Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66626 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raisa Rakhmania
"Tesis ini membahas tentang bagaimana representasi perempuan sebagai Objek Moe yang tercermin dalam Manga K-On!. Moe merupakan suatu ungkapan yang mengekspresikan obsesi dan perasaan Otaku yang menggebu-gebu terhadap karakter pujaannya. Tesis ini menganalisis tokoh utama perempuan pada Manga K-On! yang populer di kalangan Otaku. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis menggunakan bantuan Semiotika Charles Sanders Peirce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama dalam Manga K-On! merepresentasikan perempuan sebagai Objek Moe dengan karakteristik utama sebagai perempuan muda yang lugu dan imut. Selain itu, penelitian menemukan bahwa penggemar tokoh fiksi sebagai Objek Moe dalam Manga dan Anime adalah pria dewasa. Oleh karena itu, Manga K-On! yang bertema Moe masuk dalam kategori Seinen Manga.

The thesis discuss about how representation of women as the object of Moe which portrayed in K-On! Manga. Moe is a phrase to express an obsession and Otaku's passionate feeling toward their favorite character. This thesis analyze heroines in K-On! Manga who are very popular among Otaku. Also, the type of this research is a qualitative research using descriptive analysis with help of Charles Sanders Peirce's Semiotic method. The result shows that heroines in K-On! Manga represent women as the Object of Moe with the main characteristic as an innocent and cute young beauties. Furthermore, this research found that fans of Moe's Object in Manga or Anime are adult men. In consequence, K-On! Manga as Manga with Moe theme is categorized as Seinen Manga.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Turangga
"Tesis ini mengkaji manga Buddha karya Osamu Tezuka yang menceritakan riwayat Buddha Sakyamuni. Dalam mangatersebut ditampilkan banyak tokoh perempuan yang memiliki peranan penting dalam menggerakkan alur cerita. Tujuh di antaranya menjadi objek penelitian dalam tesis ini yaitu Ibu Chapra, Migaila, Lata, Visakha, Yasodhara, Sujata dan Iblis Ular. Ketujuh tokoh tersebut mengalami objektifikasi dengan ditampilkan sebagai korban, penggoda dan penghalang. Tujuh tanda objektifikasi dari Nussbaum dan tiga tanda objektifikasi dari Langton digunakan untuk melihat terjadinya objektifikasi pada tokoh perempuan. Metode yang digunakan adalah analisis visual dan tekstual. Dengan menampilkan tokoh perempuan yang terobjektifikasi, maka manga ini tidak merefleksikan pandangan ajaran Buddha terhadap perempuan. Perempuan dalam ajaran Buddha dipandang sebagai sosok yang memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kesadaran (attainment of Buddhahood), bukan sosok yang terobjektifikasi

This thesis analyses Buddha, a manga by Osamu Tezuka which tells stories about the Buddha’s life. Buddha displays many women characters which have important roles in moving the plot. Seven women characters were chosen as the object of the research. They are the mother of chapra, Migaila, Lata, Visakha, Sujata, Yashodara and Snake Evil. Nussbaum’s seven notions of objectification and Langton’s three notions of objectification were used to reveal the objectification and women’s characters. This research used textual and visual methods of analysis. The objectified women that are represented in this manga do not reflect Buddhism’s view toward women in general. Women in Buddhism were viewed as people who also had the same opportunity to attain Buddhahood, not as objectified women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatamohana Putera Hidayatullah
"Penelitian ini membahas bagaimana pasifisme di Jepang direpresentasikan dalam manga Planetes. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis, teori pasifisme oleh Ryan Cheyney, dan teori representasi oleh Stuart Hall. Penulis mengidentifikasi dua bentuk pasifisme yang disebut oleh Cheyney, yaitu pasifisme personal dan pasifisme politik yang direpresentasikan melalui potongan adegan dari keseluruhan empat volume manga Planetes. Penulis menemukan satu adegan dalam manga yang berisi nilai pasifisme personal. Penulis menemukan dua adegan dalam manga yang berisi nilai pasifisme politik. Manga Planetes menunjukkan bahwa pasifisme di Jepang semakin memudar dengan merujuk pada perluasan interpretasi pasal sembilan konstitusi Jepang. Tahun 1992 menandakan pertama kalinya Jepang mengirim pasukannya ke luar negeri untuk misi perdamaian, meskipun sebelumnya dilarang oleh konstitusi

This research discusses how pacifism in Japan is represented in Planetes manga. The author uses descriptive analysis methods, the theory of pacifism by Ryan Cheyney, and the theory of representation by Stuart Hall. The author identifies two forms of pacifism mentioned by Cheyney, namely personal pacifism and political pacifism which are represented through cut scenes from all four volumes of the manga Planetes. The author finds a scene in the manga that contains personal pacifist values. The author found two scenes in the manga that contained political pacifist values. The Planetes manga shows that pacifism in Japan is waning by referring to an expanded interpretation of article nine of the Japanese constitution. 1992 marked the first time Japan had sent troops overseas on a peacekeeping mission, although it had previously been prohibited by the constitution"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Octavia Viriyo
"Pada 1970-an, shōjo manga menjadi salah satu media perwujudan gagasan perempuan Jepang dan menjadi suatu genre dari perempuan untuk perempuan. Skripsi ini membahas gambaran perempuan Jepang dalam shōjo manga Haikarasan ga Tōru dan N.Y. Komachi sebagai suatu gagasan Yamato Waki atas perempuan Jepang. Penelitian ini menggunakan pendekatan feminis dengan menerapkan teori Gynocritics dari Elaine Showalter pada analisis. Sebagai hasil, diketahui bahwa tokoh utama perempuan pada masing-masing shōjo manga yang menjadi korpus penelitian mewakili pola pikir perempuan Jepang pada masa karya tersebut diterbitkan. Meski menampilkan tokoh utama perempuan yang menentang subordinasi, disimpulkan bahwa dua karya tersebut bukan karya feminis.

In 1970s, shōjo manga became one of media which embodied Japanese women?s ideas and became a from women to women genre. This study will focus on explaining the images of Japanese women in shōjo manga titled Haikarasanga Tōru and N.Y. Komachi as Yamato Waki?s ideas of women. This research uses feminist approach and applies Gynocritics theory from Elaine Showalter on the analysis. As a result, it's shown that the main female protagonists of both shōjo mangas who become the center of this research represent Japanese women?s mindset from the era when those works were published. Though it?s featuring female protagonist who against female subordination, it's concluled that both works are not a feminist works.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Cipta Illahi
"Skripsi ini mengkaji bagaimana manga Sanctuary yang terbit pada tahun 1990 sampai tahun 1995 merepresentasikan politik Jepang. Teori sosiologi sastra yang dirangkum oleh Swingewood digunakan untuk menganalisa bagaimana manga Sanctuary merepresentasikan politik, sedangkan teori sosiologi politik digunakan untuk membatasi bahasan politik yang muncul dalam manga. Hasil analisis menunjukkan bahwa manga Sanctuary menggambarkan antagonisme tokoh utama serta bagaimana antagonisme tersebut berkonflik dalam pemilu yang dapat diidentifikasi sebagai representasi pemilu Majelis Rendah tahun 1993. Hal tersebut sesuai dengan teori Swingewood yang menyatakan bahwa sastra adalah cerminan sebuah zaman, dan manga Sanctuary merupakan cerminan politik Jepang kontemporer.

This research analyzes how the Sanctuary manga published between 1990 and 1995 represents the politics of Japan. The sociology of literature theory summarized by Swingewood is used to analyze how the manga represents politics, while the sociology of politics theory is used to limit the study of politics consisted in the manga. Analytical results show that Sanctuary manga illustrates antagonism of the main characters and how such antagonism displays a conflict with an election that could be identified as a representation of Japan Lower House general election in 1993. This is fitting with Swingewood's theory that claims literature is a reflection of its era, and Sanctuary manga reflects the contemporary politics of Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardhatillah Zidni Nursardi
"Keberadaan negara Jerman saat ini tidak dapat dilepaskan dari peran Prusia dalam Penyatuan Jerman pada tahun 1871. Peristiwa penting ini menyebabkan terbentuknya Jerman yang kemudian berpartisipasi dalam Perang Dunia Pertama dan Kedua. Unsur-unsur sejarah ini merupakan tema yang sering diangkat dalam manga Hetalia. Hetalia merupakan serial manga karya Hidekaz Himaruya yang menyajikan interpretasi simbolis dari peristiwa politik dan sejarah dunia, dengan setiap negara yang terlibat di dalam dan di luar peristiwa tersebut dipersonifikasikan melalui karakter yang menyerupai manusia. Penelitian ini menganalisis penggambaran hubungan antara tokoh Germany dan Prussia dalam Hetalia untuk melihat bagaimana konstelasi Jerman dengan Prusia direpresentasikan dalam manga tersebut. Korpus data yang digunakan adalah manga Hetalia: Axis Powers, Hetalia World☆Stars, dan komik web Hetalia. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis konten yang didukung oleh teori representasi Stuart Hall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hetalia merepresentasikan Jerman dan Prusia melalui tokoh Germany dan Prussia yang dibentuk berdasarkan sejarah, stereotipe, serta identitas budaya Jerman dan Prusia di dunia nyata. Namun, Prussia digambarkan lebih menonjol daripada Germany karena memiliki rentang sejarah yang lebih panjang. Selanjutnya, konstelasi Jerman dan Prusia direpresentasikan secara positif dalam Hetalia melalui hubungan dan interaksi tokoh Germany dan Prussia yang dianggap sebagai sepasang saudara.
The existence of today’s Germany cannot be separated from Prussia's role in the Unification of Germany in 1871. This important event led to the formation of Germany, which later participated in the First and Second World Wars. These historical elements are often raised in the Hetalia manga. Hetalia is a manga series by Hidekaz Himaruya that presents symbolic interpretations of world political and historical events, with each country involved in and outside of these events personified through human-like characters. This study analyzes the relationship between the character Germany and Prussia in Hetalia and examines how the constellation of Germany and Prussia in the real world is represented in the manga. The data used for this research are the Hetalia: Axis Powers manga, Hetalia World☆Stars manga, and Hetalia webcomics. The research method used is content analysis supported by Stuart Hall's representation theory. The results show that Hetalia represents Germany and Prussia through the character Germany and Prussia which are formed based on the history, stereotypes, and cultural identities of Germany and Prussia in the real world. However, Prussia is portrayed more prominently than Germany because he has a longer historical span. Furthermore, the constellation of Germany and Prussia is represented positively in Hetalia through the relationship and interactions between the characters Germany and Prussia who are considered as a pair of brothers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sudwi Karyadi
"Yonkoma manga atau komik empat panel merupakan bentuk manga narasinya disajikan dalam bentuk empat bagian. Yonkoma manga merupakan bentuk yang menjadi pijakan bagi manga modern terus berkembang seiring dengan berkembangnya manga secara umum di Jepang. Perkembangan paling mutakhir terjadi pada tahun 2000-an dengan pengadopsian ?elemen moe‟ dalam pembuatan yonkoma manga, sehingga memunculkan istilah moe yonkoma(萌え4コマ). Moe yonkoma merupakan yonkoma manga yang mengadaptasi "elemen moe‟ dalam pembuatan karakter dan jalan ceritanya. Kepopuleran moe yonkoma disebabkan kuatnya tendesi pembaca untuk mengonsumsi database didalamnya (elemen moe) sementara narasi yonkoma manga tersebut tidak penting lagi. Skripsi ini dibuat untuk membuktikan bahwa sebenarnya bahkan dalam moe yonkoma narasi tersebut masih ada.

Yonkoma manga or four panel comic strip is a type of manga which narrative is divided by four panels. Yonkoma manga known as a stepping stone of modern manga and is still developing today with the advance of manga in Japan. by 2000s most recent advancement was happened by applying moe elements to the yonkoma manga. Which given birth to the term moe yonkoma(萌え4コマ). Moe yonkoma is yonkoma manga that apply moe elements in the character and story making. Critics criticize moe yonkoma popularity solely due to readers tendency to consume database (moe elements) that appears in the yonkoma manga while giving no attention to the narrative. This study prove that even in moe yonkoma the narrative is still exist and still getting attention."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42204
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dave Emmilio Zegno Fudi
"Berlin sebagai ibukota Jerman tidak hanya dikenal dengan peninggalan historis dalam bentuk budaya material (material culture) seperti monumen atau bangunan dengan gaya arsitektur tertentu, tetapi juga menyimpan kisah spionase dunia pada era Perang Dingin. Sebagai “pusat pertarungan“ ideologi Perang Dingin, Berlin sangat lekat diasosiasikan dengan spionase. Kesan ini sering diangkat sebagai tema berbagai produk media, baik yang diproduksi di dalam atau luar Jerman. Salah satu produk media populer yang mengangkat tema spionase di Berlin adalah serial manga Spy X Family (2019) karya Tetsuya Endo. Penggambaran kota Berlint dalam serial manga ini dapat dimaknai sebagai representasi Berlin pada era Perang Dingin. Dengan menganalisis serial manga ini secara semiotik, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana Berlin sebagai wilayah sentral pada era Perang Dingin direpresentasikan dalam budaya populer. Analisis semiotik terhadap penggambaran landscape dan kehidupan di kota Berlint dalam manga Spy X Family ini merepresentasikan kota Berlin sebagai pusat spionase yang tertata rapi dan menyediakan ruang tinggal yang layak bagi penduduknya.

Berlin is not only known for its historical heritage in the form of material culture, such as monuments or buildings with a particular architectural style, but also for keeping stories of world espionage during the Cold War era. As the arena of ideology contestation of the Cold War, Berlin is closely associated with espionage. This impression is often used as the theme of various media products produced inside and outside Germany. One of the popular media products with the theme of espionage in Berlin is the manga series Spy X Family (2019) by Tetsuya Endo. The depiction of the city of Berlint in this manga series can be interpreted as a representation of Berlin during the Cold War era. By analyzing this manga series semiotically, this study aims to reveal how Berlin, as a central region during the Cold War era, was represented in popular culture. This semiotic analysis of the depiction of landscape and life in the city of Berlint in the Spy X Family manga represents the city of Berlin as an espionage center that is neatly arranged and provides decent living space for its inhabitants."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yuditha Savka
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas keselarasan gender yang direpresentasikan oleh tokoh-tokoh
dalam manga Otomen. Dengan menggunakan konsep gender secara umum dan
teori pencairan gender Judith Butler, penulis mengkaji manga ini dengan metode
analisis isi dan analisis naratif yang kemudian dikaitkan dengan teori analisis
manga. Hasil analisis menunjukkan terjadinya pergeseran pada gambaran
stereotip maskulin dan feminin dan masing-masing tokoh memiliki identitas
kedua gender tersebut. Manga ini menunjukkan bahwa baik seks dan gender
bukanlah hal yang bisa dikotak-kotakkan, melainkan sebuah hal yang cair. Lebih
lanjut, manga ini juga menawarkan suatu alternatif maskulinitas dan feminitas di
samping maskulinitas dan feminitas tradisional.

ABSTRACT
This thesis explains about harmony of gender which is represented by characters
in Otomen manga. By using a general view of gender and Judith Butler?s gender
fluidity, writer analyzes this manga with content analysis and narrative analysis
method which will be connected with manga analyzing theory. The result of the
analysis shows that there is a shift in masculine and feminine stereotypes and each
character has identity of both genders. This manga shows that both sex and gender
are more like a fluid. Furthermore, this manga offer an alternative masculinity and
femininity beside the traditional view of masculinity and femininity."
2015
S61161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranti Rosi Utami
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana transgender direpresentasikan di dalam manga berjudul Yuureitou karya Nogizaka Tarou. Representasi transgender dalam manga ini diwakilkan pengarang melalui tokoh bernama Sawamura Tetsuo. Dia merupakan seorang transgender female-to-male. Data-data di dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Temuan utama dalam penelitian ini adalah transgender direpresentasikan sebagai seseorang yang memiliki refleksi wujud idealnya masing-masing, memiliki keinginan untuk menjalin hubungan romantis, dan berusaha untuk menghilangkan sisi gender yang mereka anggap bukan bagian dari diri mereka. Selain itu, Nogizaka Tarou selaku pencipta manga Yuureitou juga berusaha untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat luas mengenai kaum transgender dengan harapan diskriminasi terhadap kaum transgender akan berkurang dan dapat meluruskan beberapa stereotip transgender yang melenceng.

ABSTRACT
This research aims to explain how the concept of transgender is represented in Nogizaka Tarou's Yuureitou manga. The representation of the aforementioned concept in this manga is shown by the author through a character named Sawamura Tetsuo, a female-to-male transgender. The data in this research were analyzed using Roland Barthes's semiotic theory. The main finding in this research is that the transgenders are represented as someone who have their respective ideal reflections, each of whom have the desire to establish a romantic relationship, and are trying to eliminate the gender norms that they consider are not part of themselves. In addition, Nogizaka Tarou as the creator of the Yuureitou manga also supports the education about transgender people to the society, with the hope that opposing movement towards transgender people will come into ease and further realign the misconceptions of the transgender stereotypes.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>