Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rhenald Kasali
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012
553.282 RHE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga,
796 FOR
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"Analisis value chain merupakan suatu alat analisis untuk mengetahui posisi perusahaan dalam rantai yang membentuk nilai suatu produk atau jasa. Analisis value chain dapat dibagi menjadi analisis hubungan dengan supplier (suplier linkages) dan hubungan dnegan konsumen (customer linkages). Analisis value chain membantu perusahaan dalam mengidentifikasi posis perusahaan dalam rantai nilai tersebut, kemudian menganalisis aktifitas aktifitas yang terjadi. Aktifitas yang terjadi harus memberikan nilai tambah bagi nilai produk. Setelah itu perusahaan dapat menentukan strategi kompetitif yang digunakan, apakah menggunakan low cost atau differensiai. Perusahaan juga harus menyadari bahwa rantai nilai suatu produk dapat dimaksimalkan dengan menggunakan internet."
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (05) Mei 2003: 52-55, 2003
MUIN-XXXII-05-Mei2003-52
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Suzianti
Jakarta: UI Publishing, 2025
658 AMAA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ulil Amri Nizhamul
"Fluid Catalytic Cracking (FCC) merupakan tempat dilakukannya proses pemutusan rantai karbon dengan menggunakan katalis pembagi (id cracker). Adapun, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sisa umur pakai dan kelayakan operasi kekomponen tersebut, yang merupakan salah satu bagian dari program pemeliharaan PT. X. Dengan demikian, hasil ini dapat digunakan dalam merencanakan sistem evaluasi, inspeksi, proses perbaikan bahkan penggantian komponen tersebut kedepannya.
Hasil inspeksi pada Fluid Catalytic Cracking tersebut ditemukan adanya retak sebesar 12 mm pada bagian shell plenum Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU). Material dari shell plenum ini baja tahan karat austentitik 304H dengan spsesifikasi ASTM A-240 dan beroperasi pada temperatur 690°C. Dengan adanya retak tersebut maka akan dapat mempengaruhi kinerja dari komponen tersebut. Tercatat sebelum terjadi retak telah terjadi temperatur up-set sebesar 930°C selama 200 jam. Oleh karena itu selanjutnya akan dilakukan pengujian kelayakan operasi pada komponen tersebut, apakah dengan kondisi yang mengandung retak komponen masih dapat tetap dioperasikan. Pengujian kelayakan operasi ini dilakukan berdasarkan API 579 section 9. Selain itu dilakukan pula pengkajian umur sisa dari komponen tersebut berdasarkan kondisi yang telah terjadi, apakah kondisi yang telah dialami oleh komponen tersebut mempengaruhi umur sisa pakai komponen yang menyebabkan timbulnya retak pada komponen tersebut.
Setelah dilakukan analisa didapatkan bahwa dengan terjadinya up-set temperature menyebabkan habisnya umur pakai komponen RFCCU yang juga menyebabkan terjadinya retak. Selanjutnya pada pengkajian kelayakan operasi, ditemukan bahwa dengan kondisi adanya retak sebesar 12 mm, komponen RFCCU sudah tidak layak lagi untuk digunakan dalam operasi pada kondisi operasi normal.

Fluid Catalytic Cracking (FCC) is component that cracking the carbon chain with fluid cracker. Objective of this research is for assessing remaining life and fitness for service of the component, as a part of FCC maintenance program at PT. X. Thereby the results can be used in planning evaluation system, inspection, reconditioning even replacement program to that component in the future.
The inspection result of Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU) found that there is a crack about 12 mm at the shell of plenum Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU). The material of this shell plenum is Austenitic Stainless Steel 304H with specification ASTM A-240 and operated at 690°C temperature. With existence of the crack, it can be influence performance of the component. It?s recorded, that before found of the crack there are up-set temperature about 930°C in 200 hours. Therefore, fitness for service assessment will be apply for the component, whether the component is acceptable or no to continue the operation. Fitness for Service assessment will be appropriate with API 579 section 9. Else, remaining life assessment also will apply for the component, to know if the condition that has been happened on the component influencing the remaining life of the component that causing the crack of the component.
After analyzing, it found that up-set temperature influence the remaining life the component, and causing the crack. Furthermore on the fitness for service assessment, existence of the 12 mm crack, make the RFCCU component are not acceptable to used on the operation on the normal operation condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41675
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rm. Ivan Pratama Pranahara
"ABSTRAK
Sebagian biomassa pertanian menghasilkan yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Salah satu biomassa yang melimpah di Indonesia adalah jerami padi, saat ini jerami dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar. Jerami padi mengandung lignoselulosa tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi sikloheksena. Cyclohexene adalah bahan baku yang sering digunakan dalam pembuatan nilon. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan sikloheksen dari jerami padi sebagai bahan baku dengan variasi komposisi katalis dan suhu. Komposisi katalis dan suhu mempengaruhi nilai konversi dan produksi sikloheksena, penting untuk menggunakan kombinasi yang tepat dan suhu untuk menghasilkan sikloheksen dengan konsentrasi maksimum. Metode yang digunakan adalah pirolisis dan catalytic cracking. produk cair dari pirolisis dimasukkan ke dalam reaktor katalitik dikonversi menjadi sikloheksen daripada dianalisis dengan isinya senyawa dengan Gas Chromatography (GC-MS).

ABSTRAK
Most agriculture produce biomass that can be used as an alternative energy source. One of the biomass that is abundant in Indonesia is rice straw, nowadays the straw left to rot, piled and burned. Rice straw contains high lignocellulose so that it can be use as a raw material for producing cyclohexene. Cyclohexene is a raw material often used in the manufacture of nylon. This study is done to produce cyclohexene from rice straw as raw material with variation of catalyst composition and the temperature. The composition of the catalyst and temperature affects the value of the conversion and production of cyclohexene, it is important to use the right combination and temperature in order to produce cyclohexene with maximum concentration. The method use is pyrolysis and catalytic cracking. Liquid products from pyrolysis are incorporated into the catalytic reactor converted into cyclohexene than it is analyzed by its content of compounds with Gas Chromatography (GC-MS)."
2016
S65046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanwir Ahmad Farhan
"Fluid Catalytic Cracking (FCC) adalah suatu proses konversi yang digunakan untuk mengubah fraksi hidrokarbon berbahan bakar tinggi agar dapat menjadi produk bahan bakar lainnya. Untuk menjalankan sistem kendali FCC diperlukan Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA). Sistem SCADA yang digunanakan untuk mengontrol, mengakuisisi, serta memonitori regenerator FCC dengan menggunakan Blynk sebagai HMI, laptop sebagai MTU dan arduino sebagai RTU. Dalam proses FCC dibutuhkan temperatur optimum pada regenerator, maka dari itu data yang diambil dioptimasi menggunakan Artificial Neural Network. Hasil training ANN didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 84.08%, nilai MSE berada pada kisaran 10-2 dan nilai error sebesar 0.053. Dari hasil tersebut menunjukan besarnya keakuratan ANN dalam mempelajari data. Dengan menggunakan Genetic Algorithm (GA) didapatkan hasil optimasi temperatur regenerator sebesar 765.32oC pada laju aliran massa ejektor 0.0067 kg/s, laju aliran massa regenerator 0.0043 kg/s dan bukaan katup ejektor “50” atau 7500 step pada motor stepper.

Fluid Catalytic Cracking (FCC) is a conversion process used to convert high-fuel hydrocarbon fractions into other fuel products. To run the FCC control system, Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) is required. The SCADA system is used to control, acquire, and monitor FCC regenerators using Blynk as HMI, laptops as MTU and Arduino as RTUs. In the FCC process, the optimum temperature needed for the regenerator, therefore the data taken is optimized using Artificial Neural Network. ANN training results obtained a correlation coefficient of 84.08%, the MSE value is in the range of 10-2 and an error value of 0.053. From these results shows the accuracy of ANN in studying data. By using Genetic Algorithm (GA), the result of optimization of regenerator temperature is 765.32oC at ejector mass flow rate of 0.0067 kg/s, regenerator mass flow rate of 0.0043 kg/s and valve opening of "50" or 7500 step stepper motors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Stress-Corrosion Cracking details the many conditions under which SCC can occur, the parameters which control SCC, and methodologies for mitigating and testing for SCC, plus information on the mechanism of SCC with experimental data on a variety of materials. It contains information about the environmental, mechanical, microstructural and chemical aspects of SCC to help predict and prevent component failure.
Chapters include coverage of SCC for materials and SCC in different environments: carbon and low-alloy steels; high-strength steels; stainless steels; nickel-base alloys; copper alloys; aluminum alloys; magnesium alloys; titanium alloys; zirconium alloys; uranium alloys; amorphous alloys; glasses and ceramics; and weldments in boiling water reactor service."
Materials Park, Ohio: ASM International, 1999
e20442472
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Handayani Putri Nugroho
"ABSTRAK
Perilaku prososial sangat penting untuk dimiliki anak karena keberadaaan
perilaku ini menentukan hubungan sosial dan kualitas perkembangan sosial
anak. Salah satu perilaku prososial yang perlu dimiliki adalah kerjasama
(cooperation). Anak-anak biasanya secara spontan dapat bekerjasama mulai
dari umur 3-3 tahun. Namu semakin mereka dewasa, perilaku ini seringkali
terinferensi dengan keinginan untuk menang dalam kompetisi sehingga
perilkau kerjasama ditinggalka (Madsen, 1979 dalam Dworetzky, 1990).
Tempat Penitipan Anak (day-care/TPA) adalah salah satu bentuk alternatif
pengasuhan anak untuk mereka yang kedua orang tuanya mencari nafkah.
Peneliti bertujuan untuk melihat prevalensi perilaku kerjasama dalam
situasi kompetitif dan kompetitif pada anak-anak yang diasuh di TPA untuk
menjawab pertanyaan apakah anak-anak TPA ini belum dapat bekerja sama
atau sudah dapat, namun terinterferensi dengan kompetisi.
Eksperimen disusun dengan membagi anak ke dalam triads berdasarkan
sosiometri dan preferensi warna. Sosiometri anak ditentukan dengan
menggunakan Peer Rating Scales (Asher, 1979 dalam Rao & Stewart, 1999).
Kemudian secara random tiap kelompok ditentukan menjadi kelompok
kompetitif dan non-kompetitif. Tiap anak dalam triads diberikan 2 buah
krayon yang warnanya berbeda dan mereka diinstruksikan untuk menggambar
dengan menggunakan lebih dari dua warna. Dalam situasi kompetitif,
dijanjikan hadiah bagi satu oran pemenang.
Seluruh sesi direkam dengan handycam dan di-rate untuk di
klasifikasikan menjadi 5 ranah interaksi: kerjasama aktif (dua anak berinisiatif
bekerjasama), kerjasama pasif (anak saling tukar-menukar krayon tanpa
didahului negosiasi apapun)., Other Oriented Pasif/Self-Oriented Aktif (salah
satu anak mengambil krayon milik temannya tanpa meminjamkan kepada
temannya tersebut), Other Oriented Aktif/Self-Oriented Pasif (salah satu anak
meminjamkan krayonnya kepada temannya tanpa diminta dan tanpa
meminta/mengharapkan untuk dapat meminjam juga) dan Apatis (menolak
untuk meminjamkan/meminjam pada anak lain).
Data penelitian dihitung dengan Fisher Exact's Test. Hasil dari penelitian
adalah dari kelima ranah interaksi ini, hanya perilaku kerjasama aktif yang
muncul lebih banyak secara siginifikan dalam situasi non-kompetitif
dibandingkan dengan situasi kompetitif."
1999
S2735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>