Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159256 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Hakim
"Penelitian ini membahas tentang analsis perilaku berisiko pada pekerja bengkel las sektor informal di jalan raya ciomas kota Bogor. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku berisiko yang terjadi di Bengkel Las Informal. Populasi yang digunakan adalah 6 (Enam) pekerja Bengkel Las Informal dari 6 (Enam) Bengkel Las Informal.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ABC yang menyatakan bahwa PErilaku dipengaruhi oleh faktor Anteseden dan Konsekuensi.
Hasil penelitian menemukan bahwa kurangnya kepedulian, persepsi, pengawasan yang buruk, tidak adanya peraturan, ketersediaan APD, dan adanya sanksi dan penghargaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku berisiko pekerja.

This study discusses about analysis on the risk behavior of workers in the informal sector welding ciomas Street Bogor city. Objective of this study was to describe the risk behaviors that occurred in Informal Welding shop. The population used is 6 (Six) Workshop Las Informal workers from 6 (Six) Informal Welding shop.
This research is a case study with qualitative methods. Techniques of data collection was conducted through in-depth interviews and observation. The theory used in this study is the ABC theory which states that behavior is influenced by Antecedents and Consequences factors.
The study found that a lack of awareness, perception, poor supervision, lack of regulations, availability of PPE, and the existence of Punishment and rewards are all factors that influence the behavior of workers at risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Chocky Charly Raja
"Penelitian ini membahas tentang gambaran perilaku berisiko yang terjadi pada pekerja unit produksi di Pabrik Tahu X. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku berisiko yang terjadi di Pabrik Tahu X dengan model ABC. metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan dan kepedulian, pengawasan yang buruk, tidak adanya peraturan yang jelas, persepsi yang buruk, ketersediaan APD, dan adanya sanksi dan penghargaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku berisiko pekerja. Peneliti menyarankan agar pihak manajemen dan pemerintah setempat mengadakan penyuluhan dan pelatihan keselamatan kerja untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan ketrampilan pekerja untuk meminimalisir perilaku berisiko.

This study discusses at-risk behavior description that occur on production unit worker at X Tofu Factory. The purpose of this study was to described at-risk behavior that occur by using the ABC mode. This study is using quantitative with descriptive analytic method. Result of this study concluded that lack of knowledge and awareness, poor supervision, the absence of regulations on occupational health safety, lack of risk perception, availability of PPE, punishment and reward are factors that affect at-risk behavior of worker. This study suggested that management and local government held a counseling and training about occupational health and safety to improve the knowledge, behavior, and skills to minimize worker?s at risk behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyani Mutiara
"Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada sektor informal di tukang kayu pada industri pengolahan kayu adalah pekerjaan dengan karakteristik yang sering mengalami keluhan kesehatan yang sangat tinggi. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pekerja sektor informal pada industri kusen sepanjang jalan raya Jatibening, Bekasi 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja dalam menggunakan APD. Informan dalam penelitian ini sebanyak sembilan orang yang berasal dari lima toko yang berbeda dengan jumlah toko keseluruhan ada tujuh. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain penelitian case study. Metode penelitian ini dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi langsung.
Untuk hasil penelitian berdasarkan variabel yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian APD dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, ketersediaan fasilitas, dan juga pengawasan mempengaruhi pekerja dalam menggunakan APD Sedangkan untuk tema penelitian mengenai sikap, informan sudah memiliki kesadaran dalam penggunaan APD tetapi tetap tidak menggunakan APD untuk itu sikap tidak berpengaruh terhadap perilaku penggunaan APD. Peningkatan dan perbaikan dari pengetahuan, fasilitas, dan pengawasan pekerja dalam memakai APD perlu dilakukan agar perilaku penggunaan APD dapat sepenuhnya berjalan dengan baik.

Based on research conducted in the informal sector in the carpenter's wood processing industry is a job with characteristics that often have very high health complaints. This study discusses the factors that influence the behavior of the use of Personal Protective Equipment (PPE) informal sector workers in the industry sills along the highway Jatibening, Bekasi 2012. The purpose of this research is to look at the factors that influence the behavior of workers in the use of PPE. Informants in this study were nine people from five different stores to shop overall number seven. This research is a qualitative case study research design. This research method by using in-depth interviews and direct observation.
For results based on variables associated with factors that influence behavior and the use of PPE can be concluded that the knowledge, availability of facilities, and also affects workers' control in the use of PPE As for the theme of research on attitudes, informant already have awareness in the use of PPE but still no use APD for that attitude does not affect the behavior of the use of PPE. Enhancement and improvement of knowledge, facilities, and supervision of the workers wear PPE needs to be done so that the behavior of the use of PPE can be completely worked well.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathul Masruri Syaaf
"Unit usaha las sektor informal merupakan saah satu sektor informal yang mempunyai tingkat bahaya dan risiko yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil studi kasus industri pengelasan di Bali oleh Adioka (1997), dalam Razi,(2001), diketahui bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh langkah kerja yang tidak aman, peralatan yang tidak memadai, dan kondisi lingkungan fisik yang buruk. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa kecelakaan kerja masih sering terjadi dan angka kecelakaan yang ada biasanya hanya data kecelakaan sektor formal, sedangkan data kecelakaan kerja untuk sektor informal masih sangat minim. Padahal dalam UU Ketenagakerjaan RI No. 25 Tahun 1997 Bab XI mengenai Tenaga Kerja di Dalam Hubungan Kerja Sektor Informal dan di Luar Hubungan Kerja Pasal 158-160 menyatakan bahwa adanya jaminan sosial dan keselamatan kerja serta pembinaan dari pemerintah bagi pekerja sektor informal. Namun kenyataannya, pekerja sektor informal masih banyak yang tidak mengetahui pentingnya K3 dan kurangnya perhatian dari pemerintah terutama masalah keselamatan kerja di sektor informal.
Kalaupun ada, pembinaan dilakukan untuk hal-hal yang lebih terkait masalah produktivitas bukan keselamatan kerja. Untuk itu pemerintah seharusnya menggalakkan penerapan K3 sebagai gerakan nasional yang merupakan upaya penting dalam dunia ketenagakerjaan. Hal ini mutlak dilakukan untuk melindungi para pekerja sehingga terbebas dari musibah dan kecelakaan.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis perilaku berisiko (At-Risk Behavior) pada pekerja unit usaha las sektor informal di kota X tahun 2008. Kerangka konsep yang digunakan adalah teori ABC (Antecedent, Behavior, and Consequences). Variabel anteseden yang diukur adalah awareness terhadap K3, pengetahuan dan persepsi pekerja terhadap bahaya di tempat kerja, ketersediaan peralatan kerja, pelatihan keselamatan, peraturan/tata tertib, pengawasan, safety promotion, dan ketersediaan APD. Sedangkan variabel konsekuensi yag diteliti adalah sanksi dan penghargaan.
Penelitian ini dilakukan terhadap pekerja unit usaha las sektor informal di kota X sebanyak 6 informan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth-interview) dan observasi terhadap pekerja las dan pemilik unit usaha las. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan yang umumnya terjadi di unit usaha las sektor informal adalah kecelakaan minor yaitu luka-luka ringan akibat percikan api dan luka akibat menggerinda. Penyebab utama kecelakaan pada pekerja adalah perilaku berisiko (At-Risk Behavior) dalam bekerja yang tidak mengutamakan keselamatan dalam bekerja. Informan sudah mengenali Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bahaya yang ada di tempat kerja. Walaupun demikian persepsi pekerja terhadap bahaya yang ada masih rendah (perceived risk rendah). Selain itu, informasi yang didapat menunjukkan bahwa peralatan kerja yang digunakan sudah tersedia dan cukup lengkap, namun APD yang ada masih kurang dan tidak memenuhi standar keselamatan. Pelatihan keselamatan belum pernah diikuti atau diadakan oleh unit usaha las sektor informal. Peraturan yang ada pun bukan peraturan tertulis, dan pengawasan yang dilakukan lebih mementingkan target produksi. Kelengkapan Safety promotion/sign belum ada di unit usaha las sektor informal. Untuk variabel konsekuensi, sanksi yang ada tidak tegas dan tidak signifikan. Sedangkan penghargaan, masih banyak unit usaha las sektor informal yang belum menerapkannya. "
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Fadyanti
"Skripsi ini membahas tentang proses pembuatan pagar teralis di Bengkel Las Sampurno yang memiliki berbagai hazard yang ada di area kerja sehingga terdapat berbagai risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada proses kerjanya. Untuk itu, dibutuhkan penilaian risiko pada tiap tahapan proses pembuatan produk untuk mengetahui tingkat risiko kerja sehingga kedepannya dapat dilakukan pengelolaan dan pengendalian risiko tersebut dengan baik sesuai dengan risiko yang ada. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional. Analisis yang digunakan yaitu analisis risiko kualitatif. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa pada proses pembuatan pagar teralis besi di BL Sampurno memiliki tingkat risiko yang berdampak pada pekerja sehingga diperlukan pengendalian risiko khususnya untuk risiko yang tidak dapat diterima (tinggi dan ekstrim) untuk menekan terjadinya kecelakaan pada pekerja.

The focus of the study is the process of making iron rail in Bengkel Las Sampurno which has a variety of hazards in the work area so that there are a variety of safety and health risks in the working process. Therefore, the required risk assessment at every stage of the product creation process to determine the level of risk to do the work so that future risk management and control of the well in accordance with the existing risks. This research uses descriptive observational method. The analysis is qualitative risk analysis. The results of this study suggest that the process of making iron trellis fence in BL Sampurno have a level of risk that impact on workers so that necessary risk control in particular to an unacceptable risk (high and extreme) to suppress the occurrence of accidents to workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Motivasi
"Masalah kesehatan dan keselamatan kerja di bengkel pembuatan alas kaki diakibatkan oleh lemahnya manajemen risiko, sehingga dibutuhkan pengkajian risiko dalam rangka pengelolaan risiko. Penelitian ini berisi analisis risiko kesehatan dan keselamatan kerja di Bengkel Pembuatan Alas Kaki Tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat risiko kesehatan dan keselamatan kerja pada setiap tahapan proses produksi alas kaki. Penilaian risiko menggunakan metode W.T. Fine yaitu dengan menganalisis nilai konsekuensi, pajanan dan kemungkinan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa level risiko yang dimiliki pada setiap langkah kerja meliputi level very high yaitu bahaya kimia, level priority 1 yaitu bahaya ergonomi dan bahaya mekanik, level substantial yaitu desain kerja (housekeeping), level priority 3 yaitu bahaya kinetik dan acceptable yaitu bahaya psikososial.

Occupational health and safety problems in small and medium enterprises are caused by lack of risk management. This research aimed to assess the OHS risk level at five small shoes industries. Risk assessment was done by implementing W.T Fine method to analyze risk level by scoring the level of probability, exposure and consequence.
This study found that the risk of chemical hazard (solvent vapor from glue) was very high; the risk of ergonomic and mechanical hazard were categorized as priority 1, the risk of poor housekeeping was substantial; the risk of kinetic hazard was priority 3; and the risk of psychosocial hazards was acceptable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridcho Andrian Am
"Bagian terpenting yang tidak terpisahkan dalam proses pembuatan alas kaki adalahpenggunaan bahan perekat dan cat yang mengandung pelarut xilena. Apabila terpajanxilena, maka akan berakibat pada gangguan sistem saraf pusat. Tingkat pajanan xilenayang telah diterima oleh tubuh dapat dilihat melalui kadar Asam Metil Hipurat AMH dalam urin. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risikodan peranan pajanan inhalasi xilena terhadap gangguan kesehatan. Penelitian inimenggunakan rancangan potong lintang. Lokasi penelitian berada di tiga bengkel alaskaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan dilakukan pada bulan September ndash;Oktober 2017. Adapun sampel penelitian terdiri dari pekerja sebanyak 40 orang; danlingkungan yaitu xilena di 9 titik pengukuran. Sampel pekerja diambil informasimengenai karakteristik, pola aktivitas, kadar AMH dalam urin, dan gejala neurotoksik.Seluruh informasi diambil pada saat jam kerja berlangsung melalui wawancara. Khususurin, diambil pada saat jam kerja berakhir dan dianalisis dengan UPLC MS/MS.Selanjutnya, pengukuran xilena dilakukan dengan menggunakan kromatografi gas.Kemudian, tingkat risiko RQ pajanan xilena dianalisis dengan menggunakanpendekatan ARKL. Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji t independen konsentrasi xilena dengan gejala neurotoksik dan kadar AMH dengan gejalaneurotoksik dan regresi linier sederhana konsentrasi xilena dengan kadar AMH . Darihasil penelitian, konsentrasi xilena di seluruh bengkel adalah 3,58E-03 mg/m3 median dengan konsentrasi tertinggi di titik sampel 6 3,16E-02 mg/m3 dengan kadar AMHdalam urin seluruh pekerja adalah sebesar 1,00E-04 g/g kreatinin median dan lebihdari setengah 57,5 pekerja negatif gejala neurotoksik. Berdasarkan perhitungannilai RQ, seluruh pekerja tidak terdapat risiko RQ le;1 terhadap pajanan xilena. Batasmaksimum konsentrasi xilena yang direkomendasikan batas maksimum adalah selama25 tahun ke depan sebesar 0,2593 mg/m3 laki ndash; laki dan 0,30182 mg/m3 perempuan .Untuk hasil uji, secara statistik tidak terdapat hubungan antara konsentrasi xilena danAMH p = 0,511 , konsentrasi xilena pada pekerja dengan positif-negatif gejalaneurotoksik p = 0,969 , serta kadar AMH pada pekerja dengan positif-negatif gejalaneurotoksik.

The use of adhesives and paints containing xylenes play important rule in footwearmanufacturing. Xylene exposure can affect the central nervous system such assymptoms of headache, fatigue, short term memory disorders, time response disorders,numerical ability disorders, equilibrium and balance changes. To determine the levelof exposure can be conducted by measuring the levels of methylhippuric acids MHA in urine. The aim of this study was to describe the risk of xylenes exposure to workers 39 health. This study used cross sectional design and conducted in three footwearworkshops in Ciomas, Bogor Regency in September October 2017. The study sampleconsisted of 40 workers and 9 point measurements of xylenes in indoor air. For workersamples, information concerning characteristics, activity patterns, and neurotoxicsymptoms were taken during working hours through interviews. Especially, urine MHA was taken at the end of work hours and analyzed with UPLC MS MS.Furthermore, xylenes measurements were carried out using gas chromatography. Then,the risk level RQ of xylenes exposure was analyzed using ARKL approach. For theanalysis of relationships among variables using independent t test xylenes withneurotoxic symptoms and MHA levels with neurotoxic symptoms and simple linearregression xylenes with MHA levels . From the results, the concentration of xylenesin the workshops was 3.58E 03 mg m3 median with the highest concentration atsample point 6 3.16E 02 mg m3 . MHA in the urine of all workers were 0.000100 g gof creatinine median and more than half 57.5 of workers had negative neurotoxicsymptoms. All workers have no risk to health RQ le 1 and recommended maximumlimit of xylenes concentration over the next 25 years of 0.2593 mg m3 male and0.30182 mg m3 female. From the statistical results, there was no statisticallysignificant relationship between xylenes concentration and MHA p 0,511 , xylenesin workers with positive and negative neurotoxic symptoms p 0.969 , and MHAlevels in workers with positive and negative neurotoxic symptoms."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridlo Noor Wahab
"Era gobalisasi sebentar lagi akan tiba, dalam bidang K3 era tersebut ditandai dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, dimana hal tersebut dapat berdampak pada efisiensi dan produktivitas kerja, namun disamping itu juga berdampak menambah risiko bahaya dan ragam dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Salah satu proses dalam industri adalah proses pengelasan, proses ini merupakan proses yang menghasilkan radiasi sinar ultra violet. Radiasi sinar ultra violet ini pada pekerja las dapat menyebabkan adanya keluhan mata akut berupa peradangan selaput mata, selaput bening, dan peradangan pada kelopak mata pada pekerja las atau yang biasa disebut "Welder Flash " atau "Arc Eye".
PT. Bukaka Teknik Utama yang proses kerja utamanya adalah pengelasan, dijumpai para pekerja lasnya sering mengalami adanya keluhan mata akut, sehingga hal tersebut yang melatar belakangi penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa paparan radiasi sinar ultra violet dan faktor-faktor yang signifikan sebagai penyebab keluhan mata akut pada pekerja las dengan menggunakan metode fault tree analysis.
Metode fault tree analysis (pohon kegagalan) adalah salah satu metode dalam K3 yang digunakan dalam analisa bahaya secara detil (detailed hazard analysis). Metode ini menggunakan pendekatan top down, di mana starting pointnya adalah adanya kerugian/loss atau konsekuensi yang tidak diinginkan dimana hal ini sebagai "Head Event" atau "Top Event", kemudian diidentifikasi seluruh faktor-faktor kegagalan dan urutan-urutan event-event yang mungkin memiliki kontribusi terhadap "Head Event". Hasil dari identifikasi tersebut baru dianalisa dan dievaluasi sehingga diketahui faktor kegagalan yang paling signifikan sebagai penyebab adanya "Head Event" atau "Top Event" tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 54 pekerja las yang diteliti sebanyak 38 orang yang mengalami keluhan mata akut. Hasil tingkat intensitas radiasi efektif menunjukkan nilai yang tinggi yaitu berkisar antara 179 µW/cm2 sampai dengan 2850 µW/cm2. Hasil lama pemaparan perhari berkisar antara 30 sampai dengan 376 menit.
Hasil fault tree analysis menunjukkan bahwa paparan tinggi radiasi sinar ultra violet merupakan faktor yang potensial menyebabkan terjadinya keluhan mata akut pekerja las. Paparan tinggi radiasi sinar ultra violet disebabkan oleh adanya tingkat intensitas yang tinggi atau (hubungan OR gate) karena adanya waktu paparan tinggi.
Tingkat intensitas yang tinggi disebabkan karena adanya kegagalan mesin las atau (hubungan OR gate) karena kegagalan penggunaan alat pelindung diri mata. Sedangkan waktu paparan tinggi disebabkan adanya kesalahan dalam posisi pengelasan atau (hubungan OR gate) karena volume pekerjaan yang tinggi.
Kegagalan mesin las disebabkan oleh rangkaian kegagalan yang pada akhirnya berpangkal pada kegagalan pemeliharaan atau (hubungan OR gate) karena usia mesin yang sudah tua. Sedangkan kegagalan penggunaan alat pelindung diri mata disebabkan oleh rangkaian kegagalan yang pada akhirnya berpangkal pada kegagalan pengawasan.
Kesalahan posisi pengelasan disebabkan karena kegagalan pengawasan, sedangkan kegagalan pengaturan jam kerja disebabkan volume pekerjaan tinggi atau karena waktu penyelesaian pekerjaan yang singkat.
Kegagalan pemeliharaan dan kegagalan pengawasan merupakan jenis kegagalan yang sering muncul (common mode), sedangkan kegagalan pemeliharaan sendiri secara signifikan disebabkan oleh kegagalan pengawasan .
Dengan demikian rangkaian kegagalan mulai dari kegagalan pengawasan, kegagalan pemeliharaan dan rangkaian kegagalan berikutnya sampai kepada paparan tinggi sinar ultra violet atau waktu paparan tinggi dimungkinkan sebagai penyebab adanya keluhan mata akut.

Analysis of Presentation on Radiation of Ultra Violet Light Against Welders of PT Bukaka Teknik Utama, District of Bogor, Year of 2002Era of globalization, that is coming in the near future, is identified by utilization of high technology and science. On one side, such condition gives positive impact on efficiency and working productivity. However, on the other side, it will also give negative impact on increasing of hazard risks as well as of types of occupational accidents and diseases.
One of industrial production process is welding that produces radiation of ultra violet light. Radiation of ultra violet light results in acute irritation on cornea and on eyelid of welders that is commonly called as "Welder Flash" or "Arc Eye".
This research based on the fact that welders those are working at PT Bukaka Teknik Utama often complains about acute irritation on their eyes. This research is designed to analysis of presentation on radiation of ultra violet light and of significant factors as the causes of acute irritation complained by the welders. In this respect, this research uses "fault tree analysis" method.
"Fault tree analysis" method is a "detailed hazard analysis", as one of analysis method used in Occupational Safety and Health. This method uses top-down approach, in which the starting point is the occurrence of loss or unexpected consequences that is called as "Head Event" or "Top Event". Next step of this method is identification of all failure factors and sequence of events that may give contribution to "Head Event". Result of identification is then analyzed or evaluated in order to find the most significant failure factor to the mentioned "Head Event" or "Top Event".
The research shows that 38 out of 54 sampling welders are suffered from acute eyes irritation. Intensity of effective radiation shows high value that is between 179 µW/cm2 to 2,850 µW/cm2. Length of presentation is between 30 to 376 minutes per day.
Fault Tree Analysis proves that high presentation on radiation of ultra violet light is the potential factor causes acute irritation on eyes of welders. The high presentation on ultra violet light is caused by high intensity or (relations of OR gate) as the result of high volume of works.
Failure of welding machine is caused by series of failures that ultimately based on failure in maintenance or (relations of OR gate), as caused by old age of the machine. Meanwhile, failure in using self protective for eyes is caused by series of failures that ultimately based on failure in inspection.
Failure in welding position is caused by failure in inspection, and failure in regulating working hours is caused by high volume of works or by limited time to finish works.
Failures in maintenance and in inspection are types of failures that become common mode. Meanwhile, failure in maintenance alone is significantly caused by failure in inspection.
It comes to conclusion that series of failures from failure in inspection, in maintenance and to other following failures up to high presentation on ultra violet light and high time of presentation are identified as possible causes of acute irritation on eyes."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 9756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daden Areistheika Dhelinthea
"Perkembangan teknologi yang pesat membuat hampir semua aktifitas manusia berhubungan erat dengan berbagai macam alat dan mesin. Tidak terkecuali dalam dunia industri yang terus berkembang pesat seiring dengan perkembangan manusia. Namun dalam interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan tempat kerja terdapat berbagai risiko yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kecelakaan bagi manusia. Salah satu penyakit akibat kerja yang kerap diderita oleh pekerja adalah penyakit yang berkaitan dengan otot serta rangka, atau lebih dikenal dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Penelitian ini dilakukan pada pekerja produksi Rumah Potong Ayam (RPA) X Kota Bogor tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko MSDs pada tubuh bagian atas dan gejala MSds yang dialami oleh pekerja. Metode penelitian ini adalah semi kuantitatif dengan desain cross sectional. Responden berjumlah 30 orang pekerja produksi yang berada di lokasi Bojong Bawah. Tingkat risiko ergonomi dinilai dengan menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Quick expossure Checklist (QEC). Penilaian menggunakan RULA mendapatkan hasil 2 tahapan pekerjaan (16,7%) termasuk dalam kategori medium atau masuk action level 2, 5 tahapan pekerjaan (41,7%) termasuk dalam kategori high atau masuk action level 3 dan 5 tahapan pekerjaan lainnya (41,7%) termasuk dalam kategori very high atau masuk action level 4. Penilaian menggunakan QEC mendapatkan hasil 5 tahapan pekerjaan (41,7%) termasuk dalam kategori high atau masuk action level 3 dan 7 tahapan pekerjaan lainnya (58,3%) termasuk dalam kategori very high atau masuk action level 4. Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk mengetahui keluhan MSDs yang dirasakan pekerja dan didapatkan hasil 100% pekerja mengeluhkan mengalami gejala MSDs. Keluhan terbanyak dirasakan adalah pegal dan rasa sakit pada tubuh bagian atas pekerja seperti bahu, pinggang, punggung dan juga pergelangan tangan.

Technological developments that grow rapidly make almost human activities are closely related to tools and machinery. Industrial sectors is one of many sectors that grow rapidly as the human development. However, the interaction between human, machine and workplace environment have many risks that can make occupational disease or injury to the workers. One of the occupational diseases that often suffered by workers is a disease associated with muscle, bones and joints, or known as Musculoskeletal Disorders (MSDs). This research was conducted on chicken slaughterhouse X production workers, Bogor 2012. This research’s purpose are to know the musculoskeletal disorders risk factor on upper body and the symptoms experienced by workers. This research method is semiquatitative with cross sectional design. Respondents of this research were 30 production workers at Bojong Bawah. Ergonomic risk level assessed using the Rapid Upper Limb Assessment (RULA) and Quick Exposure Checklist (QEC). The result from assessment using RULA are 2 task from work process (16,7%) included in the category of medium or action level 2 , 5 task from work process (41,7 %) included in the category of high or action level 3 and 5 task from work process (41,7 %) was included in the category of very high or action level 4 . The result from assessment using QEC are 5 task from work process (41.7 %) included in the category of high or action level 3 and 7 task from work process (58.3 %) included in the category of very high or action level 4. Nordic Body Map (NBM) is used to know the complaints about MSDs from workers, and the result is 100% of worker said that they have some symptoms of MSDs. Most of complaints are on the upper body from workers, such as shoulders, back, low back and wrist."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azelytta Adriani
"Perkembangan teknologi dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam dunia usaha. Akan tetapi, perkembangan ini dapat berdampak negatif apabila tidak sesuai dengan karakteristik dan kemampuan pekerja. Salah satu risiko akibat ketidaksesuaian tersebut adalah Musculoskeletal Disorders (MSDs). Penelitian ini menilai postur pada pekerja di Sentra Industri Tas PATRIA tahun 2013 yang bekerja dengan posisi duduk dengan jumlah responden 20 orang. Faktor lain yang berkaitan dengan postur adalah durasi, frekuensi dan beban yang dinilai menggunakan RULA. Penilaian ini dilengkapi menggunakan QEC untuk mendapatkan skor per bagian tubuh. Penelitian ini juga menggambarkan karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, masa kerja, IMT, perilaku merokok, perilaku olahraga yang berkontribusi terhadap terjadinya MSDs. Penelitian ini menilai keluhan MSDs menggunakan kuisioner NBM. Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan disain studi cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan risiko MSDs sangat tinggi pada seluruh proses pembuatan tas dan agenda yaitu pemotongan, penempelan, penjahitan pola dan finishing. Keluhan terbanyak adalah pada bagian leher bagian atas (60%), bahu kanan, punggung dan pinggang (masing-masing 50%). Untuk itu diperlukan upaya pengendalian secara ergonomi berupa perbaikan disain tempat kerja dan administrasi seperti pembatasan jam kerja, penyuluhan cara bekerja yang ergonomi dengan melibatkan pemiliki usaha dan Puskesmas setempat serta melibatkan pekerja secara aktif untuk menurunkan tingkat risiko dan keluhan MSDs.

Technological development can help improve the effectiveness and productivity. However, these developments could have a negative impact if it is not in accordance with the characteristics and capabilities of workers. One such discrepancy is due to the risk of Musculoskeletal Disorders (MSDs). This study assesses posture on workers in industrial centers PATRIA bag in 2013 working in a sitting position with the number of respondents 2013. Another factor is related to postir duration, frequency and workload was assessed using RULA. This assessment was completed with using the QEC to get a risk index score on the body. This study also present the individual characteristics such as age, gender, years, body mass index, smoking and exercise behaviors that contribute to the occurrence of MSDs. This assessment also assessed MSDs complaints using a questionnaire NBM. This study is a descriptive observational cross-sectional study design. the results of this study showed a very high risk of MSDs in the whole process of bag making and agenda that is cutting, pasting, sewing and finishing. Most complaints are on the upper neck (60%), right shoulder, back, and waist (50%). for it, necessary control measures with improved ergonomic design and administrative work such as restrictions on hours of work, work ergonomics extension method involving local business owners and health centers as well as actively involving workers ringkat to reduce the risk of MSDs and complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>