Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aziza Noor Budiarti
"Masalah kesehatan mental yaitu stres merupakan masalah yang sering terjadi pada remaja dan perlu mendapat penanganan yang cukup serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi mikro dan faktor lainnya dengan nilai stres pada remaja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan pengambilan sampel dilakukan secara system random sampling Penelitian ini berlangsung pada bulan April hingga Mei 2013 di SMA Negeri 68 Jakarta Pusat dengan total sampel sejumlah 135 responden. Data yang dikumpulkan berupa jenis kelamin, asupan energi, asupan lemak, asupan magnesium, asupan Tiamin (B1), asupan Piridoksin (B6), konsumsi kafein dan makanan-minuman tinggi gula yang dilakukan dengan cara pengisian kuesioner mandiri (perceived stress scale), wawancara recall 3x24 jam dan FFQ.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, asupan energi, asupan lemak, asupan magnesium, asupan vitamin B1, konsumsi kafein dengan nilai stres (p<0.05). Disarankan agar remaja dapat mengontrol stres mereka melalui asupan zat gizi yang baik dan seimbang.

Mental Health Problem by Stress is a problem that The purpose of this study was to understand the association between micronutrient intakes and other factors to stress score in adolescent.This study used cross sectional design by system random sampling. The study was conducted from April to May 2013 and data were collected from 135 students at 68 Senior High School. Data were collected including gender, stress score (perceived stress scale), energy intake, fat intake, magnesium intake, natrium intake, thiamine intake, piridoxine intake, caffeine and food or drink with high sugar consumption by recall 3x24 hours, self administered questionaire (perceived stress scale) and FFQ.
The results of this study showed a significant relationship between gender, energy intake, fat intake, magnesium intake, thiamine intake, and caffeine consumption with stress score (pvalue <0.05). The author suggests that adolescent should control stress with good and balanced food intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Putri Oktaviany
"Overweight tidak hanya menjadi masalah di negara maju, tetapi juga di negara berkembang padahal overweight dapat menyebabkan terjadinya diabetes di kemudian hari. Menurut Riskesdas 2010, prevalensi overweight di Indonesia pada anak usia 13-15 tahun sebesar 2,5%. Asupan gizi makro memiliki pengaruh yang cukup besar dalam terjadinya overweight.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan gizi makro, aktivitas fisik, jenis kelamin, frekuensi konsumsi fast food, dan durasi tidur dengan overweight pada siswa SMPN 68 Jakarta tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 99 responden yang terdiri dari siswa-siswi kelas 7 dan 8. Mereka dipilih dengan metode multi stage random sampling. Data penelitian diperoleh dari pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan, food recall untuk asupan makanan, food frequency questionnaire untuk frekuensi konsumsi fast food, dan kuesioner untuk aktivitas fisik serta durasi tidur.
Hasil penelitian ini adalah sebanyak 35,4% responden mengalami overweight dan hasil bivariat yang menggunakan uji chi square menunjukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, dan asupan lemak dengan overweight. Perlu diberikan edukasi kepada siswa mengenai makanan yang dikonsumsi harus bergizi seimbang.

Overweight was not only become problem in developed country, but also in developing country whereas overweight can lead to diabetes later. Based on Riskesdas 2010, prevalence of overweight in Indonesia at the age of 13 – 15 years old is 2,5%. Macronutrient intake had a very important role in the process of overweight.
This research objectively investigated relationship between macronutrient intake, physical activity, gender, fast food consumption frequency, and sleep duration with overweight on junior high school students of 68 junior high school Jakarta 2013.
This research was a quantitative study with cross sectional study. Subjects for this research are 99 of 7th and 8th grade students. They were selected by multi stage random sampling method. The data of this research were obtained by antropometri measurement of weight and height, food recall for food intake, food frequency questionnaire for frequency of fast food consumption, and questionnaire for physical activity and sleep duration.
Based from the results, 35,4% respondents had overweight and from analyzes data by chi square test, there was significant relationship between energy intake, carbohydrate intake, protein intake, and fat intake with overweight. It is important to give education to students about the food that they eat should have good nutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nursita Angesti
"Air merupakan zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan cairan tubuh dapat menimbulkan kondisi dehidrasi sehingga menyebabkan penurunan performa fisik, kognitif dan mental termasuk tingkat konsentrasi. Kondisi dehidrasi tidak hanya terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi juga pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan status gizi dan faktor lainnya dengan status hidrasi pada remaja di 3 SMA di Kota Bekasi tahun 2013. Data yang dikumpulkan meliputi status hidrasi, status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku).
Status hidrasi diukur menggunakan grafik warna urin, status gizi dengan antropometri, dan asupan air dengan food recall 2x24 jam. Pengetahuan air dan dehidrasi, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku) diukur menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan dari 153 total responden terdapat 62,7% remaja yang mengalami dehidrasi. Faktor yang berhubungan secara bermakna adalah status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, jenis kelamin, dan usia. Proporsi remaja yang mengalami dehidrasi lebih tinggi pada remaja yang memiliki status gizi lebih, berpengetahuan air dan dehidrasi yang rendah, memiliki asupan air yang rendah, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 16 tahun. Diperlukan perhatian atau upaya lebih untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik mengenai gizi seimbang termasuk pentingnya memenuhi kebutuhan cairan tubuh.

Water is an important nutrient required for the body. Loss of water can lead dehydration and decrased physical, mental, and cognitive performance. Dehydration not only occurs in childresn and elderly, but also in adolescents. The study was a cross sectional design to determine the relation between of nutritional status and other factors to hydration status of 3 senior high school?s student at Bekasi 2013. Data include hydration status, nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money).
Hydration status was measured by urine color graph, nutritional status by anthropometri, and water intake by 2x24 hours food recall. Knowledge of water and dehydration, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money) was measured by questionnare.
With 153 subjects this study showed 62,7% of adolescents are dehydration. Factor associated are nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, sex and age. However, dehydration higher at overnutrition adolescents, low level of knowledge, low of water intake, bad habit of drinking, male, and 16 years old. Required more attention and effort to improve knowledge and practical about nutrition balanced included the important fluid balance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Aulia Kamal
"ABSTRAK
Latar belakang: Gangguan diluar pendengaran yang disebabkan oleh bising adalah stres kerja. Dimana intensitas bising yang masih dibawah NAB dapat menimbulkan persepsi stres kerja pada sebagian orang, hal inilah yang disebut sebagai bising subyektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan bising subyektif dengan persepsi stres pekerja menggunakan skor skala persepsi stres atau Perceived Stress Scale (PSS) serta faktor-faktor lain pada pekerja PT K di Jakarta.
Metode penelitian: Penelitian menggunakan metode potong lintang dengan sampel purposif pada pekerja PT K di Jakarta. Data dikumpulkan melalui hasil medical check up dan pengisian kuesioner PSS. Subyek penelitian mempunyai kriteria inklusi bersedia menjadi responden dan bekerja di main office yang terpajan bising dibawah 85 dB. Kriteria eksklusinya adalah pekerja yang telah didiagnosa menderita gangguan jiwa stres dan penyebab stres telah diketahui.
Hasil: Diantara 107 pekerja main office, terdapat 96 orang pekerja yang bersedia menjadi responden. Analisa dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney pada pekerja yang memiliki kebiasaan exercise dengan yang tidak exercise dengan nilai p = 0,090, untuk kesan bising subyektif didapatkan p=0,005 dan untuk persepsi bising subyektif didapatkan nilai p=0,051.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara skor PSS dengan kesan bising subyektif. Sedangkan untuk umur, jenis kelamin, status pendidikan dan pernikahan, masa kerja, jabatan, DM, Hipertensi, kebiasaan merokok, exercise, dan persepsi bising subyektif didapatkan perbedaan skor PSS namun tidak bermakna.

ABSTRACT
Background: Non hearing disorder because of noise is stress at work. Noise intensity under threshold can cause stress perception at work to some people, referred to as subjective noise exposure. This study aims to examine the relationship between subjective noise exposure and stress perception at work using score of Perceived Stress Scale Questionnaire and other factors on workers of PT K in Jakarta.
Methods: Cross sectional descriptive, conducted on 96 workers from main office. Data were collected from medical check up and Perceived Stress Scale Questionnaire. Subject have inclusive criteria were willing to become respondent and work at main office who are exposed to noise under 85 dB. Exclusive criteria were workers who have been diagnosed with stress mental disorder and cause has been known.
Results: Statistical analysis using Mann Whitney test on workers who have exercise habit with who havent give results p= 0.090, to find out if workers feel their work environment noisy or not using Mann Whitney test give result p=0.005. Meanwhile to find out if workers feel annoyed with the noise or not give results p= 0,051.
Conclusion: It can be concluded that there is a significant difference between score of Perceived Stress Scale with subjective noise impression. As for age, sex, education, marital status, years of service, position, diabetes, hypertension, smoking habits, exercise and noise subjective perception gave difference to score of Perceived Stress Scale but not meaningful.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denti Vadalika Puteri
"Stres kerja merupakan keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan seseorang untuk mengelola tuntutan tersebut sehingga menimbulkan berbagai dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor – faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada guru SMA Negeri di Jakarta Pusat saat masa pandemi COVID-19. Adapun faktor – faktor yang diteliti meliputi faktor karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status pernikahan, masa kerja, tingkat pendidikan, tipe kepribadian, jumlah anak) dan faktor psikososial (beban kerja, jadwal kerja, dukungan sosial, kontrol pekerjaan, ambiguitas peran, konflik peran, home-work interface). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online. Dari 113 orang guru yang berpartisipasi dalam penelitian ini, didapatkan 47,8% guru mengalami stres kerja. Selain itu, terdapat hubungan antara status pernikahan (P value = 0,037), jumlah anak (P value = 0,016), ambiguitas peran (P value = 0,015), dan home-work interface (P value = 0,048) dengan stres kerja.

Occupational stress is a situation where there is an imbalance between job demands and workers ability to manage those demands, then it can causing various negative impacts. The aim of this study is to explain factors related to work stress among public high school teachers in Jakarta Pusat during COVID-19 pandemic. Observed factors are individual characteristics (sex, age, marriage status, work period, education level, personality type, number of children) and psychosocial factors (workload, work schedule, social support, control over work, role ambiguity, role conflict, home-work interface). This study design is cross sectional and data collection was carried out by distributing online questionnaires. From 113 teachers participated in this study, it was found that 47,8% of teachers experience occupational stress. Moreover, the result also found a relationship between marriage status (P value = 0,037) and work stress, number of children (P value = 0,016) and work stress, role ambiguity (P value = 0,015) and work stres, home-work interface ( P value = 0,048) and work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Widiartha
"Kebugaran kardiorespiratori terbukti memiliki hubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Berbagai penelitian di dunia menemukan bahwa tingkat kebugaran pada anak masih berada pada level rendah. Nilai VO2max sebagai indikator kebugaran kardiorespiratori seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi, aktivitas fisik dan asupan gizi dengan nilai VO2max. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di Jakarta terhadap 131 responden terdiri atas 54 laki-laki dan 77 perempuan berusia 11 - 14 tahun. Nilai VO2max diukur dengan menggunakan metode pengukuran 20 meter shuttle run test, status gizi diperoleh dari nilai IMT/U dan persen lemak tubuh, aktivitas fisik diukur dengan menggunakan modifikasi PAQ-C, dan asupan gizi diperoleh dengan pengisian kuesioner food records 2 x 24 jam. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa rata-rata nilai VO2max laki-laki (43,94 ml/kg/menit) lebih tinggi daripada nilai VO2max perempuan (38,38 ml/kg/menit). Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi menurut IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, asupan zat besi, dan kalsium dengan nilai VO2max. Status gizi normal, aktivitas fisik secara teratur, dan asupan zat besi dan kalsium yang cukup diperlukan untuk memiliki kebugaran kardiorespiratori yang baik.

Cardiorespiratory fitness evidently had a relationship with cardiovascular disease. Various research in the world found that most children had a low fitness level. Cardiorespiratory fitness (VO2max) infected by several factors. This study aimed to determine the relationship of nutrition, physical activity and nutritional intake with VO2max. This research was a quantitative research using crosssectional research design. The study was conducted in Jakarta on 131 respondents consisted of 54 men and 77 women aged 11-14 years. VO2max values measured using the method of measuring 20 meters shuttle run test, nutritional status was obtained from the value of BAZ and percent body fat, physical activity was measured using a modified PAQ-C, and nutrient intake obtained by filling food records 2 x 24 hours questionnaire. The unvaried test results showed that the average VO2max of men (43.94 ml/kg/min) was higher than the value of VO2max women (38.38 ml/kg/min). The results of bivariate test used correlation test showed that there was a relationship between nutritional status according to BAZ, percent body fat, physical activity, intake of iron, and calcium with VO2max. Normal nutritional status, moderate physical activity, and adequate intake of iron and calcium are required for having a good cardio respiratory fitness."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Aulia
"Penelitian ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan pada remaja. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan di SMA Negeri 68 Jakarta pada bulan April 2012. Sampe dalam penelitian ini adalah 188 siswa kelas X dan XI SMA Negeri 68 Jakarta yang didapatkan dengan metode cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner mandiri dan wawancara food recall 24 jam. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 52,1% responden sering mengonsumsi makanan jajanan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, kebiasaan sarapan, media massa dan teman sebaya dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan pada remaja. Tidak ada hubungan bermakna antara uang saku dan tingkat pengetahuan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan. Peneliti menyarankan kepada SMA Negeri 68 Jakarta untuk mengadakan edukasi dan penyuluhan mengenai gizi serta makanan jajanan agar dapat lebih selektif dalam mengonsumsi makanan jajanan.

This study aimed to assess factors associated with frequency of street foods consumption in adolescents. The design study is a cross sectional which conducted in Senior High School 68 Jakarta in April 2012. The sample in this study is 188 students at class X and XI Senior High School 68 Jakarta obtained by the method of cluster sampling. Data collection is done by self-administered questionnaire and interviews 24-hour food recall. Data analysis used in this study is univariate and bivariate analysis using Chi Square test. The results of univariate analysis showed that 52.1% of respondents frequently eat street foods.
The results of bivariate analysis showed that there was a significant association between gender, breakfast habits, mass media, and peers with the frequency of street foods consumption in adolescents. There was no significant relationship between pocket money and knowledge level with frequency of street foods consumption. Researchers suggest to Senior High School 68 Jakarta to conduct education and counseling about nutrition and street foods to be more selective in their eating street foods.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nastasia
"Stres sudah menjadi masalah kesehatan secara global karena dampaknya terhadap kesehatan. Penelitian tentang stres yang dialami pengasuh di panti jompo di Indonesia belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran stres pengasuh di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan karakteristik pengasuh, status psikologis pengasuh, karakteristik lansia dan panti jompo serta faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dari bulan Desember 2012 - Januari 2013. Penelitian menggunakan total sampling berjumlah 57 orang.
Penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 77,2%. Kebanyakan pengasuh berumur ≥ 34 tahun (50,9%), berjenis kelamin laki-laki (59,6%), tinggal di wilayah Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri (36,8%), tamat SMA (64,9%), sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%), berpendapatan tinggi (50,9%) dan berpengeluaran tinggi (50,9%), melakukan strategi koping adaptive (94,7%) dan merasa puas (78,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1%, yang mengasuh selama ≥ 4 jam per hari sebanyak 52,6%. Kebanyakan pengasuh tidak memiliki jadwal kerja malam yang rutin (68,4%) dan tidak pernah mengikuti pelatihan khusus mengasuh lansia (50,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1% dan rata-rata jumlah lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia demensia yang paling banyak diasuh adalah lansia demensia berumur > 70 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Sementara faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh adalah kepuasan bekerja (nilai p = 0,05).
Kesimpulannya, stres pengasuh di panti jompo cukup tinggi dan berhubungan dengan kepuasan bekerja.

Stress has become a global health problem because of its impact on health. Research on the stress experienced by caregivers in nursing homes has not been done. The purpose of this research is to describe stress of caregivers in nursing homes in Province of DKI Jakarta based on the characteristics of caregiver, psychological status of caregiver, characteristics of the elderly and nursing home and factors related to stress of caregiver. The research design used was cross sectional from December 2012 - January 2013. Research using total sampling amounted to 57 people.
Research shows the prevalence of stress amounted to 77,2%. Most caregiver ≥ 34 years (50.9%), male (59.6%), living in Jakarta (68,4%), living in their own home (23%), finished high school (64,9%), married (75.4%), having child ≥ 2 (54.4%), high-income and high expenses (50.9%), do adaptive coping strategy (94,7%) and feel satisfied (78,9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1%, caring ≥ 4 hours per day was 52.6%. Most caregiver also does not have regular night work schedule (68,4%) and never follow a special training in caring for the elderly (50.9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1% and the average number of elderly dementia that is taken care of is 11 elderly, elderly dementia who the most widely taken care of are elderly dementia with age > 70 years and women are the most. While factors related to stress of caregivers is the satisfaction of working (p = 0.05).
In conclusion, the stress of caregivers in nursing homes is quite high and is associated with the satisfaction of working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Gusrinarti
"Penelitian ini membahas faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres kerja pada guru SMA Negeri di Jakarta Barat. Faktor bahaya psikososial yang diteliti adalah beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran, hubungan interpersonal, dan lingkungan fisik.
Jenis penelitian ini adalah semikuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk meneliti faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres kerja pada guru SMA Negeri di Jakarta Barat. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner dan wawancara.
Hasil penelitian dari 97 responden guru SMAN didapatkan sebanyak 32% mengalami stres kerja ringan, 35% stres kerja sedang, dan 33% stres kerja berat. Bahaya psikososial yang memiliki hubungan bermakna dengan stres kerja adalah faktor hubungan interpersonal dan lingkungan fisik.

This research discussed psychosocial hazard factors that related to work stress among public high school teachers in West Jakarta. This research assessed psychosocial hazard factors that consists of workload, role conflict, role ambiguity, interpersonal relationship, and physical environment.
This is a semiquantitative research with cross-sectional study design which aimed to identify the psychosocial hazard factors that related to work stress level among public high school teachers di West Jakarta. Questionnaire and interview were used to collect data.
The result of 97 respondents from five public high school showed that 32% teachers experienced mild work stress, 35% teachers experienced moderate work stress while 33% teachers experienced severe work stress. Psychosocial hazard factors that having significant relationship to work stress are interpersonal relationship and physical environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Furi Nurnafiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sarapan dan faktor lainnya yang berhubungan dengan gizi lebih pada siswa-siswi di SMAN 39 Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data penelitian sekunder yang dilakukan di SMAN 39 Jakarta pada tahun 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 130 responden. Pada penelitian ini, gizi lebih sebagai variabel dependen sedangkan kebiasaan sarapan, asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, aktivitas fisik, dan jenis kelamin sebagai variabel independen. Data yang digunakan berupa hasil pengisian kuesioner, wawancara 24h-food recall, pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 26,9% siswa mengalami gizi lebih. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan, asupan protein, asupan lemak dan jenis kelamin dengan gizi lebih namun terdapat kecenderungan sebanyak 31% tidak selalu sarapan, 29% asupan protein lebih, 27% asupan lemak lebih dan 29,4% berjenis kelamin laki-laki mengalami gizi lebih. Untuk mencegah maupun menangani siswa-siswi yang mengalami gizi lebih disarankan bagi sekolah dan Dinas Kesehatan mengembangkan program edukasi mengenai gizi seimbang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>