Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Konda Kinanti Muroso
"Berdasarkan bentuk dari sel darah merah, mikrositik hipokromik anemia adalah tipe anemia yang paling sering dijumpai. Tipe ini bisa disebabkan oleh anemia dengan defisiensi besi atau beta thallasemia. Akan tetapi, tidak banyak literatur dan jurnal yang membahas tentang epidemiologi dari mikrositik hipokromik anemia. Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi proporsi dari mikrositik hipokromik anemia dan asosiasinya dengan umur dan jenis kelamin pada pasien rawat inap di RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo.
Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan data seperti umur, jenis kelamin, hasil hemoglobin, MCV dan MCH, dari pasien diambil pada bulan Maret 2011. 3197 pasien diikutsertakan dalam penelitian ini, 1674 perempuan (52.4%), 1523 lelaki (47.6%). Pasien dengan mikrositik hipokromik anemia berjumlah 674 (21.1%). Umur median dari pasien dengan mikrositik hipokromik anemia adalah 46.50 tahun, sedangkan pasien tanpa mikrositik hipokromik anemia adalah 46 tahun (p = 0.791).
Ditemukan 387 perempuan dengan mikrositik hipokromik anemia (23.1%) dan 287 lelaki dengan mikrositik hipokromik anemia (18.8%) (p = 0.03). Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada asosiasi antara umur dengan pasien yang mempunyai mikrositik hipokromik anemia. Akan tetapi, ditemukan asosiasi antara jenis kelamin dan mikrositik hipokromik anemia; jumlah wanita yang mempunyai mikrositik hipokromik anemia lebih banyak dibandingkan lelaki.

Worldwide, iron deficiency is one of the most frequent and significant causes of anemia. The commonest form of anemia is microcytic hypochromic anemia which may be caused by iron deficiency. This study aims to evaluate the proportion of microcytic hypochromic anemia and analyze its correlation with age and gender in the in-patient ward of RSUPN DR. Cipto Mangunkusomo.
A cross-sectional study design was applied and the data on the patient?s age, gender, hemoglobin level, MCV and MCH level was taken on March 2011. 3197 subjects were included in this study, 1674 female (52.4%), 1523 male (47.6%). 674 subjects (21.1%) diagnosed with microcytic hypochromic anemia. The median age of patients with microcytic hypochromic anemia was 46.50 years old, while patients without microcytic hypochromic anemia was 46 years old (p = 0.791).
There were 387 women (23.1%) found with microcytic hypochromic anemia, whereas, 287 men (18.8%) with microcytic hypochromic anemia (p = 0.03). Overall, the occurrence of microcytic hypochromic anemia is not associated with age, but an increased occurrence of microcytic hypochromic anemia was found in female patients as compared to male patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Tri Prasetyo
"Anemia adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Anemia normositik-normokromik adalah salah satu jenis anemia yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Anemia jenis ini ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin (Hb) di bawah batas normal tetapi nilai mean cell volume (MCV) dan mean cell hemoglobin (MCH) dalam batas normal. Hingga saat ini, tidak banyak riset yang mempelajari mengenai anemia normositk-normokromik. Sebagian besar dari riset tersebut tidak langsung meneliti mengenai anemia normositik-normokromik melainkan pada penyakit-penyakit yang mendasarinya.
Penelitian ini memiliki desain cross-sectional dan bertujuan untuk mencari proporsi anemia normositik-normokromik pada pasien anemia yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Data sekunder tentang profil hematologi pasien rawat jalan bulan Maret 2011 diambil dari Laboratory Information System di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Statistik deskriptif digunakan untuk menentukan prevalensi. Signifikansi perbedaan proporsi pada kategori umur yang berbeda pada pasien anemia normostik-normokromik dibandingkan dan diuji dengan uji chi-square, begitu pula dengan perbedaan proporsi pada wanita dan laki-laki juga diuji dengan uji chi-square.
Studi ini menemukan bahwa proporsi pasien anemia normositik-normokromik dibandingkan dengan anemia jenis lain adalah sebesar 48.1%. Kategori umur II (15 - 59 tahun) merupakan kategori umur dengan presentase penderita anemia normositik-normokromik tertinggi (71.8%) dan wanita memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan pria (62.8%) sebagai penderita anemia normositik-normokromik.

Anemia is a serious public health problem. One of the types of anemia based on its morphology is normocytic-normochromic anemia. This anemia usually occurs in individuals with chronic diseases. To date, there are limited studies investigating the prevalence of normocytic-normochromic anemia. Most of these studies investigated the underlying conditions of normocytic-normochromic anemia.
This study is a cross-sectional study that aims to investigate the proportion of normocytic-normochromic anemia among anemic outpatients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and its association with age and gender by using data from laboratory results of outpatients who had their blood checked at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in March 2011.
Descriptive statistical analysis was performed to determine prevalence. Then, statistical significance was tested with Chi-Square Test for gender and age.
Our result showed that normocytic-normochromic anemia accounts for 48.1% among all anemic outpatients. Age group II had the highest percentage for normocytic-normochromic anemia (71.8%) and female seemed to be more prevalent than male (62.8%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nitish Basant Adnani
"Anemia merupakan salah satu kelainan hematologi yang paling sering ditemukan, baik secara global maupun di Indonesia, yang membuatnya menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk dipelajari. Banyak faktor yang diduga terkait dengan prevalensi anemia pada masyarakat, dan dua dari ini adalah usia dan jenis kelamin. Tetapi, pada saat ini terdapat hanya sedikit literatur yang melaporkan proporsi anemia pada fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, dan juga kaitannya dengan usia dan jenis kelamin. Untuk studi ini, data yang mencakup usia pasien, jenis kelamin, kadar hemoglobin, dan parameter hematologi lainnya didapatkan untuk bulan Maret 2011. Setelah itu, 3,799 pasien didapatkan memenuhi kriteria inklusi, dimana 1,766 dari pasien tersebut dikategorikan sebagai penderita anemia, sebanyak 46.5% dari populasi studi. Pada analisis ditemukan usia median pasien yang menderita anemia adalah 48.0 tahun, sedangkan usia median pasien yang tidak menderita anemia adalah 43.0 tahun (p = 0.002). Prevalensi anemia pada pasien wanita didapat sebanyak 51.1%, sedangkan pada pasien pria didapat sebanyak 39.8% (p < 0.001). Hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang ditemukan yang menjelaskan bahwa kelompok demografik tertentu lebih cenderung untuk menderita anemia. Dengan didapatnya hasil dari studi ini, diharapkan bahwa klinisi dapat mempertimbangkan kelompok demografik yang lebih cenderung untuk menderita anemia dan menerapkan strategi manajemen yang tepat.

Anemia merupakan salah satu kelainan Anemia has been established as one of the most prevalent hematological disorders, both globally as well as in Indonesia, making it an important public health issue. A plethora of factors have been potentially linked to anemia, and recent evidence suggests that age and gender are among these. In spite of this, there is limited evidence for the proportion of anemia in a hospital setting in Indonesia, as well as its association with age and gender. For this study, the data on patient age, gender, hemoglobin level, and other hematologic parameters was obtained for the period of March 2011. Following that, 3,799 subjects fulfilled the inclusion criteria and were included in the analysis, among which 1,766 subjects were found to have anemia, corresponding to 46.5% of the study population. The median age of the anemic patients was 48.0 years old while that of the non-anemic patients was 43.0 years old (p = 0.002). A higher occurrence of anemia was found among the female population group compared to that in the male population group, with percentages of anemic patients being 51.1% and 38.9% respectively (p < 0.001). These results support previous findings that certain demographic groups are more prone to develop anemia compared to others with respect to age and gender. Following this study, it is hoped that clinicians will consider population groups that are at risk for anemia and provide appropriate management strategies."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Wijaya
"Anemia adalah masalah yang mempengaruhi seluruh dunia. Namun, sebagian besar negara di dunia tidak memberikan perhatian yang cukup untuk memecahkan masalah ini. Salah satu jenis yang paling umum dari anemia adalah anemia mikrositik hipokromik. Karakteristik dari anemia ini adalah sel-sel kecil dan sel pucat. Sampai sekarang, belum ada studi yang meneliti Proporsi dari anemia mikrositik hipokromik di rumah sakit, khususnya di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam penelitian cross sectional ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui proprosi hipokromik di RS Cipto Mangunkusumo dan korelasinya dengan usia dan jenis kelamin. Studi ini menggunakan data laboratorium pasien rawat jalan di RS Cipto Mangunkusumo pada Maret 2011.
Statistic deskriptif digunakan untuk mengetahu Proporsi dari mikrositik hypokromik anemia. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara mikrositik hypokromik dengan usia dan jenis kelamin ; uji statistik chi-square digunakan untuk menguji hubungan dengan gender dan Mann-Whitney digunakan untuk menguji korelasi dengan usia.
Hasil dari penelitian ini adalah, Proporsi anemia mikrositik di RSCM adalah 8.4% di antara semua populasi sampel dan 14% di antara semua pasien anemia. Ada perbedaan yang signifikan antara usia penderita anemia mikrositik dan pasien anemia non-mikrositik. Perbedaan ini signifikan ditemukan di kedua analisis semua populasi sampel dan di antara pasien anemia saja.
Dari analisis dengan menggunakan uji statistik, jenis kelamin juga secara signifikan mempengaruhi kejadian anemia mikrositik. Lebih perempuan yang menderita anemia mikrositik dibandingkan laki-laki, ketika kami menghitung di antara semua populasi sampel dan populasi anemia saja.

Anemia is a worldwide problem. However, most of the countries did not give a lot attention to solve this problem. One of the most prevalent types of anemia is microcytic hypochromic anemia. This anemia is characterized by small cells and pale cells. Up until now, there is no studies that examine the proportion of microcytic hypochromic anemia in a hospital setting, especially in Indonesia.
Therefore, in this cross sectional study, aims to find out the Proportion of microcytic hypochromic in Cipto Mangunkusumo Hospital and its correlation with age and gender. The study using the laboratory data of outpatients in Cipto Mangunkusumo in March 2011.
To determine the proportion, descriptive statistic was used. Furthermore, to establish the correlation with age and gender statistical test of chi-square was used to test the correlation with gender and chi-square was also used to test the correlation with age.
The result of the study are, The Proportion of microcytic anemia in RSCM is 8.4% among all of the sample population and 14% among all anemic patients. There is a significant difference between age in microcytic anemia patient and non-microcytic anemia patient. This significant difference is found in both analyses of all of sample population and between anemic patients only.
From analysis using statistical test, gender also significantly affects the occurrence of microcytic anemia. There are more female that suffer from microcytic anemia than male, when we calculate it between all sample population and in anemic population only.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Digjaya Utama
"Kenaikan prevalensi anemia berdampak buruk bagi kualitas hidup seseorang. Beberapa faktor resiko yang berkaitan dengan anemia berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan umur dan jenis kelamin. Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder pasien rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama bulan Maret tahun 2011 (n=3,200) yang memiliki informasi mengenai umur, jenis kelamin, dan kadar Hemoglobin (Hb).
Hasil menunjukkan bahwa proporsi anemia di RSCM selama bulan Maret tahun 2011 sebesar 83.5%. Hubungan antara anemia dengan kelompok umur menunjukan hasil yang tidak bermakna (Chi-Square p = 0.167). Namun, hubungan antara prevalensi anemia dan median umur menunjukkan bahwa median umur populasi dengan anemia (47 tahun) lebih tinggi dibanding populasi yang tidak anemia (43 tahun) (Mann-Whitney p < 0.0001).
Tidak terdapat hubungan bermakna antara prevalensi anemia dengan jenis kelamin (Chi-Square p = 0.929). Walaupun hubungan antara jenis kelamin dan kadar Hb menunjukkan hasil yang bermakna dimana median kadar Hb pada perempuan lebih rendah (10,1 gr/dl) daripada laki-laki (10,3 gr/dl) (Mann-Whitney p < 0.0001), namun hasil tersebut tidak bermakna secara klinis.

The increasing prevalence of anemia has decreased the quality of life of the society. Some risk factors are associated with age and gender. This study is aimed to analyse the relation between anemia and age and gender. This research uses cross sectional study by taking the secondary data of patients at the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital in March 2011 (n=3,200) which has the information about age, gender, and Hemoglobin (Hb) level.
The result shows that the proportion of anemia at the in-patient ward RSCM in March 2011 was 83.5%. The association between anemia and age groups is not statistically significant (Chi-Square p = 0.167). The median age of people with anemia is higher (47 years) than people without anemia (43 years) (Mann-Whitney p < 0.0001).
There is also no association between anemia and gender (Chi-Square p = 0.929). Although the median of Hb level is lower in female (10.1 g/dl) than male population (10.3 g/dl) (Mann-Whitney p < 0.0001), the result is not clinically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Savitri
"Anemia adalah masalah kesehatan yang mendunia. Salah satu jenis anemia adalah anemia makrositik, dimana ukuran sel darah merah lebih besar dari normal. Anemia makrositik diklasifikasikan menjadi anemia megaloblastik dan non-megaloblastik. Penyebab utama anemia megaloblastik adalah defisiensi folat dan vitamin B12. Hingga saat ini, prevalensi anemia makrositik di Indonesia belum diketahui.
Penelitian ini memiliki desain potong lintang dan bertujuan untuk mencari prevalensi anemia makrositik pada pasien anemia yang berobat rawat jalan dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Data sekunder tentang profil hematologi pasien rawat jalan bulan Mei 2011 diambil dari laboratorium pusat RSCM. Proporsi anemia makrositik adalah 6.5% pada pasien rawat jalan dan 14% pada pasien rawat jalan yang anemia.
Terdapat perbedaan umur yang bermakna (p=0) antara pasien anemia makrositik dibandingkan dengan yang tidak anemia makrositik. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara pria dan wanita (p=0.47), namun ketika analisis dilakukan pada pasien dengan anemia saja wanita memiliki risiko lebih rendah (p=0.004, OR wanita/pria 0.67, 95% CI 0.51-0.88).
Penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk penelitian lanjutan dengan metodologi dan analisis yang lebih akurat dan dapat memberikan data tentang gambaran hematologi bagi klinisi untuk diingat dan dipertimbangkan dalam menangani pasien dengan lebih komprehensif.

Anemia is a worldwide health problem. One of the subtype of anemia is macrocytic anemia, characterized by a large cell size. Macrocytic anemia can be divided into megaloblastic and non-megaloblastic anemia, with folate and vitamin B12 deficiency as the primary cause of megaloblastic anemia. To date, data regarding prevalence of macrocytic anemia is still lacking.
This is a cross-sectional study that aims to find out the prevalence of macrocytic anemia among anemic outpatients and its association with age and gender, using laboratory data of outpatients of Cipto Mangunkusumo Hospital coming in March 2011. Our result showed that macrocytic anemia account for 6.5% among all outpatients and 14% among anemic outpatients.
There is a significant difference of age between patients with and without macrocytic anemia. Among all outpatients, the proportion of macrocytic anemia did not differ significantly between male and female, however in the subgroup analysis of anemic patients, female had a significantly lower odds of macrocytic anemia (p=0.004, OR female/male 0.67, 95% CI 0.51-0.88).
We suggest that this study can be continued in the future with a more robust design. Our result provides a portrayal of hematologic profile for clinicians to take into account in order to improve the quality of care for the patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hayati
"Anemia didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin di dalam darah. Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Dari berbagai etiologi anemia, thalassemia merupakan hemoglobinopati kuantitatif yang diturunkan yang memiliki prevalensi tinggi di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hemoglobin pada pasien thalassemia di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Sebanyak 640 hasil pemeriksaan darah lengkap diperoleh dari pasien rawat jalan yang menderita thalassemia dari Pusat thalassemia di RSUPNCM pada bulan Mei 2012.
Berdasarkan analisis statistik, ditemukan bahwa hampir seluruh pasien thalassemia yang datang mengalami anemia (638 pasien), dan mayoritas menderita anemia derajat sedang. Ditemukan pula asosiasi antara usia dan derajat anemia ketika membandingkan antara anemia sedang dengan anemia berat. (p = 0.000). Ditemukan pula korelasi negatif (Spearman rho -0.212) antara usia dan kadar hemoglobin (p = 0.000). Namun demikian, tidak ditemukan asosiasi antara jenis kelamin dengan derajat anemia maupun kadar hemoglobin (masing-masing p = 0.196; 0.557). Hasil studi ini memberikan gambaran terkini mengenai status anemia pasien thalassemia dan dapat digunakan dalam memberikan pelayanan terbaik kepada passion thalassemia.

Anemia, defined as a low level of hemoglobin concentration in the blood, is a major public health problem. Among the many causes of anemia, thalassemia, an inherited quantitative hemoglobinopathy, is one that is highly prevalent in south-east Asian countries such as Indonesia. This study aimed to find out the hemoglobin status of thalassemia patients in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta and its relationship with age and gender. As many as 640 complete blood count results from outpatients previously diagnosed with thalassemia from the hospital?s Thalassemia Center during May 2012 were obtained for analysis. From statistical analyses, we concluded almost all thalassemia patients were anemic (638 patients), most of which experience moderate anemia.
From statistical testing, there proved to be an association between age and severity of anemia when compared between moderate and severe anemia (p = 0.000). A negative correlation (Spearman?s rho -0.212) was seen between age and hemoglobin level (p = 0.000). Meanwhile, no association was found between gender and severity of anemia or hemoglobin level (p = 0.196; 0.557, respectively). The results of this study provide the most recent information on the current status of anemia among thalassemia patients and can be used in the approach towards thalassemia patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Tri Prasetyowati
"Anemia makrositik merupakan salah satu jenis anemia yang masih sering dijumpai di Indonesia. Namun, masih sedikit penelitian yang membahas tentang prevalensi anemia makrositik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu proporsi anemia makrositik pada pasien rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta dan untuk mengidentifikasi pola penyebaran usia dan jenis kelamin pada kelompok pasien tersebut. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif cross-sectional dengan menggunakan data sekunder pada pasien rawat inap di RSCM (n=3,688).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi makrositik anemia pada pasien rawat inap di RSCM selama bulan Maret tahun 2011 sebesar 7.2%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi anemia makrositik pada populasi rendah. Selain itu, jumlah pria dengan kondisi ini lebih besar dibandingkan dengan wanita. Sebagian besar pasien adalah orang dewasa dengan usia median 47tahun, usia minimal 0 tahun dan usia maksimal 90 tahun.

Macrocytic anemia is one of types of anemia which is common in Indonesia. However, there is a lack of studies that aimed at determining the prevalence of macrocytic anemia. This study is aimed to investigate the proportion ofmacrocytic anemia among patients at the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital. This study uses a cross sectional descriptive study by takingsecondary data of patients at the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) (n=3,668).
The result shows that the proportion of macrocytic anemia at the in-patient ward RSCM in March 2011 was 7.2%. It indicates that the proportion of macrocytic anemia is considerably small within the population. In addition, there was difference between the number of males and females that suffered from macrocytic anemia. Male is slightly higher than female in this condition. Furthermore, majority of those affected were adults and the median age was 47 years with the minimum and maximum age of 0 and 90 years, respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naina Ramesh Rughwani
"Anemia normositik normokromik adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin di darah menurun tanpa ditemukan kelainan pada sel darah merah. Prevalensi kondisi ini masih tinggi di semua pelosok dunia. Tujuan studi ini adalah untuk mencari tahu proporsi kondisi ini dalam ruang rawat inap RS Cipto Mangunkusumo dan mendeteksi adanya pola penyebaran umur dan jenis kelamin pada kelopok pasien tersebut. Data pasien sebanyak 3,160 didapatkan dari Bagian Patologi Klinik pada bulan Maret 2011. Proporsi kondisi ini yang ditemukan adalah 42.2%. Sebagian besar pasien adalah orang dewasa, paling banyak antara umur 30 hingga 50 tahun. Perbedaan yang bermakna secara statistik ditemukan antara jumlah wanita dan pria dengan kondisi ini, namun studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mendeteksi adanya hubungan yang penting antara jenis kelamin dan anemia normositik normokromik. Berdasarkan studi ini, anemia normositik normokromik masih salah satu masalah besar di Indonesia.

Normocytic normochromic anemia is a condition where level of hemoglobin in the blood is reduced, without any abnormalities in the erythrocytes itself. Literature has shown that the prevalence of this condition is high all around the world. This study aims to identify the proportion of normocytic normochromic anemia the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital and to investigate the presence of any pattern in the distribution of age and gender of those affected by this condition. A total of 3,160 patient records were obtained from the Clinical Pathology Department in March 2011. The proportion of this condition was found to be 42.2%. Majority of those affected were adults, highest at the third and fourth decades of life. Furthermore, a statistically significant difference was found between the number of males and females affected, though further studies would be required to investigate any possible associations. Based on this study, it may be deduced that normocytic normochromic anemia is still a major problem in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachreza Aulia Trinanda
"ABSTRAK
Psoriasis merupakan kelainan kulit yang diakibatkan oleh disregulasi sistem imun yang berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup pasien. Sindrom metabolik, di antaranya termasuk obesitas dan hipertensi, diduga memiliki hubungan yang kuat dengan psoriasis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh IMT dan tekanan darah dengan tingkat keparahan psoriasis yang diukur dengan skor Psoriasis Area and Severity Index PASI . Penelitan dilakukan di Unit Rekam Medis Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo RSCM dan melibatkan 63 pasien psoriasis yang berobat di RSCM pada tahun 2015 dan 2016. Dari 63 pasien yang ikut serta dalam penelitian ini, tingkat keparahan psoriasis terbagi 18 orang untuk kategori ringan dan 45 orang untuk kategori sedang berat. Terdapat 35 pasien yang dikategorikan obese dan 16 pasien yang dikategorikan mengalami hipertensi. Analisis statistik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu berupa uji Chi-Square menunjukkan beberapa hubungan statistik yang signifikan yaitu hubungan antara tingkat keparahan psoriasis dengan IMT p=0,025 dan tekanan darah p=0,026 . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan hipertensi dengan tingkat keparahan psoriasis.

ABSTRACT
Psoriasis is a skin disorder caused by immune disregulation which impacts the quality of life of the patient. Metabolic syndrome, which includes obesity and hypertension, was suspected to have a strong association with psoriasis. The purpose of this research is to find out the association between Body Mass Index BMI and blood pressure to psoriasis severity which was measured using the Psoriasis Area and Severity Index PASI score. The research was done at the Medical Record Unit of dr. Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM and includes participation of 63 psoriasis patient who was seeking medical care at year 2015 and 2016. Of all 63 patients participated in this research, the psoriasis severity was divided into 18 patients in mild category and 45 patients in moderate to severe category. There are 35 patients who are categorized as obese and 16 patients that are categorized in hypertensive. Statistical analysis that was done in this research shows some statistically significant association between psoriasis severity and BMI p 0,025 and blood pressure p 0,026 . This concludes that there are significant associations between obesity and hypertension to psoriasis severity. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>