Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Suciati
"Meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS telah masuk ke dalam lingkup keluarga, dimana salah satu penyebabnya akibat kurangnya pengetahuan dan melemahnya ketahanan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan, sikap, dan ketahanan keluarga pada ibu rumah tangga dalam mencegah HIV/AIDS di Pekanbaru. Disain penelitian adalah kuasi eksperimen rancangan one group pretest posttest. Penelitian dilakukan di Pekanbaru bulan Maret-Mei 2013 dengan menyebar angket pada 139 ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan 39,2% yang bermakna pada pengetahuan sesudah penyuluhan (p value 0,001), peningkatan 10,9% yang bermakna pada sikap sesudah penyuluhan (p value 0,001), serta peningkatan 1,25% yang bermakna pada ketahanan keluarga sesudah penyuluhan (p value 0,002).

The growing number of cases of HIV/AIDS has entered into the scope of family, where one of the cause is due to a lack of knowledge and the weakening of family resilience. This study aims to know how far the influence of education on knowledge, attitudes, and family resilience in housewives in preventing HIV/AIDS in Pekanbaru. The research design is quasi experiment one group pretest posttest. Research was conducted in Pekanbaru March-May 2013 with spread questionnaires on 139 housewives. The results showed there was increase significant 39.2% in knowledge after education (p value 0.001), increase significant 10.9% in attitude after education (p value 0.001), and increase significant 1.25% in family resilience after education (p value 0.002)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Handayani
"Transmisi seksual adalah faktor utama pertumbuhan epidemi HIV/AIDS di dunia. Kasus HIV/AIDS paling banyak adalah pada pria dan kelompok umur 20-39 tahun. Upaya untuk menekan pertumbuhan epidemi tercepat adalah menurunkan insiden HIV dengan mengubah perilaku berisiko menjadi aman dan mengurangi stigma/diskriminasi terhadap ODHA. Penelitian terdahulu menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap dan perilaku berisiko HIV. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan HIV/AIDS terhadap sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS. Desain studi cross-sectional menggunakan data SDKI 2012. Hasil penelitian menunjukkan pria kawin dan pria belum kawin dengan tingkat pengetahuan tinggi berpeluang lebih besar untuk memiliki sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS dibanding pria dengan tingkat pengetahuan rendah.

The major factor of HIV spreading is sexual transmission. Most cases happened on men and people in 20-39 years old range. One of HIV-growth suppressing effort is to reduce HIV incidence. It can be done by switching the risk behaviour into safe behaviour and decreasing the stigma towards PLWHA. The earlier studies showed that there are association between knowledge of HIV/AIDS attitudes and risk behavior related to HIV/AIDS. The objective of study is to investigate the effects of HIV/AIDS knowledge toward attitudes and HIV/AIDS risk behavior on men. This cross-sectional study using DHS Indonesian Year 2012 and inform us that either married men and unmarriedmen who have highly knowledge have more chance to gain possitive attitude and HIV/AIDS safe behavior rather than low HIV/AIDS knowledge men.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Nurhayati
"Wanita pelacur adalah salah satu kelompok resiko tinggi untuk tertular lnfeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS. Hal ini mengingat perilaku seksual yang tidak aman dengan berganti pasangan. Mereka menjaja seks di jalanan sehingga dianggap mengganggu ketertiban umum kemudian ditertibkan oleh aparat (digaruk) untuk dikirim ke panti rehabilitasi sosial. Rehabilitasi tidak selalu berjalan efektif karena terlihat setelah keluar dari panti mereka kembali ke jalan. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk melakukan optimalisasi peran panti sosial.
Tujuan penelitian: mendapatkan gambaran tentang proscs rehabilitasi sosial yang dilakukan di kedua panti, gambaran tentang persepsi dan tingkat pcngctahuan tentang HIWAIDS, serta proses rehabilitasi sosial yang sedang dijalaninya.
Metodologiz penelitian ini dilakukan studi deskriptif dengan teknik wawancara, observasi, dan studi kepustakaan, sedangkan studi kualitatif dengan cara wawancara mendalam yang dilakukan di Panti Rehabilitasi Sosial Marga Rahayu dan Mulya Jaya Jakarta sejak April-Juni 2008.
Hasil: Gambaran karakteristik penghuni dengan rentang usia 16-49 tahun. Tingkat pengetahuan tentang HIV masih rendah. Pada umumnya menikah dan berasal dari Jawa Barat, mobilisasi 26,6 persen, pernah dibina lebih dari 2 kali 63 persen, persepsi tentang rehabilitasi sosial mereka mengetahui tentang kegiatan panti, tentang peratunan dan sanksi, (sanksi yang dilakukan banyak yang tidak tertulis) sebagian besar merasa senang dengan keterampilan, 72,3 persen berpozensi kembali lurun ke jalan. Hal ini menggambarkan efektifitas peran panti untuk teljadinya perubahan perilaku untuk tidak kembali menjadi pelacur.
Saran: Bagi Penghuni hendaknya menngkatkan kesadaran pentingnya pencegahan untuk tidak tertular dan menularkan penyakit kepada orang lain akibat perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatkan keterampilan hidup (LW Skill) untuk dimanfaatkan agar tidak kembali ke jalan.Bagi panti perlu mengajarkan IW skill yang berorientasi pada kebutuhan individu dan upaya promotif tentang HIV/AIDS khususnya umumnya tentang kesehatan rcproduksi di panti jangka panjang dcngan meningkatkan kerjasama Iintas sektoral dalam rangka penyaluran penghuni setelah selesai menjalani rehabiiitasi sosial. Untuk akademisi hendaknya melakukan Studi kualitatif mengapa mereka kembali kejalan.

The prostitute is one of the groups that have the highest risk to be infected by Sexually Transmitted Infection including HIV/AIDS (Human lmmunodejiciemy Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome) unsafe sexual behavior by changing partner. They try to offer sexual relation on the street and it bothers public order. If it is happened, they are usually arrested by the social oflicers and are sent to the social rehabilitation center. The rehabilitation does not always run effectively. We can see after they followed the rehabilitation program, they go back to the street. This problem becomes a challenge for the govemment to do the maximum part of social center/house.
The aim of the research : To get the description about the process ofthe social rehabilitation which is done in both of the houses, the description about perception and thc knowicdgc of HIV / AIDS, also social rehabilitation process that is running.
Methodology: This research is done in description study through interview technique, observation and literature study. Qualitative study through depth interview is done in both of Social Rehabilitation Center Marga Rahayu and Mulya Jaya Jakarta since April-June 2008.
Result: inhabitant in that place are between I6 - 49 years old. Their knowledge of HIV is not maximum. Most of them are married and came fiom West Java, mobilization 26, 6 percent, has rehabilitated more than twice are 63 percent. Their perception about social rehabilitation are the activities, the rules, and punishment of the house (most of the punishments were unwritten). Most of them are happy because they can get some skills hom the social center. And 72,3 percent is potential to go back to the street. Those things describe the effectively of the social center in order to change the prostitute’s behavior and try to make them not go back to thc street to become a prostitute again.
Suggestion: The writers suggest the inhabitant to do the safe-sex to make them healthy and are not infected by HIV. And for the For the house, needs to teach life skill which has orientation in individual need and promotion effort especially about HIV/AIDS, and generally about reproduction healthy for long term by increasing cooperation among the sectors. The house also has to think where the prostitute must go afier following the program in social rehabilitation. And for the researcher they can do some researches why the ex-inhabitants of the social control go back to the street.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T33792
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Herdiman Theodorus
Jakarta: UI-Press, 2006
PGB 0168
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Zubairi Djoerban
Jakarta: UI-Press, 2003
PGB 0207
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Efy Afifah
"Di Indonesia saat ini masalah PMS-HIV/AIDS merupakan hal yang patut diwaspadai dan diantisipasi lebih dini, mengingat prevalensinya meningkat terus-menerus dari tahun ke tahun. Posisi Indonesia yang sangat strategis ini dianggap rentan terhadap terjadinya endemi penyakit HIV/AIDS. Salah satu faktor yang berperan dalam penanggulangan PMS-HIV/AIDS adalah perilaku pencarian pengobatan. Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan rendahnya perilaku pencarian pengobatan pada kelompok pria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan pada pria dengan PMS-HIV/AIDS di Jakarta, Surabaya dan Manado, dengan menggunakan data sekunder dari Behavioral Surveillance Survey PMS- HIV/AIDS tahun 2000 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia didukung USAID. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang (Cross sectional Study), dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi perilaku pencarian pengobatan kurang baik pada responden sebesar 75,3%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, status perkawinan, sumber informasi dengan perilaku pencarian pengobatan. Variabel pengetahuan dan pendidikan berhubungan bermakna dengan perilaku pencarian pengobatan dan tidak ada interaksi antara pendidikan dan pengetahuan. Responden yang berpengetahuan kurang berpeluang melakukan pencarian pengobatan kurang baik 1,8 kali (95% CI: 1,1724-2,6442) dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik setelah dikontrol variabel pendidikan. Sedangkan berdasarkan latar belakang pendidikan formal yang telah ditamatkan, ternyata responden yang berpendidikan rendah berpeluang melakukan pencarian pengobatan kurang baik 1,7 kali (95% CI: 1,0236- 2,5805) dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi setelah dikontrol variabel pengetahuan.
Dari penelitian ini disarankan perlunya dilakukan penelitian selanjutnya untuk menggali lebih dalam alasan respoden yang tidak melakukan pencarian pengobatan. Perlu penyuluhan yang lebih intensif, konsisten dan berkelanjutan dengan cara menyebarluaskan informasi dengan memanfaatkan media yang diminati. Bagi pemerintah perlu menjadikan program tetap dan pengalokasian dana tidak hanya untuk pengobatan juga untuk pelayanan kesehatan dan konseling.
Daftar pustaka: 58 (1979-2002)

The Factors Related to Health Seeking Behaviour of Men with STD - HIV/AIDS in Jakarta, Surabaya and Manado (Secondary Data Analysis, USAID, 2000)Nowdays, STD ? HIV/AIDS in Indonesia; are issues we have to anticipate and alert earlier, considering the prevalence increases from year to year. The strategic position of Indonesia is considered susceptible to the pandemy of HIV/AIDS. One of the involving factor HIV/AIDS is health seeking behavior. Previous studies showed the low of health seeking behavior in men's group.
This study is aimed to discover the factors related to health seeking behavior of men with STD ? HIV/AIDS in Jakarta, Surabaya, and Manado by using secondary data analysis from behavioral surveillance survey of STD ? HIV/AIDS in 2000 that was conducted by the center of health research, University of Indonesia by USAID support. This study using cross sectional design, and data processing with multiple logistic regression analysis.
The result of this study shows that the proportion of men health seeking behaviour is poor (75,3% respondents). There are no relationship between age, marital status, information sources with the health seeking behavior. The variables of education and knowledge related with health seeking behavior and there is no interaction between education and knowledge. The respondents with low knowledge have the possibilities of poor health seeking behavior 1,8 times (95% CI 1,I725 --2,6442) compared with those who have good knowledge after being controlled by the education variable. Meanwhile, based on the formal educational background that the respondents got through, those who have low education have the possibilities of health seeking behavior 1,7 times (95% 1,00236 - 2,5805) compared with those who have higher education after being controlled by knowledge variable.
This study recommends the need of further research to discover more detailed explanations why respondents do not seek for health care, and need more intensive, consistent and continually health education by spreading out information by using the interested media. It is necessary for government to make the prevention program of STD ? HIV/AIDS as an annual program and the fund allocation is not only for medication but also for the health and counseling services."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Fatimah
"Human Immunodeficiency Virus merupakan salah satu masalah kesehatan global yang menyerang kekebalan tubuh. Sedangkan gay merupakan salah satu faktor resiko utama yang dapat menyebabkan seseorang terserang HIV/ AIDS. Gay dan HIV/ AIDS, umumnya mendapatkan sikap negatif dari lingkungan masyarakat termasuk tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan dan sikap calon tenaga keperawatan terhadap klien gay dan HIV/ AIDS. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif dengan sampel berjumlah 266 mahasiswa. Sampel dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling.
Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 60,5% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap HIV, 55,3% memiliki sikap negatif terhadap HIV, 65,8% memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap gay, dan 53,8% memiliki sikap positif terhadap gay. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlu adanya peningkatan kegiatan seperti pelatihan kepada mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap klien gay dan HIV/ AIDS.

Human Immunodeficiency Virus is one of global health problem that attact body immun. While gay is one of the main risk factors of HIV/ AIDS. Gay and HIV/ AIDS received negative attitudes from community, including from health providers. This study aims to see the description of knowledge and attitude of nursing students toward gay and HIV/ AIDS client. The research was conducted by using descriptive design. The sample of this study was 266 students selected using stratified random sampling.
The result showed that 60,5%  of students had good knowledge about HIV, 55.3% students had negative attitude toward HIV, 65,8% students had good knowledge toward gay, and 53,8% students had positive attitude toward gay.The result of this study recommended to increase some training activity among nursing students to improve their knowledge and attitude toward gay and HIV/ AIDS client.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Fuspita
"Jumlah perempuan dengan HIV makin menunjukkan adanya peningkatan. Infeksi HIV tidak hanya pada kelompok dengan perilaku berisiko, namun juga pada kelompok yang tidak memiliki perilaku berisiko. Ibu rumah tangga saat ini menjadi kelompok yang berisiko terinfeksi HIV. HIV-testing merupakan upaya untuk mencegah penyebaran infeksi HIV dan sebagai gerbang pelayanan pengobatan. Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi pengalaman ibu rumah tangga dengan HIV di Lampung dalam melakukan HIV-testing. Desain penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif fenomenologi dengan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Jumlah ibu rumah tangga yang terlibat sebanyak 16 orang. Hasil penelitian diperoleh enam tema utama, yaitu HIV-testing yang ldquo;tidak disengaja rdquo;, pengetahuan yang rendah mengenai HIV, persepsi tidak berisiko terinfeksi HIV, kurangnya informasi pada layanan konseling HIV-testing, adanya pengalaman stigma dan tindakan diskriminasi, dan ketidakberdayaan peran ibu. Rekomendasi penelitian ini adalah pentingnya meningkatkan sosialisasi pendidikan HIV dan pentingnya HIV-testing pada kelompok ibu rumah tangga guna mencegah dan mengurangi kejadian penularan infeksi HIV ibu-anak.

The number of women living with HIV is increasing nowadays. HIV infection is not only in risky group but also in group considered safe. Today, housewive become a risky group of being infected with HIV. HIV testing is the way to prevent the HIV infection spreadings and as the main gate for treatment service. The purpose of this study was to explore the experience of housewive with HIV in Lampung when performing HIV testing. This study used phenomenology qualitative method with indepth interview as the way for collecting data. 16 participants were involved in this study. Six main themes were found, as follows an accidental HIV testing, lack of knowledge of HIV, perception is not at risk of HIV, low HIV testing counseling services, being stigmatized and discriminated, and disempowerment of mother rsquo s role. This study recommended the improvement of the HIV education and the benefit of the test for housewive in order to prevent the mother to child infection."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edianto
"Perilaku seksual beresiko pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki dengan HIV/AIDS ODHA LSL sangat penting diperhatikan, mengingat bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang penularannya mudah terjadi pada orang dengan perilaku yang tidak sehat. Tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku beresiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko pada ODHA LSL. Penelitian ini menggunakan desain crossectional dengan sampel sebanyak 180 responden menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 51,7 memiliki tingkat religi yang baik, 52,8 mendapatkan penerimaan keluarga yang baik, 56,1 mendapatkan dukungan kelompok sebaya yang baik dan 56,7 memiliki perilaku seksual beresiko yang tinggi. Pada uji chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko p=0,002, p=0,000 dan p=0,000; =0,05 . Analisis dengan regresi logistik didapatkan bahwa penerimaan keluarga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual beresiko dengan nilai OR=5,337.
Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya dilakukan intervensi keperawatan yang melibatkan anggota keluarga untuk selalu menerima kondisi pasien ODHA LSL agar mencegah perilaku seksual beresiko.

Sexual behavior risk in MSM LWHA is very important to be noticed, given that HIV AIDS is an infectious disease that is easily transmitted to people with unhealthy behavior. Religious level, family acceptance and peer support are the factors that influence sexual behavior risk. The purpose of this study was to determine the relationship of religious level, family acceptance and peer group support with sexual behavior risk in MSM LWHA. This study uses crossectional design with 180 respondents using purposive sampling technique.
The results showed that most respondents 51.7 had a good religious level, 52.8 received good family acceptance, 56.1 received good peer group support and 56.7 had high risk sexual behavior . The chi square test showed significant correlation between religious level, family acceptance and peer group support with risky sexual behavior p 0,002, p 0,000 and p 0,000 0,05 . Analysis with logistic regression was found that family acceptance was the most dominant factor related to risky sexual behavior with OR 5,337.
The recommendation of this study is the need for nursing interventions involving family members to always accept the condition of MSM patients in order to prevent sexual behavior risk.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahajeng Dewantari
"Ketaatan minum obat dalam penanganan HIV/AIDS dengan pengobatan ARV merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Di Indonesia belum ada data yang menyebutkan angka pasti ketaatan minum obat ARV pada ODHA. Ketaatan minum obat ARV dipengaruhi oleh adanya faktorfaktor psikologis (stigma diri dan fungsi kognitif) dan non psikologis yang terdiri dari faktor demografi (umur, waktu tempuh tempat tinggal ke rumah sakit, akses berobat, tingkat pendidikan, pekerjaan, tinggal sendiri atau bersama orang lain, pembiayaan berobat, penggunaan NAPZA) dan faktor obat dan penyakit (kompleksitas regimen obat, adanya infeksi oportunistik, sumber transmisi HIV).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi ketaatan minum obat ARV pada ODHA yang berobat di UPT HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 67,7%, stigma diri memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV, sedangkan faktor non psikologis yang diteliti dan fungsi kognitif tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV.

Adherence to ARV is an important factor in determining the success of HIV/AIDS treatment. There has been no data about adherence to ARV in plwh in indonesia. Adherence to ARV is influenced by psychological factors (self-stigma and cognitive function) and non-psychological factors consisting of demographic (age, travel time between living place and hospital, access to treatment, level of education, occupation, living alone or with others, treatment payment, illicit drugs use), disease and treatment factor (treatment regimen complexity, opportunistic infections, source of HIV transmission).
The result of this study showed that prevalence of adherence to ARV in plwh coming to HIV integrated service unit Cipto Mangunkusumo hospital is 67,7%, that self-stigma had significant relation with adherence to ARV, while psychological factors and cognitive function had no significant relation with adherence to ARV.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>