Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221856 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noer Qoryati Hanum
"Pubertas adalah masa dimana tubuh mulai berkembang dan berubah yang menandai peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Usia pubertas yang dialarni anak saat ini lebih cepat dibanding seratus tahun lalu. Percepatan ini disebabkan oleh 2 hal yaitu keadaan gizi yang relatif lebih baik dibanding seratus tahun lalu juga rangsangan audio visual yang dapat mempercepat kematangan fisiologis dan psikologis anak. Datangnya masa puber kadang tidak diikuti kesiapan fisik dan mental si anak sehingga timbul rasa gelisah dan ketidakpercayaan diri. Belum lagi semakin lamanya masa reproduksi akan menimbulkan resiko terjadinya perilaku hubungan seksual di usia dini.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran pengetahuan, sikap dan praktek mengenai pubertas siswa di SDN 2 dan SDI Al-Azhar Kecamatan Serang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam. Sumber informasi adalah siswa SD kelas VI yang sudah megalarni pubertas, guru sains, orang tua siswa, kepala sekolah dan pihak dinas pendidikan setempat.
Hasil Penelitian menunjukkan pengetahuan siswa mengenai perubahan fisikiemosi, kehamilan, mimpi basah, menstruasi dan menjaga kebersihan diri cukup Namun demikian pengetahuan mengenai fingsi alat reproduksi laki-laki dan perempuan belum diketahui oleh siswa secara lengkap. Sikap siswa memasuki pubertas sebagian diliputi keresahan dan rasa tidak percaya diri seperti hadirnya menstruasi pada perempuan dan perubahan suara pada laki-laki. Antar lawan jenis kelamin saling mengeledek satu sama lain akibat perubahan tersebut meski sesama jenis mempunyai rasa toleransi untuk memberi dukungan agar rasa percaya diri tetap ada. Praktek siswa mengenai kebersihan diri sudah dilakukan dengan baik. Praktek pencarian informasi mengenai pubertas dilakukan dengan bertanya pada guru, orang tua, membaca majalah/buku atau menonton TV. Rasa ingin tahu siswa laki-laki mengenai seks sudah menunjukkan perilaku yang beresiko untuk memenuhi hasrat seksualnya.
Peranan orang tua dan guru di kedua sekolah sudah menunjukkan fungsinya sebagai pendidik, pembimbing dan pengawas bagi anak. Meski demikian guru di SDI Al-Azhar memiliki kapasitas dalam memberikan materi dan metode pendidikan yang lebih baik dibanding guru SDN 2. Selain itu, sebagian orang tua masih ada yang merasa sungkan atau tabu membicarakan masalah seksual pada anak, disamping karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Materi pubertas yang diberikan orang tua pada anak lebih banyak mengenai masalah menstruasi, menjaga hubungan antar lawan jenis, motivasi belajar dan kebersihan Pada akhirnya peranan orang tua, guru dan sekolah perlu ditingkatkan dalam memberikan pengetahuan pubertas, bimbingan dan pengawasan di saat anak mengalami pubertas. Komunikasi perlu dijalin lebih intensif agar adanya keterbukaan pada anak sehingga tidak ada jurang kornunikasi antara orang tua, guru dan anak dalam membicarakan masalah pendidikan seks yang sehat dan bertanggung jawab. Disamping itu anak perlu difasilitasi untuk menyalurkan energinya pada aktivitas yang dapat menunjukkan prestasi agar terhindar dari pengaruh yang negatif, sehingga si anak dapat memasuki usia pubernya dengan kesiapan fisik, mental, percaya diri dan rasa tanggung jawab akan kesehatan reproduksinya.

Puberty is a period when the body starts to grow and to change that indicates changing from children to adult. The age of puberty occurred by recent children is faster than them in a hundred years ago. It is caused by two things relatively good nutrition and audio visual stimulation; which both accelerate maturity of physiological and psychological children. When puberty comes, the children sometimes do not have physical and mental readiness so that they are nervous and unconfident. Besides, the longer reproductive period, the higher risk of sexual behavior in premature age.
This research was conducted to get an illustration of knowledge, attitude and practice about puberty in SDN 2 and SDI Al Azhar in Serang Sub Regency in 2007. The data was collected through Focus Group Discussion and deep interview. The sources of the information were the sixth grade students, science teacher, parents of interviewed students, school head and Education Service of Serang Regency staff.
The results of the research show that students' knowledge about physical or emotional changing, pregnancy, wet dream, menstruation, and maintenance of body health are good enough. But, their knowledge about functions of reproductive organs is not completely known. When entering puberty, the attitudes of most students are nervous and unconfident that is caused by such as menstruation on female students or voice changing on male students. Because of those changing, with different sex, they tease each other, but with same sex, they have a tolerance to give a support in order that they still have the confidence. The students have well practiced body health maintenance. They search information about puberty from asking their parents or teachers, reading books or magazines, or watching TV. The sex curiosity of male students has shown a risky behavior to full their sexual desire.
The role of parents and teachers in both school have shown their functions as educator, counselor, and supervisor to students. The teachers of SDI Al Azhar have better capacity to give educational materials and methods than the teachers of SDN 2. Some parents still feel reluctant or taboo talking about sex to their children because of their limited knowledge about sex education. The parents commonly give puberty knowledge to their children about such as menstruation, relationship restriction with different sex, motivation to study, and body health.
Finally, the role of parents, teachers, and school must be increased in that giving puberty knowledge, counseling and supervising to their children/students when they are entering puberty period. Both parents and teachers must develop communication to their children/students so intensively that there are no gaps among them when talking about healthy and responsible sex. The children/students need to be facilitated spending their energies on achieving activity to avoid negative influences. Thereby, when the children are entering puberty period, they will have physical and mental readiness, confidence, and responsibility to their own reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Islah Akhlaqunnissa Jihadi
"Masa pubertas dialami oleh semua remaja. Pengetahuan dan sikap remaja memengaruhi perilaku remaja menghadapi masa pubertas. Penelitian ini dibuat dengan tujuan memberikan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja mengenai perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMP Taruna Bhakti Depok. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengan metode penelitian analisis univariat. Jumlah sampel 96 orang dengan teknik pengambilan sampel secara Cluster. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki pengetahuan dan sikap baik terhadap perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas. Peneliti merekomendasikan untuk memfasilitasi remaja melakukan aktifitas yang dapat membantu remaja berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan sikap baik yang telah dimiliki.

Puberty is experienced by all adolescents. Knowledge and attitudes affect the behavior of adolescent facing puberty. This research aimed to provide an overview of the level of knowledge and attitudes of adolescents regarding physical and psychosocial changes at puberty in Taruna Bhakti Middle School. This research design used simple descriptive with univariate analysis research methods. The total sample was 96 chosen by Cluster sampling. The results showed that majority of the respondents have good knowledge and attitudes towards physical and psychosocial changes at puberty. Researcher recommended to facilitate adolescents perform activities that help teens behave in line with good knowledge and attitudes that have been owned."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ketut Aryastami
"Latar Belakang: Stunting atau tumbuh pendek sudah dimulai dari kandungan ibu dengan indikasi BBLR dengan pertumbuhan dibawah kurva standar. Masa kritis pertumbuhan terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan. Studi ini dilakukan untuk meneliti pengaruh pertumbuhan dini terhadap pertumbuhan pada usia pra-pubertas.
Metode: Disain penelitian adalah retrospektif, menggunakan data panel Indonesian Family Life Survey tahun 1993, 1997, dan 2000. Studi populasi adalah rumah tangga, mencakup 13 dari 27 provinsi yang ada pada tahun 1993 dengan keterwakilan urban-rural dan nasional. Sampel adalah anak usia 0-2 tahun pada baseline, diukur kembali pada usia 4-6 tahun dan 7-9 tahun (pra-pubertas). Data analisis dilakukan dengan metode Regresi Logistik Ganda.
Hasil: Pertumbuhan usia dini menentukan pertumbuhan usia pra-pubertas. Faktor- faktor yang berpengaruh pada pendek usia dini antara lain miskin (OR=1,78; 95%CI=1,06-2,99), tinggal di perdesaan (OR=2,92; 95%CI=1,74-4,90), sanitasi lingkungan yang buruk (OR=1,84; 95%CI=1,10-3,09). Stunting pada usia 4-6 tahun dipengaruhi oleh pendek pada usia dini (OR=3,73; 95%CI= 2,160-6,343).
Pengaruh dan pola pertumbuhan pendek (P) dan normal (N) pada usia dini (02) dan usia 4-6 tahun (46) menunjukkan, 77,1% anak 02P_46P tumbuh tetap pendek pada usia pra- pubertas (OR=27,43; 95%CI=11,68-64,43). Sebanyak 59,5% anak 02N_46P mengalami growth faltering dan menjadi pendek (OR=14,00; 95%CI=5,95-32,95). Anak yang usia 02P_46N sebanyak 84,3% tumbuh tetap normal (OR=1,48; 95%CI=0,55-4,00; p=0,441) pada usia pra-pubertas. Perbaikan pertumbuhan setelah usia dini didukung oleh adanya perbaikan ekonomi secara umum.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap stunting pada usia pra-pubertas berbeda menurut disain yang digunakan dalam analisis. Analisis dengan disain cross-sectional menunjukkan, faktor yang berpengaruh terhadap stunting pada pra-pubertas adalah pendek pada usia dini, miskin, sanitasi lingkungan dan jenis kelamin; sedangkan analisis dengan disain longitudinal menunjukkan, stunting pada usia pra-pubertas secara signifikan dipengaruhi oleh pertumbuhan pada usia dini dan pola pertumbuhan antara usia dini dan pra-pubertas.

Background: Stunting or growing short has been started in the womb of mothers, indicated by having low birth weight and grew in deviation curve. Critical window of growth taken place at first 1000 days of life. This study was conducted to investigate the influence of early growth, towards the growth of pre-puberty's period.
Method: The design of the study was retrospective, utilizing the Indonesian Family Life Survey panel data of 1993, 1997, and 2000. Study population was Indonesian households covering 13 out of 27 provinces in 1993 for the representativeness of urban-rural and national. Sampel was children age of 0-2 years old at the baseline, followed up at age of 4-6 years and 7-9 years (pre-puberty). The method of data analysis was Multivariate Logistic Regression.
Results: Early child growth was appointed growth of pre-puberty. Factors related to stunted or short at early life was poverty (OR=1,78; 95% CI=1,06-2,99), urban settlement (OR=2,92; 95% CI=1,74-4,90), as well as poor hygiene and sanitation (OR=1,84; 95% CI=1,10-3,09). Short at age of 4-6 years is related to short at early age (OR=3,73; 95% CI= 2,160-6,343).
Early growth and growth pattern of stunted (S) and normal (N) at early age or age of 0-2 years (02) and age of 4-6 years (46) showed, 77,1% of 02S_46S stayed stunted (OR=27,43; 95%CI=11,68-64,43). As much as 59,5% of 02N_46S experienced growth faltering becoming stunted (OR=14,00; 95%CI=5,95-32,95). Children who were 02S_46N account for 84,3% growed normal (OR=1,48; 95%CI=0,55-4,00; p=0,441) at pre-puberty. Growth improvememnt of these subjects seemed supported by the economic development in general.
Factors related to pre-puberty growth differed between the methods of analysis. Cross- sectional analysis showed that factors related to pre-puberty growth were short in early age, poverty, health sanitation and sex; meanwhile longitudinal analysis of growth showed that pre-puberty growth significantly influenced by early growth and growth pattern in between the age period.
Conclusion and novelty: the growth at early age and growth pattern in between age period appointed the pre-puberty growth. Novelty of this study is stunted or short at age 0-2 and continuously short at age 4-6 year was at risk of stayed short at pre-puberty (7-9 year). In addition, grew normal at early age, but short at age 4-6 year was also at risk of stunting at pre-puberty. However, short at age 0-2, but getting normal or catch up at age of 4-6 was protective or stayed normal at pre-puberty.
Recommendation: Recommendation of this research is that a multi-center study need to be conducted at the pocket areas of NTT and Papua so that problems related specific solution can be done to prevent stunting. Efforts in stunting intervention should be focused at first 1000 days of life, and if necessary be followed up until age of five years. The implementation of standard operational procedure of mother's and baby's cohorts as well as KIA's book should be strengthened. In addition, law enforcement of those procedure should be complemented with structured trainings of the midwives as a capital of a valid data that can be used to study growth in relation to degenerative diseases in the future. Intergrated programs with other sectors should be conducted hands in hands to reduce stunting through community empowerment as well as households income's generation."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Hariani
"Menarche dini merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara yang berhubungan dengan lama pajanan estrogen. Penelitian mengenai faktor-faktor risiko menarche dini belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi, antropometri dan komposisi tubuh, serta aktivitas fisik dengan kadar estradiol dan menarche dini. Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan subjek remaja putri 13-15 tahun di Jakarta, sejak Januari 2014 sampai Januari 2015. Analisis asupan gizi dilakukan dengan metode 24-hour recall dan Food Frequency Questionnaires (FFQ) semikuantitatif. Variabel antropometrik dan komposisi tubuh meliputi berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), dan persentase lemak tubuh. Namun ditambahkan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dan lingkar pinggang (LP). Aktivitas fisik dinilai dengan Physical Activity Questionnaire (PAQ). Kadar estradiol serum diukur pada fase folikuler. Menarche dini adalah usia saat menstruasi pertama kali kurang dari 12 tahun. Terdapat 189 remaja putri usia13-15 tahun yang dilibatkan dari 8 SMP di Jakarta. Asupan gizi remaja putri berdasarkan PUGS cukup karbohidrat, kurang protein, tinggi lemak, dan rendah serat.
Berdasarkan kriteria z-score IMT/U dari WHO, ditemukan sebanyak 3,2% gizi kurang, 73,5% normal, 18% mengalami overweight dan 5,3% mengalami obese. Lebih dari 90% subjek penelitian memiliki aktivitas fisik rendah. Proporsi menarche dini pada penelitian ini 22,8%. Kadar estradiol berkorelasi positif dengan asupan energi, protein, dan lemak. Berdasarkan kategori asupan, median estradiol berhubungan dengan asupan karbohidrat dan lemak. Terdapat korelasi negatif antara kadar estradiol dan LLA, LP serta z-score IMT/U. Terdapat hubungan antara menarche dini dan variabel-variabel antropometrik LLA dan LP serta z-score IMT/U. Tidak terdapat hubungan antara menarche dini, asupan gizi, aktivitas fisik, dan kadar estradiol. Faktor determinan kadar estradiol adalah asupan energi, protein, lemak dan zscore IMT/U, sedangkan faktor determinan menarche dini adalah LP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa untuk menurunkan faktor risiko kanker payudara, perlu memperhatikan faktor-faktor yang terkait kadar estradiol dan menarch.

Early menarche has been known as a risk factor of breast cancer because its association with the length of exposure time to estrogen. There are not much studies has been done on risk factors of early menarche. The aim of this study was to know the association among nutritional intake, anthropometry and body composition, physical activity, estradiol level and early menarche. This was a cross-sectional study involving adolescent girls aged 13-15 years in Jakarta, between January 2014 and January 2015. Interview on nutritional intakes were done by using the 24-hour recall and semiquantitative Food Frequency Questionnaires (FFQ). The anthropometric and body composition variables included body weight, body height, body mass index (BMI) and body fat percentage; however, additional variables were also measured, i.e. mid-upper arm circumference (MUAC) and waist circumference (WC). Physical activity was assessed by using the Physical Activity Questionnaires (PAQ). Serum estradiol levels was measured during follicular phase. Early menarche was defined if the first menstruation occurred before the age of 12 years. There were 189 adolescent girls enrolled in this study from 8 junior high schools in Jakarta.
Based on guidelines of balanced nutrition, nutritiotional intake of adolescent girls were adequate carbohydrate intake, low protein intake, high fat intake, and low fiber intake. based on the WHO z-scores of BMI per age, there was 3,2% underweight, 73,5% normal, 18% overweight and 5,3% obese subjects. More than 90% of the study subjects had mild physical activity. The proportion of early menarche was 22.8%. Estradiol level was positive correlated with the intakes of energy, protein, and fat. Based on the diet intake category, median estradiol level was associate with the intakes of carbohydrate and fat. There was a negative correlation between estradiol level and MUAC, WC, and z-scores BMI per age. There was an association between early menarche and antrophometric measures (MUAC and WC) and z-scores BMI per age. No association was found between early menarche and nutritional intake, physical activity, or estradiol level. Determinant factors of estradiol level were the intakes of energy, protein, fat, and z-score BMI per age; while determinant factor of early menarche was waist circumference. To conclude, in order to reduce breast cancer risk, we should paid attention on factors associated with increased estradiol level and early menarche i.e. fat intake, physical acitivity and normal body weight.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Ambar Rukmi
"Pubertas adalah perubahan yang lazim dialami oleh remaja meliputi perubahan fisik, psikologis dan sosial (Davis & Youngkin, 1998). Informasi tentang pubertas pada remaja putri jauh lebih kita perhatikan dibandingkan remaja putra, karena ini dapat terlihat dari penelitian atau pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pubertas remaja putra hampir tidak ada (Mahati, 2001). Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat pengetahuan remaja putra dan remaja putri tentang pubertas.
Desain penelitian ini menggunakan deskriptif perbandingan dngan jumlah sampel masing-masing 68 orang. Pengambilan sampel untuk kelompok responden remaja pulra diambil di SMPN 236 Jakarta Timur dan untuk kelompok responden remaja putri diambil di SDN Pulogebang O1 dan 02 Jakarta Timur. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner sebanyak 23 pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan 97,05 % responden remaja putra mempunyai pengetahuan yang tinggi dan 95,58 % responden remaja putri mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang pubenas. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang berrnakna yaitu dengan mengguuakan uji Chi Square dan dilakukan perbandingan p value dengan derajat kemaknaan atau α = 0,05. Hasil p value yang didapatkan yaitu 0,479S, sehingga. p value > nilai α. Hal ini menunjukkan Ho gagal ditolak, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari tingkat pengetahuan antara remaja putra dan remaja puiri tentang pubertas. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5429
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Wahyuni
"Pubertas merupakan salah satu peristiwa penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Pemahaman yang benar tentang pubertas dapat membantu remaja untuk melalui masa transisinya dari anak-anak menjadi dewasa dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang tingkat pengetahuan anak sekoluh usia 11-12 tahun tentang pubertas yang dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan tinggi, sedang dan rendah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengan jumlah responden 34 orang, terdiri dari 18 responden laki-laki dan 16 responden perempuan.
Hasil penelitian yang didapat menyatakan bahwa dua responden perempuan (12.5%) sudah mengalami menstruasi, dan 14 orang (87,5%) belum mengalami menstruasi. Pada responden laki-laki, seluruhnya (100%)belum mengalami mimpi basah. Tingkat pengetahuan rata-rata untuk semua responden berada pada tingkat sedang (35, 4). Sumber infonnasi yang digunakan responden untuk mencari tahu tentang pubertas berturut-turut dari yang paling banyak sampai ke yang paling sedikit adalah: guru. orangtua, televisi, teman, majalah, radio, dan yang terakhir adalah kakak atau saudara lainnya seperti sepupu, paman dan bibi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5086
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ananditasari
"Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang ditetapkan pemerintah sebagai acuan dalam pendidikan. Terdapat faktor-faktor dalam penerapan Kurikulum tersebut yang mempengaruhi tingkat stres siswa yaitu beban pelajaran, diskusi, presentasi, teman sebaya, dan fasilitator. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor-faktor dalam penerapan kurikulum 2013 dengan tingkat stres siswa. Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 109 orang. Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Metode sampling yang digunakan yaitu simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan dari lima variabel, empat diantaranya mempunyai hubungan dengan tingkat stres, yaitu beban pelajaran, diskusi, presentasi, dan teman sebaya. Namun pada fasilitator tidak ditemukan hubungan dengan tingkat stres (nilai p=0,225). Siswa lebih banyak mengalami tingkat stres sedang dalam penelitian ini. Strategi koping yang baik harus dimiliki setiap siswa agar dapat menangani stres dengan baik.

Curriculum 2013 is a new curricullum that the government apply as a in education. There are factors in the curriculum that affect students' stress level such as subject difficulty, discussion, presentation, peer group, and facilitator. This aim of study is to identify the relationship between factors in implementation of curriculum 2013 with stress level in students of junior high school. There are 109 participants involved in this study The design of this study is descriptive correlative with cross sectional approach. Simple random sampling is used as sampling method. In results, there are 4 of 5 variables that correlate to stress level, such as subject difficulty, discussion, presentation, and peer group. There is no correlation between facilitator with stress (p value=0,225). There are more students that have moderate stress level in this study. They must have adaptive coping strategies in order to cope with stress well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Purbani Widya Mahati
"Masa remaja suatu tahap dalam perkembangan manusia, merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yang diawali dengan pubertas. Pubertas ditandai dengan perubahan besar pada biologis yang menjadikan remaja makhluk seksual dan mampu bereproduksi. Pada remaja pria, perubahan yang terjadi adalah peristiwa ejakulasi pertama (spermarche) dan juga perubahan seks sekunder, seperti kumis, suara yang menjadi lebih besar dan dalam, rambut di kemaluan, wajah, dan ketiak, kulit berminyak, dan sebagainya.
Pubertas merupakan periode yang singkat, namun bagi sebagian orang dianggap sebagai periode yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja di masa selanjutnya. Sehingga membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Di Indonesia, pentingnya pemberian pendidikan seks pada remaja masih dipengaruhi mitos tradisional yaitu dapat meningkatkan perilaku seksual. Sedangkan Kuther (2000), menyatakan persiapan secara psikologis yang diberikan pada remaja sebelum mereka memasuki masa pubertas menentukan sikap dan perasaan mereka terhadap peristiwa yang teijadi pada masa tersebut. Selain itu, ketika kita membicarakan pubertas, anak perempuan cenderung untuk memperoleh perhatian yang lebih besar. Ini terlihat dari penelitian ataupun pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pubertas remaja pria yang hampir tidak ada tidak ada.
Oleh karena itu, agar dapat memberikan informasi sebagai persiapan memasuki pubertas yang tepat dan sesuai kebutuhan remaja, perlu diketahui perasaan dan harapan yang timbul pada mereka saat memasuki pubertas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perasaan dan harapan remaja pria yang timbul saat mereka memasuki pubertas. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode wawancara. Subyek penelitian adalah remaja pria yang telah memasuki usia pubertas dalam kurun waktu hingga dua tahun, sehingga diharapkan mereka telah mengalami spermarche dan perubahan seks sekunder. Selain itu subyek mendapat pendidikan seks, sebelum ataupun setelah memasuki pubertas. Pada umumnya, selain terjadi perubahan biologis dan fisik, terjadi juga perubahan psikologis, yaitu sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka (Sprinthall, 1995). Selain itu perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh perasaan yang timbul dalam diri mereka mengenai peristiwa yang dialami saat memasuki pubertas, seperti perasaan yang positif, negatif, ataupun gabungan dari kedua perasaan tersebut. Setelah memasuki pubertas, dalam diri mereka juga timbul harapan, yang merupakan keinginan untuk mencapai tujuan atau keadaan tertentu.
Hasil penelitian ini secara umum, meskipun subyek telah mendapat pendidikan seks, pengetahuan mereka tentang seksualitas remaja kurang. Subyek juga merasa kurang dipersiapkan sebelum memasuki pubertas. Perasaan yang timbul terhadap spermarche pada setengah jumlah subyek adalah perasaan negatif berupa perasaan takut, bingung, dan cemas. Sedangkan pada sebagian subyek lainnya adalah perasaan positif, karena tanda mulai dewasa. Subyek merasakan adanya perubahan sikap dan perilaku setelah memasuki pubertas. Pada umumnya perubahan sikap dan perilaku yang terjadi timbul karena dipengaruhi oleh perubahan perlakuan yang diterima subyek dari lingkungan sekitar mereka. Subyek juga tidak merasa terganggu dengan keadaan mereka yang early atau late maturers, seperti yang dikemukakan dalam beberapa literatur, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja pria di luar Indonesia. Harapan yang dikemukakan oleh sebagian besar subyek lebih berorientasi pada diri sendiri dan lingkungan terdekat mereka seperti keluarga, teman dan sekolah.
Dari penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan untuk memberikan pendidikan seks pada remaja pria, sebelum mereka memasuki pubertas sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pemberian penyuluhan pada orangtua dan pendidik dalam memberikan pendidikan seks pada remaja pria juga disarankan agar mereka mengetahui pentingnya pendidikan seks dan dapat memberikan informasi sesuai yang dibutuhkan remaja. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk melihat perasaan dan harapan orangtua saat anak memasuki pubertas dan persiapan mereka menghadapi pubertas anak. Penelitian juga dapat diperluas dengan membandingkan remaja pria dari tingkat sosial ekonomi yang berbeda, serta meneliti cara remaja pria mengatasi dorongan seks yang timbul dan perilaku seksnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihadi Elta
"Usia remaja adalah masa transisi anak-anak menjadi dewasa. Pada masa tersebut seorang remaja mengalami perubahan yang pesat secara fisik, psikologis dan sosial. Peningkatan ukuran rangka, perubahan berat badan, masalah-masalah fisik yang terkait dengan perubahan hormonal remaja mempengaruhi gambaran citra tubuh remaja menjadi masalah tersendiri bagi remaja yang digambarkan salah satunya dengan respon kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan antara gambaran citra tubuh pada remaja dengan tingkat kecemasannya. Penelitian ini dilakukan terhadap 42 responden remaja laki-laki dan perempuan di SLTP. Muhammadiyah HI Jakarta Pusat. Analisa data dilakukan dalam dua tahap yaitu analisa univariat mencari tendensi sentral untuk distribusi data karakteristik responden dan analisa bivariat chi-square untuk mencari hubungan antara gambaran citra tubuh dengan tingkat kecemasan. Kesimpulan hasil penelitian menunjukan rata-rata remaja mempunyai gambaran citra tubuh yang negatif dengan mean 29,43 dan standar deviasi 2,11 serta mengalami kecemasan sedang dengan nilai mean 48,13 dan standar deviasi 2,66, ada hubungan bermakna antara gambaran citra tubuh dengan tingkat kecemasan ditunjukkan oleh nilai X^2 5,61 dengan nilai kemaknaan 0,05 nilai kritis 5,99, ada hubungan bermakna antara gambaran citra tubuh dengan jenis kelamin ditunjukkan oleh nilai X^2 1,14 dengan nilai kemaknaan 0,05 nilai kritis 3,84 dan ada hubungan bermakna antara tingkat kecemasan dengan jenis kelamin, nilai kemaknaan ditetapkan 0,05 nilai kritis 5,99.
Kata kunci : Pubertas, citra tubuh, kecemasan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5229
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diptya Ratri Pratiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parentification dan autonomy pada remaja dari keluarga miskin perkotaan. Parentification diukur dengan menggunakan Parentification Inventory (Hooper, 2009) yang telah diadaptasi oleh Fivi Nurwianti. Adapun Autonomy diukur dengan menggunakan Index of Autonomous Functioning (Weinstein, Przybylski, & Ryan, 2012) yang diadaptasi oleh peneliti. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 210 remaja usia 11-20 tahun yang berasal dari keluarga miskin perkotaan di Jabodetabek.
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parentification dan autonomy pada remaja dari keluarga miskin perkotaan di Jabodetabek (r = 0.158, p < 0.05, two-tailed). Artinya semakin tinggi parentification pada remaja dari keluarga miskin perkotaan di Jabodetabek, maka semakin tinggi juga autonomy pada remaja tersebut.

The aim of this study was to find out the relationship between parentification and autonomy in adolescents from poor urban families. Parentification was measured using Parentification Inventory (Hooper, 2009) which has been adapted by Fivi Nurwianti. Autonomy was measured using the Index of Autonomous Functioning (Weinstein, Przybylski, & Ryan, 2012) that was adapted by the researcher. Respondents in this research were 210 adolescents aged 11-20 years who came from poor urban families in Jabodetabek.
The main result of this study indicates that there is a significant positive relationship between parentification and autonomy in adolescents from poor urban families in Jabodetabek (r = 0.158, p < 0.05, two-tailed). It means that when the parentification in adolescents from poor urban families in Jabodetabek are high, the autonomy of the adolescents will be high too.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>