Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Putri Oktaviany
"Overweight tidak hanya menjadi masalah di negara maju, tetapi juga di negara berkembang padahal overweight dapat menyebabkan terjadinya diabetes di kemudian hari. Menurut Riskesdas 2010, prevalensi overweight di Indonesia pada anak usia 13-15 tahun sebesar 2,5%. Asupan gizi makro memiliki pengaruh yang cukup besar dalam terjadinya overweight.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan gizi makro, aktivitas fisik, jenis kelamin, frekuensi konsumsi fast food, dan durasi tidur dengan overweight pada siswa SMPN 68 Jakarta tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 99 responden yang terdiri dari siswa-siswi kelas 7 dan 8. Mereka dipilih dengan metode multi stage random sampling. Data penelitian diperoleh dari pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan, food recall untuk asupan makanan, food frequency questionnaire untuk frekuensi konsumsi fast food, dan kuesioner untuk aktivitas fisik serta durasi tidur.
Hasil penelitian ini adalah sebanyak 35,4% responden mengalami overweight dan hasil bivariat yang menggunakan uji chi square menunjukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, dan asupan lemak dengan overweight. Perlu diberikan edukasi kepada siswa mengenai makanan yang dikonsumsi harus bergizi seimbang.

Overweight was not only become problem in developed country, but also in developing country whereas overweight can lead to diabetes later. Based on Riskesdas 2010, prevalence of overweight in Indonesia at the age of 13 – 15 years old is 2,5%. Macronutrient intake had a very important role in the process of overweight.
This research objectively investigated relationship between macronutrient intake, physical activity, gender, fast food consumption frequency, and sleep duration with overweight on junior high school students of 68 junior high school Jakarta 2013.
This research was a quantitative study with cross sectional study. Subjects for this research are 99 of 7th and 8th grade students. They were selected by multi stage random sampling method. The data of this research were obtained by antropometri measurement of weight and height, food recall for food intake, food frequency questionnaire for frequency of fast food consumption, and questionnaire for physical activity and sleep duration.
Based from the results, 35,4% respondents had overweight and from analyzes data by chi square test, there was significant relationship between energy intake, carbohydrate intake, protein intake, and fat intake with overweight. It is important to give education to students about the food that they eat should have good nutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Magdalena
"Penelitian ini membahas tentang gambaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pegawai Kementerian Perindustrian. Status Gizi erat hubungannya dengan status kesehatan. Dengan dukungan gizi yang optimal, maka akan mendukung pegawai terhindar dari kesakitan dan non-produktivitas. Faktor-faktor yang diteliti yakni karakteristik individu, perilaku, dan konsumsi makanan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan design studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator status gizi, wawancara, dan pengisian kuesioner mandiri.
Hasil penelitian ini menghasilkan rata-rata IMT pegawai Kementerian adalah 26,88 kg/m2. Nilai IMT ini menunjukkan rata-rata pegawai Kementerian Perindustrian tergolong status gizi lebih. Faktor-faktor yang diketahui bermakna adalah umur, status pernikahan, kebiasaan mengemil, asupan energi, dan asupan karbohidrat.
Para pegawai diharapkan mulai mengontrol status gizinya melalui asupan makanan, misalnya dengan memilih jenis cemilan yang rendah kalori dan tinggi serat.

This study discusses about the overview and the factors that affect the nutritional status of Ministry of Industry?s employees. Nutritional status is closely related to health status. With optimal nutritional support, it will support employees to avoid pain and non-productivity. Factors examined in this study was the individual characteristics, behaviors, and consumption of food.
This research was quantitative research using cross-sectional study design. Data were collected by using a measurement of Body Mass Index (BMI) as an indicator of nutritional status, interviews, and questionnaires.
This results show that the BMI average was 26.88 kg/m2. The BMI values indicate that the average of Ministry of Industry?s employees classified overweight. Factors such as age, marital status, snacking habit, energy intake, and carbohydrate intake were statistically significant.
It was suggested to employees to start controlling their nutritional status through food intake, for example by choosing the low calories and high fiber snack.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Furi Nurnafiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sarapan dan faktor lainnya yang berhubungan dengan gizi lebih pada siswa-siswi di SMAN 39 Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data penelitian sekunder yang dilakukan di SMAN 39 Jakarta pada tahun 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 130 responden. Pada penelitian ini, gizi lebih sebagai variabel dependen sedangkan kebiasaan sarapan, asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, aktivitas fisik, dan jenis kelamin sebagai variabel independen. Data yang digunakan berupa hasil pengisian kuesioner, wawancara 24h-food recall, pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 26,9% siswa mengalami gizi lebih. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan, asupan protein, asupan lemak dan jenis kelamin dengan gizi lebih namun terdapat kecenderungan sebanyak 31% tidak selalu sarapan, 29% asupan protein lebih, 27% asupan lemak lebih dan 29,4% berjenis kelamin laki-laki mengalami gizi lebih. Untuk mencegah maupun menangani siswa-siswi yang mengalami gizi lebih disarankan bagi sekolah dan Dinas Kesehatan mengembangkan program edukasi mengenai gizi seimbang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Amalia Fajarini
"Prevalensi status kurang gizi/ kurus pada remaja masih tinggi dan meningkat pada negara berkembang. Permasalahan status gizi kurang lebih banyak terjadi pada remaja laki-laki daripada remaja perempuan. Hal ini juga terjadi di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2013. Status gizi kurang pada remaja akan memengaruhi produktivitas dan prestasi baik saat remaja maupun dewasa nanti. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah asupan energi dan zat makronutrien. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang untuk mengetahui hubungan antara status gizi kurang pada remaja laki-laki usia 16-18 tahun dengan asupan energi dan makronutrien. Jumlah subjek penelitian adalah sebesar 50 remaja laki-laki usia 16-18 tahun di Jakarta. Data status gizi diperoleh melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan usia yang diplot pada tabel Z-Score. Data mengenai asupan energi dan makronutrien diperoleh menggunakan metode 24 hour food recall dan food record selama 3 hari, kemudian diambil rerata dari keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 22% subjek mengalami status gizi kurang/kurus. Sebagian besar subjek memiliki persentase asupan yang kurang (<80%AKG), yaitu 94% untuk asupan lemak dan energi, 90% untuk asupan karbohidrat, 74% untuk asupan protein. Analisis uji Fisher menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi kurang (nilai p>0,05). Penelitian ini tidak memperhatikan beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi status gizi kurang yaitu aktifitas fisik, lingkungan, status pubertas, pola makan, gaya hidup, status psikologi, pengetahuan dan pola hidup dari orang tua.

The prevalence of poor nutrition status / underweight in adolescents remains high and is rising in developing countries. Malnutrition/underweight is more common in boys than girls. This phenomena is also occurs in Indonesia based on data Riskesdas 2007 and 2013. Malnutrition/underweight among adolescents will affect both productivity and achievement in adolescence and adulthood. One of factors that affect nutritional status is energy and macronutrients intake. This study uses a cross-sectional study to determine the association of malnutrition status in adolescent males aged 16-18 years with energy and macronutrient intake. The number of research subjects is 50 adolescent males aged 16-18 years in Jakarta. Data obtained through the measurement of nutritional status Body Mass Index (BMI) by age and is plotted on the chart Z-Score. Data on energy intake and macronutrient obtained using 24-hour food recall and a food record for 3 days, then take the average of the two. The results showed that 22% of subjects experienced poor nutrition status / underweight. Most of the subjects had less percentage of intake (<80% AKG), 94% for fat and energy intake, 90% for the intake of carbohydrates, 74% for protein intake. Fisher test analysis showed that there was no association between energy intake and macronutrient with ppor nutritional status (p values> 0.05). This study did not determinedi several factors that can affect the nutritional status ie physical activity, environmental, pubertal status, diet patterns, lifestyle, psychological status, knowledge and lifestyle of the parents."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefani Diorani
"Masalah gizi yang sering ditemukan pada usia remaja adalah tingginya angka overweight dan obesitas. Kabupaten Malang memiliki angka prevalensi obesitas remaja lebih tinggi dibandingkan se-provinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 2.6%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi, gaya hidup, dan pengetahuan gizi terhadap kejadian overweight dan obesitas pada pelajar SMA di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki ibu berpendidikan lulus SD dan lulus SMA berpengaruh terhadap kejadian overweight dan obesitas (p value 0,01; OR 0,44 95% CI 0,22 – 0,85 dan p value 0,04; OR 0,59 95% CI 0,36 – 0,98). Remaja yang memiliki ibu yang tidak sekolah memiliki risiko 2,13 kali untuk mengalami overweight dan obesitas jika dibandingkan dengan remaja yang memiliki ibu berpendidikan D3/S1/S2/S3. Remaja yang memiliki kebiasaan kadang-kadang sarapan dan tidak pernah sarapan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian overweight dan obesitas jika dibandingkan dengan yang setiap hari sarapan (p value 0,02; OR 1,84 95% CI 1,12 – 3,01 dan p value 0,01; OR 1,96 95% CI 1,12 – 3,27 dan 0,01). Selain itu, hasil analisis yang dilakukan antara variabel jenis kelamin, pekerjaan ibu, aktivitas fisik, kebiasaan jajan, konsumsi serat, dan pengetahuan gizi tidak ditemukan hubungan yang signifikan terhadap kejadian overweight dan obesitas.

Nutrition problems that are often found in adolescence are high rates of overweight and obesity. Malang District has a higher prevalence of adolescent obesity than in the provinces of East Java, which is 2.6%. This study aims to determine the effect of sociodemographic factors, lifestyle, and knowledge of nutrition on the incidence of overweight and obesity in high school students in Malang District, East Java. The results of this study indicate that adolescents who have educated mothers graduated from high school and graduated junior high have an effect on the incidence of overweight and obesity (p value 0,01; OR 0,44 95% CI 0,22 – 0,85 dan p value 0,04; OR 0,59 95% CI 0,36 – 0,98). Adolescents who have mothers who do not go to school have a risk of 2.13 times to be overweight and obese when compared to adolescents who have mothers with Diploma/Bachelor/Master/Doctoral degree. Adolescents who have the habit of sometimes eating breakfast and never having breakfast have a significant relationship to the incidence of overweight and obesity when compared to those who eat breakfast every day (p value 0,02; OR 1,84 95% CI 1,12 – 3,01 dan p value 0,01; OR 1,96 95% CI 1,12 – 3,27 dan 0,01). In addition, the results of the analysis conducted between variables of gender, mother's occupation, physical activity, snacking habits, fiber consumption, and nutritional knowledge were not found to have a significant effect on the incidence of overweight and obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasiswantoro Saksono
"Objektif: Pengurangan pada jumlah gigi posterior dapat dihubungkan dengan asupan nutrisi, status nutrisi, dan kemampuan mastikasi pada lansia. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara kehilangan gigi, asupan nutrisi, status nutrisi, dan kemampuan mastikasi. Metode: Total 158 subjek berusia diatas 60 tahun di kota Depok, Jawa Barat, Indonesia. Gigi posterior dibagi menjadi 2 grup berdasarkan Index Eichner; grup A2-B3 dan grup B4-C3. Untuk pengukuran asupan nutrisi dilakukan menggunakan semi-quantitative food-frequency questionnaire dengan mengukur jumlah kalori, dan untuk mengukur status nutrisi menggunakan Mini-Nutritional Assessment-Short Form. Hasil: 74% subjek perempuan, 26% laki-laki. Terdapat perbedaan signifikan pada nilai rata-rata kemampuan mastikasi (p = 0.000), Eichner grup A2-B3 (5.66 ± 1.80) dan B4-3 (3.20 ± 1.25). Namun, tidak ada perbedaan signifikan antara status nutrisi dan asupan nutrisi pada kedua grup Eichner. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kehilangan gigi berhubungan dengan kemampuan mastikasi, namun tidak pada status nutrisi ataupun asupan nutrisi pada lansia.

Objective: A reduction in the number of posterior teeth is associated with diminished nutrition intake, nutritional status, and masticatory performance in the elderly. Previous studies on the relationships between tooth loss, nutrition intake, nutritional status, and masticatory performance have yield varying results. Methods: A total of 158 subjects aged 60 years and older from Depok, West Java, Indonesia were enrolled in the study. Posterior tooth contacts were assessed based, and the subjects were accordingly divided into two groups based on the Eichner Index; group A2-B3 and group B4-C3. A semi-quantitative food-frequency questionnaire was used to measure nutritional intake in the form of total calories, and the Mini-Nutritional Assessment-Short Form was used to measure nutritional status. Results: Seventy-four percent of participants were females, and the remaining (26%) were males. A significant difference in the mean masticatory performance score (p = 0.000) was noted between Eichner group A2-B3 (5.66 ± 1.80) and B4-C3 (3.20 ± 1.25). However, no statistically significant differences in nutritional status and calorie intake were noted between the two groups. Conclusion: These findings indicate that the number of teeth lost is related to mastication, but not to nutritional status or calorie intake in the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nur Islamiati
"Motif pemilihan makanan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi seseorang dalam memilih makanannya. Membuat pilihan makanan yang sehat akan memiliki efek positif pada kesehatan, sementara pemilihan makanan yang tidak tepat dapat menjadi salah satu faktor risiko utama terjadinya masalah gizi dan penyakit tidak menular. Siswa SMK berada pada masa remaja dimana mereka mulai membuat pilihan makanan mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motif pemilihan makanan pada siswa SMKN 3 Bogor. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Total responden pada penelitian ini yaitu 369 siswa yang berasal dari lima jurusan yang ada di SMKN 3 Bogor. Hasil penelitian menunjukkan motif utama pemilihan makanan pada siswa SMKN 3 Bogor yaitu motif daya tarik sensoris (m = 3,60), motif harga (m = 3,59), dan motif segi etis (m = 3,52). Selain itu juga diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p-value <0,05) antara jenis kelamin, preferensi makanan, tingkat stres, pengetahuan gizi, sosial ekonomi, dan paparan media sosial dengan motif pemilihan makanan pada siswa SMKN 3 Bogor.

Food choice motives is one of the important factors that influence a person in choosing his food. Making healthy food choices will have a positive effect on health, while improper food choices can be one of the main risk factors for nutritional problems and non-communicable diseases. Vocational school students are in their teens where they begin to make their own food choices. This study aims to determine the factors related to food choice motives in students of SMKN 3 Bogor. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. The total respondents in this study were 369 students from five majors in SMKN 3 Bogor. The results showed that the main motives for choosing food for students at SMKN 3 Bogor were the sensory attractiveness motive (m = 3.60), the price motive (m = 3.59), and the ethical aspect motive (m = 3.52). In addition, it is also known that there is a significant relationship (p-value <0.05) between gender, food preferences, stress, nutritional knowledge, socio-economics, and exposure to social media with food choice motives in SMKN 3 Bogor students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Berliana
"Status gizi lebih menjadi masalah kesehatan global dan membawa dampak buruk bagi kesehatan maupun psikososial bagi remaja. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak usia 5-12 tahun di Jakarta Utara tahun 2018 sebesar 29.03%, yang mana angka ini melampaui prevalensi nasional dan provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini membahas mengenai faktor yang berkaitan dengan kejadian status gizi lebih berdasarkan pengukuran persen lemak tubuh pada siswi kelas 6 sekolah dasar di Jakarta Utara pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian tentang kegemukan dan obesitas pada anak sekolah dasar dengan indikator indeks massa tubuh menurut umur. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25.43% siswi di Jakarta Utara mengalami status gizi lebih. Terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara asupan lemak (p-value 0.015) dan status menarche (p-value 0.006) terhadap kejadian status gizi lebih, dengan status menarche sebagai faktor dominan. Tidak terdapat perbedaan yang signfikan antara asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, kebiasaan sarapan, konsumsi buah dan sayuran, konsumsi minuman manis dalam kemasan, aktivitas fisik, durasi menonton TV, dan menggunakan gawai dengan kejadian status gizi lebih. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu dilakukan edukasi terkait pola makan seimbang dan aktivitas fisik bagi remaja putri untuk menjaga status gizi normal.

Over nutritional status has been the global health problem and will become a negative impact on health and psychosocial for adolescents. Based on Riskesdas 2018, prevalence of overweight and obesity in children aged 5-12 years in North Jakarta is 29.03%, which is higher prevalence than the national and province DKI Jakarta. This research objectively investigated factors that related with over nutritional status in grade 6 elementary school students in North Jakarta in 2018 that used body fat percentage assessment. This study used secondary data from rencetly research about obesity in student grade 6 elementary school in North Jakarta. This study used a cross sectional method.
The results showed that 25.43% of female students in North Jakarta changed obesity. There was a significant difference between fat intake (p-value 0.015) and menstrual status (p-value 0.006) to the incidence of over nutritional status, with menstrual status as a dominant factor. There is no significant proportional differences between energy intake, protein intake, carbohydrate intake, breakfast, fruit and vegetable consumption, consumption of sugar sweetened beverages, physical activity, TV viewing and gadget time, with over nutritional status. The results of this study prove that education related to balanced diet and physical activity isimportant for adolescent girl according their needs to normal nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiana Kusumasari Agustin
"Kurang gizi pada balita 0-23 bulan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat diProvinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2017 prevalensi underweight di Provinsi DKI Jakarta tergolong prevalensi medium 14,5, sementara wasting tergolong serius, sedangkanuntuk stunting termasuk rendah 18,1. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, asupan protein, asupan lemak, keragaman jenis makanan, frekuensi pemberian makanan, ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini, penimbangaan berat badan, pemberian kapsul vitamin A, riwayat pendidikan formal ibu dan status ibubekerja dengan kurang gizi pada Balita 0-23 bulan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017.Kurang gizi diukur menggunakan Compocite Index of Anthropometric Failure CIAF. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 658 balita 0-23 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kurang gizi pada Balita 0-23 bulan dengan indikator CIAF jauh lebih tinggi 31,9 dibandingkan dengan indikator BB/U,PB/U, dan BB/PB. Asupan protein, keragaman jenis makanan, pemberian kapsulvitamin A dan status bekerja ibu berhubungan signifikan dengan kurang gizi. Faktor dominan adalah asupan protein. Balita yang mengkonsumsi protein kurang memiliki risiko sebesar 4,8 kali 95 CI: 0.599-38.746 untuk mengalami kurang gizi dibandingkan Balita yang mengkonsumsi protein cukup. Terdapat interaksi antaraasupan protein dan keragaman jenis makanan. Interaksi tersebut saling melemahkan terhadap kejadian kurang gizi.

Undernutrition in under five children 0 23 months is still a public health problem in DKI Jakarta Province. In 2017, the prevalence of underweight in DKI Jakarta is classified as medium prevalence 14.5, while wasting is considered serious, meanwhile stunting is low 18.1. The objectives of the study were to investigate the relationship between energy intake, protein intake, fat intake, food diversity, feeding frequency, exclusive breastfeeding, early breastfeeding initiation, weight monitoring,vitamin A capsule supplementation, maternal formal education and maternal working status with undernutrition in under five children 0 23 months. Undernutrition was measured using the Composite Index of Anthropometric Failure CIAF. This research use cross sectional design with number of sample 658.
The results showed prevalence of undernutrition using CIAF indicator is much higher 31.9 compared with BB U, PB U, and BB PB indicators. Protein intake, dietary diversity, vitamin A capsule supplementation and maternal working status were significantly associated with undernutrition. The dominant factor is protein intake. Toddlers who consumed less protein had 4.8 times higher risk 95 CI 0.599 38.746 to experience undernutrition compared to toddlers who consumed enough protein. There is an interaction between protein intake and food diversity. The interactions are mutually debilitating to theincidence of undernutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49879
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winson Jos
"Latar belakang: Saat ini kondisi status gizi anak usia sekolah di Indonesiacukup memprihatinkan. Hal ini terlihat dari data Departemen Kesehatan (2004), bahwa pada tahun 2003, bahwa 27,5% anak Indonesia kurang gizi. Untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010, diperlukan perbaikan pada semua aspek kesehatan termasuk status gizi. Program perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berkaitan erat dengan kebersihan diri diharapkan dapat meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan diri dan pada akhirnya akan meningkatkan status gizi msyarakat pula. Akan tetapi, belum terdapat bukti yang jelas yang membahas keterkaitan langsung antara tingkat pengetahuan menjelaskan hubungan antara hubungan tingkat pengetahuan mengenai kebersihan diri dengan status gizi khususnya pada kelompok anak usia sekolah.
Metode: Penelitian ini dilakukan terhadap 78 anak usia sekolah di bawah binaan Yayasan X, penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk menilai tingkat pengetahuan responden, kondisi status gizi di Yayasan X, dan mencari hubungan di antara keduanya.
Hasil: Jumlah subjek laki-laki pada penelitian ini (45 anak)lebih banyak dibanding jumlah subjek perempuan (33 anak) Usia rata-rata anak tersebut adalah 10,10 tahun ± 1,43 tahun, dengan berat badan rata-rata 26,18 kg ± 5,55kg dan tinggi badan rata-rata 130,67cm ± 8,32cm. Semua data yang didapat dianalisis dengan menggunakan Chi-square test untuk melihat ada tidaknnya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan X. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dan status gizi yang diukur berdasarkan indikator persenti berat badan terhadap umur (p=0, 212), tinggi badan terhadap umur (p = 0,318), dan persentil body mass index(p = 0,117). Akan tetapi, dapat dilihat bahwa anak dengan tingkat pengetahuan yang baik cenderung memiliki status gizi yang baik pula.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah, namun terlihat adanya efek positif dari kebersihan diri dalam kaitannya dengan status gizi.

Background: Nowadays, nutritional status of school-aged children in Indonesia is devastating. According to Ministry of Health (2004), in 2003 27,5% of Indonesia children is undernourished. In order to achieve the vision of Indonesia Sehat 2010, a full sector improvement is required, including improvement of nutritional status in school-aged children. The Healthy and Hygiene Lifestyle Programme (Program Perilaku Hidup bersih dan Sehat) which include personal hygiene improvement is expected to be able to improve the nutritional status in Indonesia. However, there are no sufficient evidence proving the effectiveness of personal hygiene improving nutritional status, especially in school-aged children group.
Methods: The research was conducted in X Foundation, with 78 school-aged children as the subjects. This research uses cross-sectional designed to identify the personal hygiene knowledge of subjects, nutritional status of subjects, and associationbetween the personalhygiene knowledge and nutrional status.
Result: The total of male subjects (45 kids) is more than the total of female subjects (33 kids). The avarage age for the subject is 10,10 years old ±1,43 years old, the avarage weight for the subject is 26,18kg ± 5,55kg, and the avarege height for the subject is 130,67cm ± 8,32cm. The collected data is analyzed usingchi-square test to prove the association between personal hygiene knowledge and nutritional status in school-aged children in KampungKids Foundation. The result shows there is no significant association between personal hygiene knowledge and nutritional status indicators, such as, weight-age-percentils (p=0,212), height-age-oercentils (p = 0,318), dan body mass index percentils(p = 0,11 7). However, school-aged children with better personal hygiene knowledge tend to have better nutrional status.
Conclusion: There are no significant association between hygiene knowledge and nutritional status of school-aged children in X Foundation. However, personal hygiene knowledge shows positive benefits to improve nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>