Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141902 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jaja Netra Puspita
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan kualitas leadermember exchange terhadap perilaku inovatif pada karyawan kantor pusat PT BB melalui pemberian pelatihan coaching pada atasan. Penelitian ini dilakukan di PT BB, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri mining. Responden penelitian ini adalah 46 orang karyawan level staf. Pengukuran perilaku inovatif dilakukan dengan menggunakan alat ukur Innovative Work Behaviour dari Janssen (2000), sedangkan leader-member exchange diukur dengan menggunakan alat ukur LMX-M dari Wu (2009). Pengolahan data awal menjelaskan bahwa leader-member exchange secara signifikan mempengaruhi perilaku inovatif (r2 = 0.422) dengan dimensi affect dan exchange sebagai dua dimensi yang memiliki kontribusi terbesar.
Berdasarkan pengolahan data awal, ditentukan intervensi yang dilakukan adalah intervensi pelatihan coaching pada atasan. Responden intervensi adalah 4 orang atasan langsung dari karyawan yang memiliki skor leader-member exchange dan perilaku inovatif dalam kategori rendah. Efektifitas intervensi diukur melalui evaluasi reaksi, pembelajaran, dan tingkah laku. Pengukuran posttest dilakukan 8 hari setelah pelaksanaan pelatihan kepada 6 orang bawahan dari atasan yang mengikuti pelatihan. Hasilnya terdapat peningkatan skor leadermember exchange yang signifikan sebelum dan setelah pelaksanaan pelatihan (Z= -2,041, p =0.041). Namun demikian, tidak terdapat peningkatan skor perilaku inovatif yang signifikan sebelum dan setelah atasan diberikan pelatihan (Z= -1,095, p = 0.273).

This research aims to determine the influence of leader-member exchange enhancement on innovative behavior in PT BB's employee by providing coaching training for supervisor. This research was conducted at PT BB, a mining company. Respondents were 46 employees from staff level. Innovative behavior was measured using innovative work behavior scale by Janssen (2000), whereas leader-member exchange was measured using LMX-M scale by Wu (2009). Pretest data showed that leader-member exchange influences innovative behavior significantly (r2=0.422), furthermore affect and exchange found to have the biggest contribution.
Based on the result, researcher design a coaching training for supervisor as an intervention to enhance leader-member exchange so it predicts to enhace innovative behavior too. Intervention gived to 4 supervisor whom their subordinate had low score on leader-member exchange and innovative behavior. Effectivity of coaching training was measured by evaluate the reaction, learning, and behavior changing. Post-test was measured to 6 subordinates, 8 days after the intervention. The result showed there was significant improvement on leadermember exchange score after the intervention (Z = -2,041, p =0.041). For instance, there was not significant improvement on innovative behavior (Z = -1,095, p = 0.273).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Nuzululhayati
"Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim untuk berinovasi terhadap perilaku inovatif terkait dengan Sosialisasi Objektif 2013 PT IA dengan tema ?Synergy for Operational Excellence?. Berdasarkan hasil wawancara dan focus group discussion untuk mengetahui permasalahan organisasi, diketahui bahwa terdapat kebutuhan untuk berinovasi pada organisasi. Hal ini dikarenakan perubahan kondisi eksternal yang menyulitkan organisasi. Karyawan di organisasi khususnya di kantor pusat perlu menunjukkan perilaku inovatif dalam mendukung organisasi untuk mencapai operational excellence dalam proses kerja mereka.
Perilaku inovatif pada karyawan dipengaruhi antara lain oleh iklim organisasi yang dirasakan oleh karyawan. Iklim untuk berinovasi diukur dengan menggunakan alat ukur dari Panuwatwanich (2008) yang terdiri dari 36 item ( = 0,944) dan perilaku inovatif dengan menggunakan alat ukur dari Janssen (2000) yang terdiri dari 9 item ( = 0,895).
Hasil penelitian pada 65 karyawan di kantor pusat menunjukkan bahwa iklim untuk berinovasi mempengaruhi perilaku inovatif secara signifikan (R2 = 0,218). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti kemudian merancang intervensi yaitu pelatihan iklim untuk berinovasi untuk dapat meningkatkan iklim untuk berinovasi sehingga perilaku inovatif pada responden dapat meningkat. Responden intervensi berjumlah 8 orang yang berasal dari divisi dengan iklim untuk berinovasi yang rendah.

This research aims to determine the influence of climate for innovation on innovative behavior related to PT IA?s Objective Socialization themed "Synergy for Operational Excellence". Based on interviews and focus group discussions known that there was a need on organization to innovate. It was related to the changing of external situation burdened the organization. The employees, specially in head office, need to improve innovative behavior in order to support organization in achieving operational excellence in their work processes.
Employee innovative behavior influenced by climate for innovation. Climate for innovation was measured using Climate for Innovation Scale by Panuwatwanich (2008) consists of 36 items (( = 0,944) whereas innovative behavior was measured using Innovative Behavior Scale by Janssen (2000) consists of 9 items ( = 0,895).
The result of 65 respondents from head office's employees showed that climate for innovation influenced innovative behavior significantly (R2 = 0,218). Based on the result, researcher designed the training as intervention to enhance climate for innovation so it predicts to enhance innovative behavior, too. The intervention conducted to 8 employees from division with low score on climate for innovation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T36025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betaubun, Yudisaputra
"Karyawan pelayanan jasa yang kreatif berperan penting dalam menampilkan kemampuan organisasi. Berbagai penelitian berhasil menginvestigasi antiseden dari kreativitas karyawan pelayanan jasa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor kontekstual pekerjaan yang meliputi kompleksitas pekerjaan dan hubungan dengan atasan, rekan kerja dan pelanggan, dengan kreativitas karyawan, dengan konflik dan ambiguitas peran serta motivasi intrinsik sebagai mediator.
Penelitian ini menemukan bahwa hubungan dengan rekan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ambiguitas peran (role ambiguity). Sementara variabel-variabel lain tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kreativitas karyawan. Hal ini dapat disebabkan karena penelitian dilakukan di sebuah perusahaan perbankan yang memiliki karakteristik highly regulated, di mana selalu terdapat pembatasan-pembatasan berupa aturan-aturan untuk melindungi kepentingan nasabah serta untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Aturan-aturan inilah yang justru membatasi karyawan Bank dalam menggunakan kreativitasnya.

Creative service employees may be crucial in ensuring organizational performance. However, scant research has investigated the antecedents of service employee creativity. This study aims to analyze the influence of contextual factors include job complexity and job relationships with supervisor, co-workers and customers, with the creativity of employees, with conflict and role ambiguity, and intrinsic motivation as a mediator.
This study found that the relationship with co-workers in a positive and significant effect on role ambiguity. While other variables have no significant relationship with employee creativity. It can be caused due to the research carried out in a banking company that has the characteristics of "highly regulated", where there are always limitations in the form of rules to protect customers' interests and to maintain the stability of the financial system. The rules is what actually limits the Bank's employees in using creativity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S54987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belly Lesmana
"Anak muda merupakan generasi penerus bangsa ini. Kepada merekalah harapan atas perubahan kepada situasi bangsa dan negara yang lebih baik ditumpukan oleh kita semua. Harapan ini harus disertai oleh tanggung jawab dari kita semua untuk membentuk generasi muda yang dinamis, kritis, kreatif dan demokratis. Salah satu wujud tanggung jawab ini adalah mengupayakan pendidikan yang mampu melahirkan sosok-sosok manusia dengan kualitas-kualitas seperti yang telah disebutkan di atas. Pendidikan selayaknya mampu memanusiawikan peserta didiknya.
Yayasan PopCorner Indonesia merupakan salah satu organisasi non-profit dan nonpemerintah yang menaruh perhatian kepada pengembangan dan pemberdayaan anak muda. Orang-orang yang terlibat di dalam organisasi ini menyadari bahwa perubahan menuju masyarakat demokratis harus dilakukan melalui pemberdayaan dan pembekalan kepada generasi mudanya. Pemberdayaan yang menjangkau anak muda ini tidak akan mencapai hasil yang diharapkan bila tidak melalui media yang diakrabi oleh anak muda itu sendiri. Budaya popular dipilih sebagai media perantara karena anak muda mengakrabi semua hal yang terwakili dalam budaya popular itu, seperti: film, musik, karya tulis (iklan di media massa, cerpen, novel, dll) , olah raga, mode pakaian, dan masih banyak lagi. Hal-hal itulah yang datang menghampiri anak muda dalam keseharian mereka melalui berbagai media (seperti: majalah, koran, teievisi dan intemet) dan mereka melihat itu sebagai sesuatu yang memang sudah seharusnya, yang datang begitu saja tanpa mampu memberikan penilaian kritis atas produk-produk bud aya popular tersebut.
Upaya dan yayasan ini untuk mendampingi anak muda menggunakan metode pendidikan dialogis. Melalui metode tersebut, anak muda tidak dilihat sebagai sebuah obyek melainkan dipahami sebagai subyek pendidikan. Pemahaman ini membawa kepada sebuah proses saling belajar dan saling memahami, dimana di dalam proses tersebut terjadi dialog antara pendidik dengan peserta didik. Upaya ini menjadikan PopComer memiliki peran sebagai fasilitator dan motivator anak-anak muda tersebut. Masyarakat demokratis yang menjadi tujuan yayasan ini memiliki arti bahwa dalam masyarakat tersebut nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, kritis, inovatif dan keatif telah ada dan berkembang dalam kehidupan di dalam masyarakat itu. Aktualisasi nilai-nilai tersebut dalam komunitas yang dibangun bersama anak muda dipercaya oleh PopComer merupakan awal dari terbentuknya masyarakat madani (civil society).
Komunitas-komunitas yang terbentuk di anak muda setelah mereka mengikuti kegiatan PopComer merupakan sarana yang memudahkan PopComer untuk selalu berinterkasi dengan mereka. Komunitas-komunitas ini memiliki fungsi sebagai `ruang' untuk belajar bersama, baik antara PopComer dengan anak muda, maupun antar mereka sendiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dcskriptif Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena pendekatan ini mampu memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian secara mendalam dan menjangkau informasi informasi penting yang dapat lebih efektif melalui pembahasan dengan informan-informan kunci, kegiatan observasi lapangan dan penelaahan dokumendokumen yang ada. Berdasarkan kategorisasi kegunaan penelitian, maka penelitian ini dapat digolongkan kepada penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif ini sebenarnya digolongkan kembali kepada penelitian aplikasi.
Sumber data primer dikumpulkan melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview), dan pengamatan langsung/keterlibatan langsung dalam organisasi tersebut (observation), sedangkan data sekunder didapat melalui dokumen-dokumen, penelitianpenelitian terdahulu dan buku-buku literatur yang berhubungan dengan fokus penelitian. Data sekunder tersebut diperoleh selain keterlibatan peneliti dalam yayasan tersebut.
Kerangka Konseptual dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh dalam proses capacity building kepada anak muda merupakan modal budaya yang diperoleh melalui pendekatan pendidikan dialogis dan menggunakan media budaya popular.
Temuan penting di lapangan yaitu: 1 ) Proses pemberdayaan dan semua bentuk pendampingan kepada anak muda merupakan salah satu bagian dari capacity building. Proses lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan terus-menerus di dalam organisasi itu sendiri. Proses capacity building dalain organisasi ini penting karena proses pemberdayaan kepada anak muda bukanlah sebuah proses singkat dan langsung menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat, melainkan sebuah proses panjang yang membutuhkan dukungan dana dan ketersediaan sumber daya yang kuat. Keberlanjutan ini memiliki nilai penting karena didalamnya terletak tanggung jawab organisasi kepada masyarakatnya. 2) Pendidikan dialogis dan penggunaan media budaya pop merupakan sarana yang tepat dalam usaha mengeksplorasi kemampuan anak muda. 3) Program kegiatan yang dilaksanakan oleh yayasan PopComer hingga scat ini masih tergantung kepada pembiayaan yang didapat dari sponsor. Kelemahan ini pada akhirnya dapat menyebabkan yayasan tidak dapat melanjutkan programnya bila tidak ado sponsor yang mau memberikan dukungan dana."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Mulyadi
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rangsangan pengembangan kreativitas kepada anak-anak usia prasekolah (46 tahun) yang mengikuti kegiatan di beberapa Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Menyadari akan anti penting kreativitas bagi upaya pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, khususnya melalui perangsangan sejak usia dini pada anak-anak usia prasekolah, maka peneliti mencoba untuk menyusun suatu paket pelatihan pengembangan kreativitas bagi anak usia prasekolah.
Paket ini terdiri dari dua macam, pertama adalah paket pelatihan pengembangan kreativitas untuk anak; dan kedua adalah Paket pelatihan cara pengembangan kreativitas anak bagi ibu, agar dapat mengupayakan pengembangan kreativitas anaknya di rumah melalui kegiatan bermain.
Dalam pelaksanaannya, kelompok penelitian dibagi empat kelompok yaitu: (1) Kelompok anak memperoleh pelatihan dan ibu juga memperoleh pelatihan (AP-IP), (2) Kelompok anak memperoleh pelatihan tetapi ibu tidak memperoleh pelatihan (AP-ITP), (3) Kelompok anak tidak memperoleh pelatihan tetapi ibu memperoleh pelatihan (ATP-IP), (4) Kelompok anak tidak memperoleh pelatihan dan ibu juga tidak memperoleh pelatihan (ATP-ITP).
Sebelum pelatihan dimulai, kepada semua kelompok diberikan prauji Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT) Figural Form A. Kemudian kelompok (1) dan (2) memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas anak, sementara kelompok (1) dan (3) ibunya memperoleh paket pelatihan cara pengembangan kreativitas anak. Pada kelompok (2), ibunya tidak memperoleh paket pelatihan, pada kelompok (3) anak tidak memperoleh paket pelatihan dan pada kelompok (4) baik anak maupun ibu tidak memperoleh paket pelatihan. Pada akhir masa pelatihan, seluruh kelompok penelitian memperoleh pascauji TTCT Figural Form-A.
Sampel penelitian ini adalah anak usia 4-6 tahun yang mengikuti kegiatan di beberapa Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga buah hipotesis kerja ternyata ketiga-tiganya dinyatakan diterima. Hipotesis tersebut adalah :
Hipotesis Kerja I :
Peningkatan kreativitas pada anak usia prasekolah yang telah memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas secara bermakna Iebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak usia prasekolah yang tidak memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas.
Hipotesis Keria II :
Peningkatan kreativitas pada anak usia prasekolah yang ibunya telah memperoleh pelatihan cara pengembangan kreativitas anak secara bermakna Iebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak usia prasekolah yang ibunya tidak memperoleh pelatihan cara pengembangan kreativitas anak.
Hipotesis Kerja III :
Ada interaksi yang bermakna antara pemberian pelatihan pengembangan kreativitas anak dan pemberian pelatihan cara pengembangan kreativitas anak terhadap ibu dalam upaya peningkatan kreativitas anak usia prasekolah.
Secara keseluruhan berdasarkan basil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kreativitas anak usia prasekolah dapat ditingkatkan dengan upaya pengembangan kreativitas melalui kegiatan bermain; apakah dilakukan melalui pendekatan terhadap anak maupun ibu.
Efek pengembangan kreativitas akan menjadi maksimal apabila upaya pengembangan kreativitas pada anak usia prasekolah dilakukan melalui pendekatan terhadap anak dan ibu sekaligus.
Untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang, peneliti menyarankan agar juga dilibatkan anak-anak Taman Kanak-kanak di desa dan di tempat-tempat terpencil, anak-anak usia prasekolah yang tidak sempat mengikuti kegiatan Taman Kanak-kanak, serta melakukan penelitian mengenai potensi ibu dalam upaya pengembangan kreativitas anak di rumah.
Untuk penerapan paket pelatihan pengembangan kreativitas disarankan agar dapat dilaksanakan pada waktu liburan atau sore hari setelah jam sekolah dan dipertimbangkan penyusunan paket pelatihan yang diterapkan dalam waktu yang Iebih singkat namun dengan hasil yang lebih intensif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D220
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Vinandityo
"Menurut teori perkembangan, mahasiswa umumnya termasuk dalam rentang usia dewasa muda, dimana individu dihadapkan pada berbagai masalah, baik pada kehidupan di dalam maupun di luar kampus. Salah satu aset penting yang perlu dimiliki mahasiswa untuk menghadapi masalah-masalah serta memenuhi tugas perkembangannya adalah psychological well-being (PWB). Menurut literatur, studi mengenai PWB pada mahasiswa masih tergolong sedikit. Kreativitas merupakan elemen esensial pada kehidupan mahasiswa. Terdapat jenis kreativitas lain yang masih sedikit mendapat perhatian, yang disebut sebagai everyday creativity (EC). Kreativitas ini ditemukan berhubungan dengan psychological well-being, namun bagaimana kreativitas tersebut berperan dalam kehidupan mahasiswa masih belum banyak diketahui. Penelitian dilakukan pada sampel 120 mahasiswa Universitas Indonesia, menggunakan alat ukur Ryff’s Scales of Psychological Well-Being yang dikembangkan oleh Ryff (1989) dan Everyday Creativity Questionnaire yang dikembangkan Ivcevic & Mayer (2009). Hasil penelitian membuktikan terdapat hubungan signifikan antara everyday creativity dan psychological well-being.

According to a developmental theory, senior college students in general are in the stage of young adulthood, where they encounter various kinds of challenges, both in and outside the campus. One of the most important resources that help college students cope with these challenges and accomplish the development tasks required in this stage is psychological well-being (PWB). According to the literature, there are not many studies on the psychological well-being of college students. Creativity is an essential element in the university life. A form of creativity, called everyday creativity, is reported to be rather neglected in the research on creativity. Everyday creativity is reportedly related to psychological well-being, but not much is known about the role it plays in the everyday life of college students. A study is conducted to a sample of 120 college students of Universitas Indonesia, using Ryff’s Scales of Psychological Well-being and the Everyday Creativity Questionnaire. Results show there is a significant correlation between everyday creativity and psychological well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrin Putra Utama
"Penelitian terdahulu menemukan hasil yang tidak konsisten terhadap hubungan proaktivitas dan kreativitas. Penelitian terdahulu juga menunjukkan terdapat interaksi antara faktor individual dan lingkungan akan memengaruhi hubungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat interaksi faktor individual yaitu proaktivitas dan perilaku pencarian umpan balik serta faktor lingkungan yaitu umpan balik tugas dalam mempengaruhi kreativitas dengan menggunakan teori impression management sebagai kerangka teori. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dari karyawan pemasaran dari tujuh perusahaan di Indonesia (N = 256) dan dianalisis menggunakan PROCESS SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian umpan balik berperan sebagai mediator dalam hubungan proaktivitas dan kreativitas karyawan dan umpan balik positif berperan sebagai moderator dalam hubungan proaktivitas dan perilaku pencarian umpan balik. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa umpan balik positif dan negatif tidak berperan sebagai moderator pada efek tidak langsung proaktivitas pada kreativitas melalui perilaku pencarian umpan balik.

Previous research found inconsistent results on the relationship between proactivity and creativity. Previous research also showed that the interaction between individual and environmental factors determined Employee creativity. Thus, the current research aimed to investigate the interaction effect between individual factor, namely proactivity and feedback-seeking behaviour, and environmental factor, namely task feedback, on employee creativity. Impression Management Theory was employed as the framework theory. Data were collected using paper-and-pencil survey from seven companies in Indonesia (N = 256). Data were analysed using Hayes' PROCESS macro on SPSS.
The results indicated that feedback-seeking behavior mediated the relationship between proactivity and creativity. Moreover, positive task feedback moderated the relationship between proactivity and feedback-seeking behavior. However, task feedback did not moderate the indirect effect of proactivity and creativity through feedback-seeking behavior. Theoretical and practical implications were further discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudia Popy Sesilia
"Penelitian sebelumnya menemukan korelasi kecil pada  hubungan antara kepribadian proaktif dan kreativitas karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran mediasi perilaku menyuarakan pendapat dalam hubungan antara kepribadian proaktif dan kreativitas karyawan berdasarkan pendekatan trait activation theory. Survei dilakukan terhadap 289 karyawan dan 24 supervisor yang bekerja di divisi marketing dari 7 organisasi (manufaktur, perbankan, layanan fasilitas, dan ritel) di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan self-report untuk variabel prediktor dan supervisor-rating untuk variabel kriterion. Analisis mediasi sederhana menggunakan macro PROCESS dari Hayes pada program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek utama dari kepribadian proaktif pada kreativitas tidak signifikan. Selanjutnya, perilaku suara secara signifikan memediasi hubungan antara kepribadian proaktif dan kreativitas karyawan. Efek tidak langsung dari kepribadian proaktif pada kreativitas melalui perilaku suara signifikan. Implikasi teoretis dan praktis dari studi ini dibahas lebih lanjut.

Previous research found small correlation on the relationship between  proactive personality and employee creativity. The present study aims to investigate the mediating role of voice behavior in the relationship between proactive personality and employee creativity based on trait activation theoretical approach. A survey was conducted on 289 employees and 24 supervisors who were working in marketing division from 7 organizations (manufacture, banking, service facility, and retail) in Indonesia. The simple mediation analysis used Hayes PROCESS macro on SPSS program. The results revealed that main effect of proactive personality on creativity was nonsignificant. Furthermore, voice behavior significantly mediated the relationship between proactive personality and employee creativity as the indirect effect of proactive personality on creativity via voice behavior was significant. Theoretical and practical implications of the study are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiningtyas
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari peningkatan leader-member exchange terhadap motivasi karyawan dengan pemberian pelatihan komunikasi interpersonal pada atasan dalam Divisi EM di PT. XYZ. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan tipe penelitian action research. Jumlah responden dalam penelitian adalah sebanyak 41 orang karyawan pada level staf dan nonstaf yang berada dalam Divisi EM di PT. XYZ. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur leader-member exchange yaitu LMX-MDM dari Liden & Maslyn (1998) dan alat ukur motivasi kerja yang telah diadaptasi oleh Amaria (2000). Untuk menguji hipotesa penelitian, peneliti melakukan uji statistik multiple regression untuk mengetahui pengaruh LMX terhadap motivasi kerja.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari LMX terhadap motivasi kerja dengan dimensi kontribusi dan loyalitas sebagai pemberi kontribusi terbesar. Berdasarkan hasil tersebut peneliti menetapkan intervensi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan memberikan pelatihan komunikasi interpersonal pada atasan. Kemudian peneliti melakukan uji beda pada skor LMX sebelum dan sesudah diberikan intervensi juga pada skor motivasi kerja, sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Hasilnya adalah tidak ada perbedaan antara skor LMX sebelum dan sesudah diberikan intervensi dan juga tidak ada perbedaan antara skor motivasi kerja sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Hal ini disebabkan karena jarak waktu post test yang terlalu singkat sehingga atasan belum dapat mengimplementasikan hasil dari pelatihan dalam pekerjaan sehari-hari yang akan berdampak pada persepsi bawahan akan kualitas hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan.

The study was conducted to observe the effect of an enhancing in leader-member exchange on employee motivation by providing interpersonal communications training for supervisors in the Division of EM in the PT. XYZ. This study uses quantitative and qualitative approaches to research and action research type of design. Number of respondents in the study is 41 employees in EM Divisions in PT. XYZ. Measuring devices used in this study is aan attitudinal scale, leader-member exchange - LMX-MDM from Liden & Maslyn (1998) and work motivation tool that has been adapted by Amaria (2000). To test the hypothesis of the study, researchers conducted a multiple regression statistical test to determine the effect of LMX on work motivation.
Calculation results indicate that there are significant effects of LMX on work motivation and further test show that loyalty and contribution dimension form LMX are giving the largest contribution to work motivation. Based on these results the researchers determine appropriate interventions to address the problem by providing interpersonal communications training for supervisors. Then the researchers conducted a comparison test in LMX scores before and after the intervention also provided motivation to work on the score, before and after the intervention.
The result is no difference between LMX scores before and after intervention and also no difference between scores before and after work motivation is given intervention. This is due to post-test interval is too short so that the supervisors can not implement the results of training in the daily work that will impact on the subordinate's perception of the quality of mutual relations between superiors and subordinates.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30991
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Setiawan
"Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara leadership emergence dan kreativitas karyawan pada perusahaan event organizer dan content creator dengan menggunakan analisis jaringan sosial serta memberikan rekomendasi alternatif bagi industri untuk meningkatkan leadership emergence antara karyawan dan meningkatkan kreativitas karyawan untuk merespon terhadap perubahan. Penelitian ini dilakukan pada enam perusahaan yang termasuk kategori event organizer dan content creator dengan total jumlah responden sebanyak 73 orang. Untuk mengukur leadership emergence, penelitian ini menggunakan analisis jaringan sosial dengan melihat nilai kepadatan jaringan dan nilai centrality masing-masing perusahaan untuk mengidentifikasi aktor-aktor yang berpengaruh dalam proses leadership emergence. Pengukuran hubungan antara leadership emergence dan kreativitas karyawan dalam penelitian ini menggunakan nilai pearson correlation test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara leadership emergence dengan kreativitas karyawan pada perusahaan event organizer dan content creator serta jaringan kepemimpinan karyawan perusahaan event organizer dan content creator terdesentralisasi

The purpose of this study is to analyze the relationship between leadership emergence and employee creativity in event organizer and content creator companies using social network analysis and provide alternative recommendations for the industry to increase leadership emergence among employees and increase employee creativity to respond to change. This research was conducted on six companies that are included in the category of event organizers and content creators with a total number of 73 respondents. To measure leadership emergence, this study uses social network analysis by looking at the network density and centrality values ​​of each company to identify the influential actors in the leadership emergence process. Measurement of the relationship between leadership emergence and employee creativity in this study used the Pearson correlation test. The results show that there is a relationship between leadership emergence and employee creativity at event organizer and content creator companies, also employee’s leadership networks at event organizer and content creator companies are decentralized."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>