, non-permanent physicians beside as the head also as health service officer, which mean they should have managerial skill to improve Puskesmas performance.
Data showed that in Musi Rawas regency 80% Puskesmas have good management, but that which in level 1 stratum just 30%, this information seem peculiar and doubted, so this research aimed to reveal and digging more information about Puskesmas management such as, planning, activity movement , and assessment in Puskesmas which headed by non-permanent physicians.
This research carried out in 3 Public Health Centers Taba which representing city public healt center, puskesmas Muara Kelingi which representing ADB and sub district puskesmas, and puskesmas Muara Kulam which representing sub-urban or solated puskesmas. Using qualitative approach, collecting information from respondents by detailed interview, and documents observation, the results analysed by content analysing.
Results of this research are: the planning was made by superintendent instruction, some puskesmas didn't have job descriptions, officer placed by direct order, there wasn't cross sectoraI coordination, not carrying out mini seminar routinely, the Head of puskesmas did not have ability to motivated officers, no controlling, and some do not know their tasks.
It recommends the authority or local government not assigning non-permanent physicians to lead puskesmas, but only do their work in medical services not in managerial, and assign the other health officer which competence in managerial works."
2001
T3122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Ayu Puspita
"Sejalan dengan gencarnya isu reformasi, desentralisasi dalam bcntuk otouomi
daerah menj adi tuntutan banyak pihak_ Pada akhirnya, pemberlakuan otonomi daerah ini
akan membawa dampak hagi bidang kesehatan, yang sa\ah satunya adalah Puskesmas.
Maka dari itu, mengantisipasi kemungkinan timbulnya masalah yang lebih besar,
Puskesmas diarahkan menj adi unit swadana daerah.
Berkaitan dengan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentiiikasi
transformasi Puskesmas Swadana, dengan fokus kajian pada proses perencanaan dan
pengeiolaan penerimaan fungsionnl pada Puskcsmas Swadana di DK] Jakarta, tepatnya
di Puskesmas Kecamatan Tebet dan Jatinegam. Proses perencanaan dan pengclolaan
pcnerimaan fungsional ini akan dibandingkan secara vertikal dan horisontal
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggmmakan pendekatan
kualitatif Data diperoleh melalui observasi, penelusuran data sekunder, dan wawanoara
mendalam dengan 10 [nforman di Puskesmas Kecamatan Tebet dan 6 informan di
Puskesmas Kecamatan Jatinegnra. Informan ini adalah orang-orang yang berkepentingan
dan memahami proses pembahan yang texjadi di kedua Puskesmas ini ketika menjadi
Puskesmas Swadana - meskipun dalam SK Gubemur No. 39 Tahun 2000 masih disebut
sebagai uji coba unit swadana daerah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara persamaan antara sebelum
dan sesudah swadana adalah proses perencanaan mengikuti tahapan-tahapan mulai dad
analisis situasi sampai pada penyusmman rencana operasional dan sumber peneximaan fungsional berasal dan reuibusi pasien. Sementara ing perbedaan antara sebelum dan
sesudah menjadi Puskesmas Swadana antara lain bahwa setelah menjadi Puskesmas
Swadana terdapat kemandirian dalam proses percncanaan (bottom up planning;
integrated planning with budgetting dan target-based budgettfng), pengelolaan 100%
penerimaan fimgsional, berlaku reward system, kapasitas sumber daya manusia
diperhatikan, dan perubahan struktur organisasi yang lebih disesuaikan dengan
kebutuhan, dibandingkan bila sebelum swadana, tidak ada kemandirian dalam proses
perencanaan (top dawn planning, _fragmented planning with budgetting dan budget-
based activities), tidak memiliki wewenang dalam xnengelola penerimaan fmmgsional
(l00% disetor kc kas daerah), tidak berlaku reward system secara jelas, pautisipasi staf
rendah dan struktur organisasi sama dengan struktur organisasi Puskesmas lainnya di
Indonesia.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa di antara kedua Puskcsmas swadana
jugs mcmiliki persamaan mendasar, antara lain kemandirian proses perencanaan
(bottom up planning, integrated planning with budgetting target-tiased activities),
pengelolaan pcnerimaau imgsional (sistem sam pintu, transparan, ada kriteria
pexnbagian insentif), proses dimulainya keswadanaan (1 April 2000), legal aspect (SK.
Gubernur No. 39 Tahun 2000) dan tahapan-tahapan yang dilalui untuk mcnjadi
Puskesmas Swadana (tahap intemal dan ekstemal). Sementara itu, perbedaannya terletak
pada optimalisasi partisipasi staf pada proses permcanaan (tinggi vs. cukup tinggi,
teamwork solid vs. kurang solid, dukungan tinggi vs. rendah, manajemen partisipatif vs.
representative), pola dalam pengelolaan pcnedmaan fungsional (sentralistik vs_
desentralistik), kedisiplinan staf (ketat vs. longgar, sistem amano vs. absen tertulis),
teknik pencatatan keuangan (komputerisasi vs manual), proses keswadanaan (sudah slap
sebelumnya vs. bclum begitu siap sebelumnya), perubahan (segmental vs. mcnyeluruh),
serta pola pembagian insentif Pada dasamya, Puskesmas Swadana membawa banyak
manfaat, - texutama bagi peningkatan kemandirian dan mutu pelayanan -, sehingga dapat
dikembangkan lcbih lanjut pada masa mendatang.

Abstract
Reformation issues has pointed desentralization willing in an district
autonomous type being larger. At last, this district autonomous will bring some impacts
to health sector, like public health centre. Therefore, to anticipate the bigger problems,
public health centre is directed to self financed organization.
This research aims at identifying self financed public health centre
transformation, focused at planning and revenue management process. This reaserch is
located at self financed public health centre in Jakarta, those are Tebet and Jatinegara.
Both of process will be compared lvertically and horizontally.
This research is case study with qualitative approach It used observation,
secondary data collection, and indepth interview to collect data. Indepth interview was
conducted with ten informants in Tebet Public Health Centre and six informants in
Iatinegara Public Health Centre. They were chosen because they had been considered
lmow well about the process explored. For information, these Public Health Centres is
called self iinanced, although the Decree of District Government is still in the process.
The results show that generally, there are the some processes that similar before
and afier become self financed public health centre, they are 1). Planning process
follows the same steps from situational analysis to plan of action arrangement and 2).
The revenue is gotten hom patients retribution. The diierences are that alter become an
self financed organization their planning process use bottom up planning approach more,
integrated planning with budgetting and target-based budgetting, 100% of their revenue is managed by themselves, reward system, care of human resources capability, and the
change of organizational structure is suitable with the needs. Before become a self
financed organization, their planning are dominated by top down planning approach,
fiagmented planning with hudgetting and budget-based activities, have no authority to
managed their own revenue (I00% is given to the district government), there are no
clear reward system, lower staffs participation and the same of organizational structure
with another public health centre in Indonesia.
Beside that, the result also shows that between them have the basic same,
comprises of planning process (bottom up planning, integrated planning with budgetting,
target based activities, revenue management (a door, more transparant, using incentive
criterions), the beginning of self financed process (1 ? of April 2000), legal aspect
(District Govemment No. 39/2000) and the stage (intern and extern stage). The
diEerencess between them are optirnalization of staifs participation in planning process
(higher vs. lower, solid teamwork vs. not, higher support vs. lower, participative vs.
representative management), revenue management form (sentralized vs. decentralized),
staH`s discipline (higher vs. lower, amano va manual), financial recording and reporting
system (computerized vs. manually), self Hnanced process (ready vs. not ready),
gradation of change (segmental- vs comprehensive) and reward system formula.
Basically, the change being self financed public health centre is very useiiill., - mainly to
increase their autonomy and quality of care - , so that can be developed more in the
future."
Universitas Indonesia, 2001
T5640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parmin
"Manajemen sebagai seni memperoleh hasil melalui kegiatan orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Fenomena yang didapatkan di RSUP Undata Palu, fungsi manajemen kepala ruangan belum terlaksana dengan maksimal sesuai dengan tugas dan tanggung jawab sebagai kepala ruangan.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Undata Palu. Populasi dalam penelitian ini adalah 203 perawat pelaksana yang bertugas di 11 ruang rawat inap. Jumlah sampel penelitian ini adalah 149 perawat pelaksana. Proses analisa data menggunakan uji chi square untuk menguji hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi dan regresi logistik ganda menguji variabel yang paling dominan berhubungan dengan motivasi perawat pelaksana.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan baik 50,3 %, motivasi perawat pelaksana baik 53,7 %. Ada hubungan yang bermakna antara fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan motivasi perawat pelaksana, (p value 0,032, 0,022, 0,002, 0,003), karakteristik perawat pelaksana (umur, jenis kelamin, lama kerja, status perkawinan) tidak ada hubungan dengan motivasi perawat pelaksana (p value 0,949, 0,402, 0,0677, 0,575), sedangkan karakteristik pendidikan ada hubungan dengan motivasi perawat pelaksana (p value 0,045).
Peneliti menyimpulkan bahwa variabel fungsi manajemen kepala ruangan yang paling berhubungan dengan motivasi adalah fungsi pengarahan dan fungsi pengawasan setelah dikontrol oleh variabel pendidikan.

Management as the art of getting results through the activiti of others in order to achieve the goals previously set. Management functions are planning, organizing, directing and monitoring. The phenomenon found in RSUP undata Palu, the implementation of management functions with a maximum head room in accordance with the duties and responsibilities as the head of the room.
This research past descriptive correlation design with a cross-sectional approach that aims to identify how the implementation of relationship management functions with head room nurses motivation in implementing inpatient rooms RSUP Undata Palu. Population in this study was 203 nurses who served in 11 treatmant rooms. The number of samples of this study was 149 nurse staff. The process of data analysis using chisquare test to test the implementation of relationship management functions of lower manager with the motivation and multiple logistic regression to test the most dominant variables associated with motivation nurse staff.
The results showed the implementation of management functions of lower manager both 50.3%, well motivated nurses managing 53.7%. There was a significant relationship between management functions of planning, organizing, directing and monitoring by nurses implementing motivation, (p value 0.032, 0.022, 0.002, 0.003), the nurse staff characteristics (age, gender, working time, marriage status) there was no relationship with the nurse staff motivation (p value 0.949, 0.402, 0.0677, 0.575), whereas educational characteristics have a relationship with the nurse staff motivation (p value 0.045).
Researchers concluded that the variable management functions of lower manager most related to motivation is a function of direction and oversight functions are controlled by the variable after education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T32846
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyanto Nagawidjaja
"RSUD Pasar Rebo Jakarta merupakan Rumah Sakit Unit Swadana Daerah Kelas B Non Pendidikan yang memiliki Pelayanan Medik. Salah satu Pelayanan Medik yang ada di RSUD Pasar Rebo Jakarta adalah Instalasi Kamar Operasi. Berdasarkan Gambaran Keuangan Pelayanan Medik pada Semester I Tahun Anggaran 1999/2000 (April-September) didapatkan Pendapatan Instalasi Kamar Operasi sebesar Rp 548.964.000. Sedangkan Pengeluaran Instalasi Kamar Operasi sebesar Rp 649.148.000. Dengan demikian, Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar Operasi rendah mencapai (Rp 100.184.000) atau (3,90%) dari Total Sisa Hasil Usaha seluruh Pelayanan Medik.
Kamar Operasi merupakan salah satu Unit Pelayanan Medik yang seharusnya memberikan Kontribusi Keuangan yang baik sebagai Revenue Center. Dengan demikian, didapatkan masalah penelitian yaitu Rendahnya Kontribusi Keuangan di Instalasi Kamar Operasi. RSUD Pasar Rebo Jakarta pada Semester I Tahun Anggaran 1999/2000.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor yang berhubungan dengan Rendahnya Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar operasi di RSUD Pasar Rebo Jakarta tahun 1999/2000. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam dan data sekunder dengan menelaah data yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor Rendahnya Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar Operasi berhubungan dengan Utilisasi Kamar Operasi yang rendah, Tarif yang tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, Piutang Pasien operasi yang besar dan Pembiayaan yang Iebih besar daripada pendapatan Kamar Operasi. Selain itu berhubungan dengan Jenis Pembayaran Pasien, Jenis Pemilihan Kelas, Jenis Operasi, Golongan Operasi dan Kebijakan di Instalasi Kamar Operasi RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Disimpulkan bahwa untuk meningkatkan Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar Operasi perlu adanya Kebijakan dari Manajemen Rumah Sakit dan Kegiatan Operasional untuk menanggulangi hal yang berhubungan dengan Rendahnya Kontribusi Keuangan.
Saran yang diusulkan adalah perlu adanya Kebijakan mengenai Jenis Pembayaran Pasien, Penggolongan Operasi dan Piutang yang dapat dijadikan pedoman. Selain itu disarankan untuk meningkatkan Manajemen Kamar Operasi, memberlakukan Tarif operasi yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, membentuk team untuk menangani masalah Piutang dan memperbaiki Sistem Farmasi di Kamar Operasi. Yang semuanya diharapkan dapat meningkatkan Kontribusi Keuangan Instalasi Kamar Operasi di RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Daftar bacaan : 32 (1971-1999).

Factor Analysis in Case of Low Financial Contribution from Operation Room Unit in RSUD Pasar Rebo Jakarta Year 1999/2000RSUD Pasar Rebo Jakarta is declared as a self-funding, B-class as well as non educational hospital which offers various type of medical services. One of the medical services in this hospital is the Operation Room Unit (ORU). Based on-the Financial Description for April - September 1999/2000, this unit has contributed of Rp.548.964.000,-. Unfortunately, this Operational Room Unit (ORU) has spend Rp.649.148.000,-. This number causes a negative contribution for about Rp.100.184.000,- or 3,90 percent of the Medical Services Income.
The Operation Room has been expected to become hospital revenue center. But this research has found the significant problem which is the low of financial contribution of the unit in the year of 1999/2000.
Using description analytical research with qualitative appraisal, this research aims to have the description of factors causes the low of financial contribution. Primary data is provided by deep interview and secondary data is provided by analyzing an available data.
The research shows the factors resulted in low of financial contribution has significant correlated with the low of utilization of the Operation Room, liability of operation patient and the cost of pharmacy and employee's salary. In addition patient payment,. decision of room class, type of operation, operation class and policy has contributed to the low of financial contribution.
This research suggested that to increase the financial contribution, the hospital is recommended to have policy which is used to overcome the problem causing the low of financial contribution.
It is also suggested to reevaluate the policy of the patient payment, operation classification, and standardized liability. In addition, the RSUD Pasar Reba Jakarta should consider to manage operation room better than it is today, to evaluate current price of the services, and build the team to handle the liability and pharmacy system in room operation. This recommendation will help the management of the hospital to increase the financial contribution in RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Bibliographies : 32 (1971-1999)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmini
"Sehubungan dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap mutu layanan
kesehatan, maka fungsi pelayanzm kesehatan secara bertahap harus terus
ditingkatkan. Supervisi keperawatan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kctrampilan petugas pelayanan kesehatan khususnya perawat
pelaksana Pcrawat yang trampil akan berdampak pada mutu asuhan keperawatan
yang diberikan. Supervisi keperawalan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
umur, pendidikan, lamakerja penyelia, pelatihan, sarana dan pmsarana, SOP dan
bimbingan, serla perawat pelaksana.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran faktor pada penyelia,
faktor pada perawat pelaksana, faktor sarana, faktor SOP, faktor bimbingan dan
pelaksanaan supervisi keperawatan. Rancangan pcnelitian adalah croxs sectional,
dilakukan di ruang rawat inap Rumah sakit dr Cipto Mangunkusumo pada bulan Mei
dan Juni 2001. Populasi penelitian semua kepala ruang rawat inap, adapun sampei
total populasi yaitu 47 respondcn.
Hasil penelitian rnenunjukl-can bahwa pclaksanaan supervisi keperawatan di
mang rawat inap Rumah Sakit dr Cipro Mangunkusumo berjalan tidak efek1i£ Dari
sepuluh variabel indepcndcn yang diteliti, hanya satu yang bermakna yaitu variabel
bimbingan terdapat hubungan bcrmakna dengan pelaksanaan supervisi keperawatan. Adapun faktor yang paling dominan berhubungan dengan pelaksanaan supervisi
keperawatan adalah bimbingan
Pcningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan harus dilakukan SCC312 terus
menerus, salah satu upaya adalah dcngan mcngefektiikan pelaksanaan supervisi
keperawatan. Melalul program pelatihan khusus supcrvisi keperawatan diharapkan
kepala mang rawat inap dapat bekerja sesuai fhngsinya sebagai supervisor tingkat
tcrbawah.

Abstract
As the increase of public demand for the quality of health services, the function
of health services shall be gradually improved. Nursing supervision is one etfort to
improve the skill of health service officers specially the nurse. The qualified nurse will
effect to the quality of nursing care. Nursing supervision is influences many factors,
such as age, education, experiences, training, intra structure, standard operating
procedures, guidance and the nurse itself.
The purpose of this research is to gain infomation between factors of
experience, nurse, infra structure, standard procedure, and tutorial to which have more
influence to the performance of nursing supervision. Research design is carried out by
cross sectional the ward in Dr Cipto Mangunkusumo Hospital during May to June 200l.
Research population are all head nurse ofthe wards and total samples population are 47
respondent.
The result of this research shows that nursing supervision at wards of Dr Cipto
Mangunlcusumo hospital was done effectively. From ten of independent variable to be analysed, only one of which is tutorial give a.n effect to perfonnance of nursing
supervision.
The improvement of the nursing ServiCCS quality Shall be continually carried out
by implementing effective nursing supervision. By special training program of the
nursing supervision, head of wards are hoped to with comply to their function as the
supervisor to their subordinate.
"
Universitas Indonesia, 2001
T6392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hartono
Jakarta: Rineka Cipta, 2010
362.11 BAM m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Fitri Angga
"Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Untuk memberikan pelayanan yang bermutu tcrsebut, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2002 menerapkan standar mutu ISO 900I:2000, dan salah satu Puskesmas yang dijadikan sebagi pilot project standar mum tersebut adalah Puskesmas Kecamatan Tebet. Bcrdasarkan hasil laporan kcgiatan Puskesmas Kecamatan Tebet tahun 2005, masih terdapat bebempa pemiasalahan yang dapat mengganggu pelayauan yang diberikan.
Lokasi penelitian adalah Poli Umum Puskesmas Kccamatan Tebet.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian tcrhadap pcncrapan deiapan prinsip manajcmcn kualitas bcrdasarkan sistem manajemen mutu ISO 900l:2000.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatifi Infonnan penelitian ini terdiri dari 6 (cnam) orang, yaitu Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kepala Suku Dinas Kcschatan Masyarakat Kodya Jakarta Selatan, Kepala Puskesmas Kecamatan Tebet, Management Representative Puskesmas Kecamatan Tebct, Kepala Poli Umum Puskesmas Kccamatan Tebet, dan satu orang petugas doktcr di poli umum.
Hasil penelitian ini adalah ditemukan bahwa penerapan prinsip fokus pada pelanggan telah dilaksanakan secara rutin mclalui kegiatan temu pelanggan, survey kepuasan pclanggan. Penerapan prinsip kepemimpinan juga telah berjalan baik, dibuktikan dengan pemimpin mampu membcrikan pemahaman, motivasi, dan memupuk msa mcmiliki kepada karyawannya. Penerapan prinsip melibatkan semua orang telah bcrjalan, dengan dilibatkannya karyawan dalam memutuskan suatu keputusan bersama, dengan memberikan kesempatan melalui brainstorming.
Sementara itu penerapan prinsip pcndckatan pada proses juga telah berjalan, yailu dengan tclah terpenuhinya sasaran mutu yang telah ditetapkan. Penerapan prinsip pendekatan sistem dalam manajemen juga telah beljalan. Manajemcn memberikan tanggung jawab dalam pelaksanaan opcrasional di poli umum dengan rnelakukan audit intemal. Penerapan prinsip perbaikan tems menerus telah berjalan baik, dengan adanya kegiatan pemantauan rutin dari management representative dan adanya rapat intemal Serta audit internal maupun ekstemal. Penerapan prinsip pengambilan keputusan berdasarkan fakta juga telah berjalan baik, ketidaksesuaian dalam pclayanan yang ditemukan segera diperbaiki. Penerapan prinsip hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok juga telah beljalan baik, yaitu dengan adanya komitmen yang tinggi dari dinas keschatan dan sulcu dinas kesehatan masyarakat kodya Jakarta Selatan tentang sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang ditunjukkan dalam bentuk binwasdal rutin.
Disarankan agar pcnerapan prinsip manajcmcn rnutu ISO 900112000 yang telah be\jalan baik dapat dipcrtahankan konsistensinya, sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi instansi kesehatan Iain dalam menerapkan sistcm manajemen mutu ISO 9001:2000.

Puskesmas, is one of the public services in community health in Indonesia. In addition to fulfill the quality service, in 2002, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta applied the ISO 900112000 Quality Management Systems with Puskesmas Kecamatan Tebet as the pilot project. Refers to annual report of activity in Puskesmas Kecamatan Tebet 2005, there was still problem that could rise disturbance of the quality service.
The research location is in Poli Umurn Puskesmas Kecamatan Tebet. The goal of this research is to describe the appraisal of the implementation of eight quality management principles based on ISO 9001 :2000 Quality Management Systems.
This research uses the qualitative methods with case study models. The needed of accurate information were iiill filled with depth interview technique to the informants. Informants in this research were Head of Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Head of Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kodya Jakarta Sclatan, Head of Puskesmas Kecamatan Tebet, Management Representative Puskesmas Kecamatan Tebet, Manager of Poli Umum Puskesmas Kecaznatan Tebet, and a poli umum?s doctor.
The conclusions of this research are: l) the implementation of customer focus principles, find out in customer conferences and customer satisfying surveys. 2) The implementation of leadership principles, find out in manager capabilities to motivate, to increase oHicer's knowledge, and to raise oftioer?s sense of belonging. 3) The implementation of involvement of people principles, find out in involving officer with decision making process through brainstorming. 4) The implementation of process approach principles, find out in quality targets which is achieved. 5) The implementation of system approach to management principles, find out in decision to delegate responsible in poli umum daily activities. 6) The implementation of continual improvement, find out in management representative monitoring activities and intcmal meeting and intemal either external audit. 7) The implementation of factual approach to decision making, find out the action of service maintenances, 8) The implementation of mutually beneficial suppliers? relationship, conduct in strong commitment to ISO 900l;2000.
Recommended, for strengthen the consistency of good implementation in quality management principles ISO 900l:2000, being benchmark for others community health institution to implement quality management systems ISO 900l:2000."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
UI-JMARSI 1(1-2) 1999
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Elex Media Computindo, 2006
1007000382
Multimedia  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>