Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118205 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putra Wijaya
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Jakarta Timur serta berbagai faktor yang menjadi penghambat dalam upaya pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Jakarta Timur. penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi. Setelah dilakukan penelitian, menunjukkan bahwa masih terdapat faktor-faktor yang menghambat pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Jakarta Timur sehingga belum mencapai target seperti yang telah tercantum dalam Perda Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pada penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian yang terfokus pada faktor penghambat pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Jakarta Timur dan solusinya.

The purpose of this study is to find out how the development of Public Green Open Space in East Jakarta and its barriers. This research is qualitative research by using deep interview to particular informant and observation. After doing interview, it shows that the barriers still exist, so the development of Public Green Open Space in East Jakarta haven’t reach the target that insist in regulation (Perda Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah). For further research, researchers suggest to be more focus on the barriers and their solution.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Findi Anarsi
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan manajemen ruang terbuka pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Jakarta Timur dan faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan Manajemen Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta Timur. Teori yang digunakan adalah pembangunan berkelanjutan, kota, perencanaan kota, tata ruang, ruang terbuka, ruang terbuka hijau, dan manajemen ruang terbuka. Penelitian ini dilakukan secara Post Positivist dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen atau pengelolaan RTH di Jakarta Timur belum terlaksana dengan optimal. Hal ini dibuktikan belum terpenuhinya secara maksimal 3 (tiga) dari 6 (enam) dimensi yaitu Policy, Investment, dan Maintenance. Dalam pelaksanaan manajemen RTH di Jakarta Timur memiliki beberapa kendala diantaranya berkaitan dengan sumber daya (manusia dan anggaran), keterbatasan peralatan operasional, dan kurangnya kesadaran masyarakat.

The research is aimed to describe management of open spaces in the green open space in East Jakarta and the factors that hinder the implementation of the management of green open space (RTH) in East Jakarta. The theory used is sustainable development, city, town planning, zoning, open space, green open spaces and open space management. The research is done in Post positivist descriptive design.
The research results show that the implementation of the management of open green space in East Jakarta has not been implemented optimally. This is evidenced by from six dimention, only three dimention that have fulfilled, among which Policy, Investment, and Maintenance. In the implementation of the management of green space in East Jakarta has several constraints including with regard to the resources (human and budgetary), operational equipment limitations, and lack of public awareness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2016
S64053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henni Septa
"Tesis ini membahas mengenai pentingnya Ruang Terbuka Hijau RTH bagi masyarakat kota sehingga keberadaannya perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Masalah di beberapa kota besar di Indonesia seperti DKI Jakarta, ketersediaan RTH sangat minim dikarenakan banyak terjadi konversi lahan terbuka menjadi lahan terbangun guna memenuhi kebutuhan penduduk. RTH di DKI Jakarta sampai dengan akhir 2015 tercatat hanya 9,98 dari 30 yang seharusnya disediakan menurut UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Salah satu upaya untuk meningkatkan luasan RTH dengan membangun RTH publik di kawasan Kanal Banjir Timur Kec. Duren Sawit Jakarta Timur. Selain meningkatkan luasan RTH, RTH publik tersebut memberikan manfaat secara ekologis, ekonomi, estetika dan sosial bagi masyarakat. Sedangkan ditinjau dari kriteria ruang publik menurut Stephen Carr 1992 yaitu responsive, democratif dan meaningfull menunjukan kualitas RTH tersebut baik sebagai ruang publik menurut masyarakat. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kawasan sempadan sungai/kanal berpotensi dibangun sebagai RTH publik yang bermanfaat bagi masyarakat. Khusus bagi DKI Jakarta, jenis RTH publik di kawasan sungai/kanal sangat berpotensi meningkatkan luasan RTH, mengingat kondisi wilayah DKI Jakarta yang dilalui oleh 13 sungai dan 2 kanal besar Barat dan Timur . Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode campuran yaitu kualitatif dan kuantitatif.

This thesis discusses about the importance of public Green Open Space GOS for the city so that its existence need to be considered and improved. Problems in several major cities in Indonesia such as Jakarta, the availability of GOS was limited because most of the conversion case of open space into land use to meet the needs of the population. Until the end of 2015, there were only 9.98 GOS in Jakarta of 30 should be provided according to Law No. 26 Year 2007 on spatial planning regulation. One of the way to increase availability of GOS by build the public GOS on the East Flood Canal area in Duren Sawit sub district East Jakarta. In addition to increasing the GOS area, the public GOS provides ecological, economic, aesthetic, and social benefit for the community. Based on criteria of public space by Stephen Carr 1992 which is responsive, democratif and meaningfull, showing the quality of the GOS as a public space are good according to community. Therefore, based on the research, it can be concluded that the border river canal area could potentially be built as a public GOS that give benefit for people. Especially for Jakarta, the type of public GOS in the area of the river canal is potentially increase the green space area, considering the conditions of Jakarta area crossed by 13 rivers and two large canals West and East. This study used a descriptive approach with mixed methods are qualitative and quantitative.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhil Hidayah
"Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi hanya berjumlah sekitar 14,46% yang belum dapat mencapai target 20% runtuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik serta dibutuhkan pendanaan untuk pembebasan lahan persil bidang tanah sebesar Rp. 2.261.748.181.458.400 untuk pembebasan lahan persil bidang tanah pada Tipe Hak Guna Bangunan, Hak Milik, dan Hak Lain guna Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik dengan mengacu kepada sampel sebaran NJOP Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018. Besaran Penggunaan Lahan pada tahun 2019 terdapat fungsi yang dapat diasumsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) proporsi luasan menjadi sebesar 14,33% juga masih dibawah batasan target 20 persen untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik. Dalam menentukan prioritas Ruang Terbuka Hijau (RTH) diresmikan kriteria berdasarkan variabel Suhu Permukaan, Index Kerapatan Vegetasi, Index Kerapatan Bangunan dan Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Didapatkan 101 Lokasi Prioritas Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Based on the Detailed Spatial Planning and Zoning Regulations, only around 14.46% have not been able to achieve the 20% target for Public Green Open Space and funding is needed for land acquisition for parcels of land amounting to Rp. 2,261,748,181,458,400 for land acquisition for parcels of land in the Type of Building Use Rights, Ownership Rights, and Other Rights for Public Green Open Space by referring to the sample distribution of the DKI Jakarta Province NJOP in 2018. The amount of land use in 2019 is the function that can be assumed as Green Open Space the proportion of the area to 14.33% is also still below the target limit of 20 percent for Public Green Open Space. In determining the priority of Green Open Space criteria were inaugurated based on the variables of Surface Temperature, Vegetation Density Index, Building Density Index and Green Open Space Classification. Obtained 101 Priority Locations of Green Open Space.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idfan Nasywan
"Kota Jakarta Selatan mengalami kenaikan suhu setiap tahunya dan terjadi fenomena UHI. Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) publik merupakah salah satu upaya dalam mitigasi UHI. Akan tetapi, ketersediaan RTH di Kota Jakarta Selatan masih terbatas dan belum memenuhi standar. Intesitas pendinginan RTH disebut greenspace cool island intensity (GCII). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik RTH publik dan disitribusi spasial GCII serta menganalisis hubungan karakteristik RTH publik dengan GCII. Karakteristik RTH dalam penelitian ini yaitu luas, landscapa shape index (LSI) dan leaf area index (LAI). Metode untuk memperoleh nilai GCII yaitu turning point. GCII diperoleh dengan menggunakan citra Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik RTH publik di Kota Jakarta Selatan didominasi oleh tipe RTH publik dengan luas yang kecil, bentuk tidak beraturan, dan jenis vegetasi rumput dengan pohon. Nilai GCII memiliki rentang nilai mulai dari 0,51oC-2,79oC dan rata-rata 1,43oC. RTH publik di Kota Jakarta selatan memberikan efek pendinginan dengan radius 90 hingga 420 meter dan rata-rata 187 meter. Luas, LAI, dan tutupan vegetasi di area sekitar RTH publik memiliki hubungan yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap GCII. Sedangkan tutupan lahan terbangun disekitarnya memiliki hubungan yang signifikan dan berkorelasi negatif. LSI tidak memiliki korelasi dengan GCII.

 


South Jakarta City experiences an increase in temperature every year, and the UHI phenomenon occurs. The existence of public green open space (RTH) is one of the efforts to mitigate UHI. However, the availability of green spaces in South Jakarta City is still limited and has not met standards. The cooling intensity of RTH is called greenspace cool island intensity (GCII). This study aims to analyze the characteristics of public green spaces, the spatial distribution of GCII, and the relationship between public green space characteristics and GCII. The characteristics of public green space in this study are area, landscape shape index (LSI), and leaf area index (LAI). The method to obtain the GCII value is the turning point. GCII was obtained using a Landsat 8 OLI/TIRS image in 2023. The results showed that the characteristics of public green spaces in South Jakarta City are dominated by types of public green spaces with small areas, irregular shapes, and vegetation types of grass with trees. The GCII value has a range of values ranging from 0.51 oC to 2.79 oC and an average of 1.43 oC. Public green spaces in southern Jakarta City provide a cooling effect with a radius of 90 to 420 meters and an average of 187 meters. Area, LAI, and vegetation cover around public green spaces have a significant and positively correlated relationship to GCII. While the surrounding built-up land cover has a significant and negatively correlated relationship. LSI has no correlation with GCII.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Dewi Kurnia
"Kota Depok sebagai Kota Hinterland merupakan wilayah yang sedang tumbuh dan berkembang sejak pemekaran dari Kabupaten Bogor pata tahu 1999. Akibat dari perkembangan dan pertumbuhan yang semakin pesat maka Kota Depok juga mengalami peningkatan guna memenuhi berbagai kebutuhan kota dan penduduknya. Jumlah penduduk Kota Depok yang saat ini dengan jumlah penduduk 1.738.570 juta jiwa per tahun 2010 dan lahan yang seluas 118,50 km², tergolong padat yang cukup padat. Dengan jumlah penduduk dan luas wilayah tersebut maka kondisi RTH sudah mulai jauh dari kata cukup untuk perbandingan kebutuhan RTH dengan jumlah wilayah dan jumlah penduduk. Dalam meningkatkan kualitas hidup Kota Depok perlu peningkatan luas RTH. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kurang tersedianya RTH Publik di Kota Depok.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara terstruktur yang dilakukan pada dinas-dinas yang terkait, faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab kurang tersedianya RTH Publik adalah faktor keterbatasan lahan, faktor lemahnya pengawasan, faktor keterbatasan dana, faktor fokus perencanaan, faktor implementasi perencanaan, faktor peraturan yang menjadi acuan, faktor kinerja kelembagaan.

City of Depok city as a Hinterland region growing and evolving since the expansion of the Bogor Regency pata know 1999. As a result of the development and rapid growth of the city of Depok also increased in order to meet the various needs of the city and its inhabitants. The population of the city of Depok is currently with a population of 1,738,570 million people per year in 2010 and a land area of 118.50 km ², which is relatively dense solid enough. With the population and the area of the green space conditions have started far from enough for comparison with the amount of green space needs of area and population. Improve the quality of life in the city of Depok need vast improvement RTH. Therefore this study aimed to determine the factors that influence the lack of public green space in the city of Depok.
Based on the results of research conducted structured interviews were conducted with the relevant agencies, the factors that were identified as the cause of the lack of public green space is a factor of limited land, weak supervision factors, factors limited funds, focus factor of planning, implementation planning factors, factors regulations to be a reference, institutional performance factor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Tsabituddinillah
"Lumut merupakan salah satu komponen penyusun ruang terbuka hijau (RTH). Keberadaan lumut di wilayah urban menunjukkan adanya kemampuan adaptasi lumut untuk bertahan pada lingkungan urban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lumut serta karakteristik morfologi dan anatomi lumut di RTH pemukiman daerah urban. Lumut dikoleksi dengan metode purposive sampling; transect-line pada 6 titik tepi jalan dan jelajah bebas pada 3 titik taman di Komplek Taman Bona Indah, Jakarta Selatan. Pengamatan karakteristik morfologi dan anatomi lumut dilakukan dengan penilaian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 2 divisi lumut yang ditemukan di area penelitian, yaitu Bryophyta dan Marchantiophyta. Divisi Bryophyta terdiri dari 6 famili, 9 genus, dan 16 spesies, sementara itu Divisi Marchantiophyta terdiri dari 2 famili, 2 genus, dan 3 spesies. Pottiaceae merupakan famili dengan jumlah jenis lumut paling banyak ditemukan, yaitu 5 jenis. Jenis lumut dengan jumlah sampel paling banyak ditemukan adalah Fissidens biformis. Substrat tempat tumbuh lumut yang ditemukan di lokasi penelitian adalah tanah, batu, batang pohon, dan akar pohon yang lapuk. Kisaran luas tutupan lumut yang ditemukan yaitu 2 – 100%. Karakteristik seperti ukuran tubuh yang kecil, life-form; mats, fan, dan turf, bentuk daun, ornamentasi pada permukaan daun; papilla, modifikasi sel daun; hyalin, alar, dan cancellina, serta keberadaan sporofit atau gemma diduga mendukung lumut beradaptasi di lingkungan urban.

Bryophyte is a component of open green space (OGS). The presence of bryophyte in urban areas indicates the adaptability of bryophyte to survive in an urban environment. This research goals are to determine the types of bryophyte and the morphological and anatomical characteristics of bryophyte in urban residential OGS. Bryophyte was collected using the purposive sampling method; transect-line at 6 roadside points and free-roaming at 3 park points in Komplek Taman Bona Indah, South Jakarta. The observation of the morphological and anatomical characteristics of bryophyte was carried out by qualitative and quantitative assessments. Based on the results, there are 2 divisions of bryophytes in the research area, namely Bryophyta and Marchantiophyta. The Bryophyta (mosses) consists of 6 families, 9 genera, and 16 species, while the Marchantiophyta (liverworts) consists of 2 families, 2 genera, and 3 species. Pottiaceae is the most common family in the research area which has 2 genera and 5 species. The greatest number samples found in the study area is Fissidens biformis. The soil, rocks, tree trunks, and roots are the substrates which the bryophytes can be found in the study sites. The wide range of bryophyte cover found is 2 - 100%. Characteristics such as small body size, life-form; mats, fans, and turf, leaf shape, leaf surface ornamentation; papilla, modified leaf cells; hyalin, alar, and cancellinae, and the presence of sporophyte or gemma are presumed to support Bryophyte adaptation in the urban environment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kautsar Firdaus
"Taman Lingkungan mempuyai peran sebagai ruang sosial yang berfungsi sebagai tempat dimana masyrakat dapat berekreasi, berinteraksi sosial, sebagai ruang edukasi, sampai sarana evakuasi. Begitu penting Taman Lingkungan sebagai ruang terbuka publik khusus dipermukiman tertata maupun tidak tertata harus optimal dalam pemanfaatannya. Maka diperlukan suatu kajian terkait hal pentingnya sebuah ruang terbuka public yang dapat melayani sesuai kebutuhan masyarakat yang tidak hanya sebagai ruang hijau tetapi juga sebagai ruang terbuka publik yang juga haruslah memenuhi standar ditijnjau dari luasan dan jumlah manusia berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, khusus nya di area permukiman tertata dan tidak tertata maka daripada itu diperluka suatu studi untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan dalam pemanfaatannya dengan adanya Taman Lingkungan di Permukiman dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat perkotaan. Pengukuran tingkat keberhasilan dengan kriteria aksesibilitas, dapat memberikan kesenangan dan menarik, mempunyai rasa aman dan nyaman dan juga dapat memberikan keterikatan terhadap warga. Studi ini dilakukan untuk mengukur sebarapa jauh tingkat keberhasilannya Taman Lingkungan sebagai ruang publik. Pelaksanaan studi di 11 Taman Lingkungan di Kecamatan Duren Sawit , yaitu taman Bambo Kuning, Taman Cempaka Taman Cengkir, Taman Duren Sawit Indah, Taman Jl.IG.Ngurah Rai, Taman, Taman Kesenian, Taman Lembah Palem, Taman Malaka Selatan 2, Taman Pondok Kopi 8, Taman Rusun Klender dan Taman Viaduct Klender akan dievaluasi mengukur tingkat keberhasilannya. Evaluasi didasarkan dengan persepsi masyarakat terhadap Taman Lingkungan dengan menggunakan kuesioner dengan random sampling dengan menggunakan analisis diskriptif, dengan Indeks Variasi Kualitatif untuk mengukur pencapaiannya. Dari hasil studi tingkat keberhasilan dari pemanfaatan Taman lingkungan secara keseluruhan 11 Taman Lingkungan tidak berhasil sebagai Ruang Terbuka Publik.

The Neighborhood Park has a role as a social space that serves as a place where society can have recreation, social interaction, as an educational space, until evacuation means. So important Neighborhood Park as a public open space specially settled orderly or unorganized must be optimal in its utilization. Therefore, a study is needed regarding the importance of an open public space that can serve the needs of the community not only as a green space but also as a public open space which must also meet the standards of the extent and number of people based on Regulation of the Minister of Public Works No. 05 PRT M2008 on Guidelines for the Provision and Utilization of Green Open Space in Urban Areas, specifically in settled and unorganized settlement areas, it is therefore required to study how much success in the utilization of Neighborhood Park in settlements can improve the quality of life of urban communities. Measuring success rates with accessibility criteria, can provide fun and exciting, have a sense of security and comfort and can also provide attachment to citizens. This study was conducted to measure how far the success rate of the Garden of the Environment as a public space. Study of 11 area Neighborhood Parks in Duren Sawit sub district, namely Bambo Kuning Park, Cempaka Park Cengkir Park, Duren Sawit Indah Park, Taman Jl.IG.Ngurah Rai, Taman , Taman Kesenian, Palem Valley Park, Taman Malaka Selatan 2, Taman Pondok Kopi 8, Klender Flat Garden and Klender Viaduct Park will be evaluated to measure the success rate. Evaluation was based on community perception on Neighborhood Park by using questionnaire with random sampling by using descriptive analysis, with Qualitative Variation Index to measure its achievement. From the results of the study the success rate of the utilization of Neighborhood Park as a whole 11 Environmental Parks did not succeed as Public Open Space.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rambitan, Mutiara Selvia
"Pembangunan di kota-kota besar menyebabkan perubahan iklim global yang disebabkan oleh kenaikan suhu udara. Ruang terbuka hijau kota yang ditata dengan tepat akan meningkatkan kualitas atmosfer kota, penyegaran udara, menurunkan suhu udara dan polusi, serta meredam kebisingan. Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, sebuah kota harus memiliki RTH sebesar 30 persen dari total luas kota. Salah satu wilayah di DKI Jakarta yang masih memiliki banyak RTH adalah Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ketersediaan RTH terhadap iklim mikro serta menganalisis pola spasial kenyamanan termal di Kecamatan Pasar Rebo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data suhu udara dan kelembapan udara yang diukur langsung di lapangan, citra SPOT 6 dan citra Landsat 8 yang direkam pada Mei 2018 di wilayah DKI Jakarta. Metode yang digunakan adalah metode spasial Normalized Difference Vegetation Index, Land Surface Temperature, dan interpolasi Inverse Distance Weighted. Uji statistik yaitu uji korelasi Pearson Product Moment dan uji regresi linier sederhana digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruh ketersediaan ruang terbuka hijau terhadap iklim mikro. Hasil menunjukan bahwa RTH memiliki pengaruh yang signifikan terhadap iklim mikro di Kecamatan Pasar Rebo. Bentuk RTH yang memiliki pengaruh yang besar terhadap iklim mikro adalah hutan kota. Sebagian besar wilayah di Kecamatan Pasar Rebo masih termasuk tidak nyaman dalam indeks kenyamanan termal. Hanya wilayah di sekitar Hutan Kota Cijantung yang memiliki status kenyamanan termal yang nyaman.

Development in big cities causes global climate change caused by rising air temperatures. The citys green open space that is properly arranged will improve the quality of the citys atmosphere, refresh the air, reduce air temperature and pollution, and reduce noise. In Law of the Republic of Indonesia No. 26 of 2007 concerning Spatial Planning, a city should have green open space covering 30% of the total area. One area in DKI Jakarta that still has some existing green open space located in Pasar Rebo District, East Jakarta. This research aims to analyze the effect of green space availability on microclimate and analyze the spatial patterns of thermal comfort in Pasar Rebo District. The data used are air temperature and air humidity measured directly in the study field, SPOT 6 imagery and Landsat 8 imagery of Jakarta City recorded in May 2018. The spatial methods used are Normalized Difference Vegetation Index, Land Surface Temperature, and Inverse Distance Weighted interpolation methods. Pearson Product Moment correlation test and simple linear regression test are used to assess how much influence the green open space availability on the microclimate. The results shows that green open space has a significant influence on microclimate in Pasar Rebo District. Green space type that has a big influence on microclimate is urban forest. Most areas in Pasar Rebo are still uncomfortable in terms of thermal comfort. Only the area around Hutan Kota Cijantung has a comfortable status in thermal comfort."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Ernst Belseran
"Isu perubahan iklim menjadi perhatian dunia dimana salah satunya peningkatan suhu udara akibat dari emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim ini diakibatkan oleh gas-gas dalam atmosfer salah satunya yaitu CO2. DKI Jakarta sebagai ibukota memiliki jumlah penduduk yang padat dengan berbagai macam penggunaan lahan yang ada. Penggunaan lahan yang di dominasi oleh permukiman mengakibatkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi untuk menyerap CO2 di atmosfer. Intepretasi citra SPOT-7 digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan menggunakan indeks vegetasi NDVI, EVI, GNDVI dan OSAVI.
Pengukuran diameter dan tinggi pohon juga dilakukan untuk mendapatkan nilai biomassa yang akan dijadikan nilai serapan CO2. Nilai serapan CO2 yang tersebar di DKI Jakarta diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pola sebaran dari nilai serapan CO2 pada RTH di DKI Jakarta di dominasi pada kelas sedang dengan pola persebaran berada di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Pola sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta tersebar secara acak dan lebih mendominasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

The issue of climate change become world attention where one of them increase in air temperature due to greenhouse gas emissions. This climate change is caused by gases in the atmosphere, one of which is CO2. DKI Jakarta as the capital has a dense population with a variety of existing land use. Land use that is dominated by settlements resulting in fewer green space, which functions to absorb atmospheric CO2. Image interpretation SPOT-7 is used to determine the level of greenness of vegetation on a green space using the vegetation index NDVI, EVI, GNDVI and OSAVI.
Measuring the diameter and height of trees were also performed to obtain the value of biomass that will be used as the CO2 absorption value. The CO2 absorption value that spread in Jakarta are classified into three classes: high, medium and low. The distribution pattern of CO2 absorption value at green space in Jakarta dominance in the medium class with the distribution pattern is located in South Jakarta, East Jakarta, North Jakarta and West Jakarta. The distribution pattern of green space in Jakarta scattered randomly and more dominate in East Jakarta and South Jakarta.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>