Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggie Ariyani
"Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hope dan self-esteem pada remaja yang pemah menggtmakan narkoba (user) dan remaja yang tidak pernah menggunakan narkoba (nan-user). Sampel untuk kelompok user remaja dari Yayasan Perrnata hati Kita sedangkan untuk kelompok non-user remaja SMA dan rnahasiswa tingkat awal. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 30 remaja pada masing-masing kelompok. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan tes hope dari Snyder dan tes self-esteem dari Rosenberg. Alat tes hope diterjemahkan melalui proses back translation dan dilakukan uji coba pada kedua alat tes. Hasil perhitungan statistik memperlihatkan ada perbedaan yang signifikan dalarn hope dan seMesteem antara remaja yang pernah menggunakan narkoba (user) dan remaja yang tidak pernah menggunakan narkoba (non-user)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Agustya Pawidya Putri
"Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perceraian orangtua mempengaruhi rendahnya self-esteem anak meskipun ditemukan adanya kontroversi hasil temuan bahwa anak yang orangtuanya bercerai memiliki selfesteem yang tinggi dan tidak berbeda dengan anak yang orangtuanya tidak bercerai. Penelitian dengan desain ex post facto field study ini, bertujuan untuk mengukur perbedaan self-esteem anak usia middle childhood yang orangtuanya bercerai dan yang tidak bercerai. 80 anak sekolah dasar berpartisipasi dalam penelitian ini, 40 anak yang orangtuanya bercerai dan 40 anak yang orangtuanya tidak bercerai, Self-esteem anak diukur dengan Self-Esteem Inventory (SEI) dari Coopersmith (1967) yang telah divalidasi ulang oleh peneliti. Perbedaan selfkedua kelompok diukur dengan teknik statistik independent sample t-test. Self-esteem dapat diukur sebagai satu keseluruhan atau dianalisis berdasarkan aspeknya yaitu personal, akademis (sekolah), sosial (teman sebaya), dan keluarga (orangtua). Hasil analisis menunjukkan rendahnya self-esteem pada anak yang orangtuanya bercerai, baik secara menyeluruh atau pada tiap aspeknya Pada dua kelompok ditemukan bahwa anak perempuan memiliki self-esteem yang tinggi dibandingkan anak laki-laki. Self-esteem akademis pada kelompok orangtua bercerai tidak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.

Research have found that parental affects low self-esteem of children. This research, an ex psot facto field study , examined the difference of self-esteem between middle chilhood children of divorced and not divorced parents. The sample comparised of 80 children from elementary schools, 40 children with divorced and non-divorced parents. Self-esteem is measured with self-esteem inventory of Coopersmith (1967) which has been revaliadated by the researcher. The diggerenceof self-esteem level from those two groups are measured by independent sample t-test. Selft esteem could be measured as an whole or analyzed based on the aspects which are personal, academisc, social (peers) and family (parents). The result found that children of divorced parents show lower self-esteem, as awhole as in each aspect. Regarding the differencebetween boys and girls, regardless of their parental marital status, ingeneral girls have higher srlf-esteem than boys. Nevertheless, there is no significance difference between academic self-esteem of girls and boy with divorce parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Indah Sari
"Penelitian ini berangkat dari penyalahgunaaan Narkoba yang muncul dengan segala dampaknya yang memprihatinkan. Dari data yang diperoleh, ditemukan bahwa kebanyakan penyalahguna Narkoba adalah usia remaja. Penyalahgunaan itu mempunyai dampak yang bermacam-macam, mempengaruhi individunya sendiri, maupun sosialnya. Karena itu penelitian ini meninjau dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap kepribadian individu, dalam hal ini adalah harga dirinya. Penelitian ini memberikan gambaran harga diri temaja penyalahguna Narkoba. Sebagai bahan pembanding, penelitian ini juga memberikan gambaran remaja yang bukan penyalahguna Narkoba. Gambaran ini diberikan karena aspek tersebut merupakan salah satu sasaran bagi upaya pencegahan dalam dalam individu itu sendiri. Untuk memberikan gambaran harga diri itu digunakan instrumen Self-Esteem Inventory yang dikembangkan oleh Coopersmith. Instrumen ini mengukur harga diri dari 4 dimensi yaitu sosial, akademis, keluarga dan general.
Hasil studi kepustakaan menunjukkan bahwa pada beberapa jenis Narkoba memberikan efek menurunkan kepercayaan diri serta memburuknya kepribadian seseorang disamping efek samping lainnya. Selain itu juga ditemukan bahwa ada kaitan antara penyalahgunaan Narkoba dengan kepribadian individu.
Pada analisis didapati hasil bahwa harga diri tinggi lebih banyak dimiliki oleh remaja yang bukan penyalahguna Narkoba. Sedangkan harga diri rendah lebih banyak dimiliki oleh remaja penyalahguna Narkoba. Sebagai analisis tambahan didapati hasil adanya perbedaan yang signifkan antara rata-rata skor total harga diri remaja penyalahguna Narkoba dengan rata-rata skor total harga diri remaja bukan penyalahguna Narkoba.
Untuk melihat gambaran lebih jelas lagi, penelitian ini melihat rata-rata skor dari tiap domain. Terlihat bahwa pada tiap domain harga diri, rata-rata skor penyalahguna lebih rendah dari bukan penyalahguna. Namun yang perbedaannya signifikan adalah pada domain sosial, keluarga dan general. Perbedaan yang terlihat paling besar adalah pada domain keluarga, yang berarti bahwa remaja penyalahguna Narkoba cenderung merasa bahwa keberadaan mereka di lingkungan keluarga tidak berharga.
Dari semua hasil penelitian ini diharapkan selanjutnya dapat dijadikan bahan pendekatan untuk membantu remaja korban penyalahguna agar tidak lagi menggunakan Narkoba dan dapat kembali berkarya di tengah-tengah masyarakat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Rizkiany Sutjijoso
"Obesitas adalah kelebihan berat badan yang jauh dari normal. Pada remaja, bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat dapat berpengaruh pada harga diri dan prestasi belajar mereka. Harga diri dan prestasi belajar saling berhubungan, dimana harga diri mempengaruhi prestasi belajar dan prestasi belajar mempengaruhi harga diri (Coopersmith, 1967 dalam Frey & Carlock, 1984; Trautwein et al., 2006). Remaja yang obesitas sering diasosiasikan dengan memiliki harga diri yang rendah (French et al., 1995; Pesa, Syre, & Jones, 2000). Lebih lanjut, obesitas juga berpengaruh pada prestasi belajar. Penelitian terdahulu menemukan bahwa remaja yang obesitas cenderung memiliki prestasi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan remaja dengan berat badan normal (Datar, Sturm, & Magnabosco, 2004; Pyle et al., 2006). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan harga diri dan prestasi belajar tersebut pada remaja obesitas.
Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan prestasi belajar pada remaja yang obesitas. Subyek berjumlah 31 orang, terdiri dari 18 laki-laki dan 13 perempuan, berusia antara 14 tahun hingga 18 tahun. Seluruh subyek merupakan siswa SMA dari 3 sekolah di Jakarta. Skala harga diri disusun berdasarkan Coopersmith Self-Esteem Inventory (1967) dan prestasi belajar dilihat berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian. Korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dengan prestasi belajar pada remaja yang obesitas.
Hasil ini dapat disebabkan adanya faktor lain yang terkait dengan harga diri dan prestasi belajar serta kemampuan lain yang dimiliki subyek. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperhatikan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan prestasi belajar dan harga diri, mengikut sertakan semua mata pelajaran, dan tingkat inteligensi subyek.

Obesity is a condition where there is excess body weight due to an abnormal accumulation of fat. Disturbance in physical appearance during adolescents could influence adolescents' self-esteem and later affected their academic achievement at school. There is a reciprocal correlation between self-esteem and academic achievement (Coopersmith, 1967 dalam Frey & Carlock, 1984; Trautwein et al., 2006). Obese adolescents are associated with low self-esteem (French et al., 1995; Pesa, Syre, & Jones, 2000). Obesity is also affected adolescents' academic achievement, where obese adolescents tend to have lower academic achievement than normal weight adolescents (Datar, Sturm, & Magnabosco, 2004; Pyle et al., 2006). Therefore, the current study was conducted to examine the relationship of self-esteem and academic achievement on obese adolescents.
It was hypothesized that there is a relationship between self-esteem and academic achievement on obese adolescents. Subjects were consisted of 31 adolescents, 18 of them were males and 13 were females between the age of 14 and 18 years old. All subjects were high school students in Jakarta. Subjects were asked to fill out self-esteem scale which designed based on Coopersmith Self-Esteem Inventory (1967). Subject's academic achievements were seen based on their examination results. The Pearson?s product moment correlation did not show any significant relationships between self-esteem and academic achievement on obesity adolescent.
This result could be explained that there were other factors related to self-esteem and academic achievement that did not take account of in this study. Further research should consider other variables that related to self-esteem and academic achievement, include all academic subjects in school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fabrila Hasti Endah Ramadani
"

Pendahuluan: Remaja mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dan remaja akan memberikan berbagai respons terhadap perkembangannya. Respon maladaptif yang rentan dialami remaja adalah penyalahgunaan NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA dapat disebabkan oleh harga diri rendah yang dialami remaja. Faktor-faktor yang menyebabkan harga diri rendah remaja diantanya masalah emosi dan perilaku, rendahnya perilaku prososial serta pola asuh orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri dan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Metode: Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling dan stratified-cluster sampling dengan jumlah responden sebanyak 268 remaja SMA di Jakarta Selatan. Data diambil menggunakan enam kuesioner yaitu data demografi, Strength and Difficulties Questionnaire, Typology of Parenting Style, Coopersmith Self Esteem Inventory, dan Drug Abuse Screening Test-20. Hasil: Remaja SMA di Jakarta Selatan memiliki tingkat harga diri sedang sebesar 54,9% dan 77,6% bersih dari penyalahgunaan NAPZA. Faktor risiko masalah emosi dan perilaku memiliki hubungan bermakna dengan harga diri remaja, sedangkan perilaku prososial dan pola asuh tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan harga diri. Masalah emosi dan perilaku, perilaku prososial, serta pola asuh orang tua tidak berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Rekomendasi: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar mengembangkan promosi kesehatan jiwa pada pencegahan penyalahgunaan NAPZA dengan kontrol diri, pelatihan penyelesaian masalah dan pembentukan kader kesehatan remaja, school nurse, dan life skills serta program preventif penurunan harga diri dengan menyediakan ekstrakurikuler. Selain itu, penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dalam pemberian program kuratif dan rehabilitatif pada remaja yang menyalahgunakan NAPZA.


Introduction: Adolescents develop in various aspects and they will provide various responses to their development. Maladaptive responses that are vulnerable to adolescence are drug abuse. Drug abuse can be caused by low self-esteem experienced by adolescents. Factors that cause adolescent low self esteem include emotional and behavioral problems, low prosocial behavior and parenting style. This study aims to determine the factors associated with self-esteem and drug abuse in adolescents. Method: The research design uses descriptive correlative. The technique used was purposive sampling and stratified-cluster sampling with the number of respondents as many as 268 high school adolescents in South Jakarta. Data was taken using six questionnaires, namely demographic data, Strength and Difficulties Questionnaire, Typology of Parenting Style, Coopersmith Self Esteem Inventory, and Drug Abuse Screening Test-20. Results: High school adolescents in South Jakarta have a moderate self-esteem rates of 54,9% and 77,6% are clear of drug abuse. Risk factors for emotional and behavioral problems have a significant relationship with adolescent self-esteem, while prosocial behavior and parenting style do not have a meaningful relationship with self-esteem. Emotional and behavioral problems, prosocial behavior, and parenting style are not related to drug abuse in adolescents. Recommendation: The results of this study are expected to be the basis for developing mental health promotion on the prevention of drug abuse by self-control, problem solving training, and establishment of adolescent health cadres, school nurses, and preventive programs to reduce self-esteem by providing extracurricular activities. In addition, research is expected to be the basis for giving curative and rehabilitative programs to adolescents who abuse drugs.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sondang Kathrin Susanne
"Penelitian ini berangkat dari fenomena maraknya sindikat perdagangan anak dan remaja untuk tujuan pelacuran. Remaja perempuan dijebak dan dipaksa untuk terlibat dalam dunia pelacuran, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka adalah remaja perempuan yang dilacurkan.
Banyak konsekuensi yang harus diterima oleh remaja perempuan yang dilacurkarg yang dapat mempengaruhi perkembangan remaja perempuan. Remaja perempuan sebagai individu yang sedang menjalani peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, mengalami perubahan baik secara fisik dan psikis yang sangat penting dalam kehidupannya dan merupakan bagian dari tugas-tugas perkembangannya dalam rentang kehidupan. Pada masa remaja akhir, salah satu tugas utama adalah membentuk identitas yang utuh (Erikson, 1968).
Dalam proses perkembangan identitas, terdapat beberapa domain yang pada dasarya merupakan bagian dari tugas-tugas perkembangan remaja, antara lain menerima keadaan fisik sebagai maskulin atau feminin dan berperilaku sesuai dengan kodratnya (merupakan identitas gender), memiliki seperangkat ideologi yang akan diyakini dan mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku (meliputi identitas agama dan identitas politik), melepaskan ikatan emosi dari orang tua dan mempersiapkan diri untuk kehidupan berumah tangga (merupakan identitas hubungan interpersonal) dan melepaskan diri secara ekonomi dari orang tua(identitas pekerjaan). Semua perubahan dan perkembangan yang dialami remaja mengharuskannya untuk mencapai kejelasan identitas atau sense of identity yang akan membedakannya dengan orang lain.
Menurut Erikson (dalam Crerners, 1989), dalam membentuk identitas diri,remaja akan mengalami berbagai krisis. Marcia (dalam Bosma dkk, 1994) mengembangkan pendapat Erikson dengan menambahkan bahwa remaja mengalami masa krisis karena harus berhadapan dengan berbagai peran baru (merupakan proses eksplorasi) dan memilih satu peran yang tepat bagi dirinya (merupakan bentuk komitmen). Marcia mengukur keberhasilan dan kegagalan individu menyelesaikan masa krisisnya dan rnenemukan ada 4 kategori berbeda (achievement, moratorium, foreclosure, d§U?iJsion) dalam menentukan status identitas individu.
Dengan ditemukannya fenomena remaja perempuan yang pernah dilacurkan, peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimanakah status identitas dari domain-domain perkembangan identitas remaja perempuan yang pernah dilacurkan dan yang tidak pernah menjadi pelacur, dengan mengacu pada pemahaman dan penghayatan terhadap domain-domain dari perkembangan identitas dan kecenderungan status identitasnya dilihat berdasarkan teori Marcia.Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode wawancara mendalam. Subjek penelitian yang digunakan 3 orang remaja perempuan yang pernah dilacurkan dan 3 orang remaja perempuan yang tidak pernah menjadi pelacur, berusia 18-22 tahun, pendidikan minimal SD dan maksimal SMP, status sosial ekonomi rendah dan tinggal di wilayah kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum semua subjek memperlihatkan kesamaan gambaran identitas, yaitu pada identitas agama dan gender dengan status identitas foreclosure dan identitas politik dengan status identitas diffusion. Perbedaan status identitas terlihat pada identitas pekerjaan, dengan status identitas diffsion, foreclosure dan achievement. Dalam identitas hubungan interpersonal, terdapat status identitas moratorium, achievement dan foreclosure. Peristiwa dilacurkan mempengaruhi identitas hubungan interpersonal dan identitas gender dari semua subjek remaja perempuan yang pernah dilacurkan dengan status identitas diffusion Sementara untuk domain lainnya terlihat stabil, kecuali satu subjek yang mengalami perubahan identitas agama dari status identitas foreclosure menjadi status identitas moratorium. Keunikan status identitas domain-domain dari perkembangan identitas memperlihatkan bahwa remaja yang berhasil membentuk sense of identity dan ada remaja yang gagal membentuk sense of identity dan mengalami identity confusion.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar dibentnk suatu program rehabilitasi yang efektif serta menyediakan konseling sosial, medis dan psikologis bagi remaja perempuan yang pernah dilacurkan dan keluarganya, yang sesuai dengan kebutuhan pada tugas perkembangannya. juga dilakukan pelatihan-pelatihan yang dapat mengembangkan ketrampilan dan rasa kompetensi diri.
Pada penelitian selanjutnya dilakukan secara longitudinal untuk melihat perubahan status identitas dan apa yang mempengaruhi pembrubahan yang terjadi, karena ada kecenderungan remaja perempuan yang pernah dilacurkan untuk kembali ke dunia pelacuran. Selain itu, akan sangat menarik jika dilakukan perbandingan antara remaja perempuan yang pernah dilacurkan dan tidak kembali ke dunia pelacuran dengan yang kembali ke dunia pelacuran. Juga perlu digali strategi coping dan pola adap"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nordhani
"Remaja adalah fase yang rentan terhadap permasalahan kesehatan mental dan tingkah laku. Apabila tidak ditangani dengan tepat maka akan berdampak negatif selama fase hidup remaja tersebut (Kieling, et al., 2011). Remaja di daerah rural yang minim fasilitas penyedia kesehatan mental yang baik juga harus diperhatikan supaya dapat memberikan program preventif dan intervensi kepada remaja tersebut. Externalizing problem adalah salah satu masalah tingkah laku yang sering ditemukan pada remaja dengan self-esteem sebagai salah satu asosiasi yang kuat (Garaigordobil, Durá, & Pérez, 2005).
Studi ini bertujuan untuk melihat asosiasi antara externalizing problem dan self-esteem pada remaja rural di Karawang baik yang memiliki kehadiran orangtua dan tidak memiliki kehadiran orangtua karena bekerja sebagai TKI. Penelitian ini menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) untuk mengukur Self-Esteem dan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur externalizing problem pada remaja. Terdapat 270 remaja dengan orangtua non buruh migran dan 171 remaja dengan orangtua buruh migran menjadi responden dalam penelitian ini.
Melalui teknik Pearson Product Moment, ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan externalizing problem baik pada sampel remaja dengan orangtua non buruh migran dan remaja dengan orangtua buruh migran. Selain itu, dengan independent sample t-test diketahui perbedaan tingkat self-esteem dan externalizing problem antara remaja dengan orangtua non buruh migran dan buruh migran.

Adolescent is more susceptible to mental health problems dan behavioral difficulties. Those problems will give greater impact to adolescent as they grew up if are not handled properly (Kieling, et al., 2011). Concerns should be thrown to adolescent who live in rural area with lack of mental health facilities in order to give preventive and intervention programs to support their mental health. Adolescents often show externalizing problem as one of their behavioral difficulties with self-esteem as one of their strong factor (Garaigordobil, Durá, & Pérez, 2005).
This study aims the association between self-esteem and externalizing problem in adolescents who live in rural area in Karawang district with their parents also adolescents who are left behind by their mgrant worker parents. The Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) is the instrument to measured self-esteem and the externalizing problem dimension of Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) is used to measure externalizing problem among respondents. 270 rural adolescents who live with their parents and 171 adolescents who left behind by their parents are involved in this study.
The results of this study indicate that there is negatively significant correlation between self-esteem and externalizing problem on both groups. And also, there is significant difference on self-esteem and externalizing problem between adolescents with non-migrant worker parent dan adolescents with migrant worker parent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahda Febi Wilendari
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan antara dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem pada remaja awal anak buruh migran. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) subskala dukungan orangtua dan Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Penelitian ini melibatkan 164 remaja usia 11-16 tahun dengan orangtua buruh migran di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan dukungan sosial dari orangtua pada remaja anak buruh migran dengan r=0,264; p=0,000. Dengan demikian dukungan sosial dari orangtua sangat dibutuhkan dalam perkembangan self-esteem yang baik pada remaja awal anak buruh migran.

The purpose of this research is to discusses the relationship between social support from parents and self-esteem among early adolescent with migrant worker parents. This research methodhology using a quantitative study with a correlational design. To measure self-esteem and social support from parents, the author using Child and Adolescent Social support Scale (CASSS) parental support subscale and Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Respondents in this research were 164 adolescent, age 11-16 years old in Cilamaya, Karawang, West Java.
The result showed there is a significant positive correlation between self-esteem and social support from parents with r=0,264; p=0,000. In conclusion, social support from parents needed for a good development of self-esteem on early adolescent migrant worker's children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thanthi Whidhiasari
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara harga diri dan gratitude pada remaja putus sekolah yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) yang diciptakan oleh Rosenberg pada tahun 1965 dan kemudian sudah diterjemahkan serta divalidasi oleh Ariyani pada penelitiannya tahun 2004. Untuk variabel kedua, alat ukur gratitude yang digunakan adalah The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) yang diciptakan oleh McCullough, Emmons, dan Tsang pada tahun 2002 untuk melihat kualitas atau kondisi bersyukur dalam kehidupan sehari-hari. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistika deskriptif, Pearson Product-Moment Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-Way Analysis of Variance (ANOVA). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 68 orang remaja putus sekolah yang bekerja dengan rentang usia 11-22 tahun dan belum menikah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan gratitude pada remaja putus sekolah yang bekerja.

This research was conducted to find the correlation between self esteem and gratitude in school drop out adolescents who worked. This research used a quantitative approach using a measuring instrument Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) developed by Rosenberg in 1965 and then it was translated and validated by Ariyani on her research in 2004. For the second variable, measuring instruments of gratitude used was The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) which was created by McCullough, Emmons, and Tsang in 2002 to see the quality or condition of grateful in everyday life. Data were analyzed by using the techniques of descriptive statistics, Pearson Product-Moment Correlation, Independent Sample T-Test, and One-Way Analysis of Variance (ANOVA). Participants in this research were 68 school drop out adolescents who worked with the age range of 11-22 years old and unmarried. The results of this research showed that there were not significant correlation between self-esteem and gratitude in school drop out adolescents who later worked.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>