Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200434 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin
"Obesitas anak meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir dan terjadi pada negara berkembang seperti Indonesia Pengaruh pengetahuan gizi terhadap asupan remaja masih dalam perdebatan Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi dan makronutrien Pengambilan data berlangsung pada Februari hingga April 2012 pada salah satu fakultas kedokteran di Jakarta Seluruh mahasiswa berusia 15 18 tahun diikutsertakan dalam penelitian potong lintang ini Pengetahuan gizi diukur melalui kuesioner isian Asupan energi dan makronutrien ditelusuri melalui wawancara gizi dengan panduan kuesioner FFQ Sebanyak 75 subyek ikut serta dalam penelitian dengan 62 di antaranya memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dengan rerata skor 21 00 12 00 27 00 Konsumsi rerata energi karbohidrat protein dan lemak harian responden adalah 2443 60 761 30 ndash 5109 00 kkal 316 10 106 50 ndash 734 20 gram 88 89 37 02 gram dan 82 00 14 80 211 30 gram Proporsi karbohidrat protein dan lemak pada responden adalah 53 97 9 31 13 31 7 67 ndash 22 45 dan 31 95 12 59 ndash 53 47 Laki laki mengonsumsi total energi dan makronutrien yang lebih tinggi tetapi komposisi yang serupa dengan perempuan Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi p 0 415 jumlah dan komposisi karbohidrat p 0 715 p 0 323 protein p 0 634 p 0 387 serta lemak p 0 116 p 0 398 Oleh karena itu peningkatan pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan asupan energi dan makronutrien yang lebih baik.

Adolescent's obesity increased two times in recent two decades and existed in developing countries like Indonesia Effect of nutrition knowledge on nutrition intake is still debated We investigated the relationship between nutrient knowledge levels and energy and macronutrient intake Data was collected from February to April 2012 at a medical school in Jakarta All students aged 15 to 18 years old enrolled in this cross sectional study Nutrition knowledge was assessed by open ended questions Energy and macronutrient intake was estimated by guidance of FFQ in the interview Among 75 subjects out of 62 students scored lsquo average'in nutrition knowledge with mean of 21 00 12 00 27 00 Mean consumption of energy carbohydrate protein and fat were 2443 60 761 30 ndash 5109 00 kcal 316 10 106 50 ndash 734 20 grams 88 89 37 02 grams and 82 00 14 80 ndash 211 30 grams respectively Proportion of carbohydrate protein and fat in the diet were 53 97 9 31 13 31 7 67 ndash 22 45 and 31 95 12 59 ndash 53 47 Males consumed higher energy and macronutrients intake but had similar diet composition There were no significant correlations between nutrition knowledge levels and energy intake p 0 415 number and composition of carbohydrate p 0 715 p 0 323 protein p 0 634 p 0 387 and fat p 0 116 p 0 398 intake Therefore better nutrition knowledge did not correspond to better energy and macronutrient intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Maharani Pramudya
"Pola asupan makanan yang tidak seimbang banyak dijalani kaum remaja saat ini. Hal tersebut menyebabkan ancaman status gizi berlebih semakin mengintai para remaja. Status gizi remaja dapat tercermin melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun. Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang analitik. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta terhadap 75 mahasiswa kedokteran, laki-laki (n=31) dan perempuan (n=44), tingkat 1 tahun 2012 yang diminta untuk menjawab wawancara mengenai asupan hariannya memakai kuisioner Food Frequency Questionnaires (FFQ) semikuantitatif dan menjalani pemeriksaan fisik, berupa tinggi dan berat badan.
Dari penelitian ini, hasilnya, yakni sebaran subjek berdasarkan asupan energi , yaitu kurang (24%), cukup (30,7%), lebih (45,3%). Untuk asupan karbohidrat ialah kurang (10,7%), cukup (77,3%), dan lebih (12%). Sementara itu, asupan lemak yang kurang ada 24%, cukup sebanyak 44%, dan lebih sebesar 32%. Terakhir, sebaran subjek berdasarkan asupan protein, yakni kurang (1,3%) dan cukup (98,7%). Tidak ada responden yang asupan proteinnya lebih. Distribusi subjek berdasarkan IMT, yaitu pada laki-laki 9,7% kurang, 61,3% normal, dan 29% lebih sedangkan pada perempuan 90,9% normal dan 9,1% lebih. Kesimpulan pada penelitian ini ialah tidak terdapat adanya hubungan (p>0,05) antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun.

Unbalance pattern of food intake become trend for many young people at this time. This causes overweight and obesity risk threaten the teens. Adolescent nutritonal status can be defined by Body Mass Index (BMI) measurement. The purpose of this study is to determine the relationship between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old. Study used cross-sectional analytical study design. Data collection was conducted in Jakarta on 75 first grade medical students, boys (n=31) and girls (n=41), in 2012 who were asked to answer the interview about her daily intake using Food Frequency Questionnaires (FFQ) semiquantitative and underwent a physical examination, such as height and weight.
The results from this study were the respondent distributions of energy intake were less (24%), adequate (30,7%), over normal (45,3%). For carbohydrate intake were less (10,7%), adequate (77,3%), and over normal (12%). Meanwhile, there were 24% respondents with less intake of fat, 44% adequate. and 32% over normal. Last, the distributions of protein intake were less (1,3%) and adequate (98,7%). No respondent with over normal protein intake. Subject distributions of BMI, were in boys 9,7% less, 61,3% normal, and 29% over normal while in girls, 90,9% normal and 9,1% over normal. The conclusion of this study is there is no relationship (p>0,05) between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Amalia Fajarini
"Prevalensi status kurang gizi/ kurus pada remaja masih tinggi dan meningkat pada negara berkembang. Permasalahan status gizi kurang lebih banyak terjadi pada remaja laki-laki daripada remaja perempuan. Hal ini juga terjadi di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2013. Status gizi kurang pada remaja akan memengaruhi produktivitas dan prestasi baik saat remaja maupun dewasa nanti. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah asupan energi dan zat makronutrien. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang untuk mengetahui hubungan antara status gizi kurang pada remaja laki-laki usia 16-18 tahun dengan asupan energi dan makronutrien. Jumlah subjek penelitian adalah sebesar 50 remaja laki-laki usia 16-18 tahun di Jakarta. Data status gizi diperoleh melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan usia yang diplot pada tabel Z-Score. Data mengenai asupan energi dan makronutrien diperoleh menggunakan metode 24 hour food recall dan food record selama 3 hari, kemudian diambil rerata dari keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 22% subjek mengalami status gizi kurang/kurus. Sebagian besar subjek memiliki persentase asupan yang kurang (<80%AKG), yaitu 94% untuk asupan lemak dan energi, 90% untuk asupan karbohidrat, 74% untuk asupan protein. Analisis uji Fisher menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi kurang (nilai p>0,05). Penelitian ini tidak memperhatikan beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi status gizi kurang yaitu aktifitas fisik, lingkungan, status pubertas, pola makan, gaya hidup, status psikologi, pengetahuan dan pola hidup dari orang tua.

The prevalence of poor nutrition status / underweight in adolescents remains high and is rising in developing countries. Malnutrition/underweight is more common in boys than girls. This phenomena is also occurs in Indonesia based on data Riskesdas 2007 and 2013. Malnutrition/underweight among adolescents will affect both productivity and achievement in adolescence and adulthood. One of factors that affect nutritional status is energy and macronutrients intake. This study uses a cross-sectional study to determine the association of malnutrition status in adolescent males aged 16-18 years with energy and macronutrient intake. The number of research subjects is 50 adolescent males aged 16-18 years in Jakarta. Data obtained through the measurement of nutritional status Body Mass Index (BMI) by age and is plotted on the chart Z-Score. Data on energy intake and macronutrient obtained using 24-hour food recall and a food record for 3 days, then take the average of the two. The results showed that 22% of subjects experienced poor nutrition status / underweight. Most of the subjects had less percentage of intake (<80% AKG), 94% for fat and energy intake, 90% for the intake of carbohydrates, 74% for protein intake. Fisher test analysis showed that there was no association between energy intake and macronutrient with ppor nutritional status (p values> 0.05). This study did not determinedi several factors that can affect the nutritional status ie physical activity, environmental, pubertal status, diet patterns, lifestyle, psychological status, knowledge and lifestyle of the parents."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Lenardi
"Perubahan gaya hidup remaja menyebabkan ketidakseimbangan asupan energi dan aktivitas fisik yang berujung pada obesitas, mempengaruhi kesehatanya di usia dewasa. Obesitas dini dapat menyebabkan penyakit degeneratif terjadi secara lebih cepat. Penelitian ini ingin mencari faktor asupan energi dan komposisi makronutrien dalam mempengaruhi status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Seluruh mahasiswa tingkat pertama usia 15-18 tahun pada juni 2011-Juni 2013 (n=75) diwawancara asupan makanannya dalam satu bulan terakhir, kemudian dicari asupan energi harian, komposisi karbohidrat, protein dan lemaknya.
Subjek juga diukur tebal lipatan kulit di empat lokasi (bisep, trisep, subskapula dan suprailiaka), kemudian dicari persentase lemak tubuh dan digolongkan kedalam status obesitas dan tidak obesitas. 25,8% remaja pria dan 38,6% remaja wanita tergolong obesitas dengan kadar lemak tubuh ≥25(♂) dan ≥35%(♀) pada usia 15-18 tahun. Baik remaja dengan obesitas maupun tidak obesitas kebanyakan mengonsumsi asupan energi secara berlebih 2443(761-5109)kkal atau sebanding dengan 104(35-230)% AKG dimana laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Asupan gizi rerata dengan komposisi 53.97±9.31% karbohidrat, 13.67±2.65% protein dan 31.41±8.12 % lemak. Kadar lemak pada pria (30,6±3,7%) lebih besar daripada pada wanita (21,4±5,3%).
Hubungan antara asupan energi, komposisi karbohidrat, protein dan lemak dengan tebal lipat kulit masing masing dengan p=0,703; p=0,189; p=0,319; p=0,804. Asupan energi yang berlebihan maupun komposisi karbohidrat, protein dan lemak tidak secara langsung berpengaruh terhadap status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain di luar itu sehingga perlu diperhatikan hal-hal lain dalam memberikan intervensi kesehatan untuk memperbaiki kondisi obesitas.

Adolescent lifestyle changes led to an imbalance energy intake and physical activity lead to obesity which led to premature degenerative diseases. This study wanted to find energy intake and macronutrient composition as a factor influence skinfold thickness. The entire freshman aged 15-18 years (n=75) on June 2011were interviewed to exam the past month food intake, carbohydrates, protein and fat composition using FFQ questionnaire.
Subject were also had skinfold thickness at four sites examined, those measurement would lead to body fat percentage and had categorized into obesity and non-obesity. 25,8% male and 38,6 female adolescent were classified as obese with body fat percentage ≥ 25 (♂) and ≥ 35% (♀) at the age of 15-18 years. Both adolescents with obese and non-obese mostly consume excess energy intake 2443(761-5109) kcal equivalent to 104(35-230)% RDA, while male consumed 113(65-197)% RDA on average and female 107±39% RDA. The macronutrient diet compositions consist of 53.97±9.31% carbohydrate, 13.67±2.65% protein and 31.41±8.12% fat. Body fat percentages in male (30.6±3.7%) were greater than women (21.4±5.3%).
Relations between energy intake, carbohydrate, protein and fat composition with skinfold thickness is p = 0.703, p = 0.189, p = 0.319, p = 0.804 respectively. Excessive energy intake and carbohydrates, protein and fats composition do not directly affect the nutritional status based on skinfold thickness. Nutritional status based on skinfold thickness could be affected by other factors that need to be considered, especially in delivering health interventions to improve the adolescent obesity condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Regar
"Status gizi merupakan parameter yang dapat mengetahui masalah kesehatan di suatu daerah atau negara. Hingga saat ini prevalensi masalah gizi di Indonesia masih cukup tinggi, yang dapat ditentukan dengan indeks berat badan menurut usia (BB/U) dan tinggi badan menurut usia (TB/U). Masalah gizi kronik akan menimbulkan komplikasi jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecukupan asupan energi dan makronutrien dengan status gizi pada anak usia lima sampai tujuh tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dianalisis adalah data yang memenuhi kelengkapan tanggal lahir, pengukuran antropometri, serta analisis food recall 24 jam. Besar sampel penelitian ini adalah 122 anak. Analisis statistik yang digunakan adalah metode Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan protein dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,024; indeks TB/U: p=0,037). Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,358; indeks TB/U: p=0,733), kecukupan asupan lemak dengan status gizi (indeks BB/U: p=1,000; indeks TB/U: p=1,000), dan kecukupan asupan karbohidrat status gizi (indeks BB/U: p=0,462; indeks TB/U: p=1,000).

Nutritional status is a parameter that could determine health problems in a region or a country. So far prevalence of nutritional problem in Indonesia is still quite high. Nutritional problem can be determined by measuring weight-for-age (W/A) and height-for-age (H/A) index. Persistent nutritional problem correlates with long-term sequelae. This study was intended to evaluate the association between energy-macronutrient adequacy and nutritional status in children age five to seven year old.
This study was an observational-analytic, cross-sectional using secondary data. In order to be analayzed datas must have complete birth date, anthropometric measurement, and analysis of 24-hour food recall. The study population was 122 children. Statistical analysis was performed using Fisher test.
We found that there was a significant association between protein adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.024; H/A index: p=0.037). There was no significant association between energy adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.358; H/A index: p=0.733), fat adequacy and nutritional status (W/A index: p=1,000; H/A index: p=1.000), carbohydrate adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.462 and H/A index: p=1.000).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Astuti
"Malnutrisi merupakan masalah kesehatan global yang terutama terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Remaja putri dikarakteristikkan dengan pertumbuhan fisik yang cepat dan terjadinya perubahan komposisi tubuh rentan mengalami malnutrisi. Asupan nutrisi yang berlebih atau kurang merupakan salah satu faktor penyebab malnutrisi. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional untuk mengetahui malnutrisi pada remaja putri usia 16-18 tahun dan asosiasinya dengan asupan energi serta zat gizi makro di Jakarta. Subyek penelitian berjumlah 63 orang. Status nutrisi diukur dengan menggunakan Indeks massa tubuh (kg/m2) terhadap usia. Metode pengambilan data asupan menggunakan kombinasi 24-Hour Food Recall dan Food Record. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20,6% subyek mengalami malnutrisi dan 75-90% subyek tidak memenuhi asupan energi serta makronutrien sesuai AKG. Dari hasil uji Fisher’s didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein dengan malnutrisi (nilai p>0,05). Hal ini disebabkan status nutrisi dan pola asupan juga dipengaruhi aktivitas fisik, aspek sosial dan budaya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Malnutrition is major global health problem affecting developing countries, such as Indonesia. Adolescent girls are characterized by growth spurt and alteration of body composition that potentially being malnourished. Excess or less on nutrition intake can cause malnutrition. A cross-sectional study was conducted. The aim of this study is to know malnutrition among adolescent girls aged 16-18 years and its association with energy and macronutrient intake in Jakarta. Total samples were 63 subjects. Nutritional status was determined by BMI-for-aged chart. Methods of assesing dietary intake were combined 24-Hour Food Recall dan Food Record. Result showed that 20.6% subjects are malnutrition and 75-90% not meeting their minimal nutrition requirement based on AKG. Fisher‟s test showed there was no significance association between malnutrition with energy, carbohydrate, fat, and protein intake (p value >0.05). Physical activity, social and culture aspects were not analyzed in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizal Hidayatullah
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki penduduk dengan status gizi rendah. Data Riskesdas menunjukkan bahwa 13,3% anak laki-laki dan 10,9% anak perempuan berada dalam status gizi kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah status gizi tersebut berhubungan dengan asupan lemak yang dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan pada kelompok remaja yang berusia 13-18 tahun. Quesioner food-record diisi oleh responden selama 3 hari dalam 1 minggu yaitu dari tanggal 15 Januari 2011 sampai 22 Januari 2011 digunakan untuk mengetahui asupan lemak dan data pengukuran Indeks Massa Tubuh digunakan untuk menentukan status gizi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang. Dari 90 responden tersebut, terdapat 1 (1,1%) responden dengan status gizi kurang, 64 (71,1%) responden dengan status gizi cukup, dan 25 (27,8%) responden dengan status gizi lebih. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara asupan lemak dengan status gizi (p=0,736).

Malnutrition continues to be a primary cause of ill health and mortality among children in developing countries like Indonesia. Riskesdas showed that 13.3% males and 10.9% females under 18 years of age in Indonesia were under-nutrition. In the present study, an attempt was made to find the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group and its association with fat intake. Nutritional status of the children was assessed by measuring Body Mass Index (BMI) and their fat intake for three day (Januari 15-22, 2011) was recorded using food-record questionnaire. A total 90 students were randomly selected from the study area. Among 90 students, 1.1% students were found to be undernutrition, 71.1% normal, and 27.8% overnutrition. There was no significant difference (Kolmogorov-Smirnov p>0.05) between prevalence of under-nutrition and fat intake. It was concluded that the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group was not associated with fat intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaima Kamila
"Latar Belakang : Masalah status gizi kurang masih menjadi salah satu problem kesehatan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia hingga saat ini. Berbagai program telah dicanangkan oleh pemerintah untuk menanggulanginya namun belum membuahkan hasil. Untuk menyelesaikan masalah status gizi diperlukan pemahaman yang mendalam atas faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, dimana salah satunya adalah asupan kalori harian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan kalori harian.
Metode : Penelitian ini dilakukan terhadap 73 orang anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids dengan menggunakan desain cross-sectional. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh dan asupan nutrisi harian. Status gizi diukur dengan menggunakan persentil kurva Center for Disease Control (CDC) sedangkan asupan nutrisi harian dengan metode wawancara. Selanjutnya dicari hubungan antara keduanya dengan menggunakan software SPSS 11.5.
Hasil : Rerata tinggi badan (132,09cm) dan berat badan (27,07kg) responden tidak ideal berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004. Responden umumnya memiliki status gizi normal berdasarkan ketiga status gizi yaitu 50,7% (BB/U), 71,2% (TB/U), dan 63 % (IMT). Mayoritas responden mendapatkan asupan nutrisi harian yang normal (60,3%). Analisis variabel dengan menggunakan two sample Kolmogorov-Smirnov test untuk menentukan hubungan antara status gizi dan asupan nutrisi harian adalah p=1,000 (BB/U)., p=0,461(TB/U), dan p=0,799 (IMT).
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan kalori harian dan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids.

Background : Nutritional Problem has been one of many health problems which are faced by Indonesian people until now. Various programmes have been launched by the government to overcome this problem but still have not get significant result. To handle this nutritional problem, we need to understand completely about all factors influnce the nutritional status. One of those key factors is daily calorie intake.
Method: This research conducted on 73 schoolaged children who were registered in KampungKids Foundation using crosssectional method. Data collected were gender, age, weight, height, body mass index (BMI) and daily calorie intake. Nutritional status was measured by using CDC percentile curve. In other hand, daily calorie intake data were collected by interviewing. The data then were analyzed with SPSS 11.5 software.
Result : The height average (132,09cm) and weight average (27,07kg) were not ideal according to Nutritional Sufficiency Value (AKG) 2004. Most of the respondent had normal nutritional status for all indicators : 50,7% for (Body Weight/Age), 71,2% for (Body Height/ Age), and 63% for (BMI/Age). Most of respondents had normal daily calorie intake (60,3%). Analysis of variables using two sample Kolmogorov-Smirnov test to find the association between daily calorie intake and nutritional status gave results, p=1,000 (BW/A), p=0,461(BH/A), and 0,799 (BMI).
Conclusion : There is no significant association between daily calorie intake and nutritional status among school-aged children in Kampung Kids Foundation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Purwanti
"Masalah gizi ganda kini melanda Indonesia khususnya remaja putri. Menurut Riskesdas 2013, terjadi peningkatan prevalensi status gizi lebih bersamaan dengan gizi kurang. Status gizi lebih pada remaja putri akan menimbulkan risiko penyakit yang membahayakan saat wanita mengandung. Faktor yang mempengaruhi status gizi adalah asupan energi harian dan zat makronutrien(karbohidrat, protein, lemak). Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan energi dan zat makronutrien(karbohidrat, protein, lemak) remaja putri usia 13-15 tahun di Jakarta.
Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan responden 110 siswa perempuan berusia 13-15 tahun dari lima SMP di Jakarta. Data status gizi diperoleh melalui antopometri yang diplot pada Z-Score. Data asupan energi dan makronutrien diperoleh melalui FFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 22,8% melebihi hasil riskesdas 2013 sebesar 10,8%. Presentase asupan energi harian(76,2%), karbohidrat(77,5%), protein(67,9%) dan lemak(77,8%) kurang dari anjuran Angka Kecukupan Gizi(100%AKG). Adapun gambaran proporsi pola konsumsi makronutrien yang tertinggi adalah lemak(25,15%), kemudian karbohidrat(19,1%) dan protein(14,5%). Menurut analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan kedua variabel melalui uji Fisher dan Chi-square diperoleh hasil p>0,05.
Dari hasil analisis statistik, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan asupan energi harian dan makronutrien pada remaja putri usia 13-15 tahun.

Double nutritional problem is now happening in Indonesia, especially in female adolescents. According to Riskesdas 2013, there has been an increase in the prevalence of overweight and obesity that coincides with nutritional deficiencies. Overweight and obesity in young women will lead to the risk of various dangerous diseases when they are pregnant. One of the factors that affect to nutritional status is daily energy intake that includes macronutrient substances.
This study was conducted to determine the relationship between nutritional status with daily energy intake.
This research that used cross-sectional design with 110 female students aged 13-15 years from five junior high schools located in Jakarta. Nutritional status data was obtained through measurement of anthropometry which then is plotted on Z-Score. Data on energy intake and macronutrient was obtained by FFQ method.
The results showed that the prevalence of overweight(22,8%) was higher than the result of riskesdas 2013(10,8%). The percentage of daily energy intake(76.2%), carbohydrate(77.5%), protein(67.9%), and fat(77.8%) was less than the recommendation of AKG. The most prevalent intake of macronutrient exceeding AKG was fat(25.15%), followed by carbohydrate(19.1%), and protein(14.5%). According to the statistic analysis used Fisher and Chi-square test, the result showed that p> 0,05.
From the statistical analysis, it is concluded that there is no correlation between nutritional status with daily and macronutrient energy intake in girls aged 13-15 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunersi Handayani
"ABSTRAK
Pengukuran VO2max secara langsung memang menghasilkan data yang akurat dan dapat dipercaya tetapi umumnya memerlukan waktu lebih banyak, peralatan yang mahal serta tenaga pelaksana terlatih. Penelitian sebelumnya telah berhasil mengembangkan model prediksi khusus untuk anak-anak dari etnis Jawa berdasarkan jenis kelamin, denyut nadi dan waktu tempuh berjalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi yang cocok bagi kelompok usia remaja dengan prediktor jenis kelamin, status gizi (IMT/U dan PLT), aktivitas fisik dan asupan gizi. Penelitian dilakukan pada 78 remaja laki-laki dan 114 remaja perempuan dengan rata-rata usia 16,19±0,5 tahun. Nilai estimasi VO2max diukur berdasarkan tes lari 1 mil, jenis kelamin, IMT/U ditentukan berdasarkan pengukuran berat badan dan tinggi badan, PLT diukur dengan BIA, aktivitas fisik diketahui melalui pengisian kuesioner, dan asupan gizi dihitung dengan menggunakan metode food record 3 hari. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, seluruh asupan zat gizi makro (energi, karbohidrat, protein, lemak) dan beberapa asupan zat gizi mikro (vitamin B2, vitamin B6 dan seng) dengan nilai estimasi VO2max. Model prediksi non latihan dibentuk melalui analisis multi regresi linier VO2max= 40,7 + 3,1 JK - 2,5 IMT/U - 0,08 PLT + 0,4 AF - 0,004 P + 0,001 A - 1,76 B6 - 0,2 B12 + 0,5 Zn. Untuk meningkatkan nilai VO2max pada remaja, sekolah direkomendasikan untuk mengimplementasikan program TOP yang kegiatannya berfok us pada kegiatan pengendalian berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan promosi asupan yang bergizi seimbang.

ABSTRACT
A direct measurement on maximal oxygen uptake (VO2max) provides accurate and reliable data but requires more time, costly aquipment and trained personnel. Previous research has developed a VO2max prediction model special for Javanese children using sex, heart rate and walk time.
The purpose of this study was to investigate the use of gender, nutritional status (body mass index for age and percent fat), physical activity level, and dietary intake in another VO2max prediction model for adolescent. The design study was a cross sectional one. Subjects were 78 male and 114 female wih a mean age of 16,19±0,5 years. Estimated VO2max was measured from one mile run test; sex; BMI for age was calculated from measured height and weight, percent fat was assessed by BIA, self report physical activity was assessed by PAQ-A and 3 day food records were used to calculate the average dietary intake. Male students (42,45 ml/kg/min) had significantly higher estimated VO2max than female (38,74 ml/kg/min). There were significant correlations between sex, BMI for age, percent fat, physical activity, all macronutrient intake (energi, carbohydrat, protein, and fat) and some micronutrient intake (vitamin B2, vitamin B6 and zinc) with estimated VO2max. The non-exercise prediction model was developed by a multiple regression analysis: VO2max= 40,7+3,1 JK-2,5 IMT/U-0,08 PLT + 0,4 AF-0,004 P + 0,001 A-1,76 B6-0,2 B12+0,5 Zn. In order to improve adolescent?s VO2max, school was recomended to implement TOP program focused on weight management, increased physical activity and promoted adequate dietary intake."
2013
T36795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>