Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104075 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elsye As Safira
"ABSTRAK
Pendahuluan: Upaya pencegahan sakit akibat kerja karena pajanan bahan
kimia dapat dilakukan melalui program kesehatan kerja yang berbasis risiko.
Kajian risiko penting bagi Proyek Konstruksi LNG. Pekerjaan yang bersifat
jangka pendek, jumlah tenaga keria yang besar, Iokasi proyek di daerah
terpencil dan dengan jenis pekerjaan yang sangat bervariasi serta dikerjakan
secara simultan (SIMOPS) dapat menimbulkan berbagai macam risiko
kesehatan kerja melalui pajanan berbagai macam bahaya kesehatan termasuk
bahan-bahan kimia.
Metode: Penelitian ini bersifat dekriptif dengan meiakukan evaluasi penggunaan
pendekatan He-althMap dalam mengkaji risiko bahan kimia pada Proyek
Konstruksi LNG di Perusahaan X yang dilakukan pada tahun 2007. Evaluasi
dilakukan dengan cara membandingkan hasil kajian risiko yang diperoleh
melalui pendekatan Hea!thMap dengan hasil kajian risiko yang diperoleh melalui
Studi Iiteratur. Hasil telitian: ldentifikasi Hazard. Beberapa hazard bahan kimia tidak
teridentifikasi seperti benlium, karbon monoksida, debu, gas, isocyanates. Tidak
teridentirikasinya hazard tersebut karena kurangnya kompetensi pelaksana dan
tidak tersedianya alat bantu. Kaiian Pa'|anan. Faktor ketidakpastian cukup besar
karena tidak tersedianya data pajanan, kesulitan menentukan besar relatif
populasi terpajan dan terbatasnya informasi untuk mengestimasi tingkat
pajanan. Kaian dan Prioritisasi Risiko. Tingkat risiko Iebih ditentukan dari aspek
konsekuensi atau dampak kesehatan. Pnoritisasi diiakukan untuk menyesuaikan
dengan kemampuan proyek dalam melakukan tindak-Ianjut.
Kesimpulanz ldentifikasi Hazard. (1) Pemberian alat bantu berupa daftar
periksa dapat membantu proses identiiikasi hazard. (2) Kompetensi pelaksana
identifikasi hazard mempengaruhi hasil identihkasl. (3) Proses prioritisasi pada
tahap identitikasi hazard mengakibatkan tidak terkajinya beberapa hazard
bahan kimia pada tahapan selanjutnya. Ka`|ian Pa'|anan. (1) Penentuan tingkat
pajanan yang berdasarkan nilai ambang batas sulit untuk dipahami oleh
karyawan yang non-specialist. (2) Kajian pajanan dilakukan dengan hanya
mempertimbangkan besar relatif populasi berisiko. (3) Terdapat tingkat
ketidakpastian yang tinggi dalam menentukan besar pajanan tanpa data
pengukuran lingkungan kerja. Kaiian dan Prioritisasi Risiko. (1) Penentuan
tingkat risiko berdasarkan tingkat hazard atau pajanan yang lebih tinggi sudah
tepat. (2) Diperlukan kekuatan analisa assessor dalam menentukan tingkat
risiko. (3) Hasil Healthlvlap belum bisa dijadikan basis yang kuat dalam
pengembangan manajemen dan program kesehatan kerja. (3) HealthMap
sebagai screening awal dalam kajian risiko dapat membantu perusahaan agar
dapat Iebih etisien dan efektif dalam melakukan manajemen risiko.

ABSTRACT
Introduction: Occupational illnesses due to exposure to chemicals can be
prevented through risk»based occupational health programs. Therefore, risk
assessments are important during the construction phase of the LNG project. A
variety of occupational health risks, including exposure to chemicals, can be the
result of:
~ Short-term work activities,
» Large numbers ofworkers,
» Remote area locations, `
~ Various types of work performed simultaneously (SIMOPS).
Method: This research, conducted in 2007, is descriptive in nature and was
carried out by evaluating the implementation of the ?HealthMap" approach in
assessing chemical risks during the construction phase of the LNG project at
Company X. This evaluation was conducted by comparing the results of the
health risk assessment from the HealthMap approach and literature.
Research results: Hazard Identitication: Several chemical hazards were not
identitied, such as beryllium, carbon monoxide, dust, gas, and isocyanates due
to a lack of competent skills of the personnel involved and unavailability of
hazard identification tools. Exposure Assessment: There was a great deal of
uncertainty due to an unavailability of data regarding exposure, dificulties in
estimating the populations at risk and limited information available to estimate
the exposure levels in the workplace. _Risk Assessments and Prioritizations:
Risk levels were determined by focusing more on the consequences rather than
the effects of the hazards themselves. Prioritizations were determined to ensure
that the project is capable of implementing the risk control programs.
Conclusions: Hazard Identification: (1) A checklist as a tool to identify hazards
is necessary to optimize this process. (2) The competencies of personnel who
cany out the hazard identitications are critical in ensuring that the results are accurate. (3) Prioritization processes during the hazard identification may result
in the overlook of chemical hazard review in the next stage.
Exposure Assessment: (1) Determining the exposure levels based on threshold
limit value is difticult for non-specialist personnel to understand. (2) Exposure
assessments are conducted by merely considering the relative numbers of
people at risk. (3) There is still a great deal of uncertainty about how to
determine the exposure levels without any access to workplace environmental
monitoring data.
Risk Assessments and Prioritizations; (1) Detennining risk levels based on more
stringent level between the effects of hazards and exposure would be more
suitable. (2) Personnel with more highly developed analytical skills are required
to determine the risk levels. (3) The HealthMap results are not adequate as a
basis for developing occupational health management and programs. (3) Using
Healthlvlap as a preliminary screening to assess health risks can assist the
company in becoming more efhcient and effective in managing risks.

"
2007
T34552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"What might be the relevant approach to study tasawuf? to fully understand sufism,shoulds the scholars experience mystical practices or is it enough to simply study it? if the scho;ars simply learn sufism as a science,what might be the adequate approach to understand the statements and explanations contained in sufism literature?....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Zaky
"ABSTRAK
Penggunaan bahan kimia berbahaya di laboratorium pengujian kimia seperti Laboratorium X terkadang tak terhindarkan. Sementara itu, penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa pekerja laboratorium yang telah bekerja lebih dari 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara, kanker ovarium, leukemia, melanoma, kanker prostat, dan kanker tiroid dibandingkan jenis pekerja lain di laboratorium. Oleh karena itu, penilaian risiko kesehatan dari penggunaan bahan kimia berbahaya sangat penting dilakukan di Laboratorium X untuk memastikan kesehatan pekerja laboratorium di masa depan. Tujuan dari penilaian ini untuk mengevaluasi risiko yang timbul dari aktivitas di laboratorium dan untuk mengevaluasi tindakan pengendaliannya. Penilaian risiko kualitatif ini telah dilakukan di Laboratorium X yang diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut lembar data keselamatannya dan telah dilakukan dengan menggunakan alat yang dikembangkan oleh Jabatan Keselamatan dan Kesihatan Pekerjaaan, Kementerian Sumber Manusia, Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bahaya yang terdapat pada Laboratorium X sangat bervariasi sebagian besar bahaya yang ada pada bahan kimia yaitu bersifat iritan. Hasil evaluasi risiko menunjukkan bahwa pekerja laboratorium memiliki risiko kesehatan yang signifikan dari bahan kimia berbahaya yang digunakan baik pada pajanan inhalasi dan dermal juga langkah-langkah pengendaliannya yang diterapkan untuk mengontrol pajanan bahan kimia di laboratorium dapat ditingkatkan dan beberapa di antaranya sudah memadai.

ABSTRACT
The use of hazardous chemicals in a chemical testing laboratory such as Laboratory X sometimes inevitable. Meanwhile, previous research concluded that laboratory workers who have worked more than 20 years have a higher risk of developing breast cancer, ovarian cancer, leukemia, melanoma, prostate cancer, and thyroid cancer than other types of workers in the laboratory. Therefore, a health risk assessment from using hazardous chemicals is very important to be done in Laboratory X to ensure the health of laboratory workers in the future. The purpose of the assessment is to evaluate of risk arise from activity in the laboratory and to evaluate its control measures. This qualitative risk assessment has been conducted in Laboratory X that uses chemicals that are classified as hazardous according to its safety data sheets and has been done using the tool developed by the Department of Safety and Health, Ministry of Human Resources, Malaysia. The results show that the hazard levels found in Laboratory X vary greatly in the majority of the hazards present in chemicals which are irritants. From the risk evaluation results show that laboratory workers have significant health risks from hazardous chemicals used both in inhalation and dermal exposures also the control measures applied to control exposure to chemicals in the laboratory can be increased and some of them are adequate."
2019
T52739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deriz Syahptaria Syarief
"Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dihidangkan. Penggunaan bahan tambahan makanan dimaksudkan untuk merubah karakteristik makanan dan membantu proses pembuatan makanan. Seiring dengan laju perkembangan teknologi, bahan tambahan makanan yang semula berasal dari alam, mulai banyak digantikan oleh bahan tambahan makanan sintetik melalui proses kimiawi. Dengan berkembangnya industri makanan, maka penggunaan bahan tambahan semakin diperlukan. Namun tidak semua bahan kimia diperbolehkan untuk dijadikan bahan tambahan makanan. Ada beberapa bahan-bahan kimia yang tidak diperbolehkan penggunaannya dalam makanan, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Yang menjadi permasalahan adalah, banyak produsen menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya ini sebagai bahan tambahan makanan, seperti boraks dan formalin. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang penggunaan bahan kimia berbahaya tersebut dalam makanan, serta faktor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya penggunaan tersebut. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara, studi pustaka dan pengamatan kepada produsen, konsumen dan lembaga pemerintah. Ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang utuh tentang permasalahan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa produsen menggunakan bahan berbahaya karena faktor ekonomi, yaitu untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Bahan-bahan berbahaya tersebut harganya murah, sehingga produknya menjadi lebih kompetitif. Kondisi yang mendukung permasalahan adalah sifat konsumen yang pasif, kurang kritis. Ditambah lagi dengan kurang efektifnya penegakkan hukum oleh pemerintah akibat toleransi yang berlebihan kepada industri kecil, ketidakjelasan aturan dan kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait dengan produksi dan distribusi bahan-bahan berbahaya tersebut. Kasus penggunaan bahan berbahaya ini menggambarkan kondisi perekonomian di Indonesia, dimana tidak adanya etika bisnis yang baik, yang menghalalkan segala cara dalam mencari keuntungan. Konsumen juga belum dianggap sebagai pelaku utama perekonomian Indonesia, sehingga posisinya lemah. Berbagai hal diatas bermuara pada lemahnya hukum dan penegakkannya. Selama permasalahan hukum belum dibenahi, penggunaan bahan kimia berbahaya dalam makanan akan terus terjadi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S6280
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathul Masruri Syaaf
"Berkembangnya sektor Jasa Konstruksi yang semakin kompleks dan tingginya persaingan, seringkali menuntut pekerja bekerja maksimal sehingga kesehatan pekerja terabaikan. Hal ini berdampak pada kelelahan kerja, yang dapat memicu kecelakaan kerja. Penelitian ini ingin mengkaji hubungan antara faktor risiko kelelahan dengan kejadian kelelahan pada pekerja konstruksi di PT. X tahun 2022. Data terkait faktor diluar pekerjaan (usia, status gizi/IMT, dan masa kerja), dan faktor pekerjaan (durasi kerja, beban kerja, dan suhu lingkungan kerja) terhadap terjadinya kelelahan pekerja proyek PT. X diteliti menggunakan kuesioner, dengan desain penelitian analitik semi- kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Data kuesioner dianalisis untuk melihat gambaran kelelahan kerja dan hubungan dua variabel menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan 33% responden mengalami kelelahan kerja sedang dan 67% kelelahan kerja rendah. Dari uji diferensial, terdapat hubungan antara status gizi (IMT), durasi kerja dan beban kerja (p 0,000) terhadap kelelahan kerja. Sedangkan faktor usia (p 0.426), masa kerja (p 0.412) dan suhu lingkungan kerja (p 1,000) tidak berhubungan dengan kelelahan. Kesimpulan penelitian ini bahwa beberapa variabel yang diteliti terbukti berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi di PT. X. Rekomendasi terkait fatigue management perlu dijalankan oleh manajemen dan pekerja guna meminimalisir dan mengendalikan kelelahan serta meningkatkan produktifitas kerja di tempat kerja.

The development of Construction Services sector which is increasingly complex and high competition, often demands workers to work optimally so that their health is neglected. This has an impact on fatigue, which can lead to work accidents. This study aims to examine the relationship between fatigue risk factors and fatigue in construction workers at PT. X 2022. The data of non-work related factors (age, BMI, and years of service), and work-related factors (work duration, workload, and work temperature) on the occurrence of fatigue was examined using a questionnaire, with a semi-quantitative analytic research design with a cross sectional study approach. Data were analyzed using chi-square for the description of fatigue and relationship between two variables. The results showed 33% of respondents’ experienced moderate fatigue and 67% low fatigue. Inferential tests revealed a fatigue relationship between BMI, work duration, and workload (p 0.000). While the age (p 0.426), years of service (p 0.412) and working temperature (p 1.000) were not related to fatigue. The conclusion is several studied variables are proven related to fatigue in construction workers at PT. X. Recommendations related to fatigue management need to be carried out by management and workers to minimize and control fatigue and increase productivity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Dony P. L.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S24889
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Kristiawan Subagyo
"Penelitian ini menggunakan pendekatan RIMS Risk Maturity Model 2022 yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat maturitas risiko pada PT X yang merupakan Badan Usaha Milik Negara sektor konstruksi dalam menjalankan penugasan pemerintah proyek investasi Jalan Tol Trans Sumatera. Investasi Proyek Jalan Tol Trans Sumatera dikategorikan dalam risiko tinggi karena dinilai memiliki kelayakan investasi yang rendah. Penelitian ini memiliki kontribusi untuk memahami lebih jauh bagaimana perusahaan dalam mengelola risiko dengan kondisi model bisnis yang berbeda (non-profit). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus single unit analysis (embedded) dengan metode pengumpulan data triangulasi yang menggunakan instrumen penelitian wawancara, dokumentasi dan observasi. Descriptive Qualitative Analysis digunakan sebagai metode dalam menganalisis data. Hasil penilaian Tingkat Maturitas Risiko secara keseluruhan mendapatkan nilai 3.76 dari skala tertinggi 5, berada pada tingkat Tier-3 yang berarti organisasi memiliki kemampuan dalam proses yang berulang (repeatable) dalam penerapan manajemen risiko. Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi yang relevan dalam rangka perbaikan dan peningkatan penerapan manajemen risiko di perusahaan.

This study uses the RIMS Risk Maturity Model 2022 in a bid to evaluate the level of risk maturity at PT X, a state-owned enterprise in the construction sector, in carrying out a government-assigned investment project for the Trans Sumatra Toll Road. The Trans Sumatra Toll Road investment project is categorised as high risk due to its perceived low investment feasibility. This study contributes to a deeper understanding of how the company manages risks under a different business model (non-profit). The qualitative research employs a single unit analysis (embedded) case study method with data triangulation using data collected through research instruments including interviews, documentation, and observation. Descriptive qualitative analysis is employed as the data analysis method. The Risk Maturity Level assessment produced an overall score of 3.76 out of a maximum score of 5. This places the company in Tier 3 and indicates that it has repeatable risk management processes. The findings of this research provide relevant recommendations for the improvement and enhancement of risk management implementation in the company."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mephri
"Masalah klasik yang sering dialami oleh manajemen sistem logistik adalah bagaimana menyeimbangkan antara tuntutan kepuasan pelanggan dan tuntutan perusahaan untuk menghemat biaya. Logistik adalah salah satu komponen perusahaan yang memberikan kontribusi pengeluaran terbesar. Bagian dari logistik yang paling berpengaruh terhadap penciptaan biaya ini adalah sistem transportasi. Selalu ada tank menarik kepentingan antara komponen-komponen sistem logistik dalam upaya penghematan biaya karena penghematan pada salah satu komponen seperti transportasi tidak seialu memberikan basil yang memuaskan. Sebab dalam suatu sistem logistik penurunan biaya di satu sisi dapat berarti peningkatan biaya di sisi lain. Tantangan bagi manajemen adalah mencari solusi yang seimbang antara sisi yang tank menarik ini agar pengehematan akhir yang dapat dicapai adalah optimal bukan suboptimal.
Dalam memecahkan permasalahan sistem seperti sistem logistik yang saling tank menarik tersebut diperlukan suatu pendekatan sistemik dan sistematik. Pendekatan kualitatif yang mengandalkan pengetahuan dan intuisi belaka sering kali menghasilkan solusi parsial dan temporal. Hal ini disebabkan keterbatasan Cara berpikir manusia yang cenderung simtomatis dan linier. Pada kenyataannya permasalahan didunia nyata seperti permasalahan di sistem logistik bukanlah liner namun sering melibatkan hubungan kausalitas yang kompleks. Oleh karena itu guna mendapatkan keyakinan yang lebih tinggi dalam mengambil keputusan, manajemen juga membutuhkan pendekatan kuantitatif yang melibatkan pemodelan dan simulasi sistem. Satu dari beberapa pendekatan analisis berbasis pola pikir sistem adalah System Dynamics. Pendekatan ini memungkinkan manajemen mengidentifikasi hubungan kausalitas dalam sistem serta memodelkannya menggunakan piranti lunak tertentu seperti Powersim dan mengamali perilaku sistein melalui proses simulasi tahap demi tahap.
Langkah awal dari upaya analisis sistem ke arah penghematan yang optimal dari suatu sistem logistik dapat dimulai dari analisis apakah sistem transportasi itu sendiri dapat ditingkatkan efisiensinya terutama jika gejala ke arah tersebut cukup kuat. Kasus dalam penelitian ini menunjukkan sistem transportasi perusahaan masih kurang efisien dengan utilisasi angkutan hanya sekitar 50% hingga 55%. Untuk memahami lebih dalam permasalahan ini maka dibuatlah sebuah model konseptual yang menggambarkan hubungan kausalitas antar komponen dan model simulasi sederhana yang kedua-duanya menggambarkan pola penggunaan sarana transportasi. Sebagai masukan untuk model simulasi tersebut digunakan data historis distribusi barang dari bulan Juni 2005 hingga Agustus 2005 serta sejumlah informasi terkait yang menggambarkan kondisi sistem sehari-hari di lapangan.
Setelah melalui tahap pemodelan dan simulasi diperoleh basil yang menunjukkan bahwa faktor yang memiliki pengaruh terkuat terhadap tingkat efisiensi sistem transportasi adalah pola permintaan dari pelanggan. Sementara faktor internal yaitu konfigurasi armada truk walau juga memiliki pengaruh narnun tidak setinggi faktor permintaan. Dengan demikian upaya yang mungkin dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi sistem transportasi adalah merangsang pelanggan untuk menyesuaikan pola permintaannya. Penerapannya dapat dilakukan dengan cara mendorong pelanggan untuk berbagi informasi stok dan penjualannya secara kontinyu dengan perusahaan. Sistem informasi yang terintegrasi berperan penting dalam hal ini.

The classical problem frequently faced by logistics managements is on how to make a good balance between delivering customer satisfaction and reducing costs. Logistics is generally considered as a component of a firm which gives the largest contribution to costs. Part of logistics which contributes most to these costs is transportation system. There is always conflicting interests among logistics components in their efforts in reducing costs, because cost reduction on one component such as transportation does not always give satisfying result. This happens because in logistics systems, cost reduction on one part of the systems could increase costs on others. It is a challenge for management to find balanced solutions for these conflicting parts so as to make the final results optimal but not suboptimal.
In solving problems like the one previously mentioned, logistics managements have to use systemic and systematic approach. Qualitative approaches which solely rely on knowledge and intuitions often give partial and temporary results. It comes from our limitation in the way we think which tends to be symptomatic and linear. In fact, problems in the real world such as problems in logistics systems are not linear but often involve causal relationships which are complex by nature. Therefore, in order to gain stronger confidence in decision making, logistics managements have also to use quantitative approach which involves systems modeling and simulations. One of a few analysis based on systems thinking is System Dynamics. Such analysis allows managements to identify causal relationships in systems and to model them using software such as Powersim, and finally to investigate systems behavior through simulation process, step by step.
The first step of systems analysis, which objective is to find an optimal cost reduction, is to analyze whether the efficiency of the transportation system itself could be increased, especially when the symptoms are sufficiently strong. The case of this research shows that the company transportation system is still inefficient. Trucks utilization is only between 50% and 55%. In order to understand the problems in hand better, a conceptual model, which depicts causal relationships between components, and a simple simulation model are made. Both show trucks utilization patterns. Historical products distribution data from June through August, 2005, and some related information which shows daily system activities are used as the simulation input.
After going through some modeling and simulation steps, the final result shows that the factor which gives the largest contribution to the transportation system's efficiency level is the customers demand. Meanwhile, the internal factor, which is trucks fleet configuration, though also has some influence, gives smallest contribution to the efficiency level. It can be concluded that the most promising move the company could exercise in its effort to improve its transportation system efficiency is to stimulate its customers to adjust their demand patterns. This can be done by stimulating the customers to share their stock and sales information with the company. Integrated information systems could play significant roles in this case.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Irmayanti
"Penggunaan berbagai pelarut organik volatil di labotatorium pengujian menimbulkan risiko terhadap dampak kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian risiko kesehatan. Chemical Health Risk assessment (CHRA) atau kajian risiko kesehatan yang dikembangkan oleh Department of Occupational Safety and Health (DOSH), Ministry of Human Resources, Malaysia (2018) digunakan dalam studi ini untuk menilai risiko kesehatan akibat pajanan inhalasi dan dermal dari 3 (tiga) pelarut organik volatil yaitu chloroform, dichlorometane, dan tetrachloroethylee. Penelitian dilakukan terhadap 3 (tiga) karyawan laboratorium PT X yang bekerja di 3 (tiga) lokasi ruangan yang berbeda. Penilaian tingkat risiko atau risk rating (RR) pajanan bahan kimia melalui inhalasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif, sedangkan pajanan melalui dermal dinilai secara kualitatif saja. Diperoleh bahwa hasil penilain tingkat risiko pajanan bahan kimiakimia melalui inhalasi secara kualitatif adalah chloroform (RR=16) dengan tingkat risiko tinggi, dichlorometane (RR=15) dengan tingkat risiko menengah, dan tetrachloroethylene (RR=12) dengan tingkat risiko menengah Hasil penilaian tingkat risiko pajanan bahan kimia melalui inhalasi secara kuantitaif adalah chloroform (TWA pengukuran = 18,460 ppm) dengan tingkat risiko tinggi (RR=20), dichlorometane (TWA pengukuran = 0,362 ppm) dengan tingkat risiko rendah (RR=3), dan tetrachloroethylene (TWA pengukuran = 0,560) dengan tingkat risiko rendah (RR=3). Hasil penilaian tingkat risiko pajanan bahan kimia melalui dermal secara kualitatif dengan luas area kontak kecil dan durasi panjang adalah chloroform (M2) dengan tingkat risiko menengah, dichlorometane (M2) dengan tingkat risiko menengah dan tetrachloroethylene (M2) dengan tingkat risiko menengah. Pengendalian untuk menurunkan risiko pajanan chloroform melalui inhalasi (AP-3) direkomendasikan dalam penelitian ini.

The use of various organic solvents in the laboratory test the risks to health risks in both the short and long term. Therefore a health risk assessment is needed. The Chemical Health Risk Assessment (CHRA) or health risk assessment developed by the Department of Occupational Safety and Health (DOSH), Ministry of Human Resources, Malaysia (2018) was used in this study to estimate health risks due to inhalation and dermal exposure of 3 (three ) volatile organic solvents namely chloroform, dichloromethane and tetrachloroethylee. The study was conducted on 3 (three) PT X laboratory employees who worked in 3 (three) different room locations. Assessment of the level of risk or risk rating (RR) exposure chemicals through inhalation is carried out qualitatively and quantitatively, while exposure through dermal through qualitative publications. Obtained from the results of the qualitative assessment of the risk of exposure to chemicals through inhalation were chloroform (RR = 16) with high risk levels, dichloromethane (RR = 15) with the level of moderate risk, and tetrachlorethylene (RR = 12) with a high risk of exposure risk chemicals through determination of chloroform levels (TWA = 18,460 ppm) with high risk levels (RR = 20), dichloromethane (measurement TWA = 0.362 ppm) with low risk levels (RR = 3), and tetrachlorethylene (TWA. = 0.560) with levels low risk (RR = 3). The qualitative progress of the level of exposure to chemicals through the skin with a large area of small contact and long duration is chloroform (M2) with an inflation rate, dichloromethane (M2) with a high risk level and tetrachlorethylene (M2) with a medium risk level. Control to reduce the risk of exposure to chloroform through inhalation (AP-3) was approved in this study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Yunita Triwardani Winarto
"Non-processual approaches in anthropology have been heavily criticized for not providing an adequate framework for explaining the emergence of socio-cultural phenomena, and the processes and mechanisms of change. Socio-cultural life is undeniably dynamic and everchanging. In facing this matter many anthropologists have turned to a processual approach in studying the dynamics of culture in the last two decades. In this article the author shows how the a processual approach is applied to the study of cultural dynamics. The author begins by discussing the unit of analysis and focus of study in a processual approach. Following that, she discusses the implication of this upon the methods and strategies for uncovering, describing and explaining change. The author also shows how this approach can uncover the heterogeneous nature of a socio-cultural phenomenon and the extent to which that heterogeneity allows change to occur. Her arguments are based upon empirical cases of knowledge transmission and formation among farmers in several locations on the north coast of West Java and Central Lampung."
2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>