Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188341 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Timbul Jaya
"Shares swap merupakan salah satu teknik pembiayaan merger dan akuisisi. Beberapa penelitian empiris telah menunjukkan bahwa transaksi shares swap dalam rangka merger dan akuisisi memberikan insentif bagi manajemen perusahaan untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam laporan keuangan perusahaan pengakuisisi pada periode sebelum pelaksanaan merger dan akuisisi. Manajemen laba tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat menekan biaya pembelian perusahaan target. Manajemen laba tersebut mengakibatkan rasio pertukaran saham (share exchange ratio) dalam shares swap menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai riilnya. Perbedaan nilai tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi pemegang saham khususnya pemegang saham publik ataupun investor. Perbedaan nilai tersebut terjadi karena adanya diskresi dalam pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen perusaahan dalam laporan keuangan perusahaan. Jika manajemen laba tersebut dilakukan oleh Perseroan Publik maka aktivitas tersebut bertentangan dengan prinsip keterbukaan informasi yang diwajibkan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Lebih lanjut manajemen laba tersebut berpotensi menjadi salah satu bentuk kejahatan dalam pasar modal yaitu memberikan informasi yang menyesatkan (misleading information).
Di dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai aspek hukum shares swap, merger dan akuisisi, serta aspek hukum manajemen laba yang ditinjau dari mekanisme Good Corporate Governance dan prinsip keterbukaan informasi. Selain itu dalam penelitian ini juga dianalisis apakah manajemen laba dalam rangka merger dan akuisisi dengan transaksi shares swap di laporan keuangan emiten atau perusahaan publik tersebut memenuhi unsur-unsur dalam kejahatan misleading information atau tidak. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa, shares swap adalah satu-satunya metode pembiayaan merger yang diakui oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Sedangkan dalam akuisisi, shares swap adalah salah satu dari sekian

Shares swap is one of mergers and acquisitions financing methods. Several empirical studies have shown that mergers and acquisitions with shares swap transaction provide incentives for the management to perform earnings management in the acquirer's financial statements in the period prior to mergers and acquisitions date. The purpose of earnings management is to reduce the purchasing cost of the target company. Earnings management in shares swap deal lead share exchange ratio becomes smaller or larger than their real value. Those discrepant values potentially harm shareholders or investor especially public shareholders. It happens in the financial statements due to management discretion to select accounting policies. If earnings management is carried out by the public company, that activity against the principles of public disclosure required by the Act No. 8 of 1995 on Capital Market. Furthermore, the earnings management however could be one form of capital market crimes as misleading information.
In this study will be explained about the legal aspects of the shares swap in mergers and acquisitions, as well as the legal aspects of earnings management in terms of the mechanisms of good corporate governance and public disclosure. In addition, this study also analyzed whether earnings management prior to shares swap mergers and acquisitions in the acquirer’s financial statements meets the elements of the misleading information crime or not. From this study concluded that, shares swap is the only recognized financing method in merger by the Act No. 40 of 2007 on Company Law. Whereas in the acquisition, shares swap is one of the recognized financing methods by the Company Law. Meanwhile in relation to earnings management the study also showed that not all earnings management can be categorized as misleading information crime because not all of it causes a material change in financial statements.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S47182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Rosaline Nindita Radyati
"ABSTRAK
Pada saat ini perekonomian dunia mengarah kepada perekonomian global sehingga muncul global financial market. Dengan demikian transaksi antar pelaku ekonomi negara-negara dengan mata uang, tingkat inflasi dan kebijakan moneter yang berbeda-beda perlu mengadakan penyesuaian-penyesuaian tertentu agar terjadi kondisi yang saling menguntungkan (win and win condition).
Perusahaan multinasional dalam melakukan perdagangannya selalu menggunakan mata uang asing. Perusahaan tersebut juga memiliki aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya yang nilainya sangat sensitif terhadap perubahan nilai tukar, tingkat bunga dan harga barang dan jasa. Dengan demikian jika nilai tukar berubah ke arah yang berlawanan dengan yang diharapkan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian, jadi perusahaan menanggung resiko atas perubahan nilai tukar (currency exposure).
Banyak perusahaan-perusahaan mengatasi currency exposure dengan cara hedging. Tindakan hedging tujuannya adalah melindungi perusahaan dari penurunan nilai aktiva maupun pasiva dari kerugian akibat perubahan nilai tukar dengan cara memindahkan resiko dari satu individu atau perusahaan kepada individu atau perusahaan lain. Salah satu tindakan hedging yang paling umum dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional adalah dengan cara transaksi swap, khususnya currency swaps. Transaksi swap merupakan tindakan pembelian dan penjualan valuta asing pada waktu yang bersamaan, tetapi tanggal penyerahan yang berbeda. Sedangkan currency swap adalah persetujuan antara perusahaan dengan swap dealer atau bank untuk menukar dua jenis mata uang pada periode tertentu.
Transaksi swap sangat penting dalam interbank market dan transaksi ini makin berkembang dari tahun ke tahun. Menurut survey Bank of International Settlements, Switzerland, pada tahun 1992 transaksi swap mewakili 39% dari seluruh transaksi antar bank. Dalam melakukan transaksi swap, "harga' yang perlu diperhatikan adalah swap rate, yang merupakan selisih antara forward rate dan spot rate (forward rate - spot rate). Swap rate dapat berubah-ubah jika tingkat bunga berubah. Jika tingkat bunga suatu negara berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah relatif terhadap tingkat bunga negara lain, maka swap rate juga dapat berubah. Karena dengan adanya perubahan tingkat bunga, maka selisih antara forward dan spot rate juga dapat berubah.
Pada kondisi keseimbangan pasar menurut teori Interest Rate Parity, perbedaan tingkat bunga pada dua negara besarnya sama dengan persentase perbedaan antara forward dan spot rate, yang disebut dengan forward premium/discount. Jika forward rate lebih tinggi nilainya dari spot rate, maka mata uang dalam kondisi forward premium, sedangkan jika lebih rendah disebut forward discount.
Jika tidak terjadi keseimbangan pasar, maka dapat dilakukan covered interest arbitrage, yakni tindakan para pelaku pasar valuta asing untuk mengambil keuntungan dari perbedaan antara interest differential dengan forward premium/discount. Contoh tindakan covered interest arbitrage jika terjadi kondisi perbedaan tingkat bunga antara dua negara lebih tinggi dari forward discount, adalah : para trader dapat meminjam uang pada negara dengan tingkat bunga lebih rendah dan menginvestasikannya pada negara dengan tingkat bunga lebih tinggi, kemudian mengkompensasi di pasar valuta asing melalui transaksi forward. Maka pendapatan yang diperoleh dari selisih tingkat bunga akan lebih besar dari discount mata uang tersebut.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S23000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiono
"Penerbitan obligasi subordinasi merupakan alternatif bagi bank untuk memperkuat modal sehingga dapat meningkatkan penyaluran kreditnya kepada nasabah. Ketika bank menerbitkan subordinasi dengan bunga tetap, maka bank akan terpapar risiko suku bunga. Sebagai bentuk manajemen risiko, bank melakukan lindung nilai (hedging) dengan menggunakan instrumen derivatif Interest Rate Swap. Agar pendapatan dari aktivitas hedging dapat dibukukan sebagai penyeimbang dari perubahan fair value obligasi subordinasi, bank dapat melakukan hedge accounting. Untuk memenuhi kualifikasi pembukuan dengan hedge accounting, bank harus dapat memastikan bahwa tingkat efektivitas hedging tetap tinggi. Tingkat efektivitas hedging dapat diuji dengan menggunakan metode dollar offset dan regresi linear. Dari hasil pengujian terlihat metode regresi linear merupakan metode yang paling tepat untuk mengukur efektivitas hedging obligasi dengan menggunakan Interest Rate Swap.

The issuance of subordinated bonds is an alternative for banks to strengthen capital and increase their lending to customers. When bank issuing fixed rate subordinated bonds, banks will be exposed to interest rate risk. As a form of risk management, bank hedge those bonds with derivatives instrument, Interest Rate Swap. The earnings from hedging activies can be recorded as an offset from changes in fair value of subordinated bonds if bank perform hedge accounting. To qualify for hedge accounting, bank must be able to ensure that the level of hedging effectiveness remain high. The level of hedging effectiveness can be tested using the dollar offset method and linear regression. Test result shown that linear regression is the most appropriate method to measure the effectiveness of hedging the bonds with Interest Rate Swap."
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zipora
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara manajemen laba, ukuran KAP, dan opini audit. Manajemen laba yang menjadi bagian dalam penelitian ini adalah manajemen laba akrual dan riil. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 106 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 dan diuji menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) untuk manajemen laba dan metode logistik untuk opini audit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP memiliki pengaruh positif dengan manajemen laba riil melalui manipulasi penjualan dan biaya diskresioner. Namun, tidak terbukti bahwa manajemen laba akrual pada perusahaan yang diaudit KAP Big 4 lebih rendah dibandingkan perusahaan yang diaudit KAP non Big 4. Selain itu, opini audit tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ukuran KAP dan manajemen laba akrual. Namun, perusahaan yang melakukan manajemen laba riil melalui manipulasi penjualan mempunyai probabilita lebih kecil untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified).

This study aims to examine the relationship between earnings management, the public accounting firm size, and the audit opinion. There are two types of earnings management in this research : accrual and real earnings management. Samples were taken for this study are 106 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011 and tested using OLS (Ordinary Least Square) method for earnings management and logistic method for audit opinion.
The results show that the public accounting firm size has a positive effect with real earnings management through sales manipulation and discretionary expense. However, there is no evidence that accrual earnings management in audited company by Big 4 lower than audited company by non Big 4. In addition, the audit opinion does not have a significant relationship with the size of the public accounting firm and accrual earnings management. However, companies that do real earnings management through sales manipulation has a smaller probability to obtain an unqualified opinion.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfonsus Pradana Danisworo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari kenaikan leverage dan free cash flow terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Proksi dari manajemen laba adalah akrual diskresioner (discretionary accruals) yaitu akrual yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan manajemen. Sedangkan proksi untuk leverage adalah rasio debt to asset, dan proksi untuk free cash flow diperoleh melalui arus kas operasi dikurangi dengan penjumlahan dari net capital expenditure dengan perubahan pada working capital. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan Generalized Least Square regression.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan yang mengalami kenaikan leverage memiliki pengaruh signifikan dengan manajemen laba, dan perusahaan yang mengalami kenaikan leverage dan memiliki free cash flow yang tinggi tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Di sisi lain, perusahaan yang memiliki free cash flow rendah memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.

This study is aimed to analyze the effect of the leverage increases and free cash flow in the listed manufacturing firms in Indonesia Stock Exchange during the period of 2009 to 2013. Proxy for earnings management is discretionary accruals, the accruals that influenced by management?s policy. On the other side, proxy for leverage is the ratio of debt to assets, and proxy for free cash flow is obtained through operating cash flow reduced by the sum of net capital expenditure to changes in working capital. This research is a quantitative research using the Generalized Least Square regression.
The result of this study showed that firms which selected as leverage increasing firms has a significant correlation with earnings management. On the other side, there is no significant correlation between the firms which classified as a highly leveraged firms and has a high free cash flow, with earnings management. On the other side, firms that have low cash flow has a significant correlation with earnings management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S58408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadi
"Penelitian ini dilakukan terhadap dua puluh perusahaan go public yang melakukan akuisisi pada tahun 1993 dan 1994 dengan masa obyek penelitian kurun waktu waktu 1990 sampai dengan 1996 dan perusahaan yang diteliti adalah perusahaan induk saja (perusahaan yang melakukan akuisisi ). Data yang diperolch dianalisa dengan analisis uji beda dua rata-rata dan pengujian dilakukan dengan perangkat software Microstat Copyright 1984 by Ecosoft Incorporated pada taraf signifikasi 1 %, 5 %, dan 10 %. Dalam penelitian ini penulis membahas dampak perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap kinerja keuangan yuitu dampak akuisisi terhadap rata-rata return saham setelah akuisisi dibandingkan dengan sebe1um akuisisi, dampak akuisisi terhadap rata-rata R01 dan ROE sebelum akuisisi dibanding dengan sesudah akuisisi. serta rata-rata R01 dan ROE sesudah akuisisi dengan perusahaan pesaingnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan return saham sebelum akuisisi dengan sesudah akuisisi, perbedaan profitability sebelum dan sesudah akuisisi dan profitability sesudah akuisisi dengan pesaingnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum dampak akuisisi terhadap kinerja keuangan dari dua puluh perusahaan yang diteliti menunjukkan bahwa bila ditinjau dari sudut return saham dan profitability, dengan akuisisi belum dapat meningkatkan nilai bagi share holder dan manajemen bahkan secara keseluruhan profitability perusahaan setelah akuisisi lebih buruk daripada profitability sebelum akuisisi."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T16707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Karissa
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi dewan komisaris yang diwakili oleh independensi dewan komisaris, proporsi wanita dalam dewan komisaris, dan ukuran dewan komisaris, kualitas audit, transaksi dengan pihak hubungan istimewa, dan financial distressed terhadap probabilita laporan keuangan yang bermasalah. Perusahaan dengan laporan keuangan bermasalah dinilai berdasarkan informasi yang didapatkan dari Bapepam-LK.
Pengujian hipotesis dengan model regresi logistik yang menggunakan sampel sebanyak 120 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama dari tahun 2007-2011. Hasilnya penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi wanita dalam dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan transaksi dengan pihak berelasi tidak berpengaruh terhadap probabilita laporan keuangan bermasalah. Independensi dewan komisaris dan kualitas audit terbukti berpengaruh signifikan negatif terhadap probabilita laporan keuangan bermasalah. Sedangkan, financial distress mempengaruhi positif dan signifikan terhadap probabilita laporan keuangan bermasalah.

This study aims to determine board of commissioners composition which is represented by board of commissioners independence, female proportion on board of commissioners, and board of commissioners size , audit quality, related party transaction, financial distressed can effect probability of troubled financial statement. Companies with troubled financial statement assessed based on information obtained from Bapepam-LK.
Hypothesis testing with logistic regression model using a sample of 120 companies listed on Bursa Efek Indonesia during 2007-2011 The result of the this study showed that female proportion on board of commissioners, and board of commissioners size, and related party transaction does not affect the probability of troubled financial statement. Board of commissioners independence and audit quality is proven significant negative influence on probability of troubled financial statement. Thus, financial distress has positive and significant influence on probability of troubled financial statement.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febyyanita
"Penelitian terdahulu menemukan bahwa hubungan negatif antara pendanaan internal dan pendanaan eksternal hanya terkonsentrasi pada perusahaan yang tidak memiliki hambatan keuangan (unconstrained firms). Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan metode ordinary least square (OLS) menggunakan data panel, dan didapatkan hasil bahwa hubungan negatif berlaku tidak hanya pada perusahaan yang memiliki financial unconstrained namun juga pada perusahaan yang memiliki financial constrained. Hubungan negatif tersebut mendukung berlakunya praktik pecking order theory pada perusahaan non keuangan dan non utilitas di Indonesia. Hubungan negatif tersebut juga mengindikasikan adanya asymmetric information dan biaya pendanaan eksternal yang tinggi di Indonesia yang mengakibatkan terjadinya substitusi antara pendanaan internal dan pendanaan eksternal. Ukuran (total aset) dan umur (tahun IPO) perusahaan digunakan sebagai constraint criteria untuk mengidentifikasi hambatan keuangan yang dihadapi perusahaan. Hasil yang didapat menunjukan bahwa ukuran perusahaan menjadi dasar yang lebih jelas dan lebih konsisten dibandingkan dengan umur perusahaan dalam mengidentifikasi hambatan keuangan.

Recent studies find that the negative relation between internal and external financing is concentrated among unconstrained firms. This study shows a different result. This study use ordinary least square (OLS) method with panel data and find that a negative relation between internal and external financing is concentrated not only among unconstrained firms but also among constrained firms. This negative relation is interpreted as evidence supporting pecking order theory (POT) on non financial and non utilities firms in Indonesia. This negative relation also indicates asymmetric information and high external financing cost in Indonesia. Firm?s size (total asset) and age (year of IPO) are used as constraint criteria to identify financial constraint faced by firms. The result shows that firm's size is stronger and more consistent as constraint criteria compared to firm?s age. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>