Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92518 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hannibal
"ABSTRAK
Rancangan Program Dzikir Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Narapidana
Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pemuda Tangerang?
(83 halaman + xiii halaman, 5 Tabel, 8 Gambar dan Lampiran)
Untuk terciptanya pcmbinaan di Lapas khususnya pcmbinaan
kepribadian sebagai pembinaan tahap awal, diperlukan sikap penerimaan diri
narapidana dalam menerirna kenyataan peristiwa hukum yang dialaminya.
Dengan penerimaan diri tersebut diharapkan sikap mereka menjadi ikhlas dan
mau berperan aktif dalam pembinaan di Lapas. Program dzikir yang ditawarkan
adalah dzil-:ir dengan metode Tareqat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN).
Kegiatan dzikir ini menjadi stimulus bempa informasi baru dalam bentuk
keyakinan atas nilai-nilai kcbesaran Allah SWT yang harus ditaali dan dipatuhi
sebagai penentu atas segala masalah yang teljiadi agar tercipta keseimbangan
pada elemen kognisi narapidana sehingga merubah sikap menarik diri menjadi
menerima masalahnya dengan ikhlas dan mau mentaati dan mematuhi segala
apa yang menjadi kewajibannya, termasuk berperan aktif dalam pembinaan di
Lapas."
2007
T34067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannibal
"ABSTRAK
Untuk terciptanya pembinaan di Lapas khususnya pembinaan
kepribadian sebagai pembinaan tahap awal, diperlukan sikap penerimaan diri
narapidana dalam menerima kenyataan peristiwa hukum yang dialaminya.
Dengan penerimaan diri tersebut diharapkan sikap mereka menjadi ikhlas dan
mau berperan aktif dalam pembinaan di Lapas. Program dzikir yang ditawarkan
adalah dzikir dengan metode Tareqat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN).
Kegiatan dzikir ini menjadi stimulus berupa informasi baru dalam bentuk
keyakinan atas nilai-nilai kebesaran Allah SWT yang harus ditaati dan dipatuhi
sebagai penentu atas segala masalah yang terjadi agar tercipta keseimbangan
pada elemen kognisi narapidana sehingga merubah sikap menarik diri menjadi
menerima masalahnya dengan ikhlas dan mau mentaati dan mematuhi segala
apa yang menjadi kewajibannya, termasuk berperan aktif dalam pembinaan di
Lapas."
2007
T17794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eneng Khairun Nisa
"Penelitian ini tentang komitmen religius dan apresiasi terhadap tubuh pada perempuan berhijab dan tidak berhijab. Sebanyak 753 perempuan muslim berusia 12-40 tahun telah melengkapi instrumen penelitian, di antaranya Religious Commitment Inventory-10, Body Appreciation Scale-2, serta sebagian dari Hijab Index. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara komitmen religius apresiasi tubuh dan pada perempuan muslim berhijab dan tidak berhijab.
Hasil lain juga menunjukkan bahwa perempuan yang berhijab memiliki skor komitmen religius yang lebih tinggi dibandingkan perempuan tidak berhijab. Di sisi lain, tidak ditemukan adanya perbedaan antara kelompok usia remaja dan dewasa muda pada variabel komitmen religius dan apresiasi tubuh.

This research examined religious commitment and body appreciation among Muslim female with and without hijab. A total of 753 Muslim female were completed research instrument assessing religious commitment (Religious Commitment Inventory-10), body appreciation variable (Body Appreciation Scale-2), and the frequency of hijab use (part of Hijab Index).
Results showed that religious commitment and body appreciation were significantly correlated among muslim female with and without hijab. Female with hijab had greater religious commitment score than female without hijab. However, there were no significant differences between adolescents and young adults muslim female in religious commitment and body appreciation."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulmaida Amir
"ABSTRAK
Inisiatif pertumbuhan diri merupakan keterampilan individu dalam mencari kesempatan untuk tumbuh growth sebagai pribadi. Penelitian ini mengkaji peran keyakinan agama dalam menentukan inisiatif pertumbuhan diri. Keyakinan agama umumnya diteliti melalui religiusitas, sementara dalam Al-Qur rsquo;an cukup banyak ayat yang mendorong agar manusia bertindak progresif memperbaiki kehidupan, yang sejauh ini belum cukup dikaji dalam psikologi. Apakah orang yang meyakini nilai-nilai Islam yang mendorong kemajuan akan lebih baik dalam inisiatif pertumbuhan diri? Pertanyaan ini dijawab melalui religiusitas dan keyakinan pada nilai-nilai Islam progresif dengan meneliti pengaruhnya terhadap inisiatif pertumbuhan diri. Religiusitas merupakan keyakinan kepada Tuhan, praktek ibadah, dan pengalaman religius, sementara keyakinan pada nilai Islam progresif adalah keyakinan akan pentingnya berpikir logis, memperbaiki diri, bekerja keras, dan meyakini kemampuan diri. Penelitian dilakukan terhadap 769 mahasiswa di Jakarta dan Padang, dengan alat ukur berupa skala inisiatif pertumbuhan diri dari Robitschek et.al. 2009, 2012 , skala religiusitas dan skala nilai Islam progresif yang dibuat sendiri. Hasil penelitian menunjukkan, ldquo;religiusitas bersama-sama dengan keyakinan pada nilai Islam progresif berpengaruh terhadap inisiatif pertumbuhan diri rdquo;. Artinya, orang dengan keyakinan Islam yang memiliki kecenderungan aktif memperbaiki diri adalah orang yang cenderung religius dan mempedomani nilai-nilai Islam yang mendorong untuk berpikir logis, aktif memperbaiki diri, bekerja keras, dan meyakini kemampuan diri.

ABSTRACT
Personal growth initiative is an individual skill of seeking opportunities to grow as a person. This study examines the role of religious belief in determining personal growth initiatives. Religious beliefs is generally examined through religiosity, while in the Al Qur 39 an a quite number of verses encourage people to progressively improve their lives, which so far have not been adequately studied in psychology. Do people who believe in Islamic values that promote development will be better at personal growth initiative This question is answered through religiosity and belief in progressive Islamic values by examining its influence on personal growth initiative. Religiosity is a belief in God, a practice of worship, and religious experience, while belief in progressive Islamic values is a belief in the importance of logical thinking, self improvement, hard work, and self confidence. The study was conducted on 769 students in Jakarta and Padang. The personal growth initiative was measured by personal growth initiative scale PGIS II Robitschek et.al., 2009, 2012 . New measures were developed to assess religiosity and progressive Islamic values. The results is religiosity and belief in progressive Islamic values both have a positive influence on personal growth initiative . It means, the people with Islamic beliefs that have active tendency to improve themselves are people who tend to be religious and promote Islamic values that encourage to think logically, actively improve themselves, work hard, and confidence to their self ability."
2017
D2410
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1988
297.610 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Indra Astuti
"Ramadhan merupakan saat ibadah yang istimewa bagi umat Islam. Keistimewaan ini lantas dirayakan oleh stasiun-stasiun televisi di Indonesia, dengan menghadirkan program-program bemuansa Ramadhan, ketika bulan Ramadhan berlangsung kurang Iebih selama 30 hari. Pertanyaan yang kerap dilontarkan adalah apakah kehadiran program-program tersebut menandakan kesalehan ritual dalam industri televisi kita ketika Ramadhan tiba? Ada 2 wacana yang bertemu ketika Ramadhan tiba disambut gegap gempita oleh televisi. Media massa, sebagai industri yang bergerak dalam pasar bisnis, membawa wacana yang berasal dari wilayah yang relatif sekuler. Sedangkan Ramadhan memiliki esensi nilai yang bersumber dari wacana religius-sebuah domain yang disakralkan. Lantas, bagaimana wacana religius tersebut ditransfer dalam media massa dengan wacana sekuler-nya? Hasilnya adalah program religius yang maknanya dikonstruksi bersama bukan oleh kalangan agamawan sendiri, tetapi Iebih banyak oleh pelaku produksi dan kalangan media.
Mengambil paradigma konstruktivisme, dengan pendekatan kognisi sosial Van Dijk, penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Penelusuran data maupun analisis dilakukan pada tiga level: level teks dengan mencermati teks-teks program Sahur Ramadhan, level organisasi dengan meneliti mode produksi serta kognisi sosial pembuat program, level societal dengan menganalisis posisi wacana religius di tengah ruang sosial masyarakat dewasa ini, seperti tercermin dari temuan penelitian.
Wawancara untuk mengetahui mode produksi dan skema kognisi sosial dilakukan pada para informan di stasiun televisi yang diteliti (RCTI, TPI, Indosiar, SCTV, Trans TV dan Metro 1V), terdiri dari para produser dan kru yang terlibat secara langsung dalam proses produksi program Sahur Ramadhan. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap para pengamat media, Amir Siregar dan Ade Armando, untuk mengetahui konteks pemlasalahan dan aspek industri media, dilengkapi dengan wawancara terhadap sejumlah narasumber yang mewakili wacana religius, mulai dari anggota MUI hingga ustadz atau da'i yang terlibat dalam acara-acara tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan hasil-hasil sbb. (1) Pada level teks, terlihat kuatnya gejala infotainmentization program-program sahur Ramadhan tayangan entertainment/komedi situasi, yang berujung pada inkonsistensi penyampaian makna substansial Ramadhan; (2) Pada level organisasional, terlihat bahwa gejala infotainmentization ini terlihat pada program dengan mode produksi yang menggunakan tolok ukur sukses program berdasarkan rating dan audience share. Program sahur Ramadhan didominasi oleh komedi dan infotainment karena pendekatan inilah yang disukai masyarakat di saat Ramadhan maupun bukan Ramadhan; (3) Masih di level organisasional, pemetaan skema kognisi sosial memperlihatkan adanya perbedaan memaknai Ramadhan dan fungsi-fungsi media, di antara pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tak langsung dalam produksi wacana religius di televisi. Makna Ramadhan yang dominan bagi stasiun televisi adalah sebuah momen produksi yang bisa digunakan untuk meraih pemasukan sebesar-besamya. Makna ini didukung oleh sebagian kalangan agamawan yang -apapun dalihnya-bersedia tampil di televisi tanpa mengritisi peran, porsi, maupun substansi wacana religius yang dibawakannya; (4) Pada level societal, gejala infotainmentization program sahur Ramadhan menampakkan kuatnya 'ideologi hiburan' yang dicekokkan kepada pemirsa, bahkan ketika muatan yang akan ditransfer adalah wacana-wacana religius. Dalam konteks sosiokultural yang lebih luas, terlihat bahwa mediasi antara wacana religius dalam raang media komunikasi massa dalam industri budaya saat ini telah memosisikan agama sebagai pihak yang dimarjinalisasikan saat berhadapan dengan stasiun televisi.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa perpindahan wacana religius (maupun wacana lainnya) ke dalam raang media, bukan sekadar persoalan mentransfer pesan. Perpindahan medium pada dasamya adalah sebuah proses mediasi-yaitu transformasi mode komunikasi yang mengandung implikasi-implikasi sosiokultural. Perubahan-perubahan ini berpangkal dari konstruksi dan rekonstruksi makna yang menjadi fokus penelitian ini.
Apa yang diperlihatkan dalam kesimpulan penelitian ini, yaitu konstruksi seputar makna religius (khususnya makna Ramadhan) dalam program-program televisi, memperlihatkan berlakunya paradigma konstruktivisme yang mengasumsikan bahwa realitas tidaklah muncul begitu saja, melainkan dibentuk melalui interaksi di antara para pelaku produksi dalam sebuah konteks tertentu. Interaksi tersebut dapat menghasilkan negosiasi, negasi, bahkan seleksi atas makna-makna-yang -disepakati bersama-dan ini terlihat dari `kerjasama' pekerja media dan sebagian kalangan agamawan selaku para pelaku produksi dalam memproduksi tayangan sahur Ramadhan.
Interaksi yang berlangsung dalam level (konsensus) pemaknaan ini, dalam sejumlah aspek krusial seperti hubungan antar para pelaku produksi, temyata kuat dipengaruhi oleh struktur. Pada banyak situasi, struktur lembaga sangat mempengaruhi dan mengerangka pemaknaan individu selaku agent. Namun, yang menarik, agent juga bisa mempengaruhi struktur ketika kedua entitas ini dapat mencapai konsensus mengenai makna bersama. Lagi-lagi, ini memperlihatkan bahwa realitas merupakan produk konstruksi sosial, dan bukan semata-mata pemaksaan realitas secara sepihak."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Mayondhika
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara komitmen beragama dan kesediaan berkorban untuk agama, serta juga untuk melihat dimensi-dimensi dalam komitmen beragama manakah yang memiliki hubungan dengan kesediaan berkorban untuk agama. Pengukuran komitmen beragama menggunakan alat ukur religiusitas (Zulhairi, 2005) yang diadaptasi dari alat ukur komitmen beragama milik Glock (dalam Robinson dan Shaver, 1980) dan pengukuran kesediaan berkorban menggunakan alat ukur willingness to engage in extreme behaviors (Swan, Gomez, Morales, Huici dan Hixon, 2010). Partisipan penelitian ini berjumlah 74 orang pemeluk agama Islam yang berdomisili di Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen beragama dan kesediaan berkorban untuk agama (R = 0.451; p = 0.007, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, dimensi ritual diketahui sebagai dimensi satu-satunya dalam komitmen beragama yang memiliki hubungan signifikan dengan kesediaan berkorban pada pemeluk agama Islam Islam (r = 0.303; p = 0.011, signifikan pada L.o.S 0.05).

The study was conducted to find the relationship between religious commitment and willingness to sacrifice for religion, and also to see in which dimension of religious commitment that has a relationship with a willingness to sacrifice for religion. Measurement of religious commitment using religiosity measuring instrument (Zulhairi, 2005), adapted from the measuring instrument's religious commitment of Glock (in Robinson and Shaver, 1980). Measurements of willingness to sacrifices using measuring instrument of willingness to engage in extreme behaviors (Swan, Gomez, Morales, Huici and Hixon, 2010). The participants of this research are 74 muslims who live in Jabodetabek. The results of this study showed a significant positive relationship exists between religious commitment and willingness to sacrifices for religion (R = 0451; p = 0.007, significant at the LoS 0.01). In addition, the dimensions of religious practice known as the only dimension in which religious commitment has a significant relationship with willingness to sacrifices for religion (r = 0303; p = 0011, significant at the LoS 0.05)."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rita Fitriati Nurlambang
"ABSTRAK
Kehidupan beragama pada masa Jawa Kuna amat penting sifatnya. Hal ini dapat terlihat dari bekas-bekas penghidupan yang mereka tinggalkan pada saat ini seperti candi-candi yang didirikan sejaka abad 8 Masehi sampai dengan abad 14 Masehi sebagai rumah-rumah peribadatan yang sakral dimana pengelolaannya tertulis dengan jelas di dalam kitab-kitab agama. Selain itu, pentingnya agama di dalam kehidupan mereka juga tampak jelas di dalam relief-relief maupun data tertulis seperti prasasti maupun karya-karya sastra.
Penelitian ini bermaksud mengungkapkan bagaimana wanita pada masa Jawa Kuna ikut aktif di dalam kehidupan beragama dan sampai dimana peran mereka di dalam menjalankan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting tersebut. Adapun masalah pokok yang dikaji adalah sebagai berikut: (1) Di dalam kegiatan keagamaan seperti apa saja kaum waita dapat ikut berperan, dan (2) sampai seberapa jauh peran mereka dapat diperhitungkan di dalam kegiatan-kegiatan tersebut? Masalah ini cukup menarik mengingat sampai saat ini seakan-akan masih berlaku dalam pemikiran masyarakat bahwa kehidupan agama masih menomorsatukan pria, oleh karena itu jika dapat ditengok jauh ke belakang bahwa wanita dapat atau tidak ikut berperan di dalam aspek tersebut, maka diharapkan pemikiran tersebut dapat diperbaharui. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis data yang digunakan, yaitu metode analisa deskriptif.
Berdasarkan analisa yang dilakukan dapat dirumuskan beberapa kesimpulan: Pertama, peran wanita di dalam kehidupan beragama baik berdasarkan data prasasti, karya sastra, maupun relief dapat dianggap cukup penting mengingat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kaum pria juga dapat dilakukan oleh para wanita. Kedua, Kaum wanita pada masa Jawa Kuna juga dapat berstatus sebagai pendeta, pertapa, ataupun murid-murid pertapaan yang hidupnya menyepi seperti halnya kaum pria. Ketiga, Lebih jauh dari itu semua, kaum wanita masa Jawa Kuna juga dapat didudukkan sebagai Yang Didewakan, yaitu dalam bentuk arca-arca pendharmaan. Secara umum memang dapat dikatakan kaum wanita sama halnya seperti kaum pria yang dapat aktif dalam kehidupan beragama, namun demikian masih perlu kiranya diteliti lebih lanjut sampai seberapa jauh keikutsertaan ini dapat dianggap sebagai kesetaraan, mengingat sampai saat ini data arkeologi menampilkan jauh lebih banyak jumlah pria yang aktif di dalam kegiatan-kegiatan kehidupan secara umum, dan kehidupan beragama secara khusus. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>