Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theodora Subyantoro
"Populasi manusia kian meningkat dari hari kehari dan mengingat perkembangan teknologi dan program KB, maka dapat diramalkan bahwa populasi terbesar akan bcrada pada populasi lansia. Oleh karena itu adalah penting untuk memperhatikan keberadaan populasi lansia Panti werda adalah sebuah pilihan yang patut dipertimbangkan. Namun citra panti werda, khususnya di Indonesia tidaklah positif di kalangan masyarakatnya. Unmk merubah citra tersebut, pardi werda harus menjadi tempat tinggal yang bisa membuat lansia merasa sejahtera. Seseomng dapat merasa sqiahtera ketika kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk ruembuat penelilian mengenai gambaran kebutuhan lansia yang tinggal di panti werda. Untuk mendapatkan gambaran kebutuhan yang dapat dilanjutkan menjadi intervensi yang cukup aplikatif bagi sebuah panti werda, maka penelitian ini harus dibuat pada sebuah panti werda saja. Untuk itu, peneliti hanya melakukan penelitian ini di PWK Hana.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori kebutuhan Abraham Maslow. Teori ini menyebutkan adanya 5 tingkatan kebutuhan, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kebumlwn penghargaan dan kebutuhan aktualisasi. Teori kebutuhan ini berbentuk hiradri, dimana kebutuhan yang diatasnya hanya dapat terpenuhi ketika kebutuhan yang dibawahnya sudah terpenuhi. Namun karena peneliti ingin melihat kebuulhan mana yang lebih dominan dari 5 kebutuhan ini, maka peneliti melihat kelima kebutuhan inisecara sejajar. Hal ini didukung oleh literatur yang mengatakan bahwa penggunaan hirarki dalam teori kebutuhan Maslow tidakdah mutlak.
Hasil penelitian dari 30 lansia yang tinggal di PWK Hana ini memperlihatkan bahwa kebutuhan tertinggi dari lansia yang tinggal di PWK Hana adalah kcbutuhan aktualisasi diri dengan spesifikasi kabutuban tertinggi didalamnya, yaitu kebutuhan txansendensi diri dan kebutuhan terendalmya adalah stimulasi. Sedangkan kebutuhan terendah adalah kebutuhan rasa aman, dengan spesifikasi kebutuhan tertinggi didalnmya adalah kebutuhan akan lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti juga melihat gambaran kebutuhan lansia yang tinggal di PWK Hana berdasarkan jenis kelamin, usia, status pemikahan dan lamanya tinggal di PWK Hana sebagai analisis tambahan.
Dari keseluruhan hasil penelitian yang ada, peneliti melihat beberapa hal yang menafik, diantaranya adalah kenyataan yang memperlihatkan tingginya kebutuhan akan aktualisasi diri memicu kita untuk dapat memikidcan intervensi-intervensi dan meniotivasi lansia untuk lebih aktif dan produktif dalam artian yang luas sehingga dapat membuat mereka merasa lebih berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain disekitamya.
Isu lainnya yang muncul dalam penelitian ini adalah masih adanya kebutuhan seks, khususnya pada lansia laki-laki. Masih adanya dorongan seksual ini perlu diperlukan pemenuhannya atau penyalurannya melalui cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat kita."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Rekawati
"Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan, sikap dan praktek lanjut usia dalam melakukan perawatan kebersihan diri di Panti Tresna Wredha Budi Mulia Jakarta Timur. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mengenai kemampuan (pengetahuan, sikap dan praktek) lanjut usia dalam memenuhi perawatan kebersihan dirinya serta pemeriksaan fisik mengenai kebersihan diri lanjut usia. Data dianalisa dari pernyataan pengetahuan, sikap dan praktek yang dikelompokkan dalam variabel pengetahuan, sikap dan praktek. Kemudian berdasarkan skala penilaian yang sudah ditetapkan, hasil penghitungan dikelompokkan untuk menilai level//tingkatannya.
Penelitian dilaksanakan di Panti Tresna Wredha Budi Mulia Jakarta Timur dengan mendapatkan responden sebanyak 36 lanjut usia yang dipitih secara acak. Hasil penelitian didapatkan data bahwa pengetahuan lanjut usia mengenai kebersihan diri sangat baik sebesar 72,22 %, baik sebesar 13,89 % dan cukup sebesar 8,33 %. Sikap lanjut usia terhadap perawatan kebersihan diri sebesar 58,33 % bersikap baik, 30,56% bersikap cukup namun masih ada lanjut usia yang bersikap acuh atau kurang terhadap perawatan kebersihan diri yaitu sebesar 11,11 %. Praktek terhadap kebersihan diri yang dilakukan lanjut usia relatif sudah cukup baik, hat ini ditunjukkan dari data yang diperoleh yaitu lansia yang melakukan praktek kebersihan diri sangat baik sebesar 19,44 %, lansia yang melakukan praktek kebersihan diri baik sebesar 27,78 %, lanjut usia yang melakukan perawatan diri cukup sebesar 41,67 % namun masih ada lanjut usia yang m asih kurang dalam melakukan praktek terhadap kebersihan dirinya yaitu sebesar 11,11 %.
Hasil data di atas ternyata tidak sejalan dengan hasil pemeriksaan fisik mengenai kebersihan diri lanjut usia. Sehingga penelitian ini perlu sekali ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi semua faktor yang mempengaruhi lanjut usia dalam pemenuhan perawatan kebersihan dirinya. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Hayatunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap perilaku sehat lansia yang tinggal bersama anak. Diketahui bahwa sebagian besar lansia di Indonesia tinggal bersama anaknya. Tinggal bersama anak merupakan salah satu contoh dari pengaturan tempat tinggal living arrangement bagi lansia. Untuk mengukur kedua variabel dalam penelitian, yaitu dukungan sosial dan perilaku sehat, peneliti menggunakan alat ukur mengenai dukungan sosial yang telah diadaptasi oleh Gupta dan alat ukur perilaku sehat yang telah dikembangkan oleh tim penelitian perilaku sehat mahasiswa UI. Dukungan sosial terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi informasi, dimensi nyata atau langsung, dan dimensi emosional. Teknik analisis multiple regression dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketiga dimensi dukungan sosial terhadap perilaku sehat. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 lansia yang tinggal bersama anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi dukungan informasi diperoleh t 102 = 0,13 dengannilai p=0,901, pada dimensi dukungan nyata atau langsung diperoleh pada t 102 = 0,92 dengannilai p=0,36, dan pada dimensi dukungan emosional diperoleh t 102 = 0,39 dengannilai p=0,699. Berdasarkan hasil tersebutdapat disimpulkan bahwaketiga dimensi dukungan sosial yang diberikan oleh anak tidak dapat memengaruhi perilaku sehat lansia yang tinggal bersama anak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap perilaku sehat lansia yang tinggal bersama anak. Diketahui bahwa sebagian besar lansia di Indonesia tinggal bersama anaknya. Tinggal bersama anak merupakan salah satu contoh dari pengaturan tempat tinggal living arrangement bagi lansia. Untuk mengukur kedua variabel dalam penelitian, yaitu dukungan sosial dan perilaku sehat, peneliti menggunakan alat ukur mengenai dukungan sosial yang telah diadaptasi oleh Gupta dan alat ukur perilaku sehat yang telah dikembangkan oleh tim penelitian perilaku sehat mahasiswa UI. Dukungan sosial terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi informasi, dimensi nyata atau langsung, dan dimensi emosional. Teknik analisis multiple regression dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketiga dimensi dukungan sosial terhadap perilaku sehat. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 lansia yang tinggal bersama anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi dukungan informasi diperoleh t 102 = 0,13 dengannilai p=0,901, pada dimensi dukungan nyata atau langsung diperoleh pada t 102 = 0,92 dengannilai p=0,36, dan pada dimensi dukungan emosional diperoleh t 102 = 0,39 dengannilai p=0,699. Berdasarkan hasil tersebutdapat disimpulkan bahwaketiga dimensi dukungan sosial yang diberikan oleh anak tidak dapat memengaruhi perilaku sehat lansia yang tinggal bersama anak.

The purpose of this study is to examine the effect of social support on health behavior among older people coresidence living. It is known that most older people in Indonesia live with their children. Living with children is one of living arrangements for older people. To assess both variables in this study, which are social support and health behavior, the researcher use an instrument of social support that has been adapted by Gupta and an instrument of health behavior developed by the UI student health behavior research team. Social support consists of three dimension informational, tangible, and emotional. Multiple regression analysis is conducted to determine the effect. The sample of this study is 102 older people coresidence living. The result of this study found that on the informational support obtained t 102 0,13 with p 0,901, on the tangible support obtained t 102 0,92 with p 0,36, and on the emotional support dimension obtained t 102 0.39 with p 0,699. Based on these results, it can be concluded that the three dimension of social support cannot be effect the health behavior among older people in coresidence living."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Rita Arie Radyaswati
"ABSTRAK
Meningkatnya jumlah lansia di Indonesia menjadi bagian persoalan
yang harus disikapi secara lebih serius. Masa lansia hampir selalu identik
dengan bermacam-macam perubahan yang mengarah pada kemunduran
fungsi-fungsi fisik maupun psikologis. Perubahan kehidupan masyarakat
yang semakin individualis, bergesernya nilai dan cara pandang terhadap
lansia berpengaruh terhadap kehidupan pribadi yang menimbulkan berbagai
masalah bagi lansia dalam memenuhi harapan dan kebutuhan-kebutuhan
guna mencapai kepuasan hidupnya.
Kepuasan hidup merupakan harapan dan tujuan semua manusia
dimanapun mereka tinggal, tidak memandang usia, jenis kelamin maupun
status. Namun demikian melihat karakterististik kebutuhan-kebutuhannya,
faktor status tidak menikah dan tinggal di sebuah panti wreda menjadikan
aspek yang menarik untuk diteliti.
Di dalam teori aktifitas mengemukakan bahwa kepuasan hidup
ditentukan bagaimana lansia merasakan kepuasan hidup dengan
mempertahankan keaktifan secara berkesinambungan sepanjang hidupnya.
Neugarten (dalam Kausler 1982) mengidentifikasi kepuasan hidup melalui
lima komponen dalam Life Satisfaction Index, yang terdiri dari komponen
Zest fo r Life; Resolution and Fortitude; Achieved Goals; Optimistic Mood
Tone dan Positive Self-Concept.
Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana kepuasan hidup
wanita lansia yang tidak menikah dan tinggal di Panti Wreda Kristen Hana.
Sedangkan tujuan khusus adalah untuk mengungkap bagaimana mereka
menghayati kepuasan hidupnya. Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dengan subyek 5 orang lansia yang mempunyai karakteristik
sesuai tujuan penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak semua subyek
merasakan kepuasan hidup. Beberapa subyek yang mempunyai kepuasan
hidup tinggi, pada umumnya memenuhi aspek-aspek dalam komponen
kepuasan hidup. Mereka antusias dalam menjalani hidup saat ini;
mempunyai penerimaan diri yang baik, bertanggung jawab, dapat
memaknai dan memberi arti dalam hidupnya serta sikap positif terhadap
kematian. Mereka juga merasakan tercapainya harapan-harapan dalam
hidupnya, optimis dan mempunyai respon positif dalam berbagai situasi
serta konsep diri positif Beberapa hal bertentangan terjadi pada beberapa
subyek yang mempunyai kepuasan hidup rendah. Beberapa aspek dalam
komponen kepuasan hidup tidak dapat dirasakan oleh beberapa subyek
yang mempunyai kepuasan hidup rendah. Sedangkan kesamaan ditemukan
pada semua subyek bahwa mereka masing-masing mengalami masalah
kemunduran baik secara fisik, ekonomi maupun psikologis. Mereka juga
tidak mempunyai ikatan yang kuat baik dengan saudara sedarah maupun
teman, dimana secara teoritis pada mereka yang tidak menikah mempunyai
kebutuhan-kebutuhan tinggi akan hal tersebut. Perbedaan utama terletak
pada penghayatan masing-masing subyek terhadap kehidupannya.
Lebih lanjut kemudian dapat ditemukan suatu benang merah dari
hasil variasi kepuasan subyek dalam setiap komponen kepuasan hidup yang
terkait dengan teori aktifitas. Disamping aktifitas berkesinambungan
sebagai kepuasan hidup, perasaan subyektifitas wanita lansia dalam
memaknai aktifitas dan peristiwa dalam hidupnya merupakan hal penting
dan tampak berperan dalam kepuasan hidup mereka"
Lengkap +
2007
T37819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia pada
umumnya mengalami kemunduran fisik, mental, maupun sosial. Karena fungsi organ
tubuh menurun, maka lansia harus Iebih sering memeriksakan kesehatnnya. Menurut
Hardywinoto, dkk, 1999 lansia memerlukan waktu 3 kali lebih sering dalam
memeriksakan kesehatannya dari pada usia muda. Namun pada kenyataannya lansia
sering terlambat dalam memeriksakan kesehatannya, karena masalah kesehatan pada
lansia sering timbul secara perlahan-lahan tampa ada tanda atau keluhan. Oleh karena itu
agar kesehatan lansia tetap optimal diperlukan adanya motivasi dari lansia itu sendiri
untuk memeriksakan kesehatan secara teratur. Berdasarkan kondisi di atas peneliti
mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi lansia dalam memeriksakan kesehatanya di puskesmas Beji.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi melalui desain cross sectional.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi lansia dalam melakukan
pemeriksaan kesehatan dipengaruhi oleh faktor intrinsik berupa; umur, pendidikan,
pengetahuan, dan kepuasan. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa; ekonomi, sosial,
budaya, dukungan keluarga, dan akses ke puskesmas."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5461
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdana Eka Putri
"Penuaan adalah suatu proses terjadinya perubahan pada setiap sistem tubuh. Berbagai perubahan ini dapat mempengaruhi tingkat aktivitas fisik lansia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik pada lansia. Penelitian ini dilakukan pada 99 responden di Kelurahan Mekarwangi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.
Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas lansia memiliki tingkat aktivitas fisik sedang (49,5%); selebihnya tingkat aktivitas fisik rendah (25,3%); dan tingkat aktivitas fisik tinggi (25,3%). Hasil penelitian ini sudah menunjukkan tingkat aktivitas fisik pada lansia yang sesuai akan tetapi perlu diteliti lebih lanjut keterkaitan aktivitas fisik dengan istirahat yang diperlukan lansia.

Aging is a process in which all systems of the body undergo changes. These changes can influence physical activities level of the elderly. Thus, this work is a descriptive research which aims to discern physical activities level of the elderly. The data of this research are 99 people in Mekarwangi village, Tanah Sareal subdistrict, Bogor city.
The results show that the majority of the elderly have moderate level of physical activities (49,5%); the rest has low physical activities (25,3%) and high physical activities (25,3%). The results show the appropriate level of physical activities for the elderly, yet further research is needed to understand the relation between physical activities and the amount of rests required.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Isna Purwani
"Sejak tahun 2021, Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua dengan persentase lansia sudah mencapai lebih dari 10 persen (BPS, 2022). Dalam tiga tahun terakhir unmet need pelayanan kesehatan di Indonesia lebih banyak dialami oleh penduduk lansia dibandingkan penduduk muda dan mengalami peningkatan di masa pandemi Covid-19. Unit analisis yang digunakan adalah lansia 60 tahun ke atas yang mengalami keluhan kesehatan dan mengganggu kegiatan sehari-hari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kecenderungan lansia mengalami unmet need availability dan accessibility serta unmet need acceptability pelayanan kesehatan sebelum dan masa pandemi Covid-19. Data yang digunakan dalam penelitian ini Susenas Maret dan Podes tahun 2019 dan 2021. Hasil regresi multinomial menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga dan kepesertaan JKN lansia berpengaruh negatif terhadap terjadinya unmet need artinya semakin tinggi tingkat kesejahteraan lansia dan kepesertaan JKN cenderung mengalami unmet need availability dan accessibility serta unmet need acceptability yang lebih rendah dibandingkan lansia termiskin (Q1) dan bukan peserta JKN. Selain itu pelayanan kesehatan puskesmas terutama di perdesaan yang belum berfungsi secara maksimal menyebabkan kecenderungan unmet need availability dan accessibility lebih tinggi pada lansia yang ada puskesmas di wilayah tempat tinggalnya dibanding yang tidak ada. Berdasarkan karakteristik, lansia lebih muda, berstatus kawin, tingal bersama pasangan atau anggota rumah tangga lainnya, wilayah perkotaan dan tidak disabilitas kecenderungan unmet need availability dan accessibility serta unmet need acceptability lebih rendah. Sementara, lansia bekerja kecenderungan unmet need acceptability lebih tinggi, sedangkan kecenderungan unmet need availability dan accessibility lebih rendah dibanding lansia tidak bekerja. Terakhir lansia berpendidikan tinggi kecenderungan unmet need acceptability lebih tinggi dibandingkan lansia pendidikan rendah. Hasil deskriptif menunjukkan pada saat pandemi Covid-19 unmet need acceptability lebih tinggi dibandingkan lansia pendidikan rendah. Hasil deskriptif menunjukkan pada saat pandemi Covid-19 unmet need acceptability mengalami peningkatan, sedangkan unmet need availability dan accessibility mengalami penurunan. Lansia yang lebih rentan terpapar Covid-19 menyebabkan takut ke faskes, melakukan pengobatan sendiri dengan membeli obat di apotek dan ketika penyakit belum parah tidak merasa perlu ke faskes sehingga unmet need acceptability tinggi di saat pandemi.

Since 2021, Indonesia has entered ageing population with the percentage of elderly more than 10 percent (BPS, 2022). The last three years, unmet need for health services in Indonesia has been experienced more by elderly than by young and has increased during the Covid-19 pandemic. The unit of analysis used is the elderly aged 60 years and over who experience health complaints and interfere with daily activities. The aim of this research is to determine the tendency of elderly people to experience unmet need availability and accessibility as well as unmet need acceptability of health services before and during the Covid-19 pandemic. The data used in this study are Susenas March and Podes in 2019 and 2021. Multinomial regression results show that household welfare level and JKN membership in the elderly have a negative effect on the occurrence of unmet need, meaning that the higher the level of elderly welfare and JKN membership, the tendency of unmet need for availability, accessibility and acceptability is lower than the poorest elderly (Q1) and non-JKN participants. In addition, puskesmas health services, especially in rural areas, which have not functioned optimally, cause the tendency of unmet need availability and accessibility to be higher in the elderly where there is a puskesmas in the area where they live than where there is none. Based on characteristics, the elderly are younger, married, live with a partner or other household members, in urban areas and are not disabled, the tendency is for unmet need availability and accessibility and unmet need acceptability to be lower. Meanwhile, the working elderly have a higher tendency of unmet need acceptability, while the tendency of unmet need availability and accessibility is lower than the non-working elderly. Lastly, older with higher levels of education tend to have a higher unmet need acceptability than older adults with lower levels of education. Descriptive results show that during the Covid-19 pandemic unmet need acceptability has increased, while unmet need availability and accessibility have decreased. Elderly who are more vulnerable to Covid-19 are afraid to go to health facilities, self-medicate by buying medicine at the pharmacy and when their illness is not severe, they feel no need to go to health facilities so that the acceptability of unmet need is higher during the pandemic."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Liansyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Beji Kecamatan Beji tahun 2014. Menggunakan metode deskriptif studi cross sectional dengan jumlah sampel 66 orang. Analisa data menggunakan Uji kai-kuadrat. Hasil penelitian didapatkan pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Beji sebesar 47,0% dengan faktor-faktor yang berhubungan adalah pekerjaan (p = 0,01), pendapatan (p=0,01), dukungan keluarga (p=0,01), dukungan petugas puskesmas (p =0,02) dan faktor kebutuhan (p=0,00). Untuk meningkatkan pemanfaatan pos pembinaan terpadu maka perlu dilakukan pengelolaan manajemen program lansia dengan lebih terencana, sosialisasi kepada masyarakat tentang fungsi, tujuan dan manfaat program posbindu lansia, pengadaan sarana penunjang, pelatihan kader dan kerja sama lintas sektor.

This study aims to determine the factors that influence the utilization of integrated postal development elderly in the region of the sub-district public health centers in 2014 Beji. Using descriptive cross-sectional study with a sample of 66 people. Data analysis using the chi-square test. Utilization of research results in the get older postal of integrated development in the region of 47.0% to the factors associated are: employment (0,01), family support (p=0,01), health care workers (p = 0,02) and factors support the need (p = 0,00). To increase the utilization of integrated postal coaching is necessary for the management of the elderly with more planned programs, outreach to the community about the functions, objectives and programs utilizationpostal development elderly, procurement support, training cadres and intersectoral collaboration."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Marfuah
"Peningkatan jumlah lansia di Indonesia setiap tahun dan diperkirakan tahun 2020 sekitar 11.34% dari jumIah penduduk Indonesia. Melihat peningkatan ini ada perhatian dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lansia dengan mendirikan posyandu lansia. Pemanfaatan posyandu lansia masih rendah hanya sekitar 6.8% in menurut informasi kepala desa tanggal 29 September 2004 di Desa Cimanggu ll Kec. Cibungbulang Kab. Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi lansia mengenai keberadaan dan manfaat posyandu Iansia. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan sekitar 57% lansia yang mempunyai persepsi positif terhadap posyandu lansia menurut uji statistik."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5382
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Lanjut usia menurut WHO, yaitu usia lebih dari 60 tahun. Pada usia Ianjut mengalami
perubahan dan penurunan fungsi organ sehingga dalam melakukan kegiatan sehari-hari,
misalnya personal hygiene mengalami hambatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran dan menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
personal hygiene pada pasien lanjut usia.Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
sederhana. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna werda Bakti Mulya Cipayung
dengan sampel 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi untuk melakukan personal hygiene berupa faktor eksternal dan
internal. Faktor internal terdiri dari :pengalaman(91,11%), pengetahuan (62,22%), dan
perilaku sehat (87,78%). Sedangkan faktor eksternal budaya (77,78%), status kesehatan
(S5,56%). Dapat dilihat bahwa pengalaman merupakan faktor terbesar dalam
meningkatkan personal hygiene pada Ianjut usia. Beberapa hal yang direkomendasikan
pada penelitian ini, yaitu sampel yang lebih diperbanyak agar hasil yang diperoleh dapat
mendekati gambaran yang jelas dari populasi, kuisioner yang diberikan agar dapat dibuat
lebih sederhana, desain penelitian tidak hanya deskripsi sederhana tetapi juga dibuat
desain korelatif atau sederhana."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5149
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>