Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92472 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Infa Wilindaya
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang peran dan dinamika Kepemimpinan Amien Rais sewaktu menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang terpilih pada Muktamar ke 40 di Banda Aceh, periodesasi 1995-2000. Namun, pasca tumbangnya rezim Orde Baru, pada tahun 1998, Amien Rais bersama tokoh-tokoh bangsa lainnya menggagas Reformasi. Merasa perjuangan belum usai, Amien Rais memilih untuk mendirikan partai politik sebagai wadah perjuangan kebangsaannya. Karena di dalam persyarikatan melarang adanya rangkap jabatan apalagi partai politik, Amien Rais menyudahi kepemimpinannya pada bulan Agustus 1998 di hadapan Ketua-Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah tingkat propinsi Se-Indonesia, dan digantikan oleh Buya Syafi?i Ma?arif sampai berlangsungnya Muktamar selanjutnya yakni pada Tahun 2000.
Muhammadiyah sendiri yang saat ini sudah berumur 101 Tahun, sampai sekarang masih tetap pada Khittah nya sebagai organisasi sosial da?wah kemasyarakatan amar ma?ruf nahi munkar, menyatakan tetap tidak berafiliasi dengan partai politik ataupun kegiatan politik praktisnya, namun tidak menghalangi bagi siapapun kadernya, yang mempunyai minat terhadap politik, tetap berusaha melek politik tetapi tidak alergi politik. Sikap ini tercermin dalam sepak terjang simbolnya, yakni pemimpin-pemimpin teras (baca : Ketua) dari awal berdirinya. Sampai ke periode Amien Rais, yang berlatar pendidikan Ilmu Politik, tamatan Amerika tentunya ini mempengaruhi gaya dan karakter kepemimpinannya.
Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrument wawancara mendalam dan studi dokumen. Adapun Hasil penelitian ini sebagai berikut : Pertama, Amien Rais dalam kepemimpinannya menggunakan pola kepemimpinan karismatis dan transformatif sehingga cenderung tidak terjadi perpecahan di tubuh Muhammadiyah dalam menyikapi perubahan orde kepemimpinan nasional. Kedua, Perubahan Perilaku politik Muhammadiyah dari yang awalnya hanya mengurus sosial agama menjadi High Politics adalah selain karena kekharismatisan Amien Rais, juga disebabkan tuntutan zaman pada waktu itu bahwa persoalan keummatan juga tergantung dari kebijakan politiknya.

ABSTRACT
This thesis is discusses about the role and dynamics of leadership when Amien Rais served as Chairman of the Muhammadiyah Central Executive, which is elected at the 40th Congress in Banda Aceh, 1995-2000 periodization. However, because the post-collapse regime, in 1998, Amien Rais with the other national leaders at that time initiated the Reformation. Feel the fight is not over, Amien Rais chose to set up as a forum for political parties struggle nationality. Because in trust prohibits double post especially political parties, Amien Rais finished the leadership in August 1998 in the presence of the Chairmans of Muhammadiyah Regional Leadership Provincial Se-Indonesia, and was replaced by Buya Syafi?i Ma?arif until the course of the next congress in 2000.
Although Muhammadiyah now 101 years old, it still remains in its Khittah as civil society organizations proselytizing enjoining evil, states still are not affiliated with any political party or political activities practical, but not block for anyone cadres, who have an interest in politics, political literacy still trying but not political allergies. This attitude is reflected in the actions of its symbol, the terrace leaders (read: Chairman) from its inception. Up to a period of Amien Rais, a political science education background, America graduate course this affects the style and character of its leadership.
This research approach using qualitative methods with descriptive design. Data was collected using in-depth interviews instrument and document research. The results of this study as follows: First, Amien Rais in his leadership using charismatic and transformational leadership patterns that tend not Muhammadiyah schism in the body in response to changes in the order of the national leadership. Second, except Amien Rais charismatic leadership, changes in the political behavior of the initially Muhammadiyah social care only religion into High Politics is indeed due to the demands of fashion at that time that the problems of public also depends on the existing policy.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1999
320.959 8 CIK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Dwi Lestari
"Pada pemerintahan Orde Baru di Indonesia, komunikator politik yang sangat berpengaruh adalah dari pihak pemerintahan. Karena pada saat itu pemerintah cenderung menekan' pihak yang menyuarakan hal-hal negatif tentang pemerintahan. Namun, ada juga segelintir orang yang secara vokal mengungkapkan opininya menentang pemerintah. Ketika angin reformasi mulai bertiup di Indonesia, mulai bermunculan komunikator-komunikator politik yang berani mengeluarkan pendapatnya dan mengkritik pemerintahan serta mengharapkan Soeharto selaku Presiden saat itu untuk mengundurkan diri. Pada era peralihan itulah komunikatorkomunikator politik selaku opinion leader mulai unjuk diri. Salah satu komunikator politik yang berpengaruh dalam proses peralihan dari Orde Barn menuju Orde Reformasi adalah Amien Rais. Pada masa 'perjuangan' rakyat dalam menuinbangkan Orde Barn, opini-opininya menjadi sangat diperhitungkan. Ia beropini tentang kekuasaan rezim Orde Baru, yaitu rezim Soeharto. Bahkan sejak tahun 1994, sendirian ia sudah berani menggagas tentang suksesi. Amien kemudian dianugerahi sebagai Man of the Year tahun 1997 oleh majalah Ummat dan diberi gelar Bapak Reformasi oleh mahasiswa 1PB. Tetapi sejalan dengan perkembangan situasi politik di Indonesia dan perubahan peran Amien Rais sebagai komunikator politik, mulai timbul kritik-kritik terhadap Amien. Dimana awalnya ia disebut `cendekiawan moralis', yang seringkali memberi masukan dan kritikan kepada pemerintah, kemudian mulai terjun ke dalam politik praktis dengan menjadi Ketua PAN, sampai akhirnya Amien menjadi Ketua MPR. Banyak kritikan dari berbagai kalangan, terutama mahasiswa, yang mengatakan bahwa Amien tidak konsisten dalam pernyataan politiknya. Terutama menyangkut masalah pengusutan kasus KKN Soeharto. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna dibalik tanda-tanda dalam pesan politik Amien Rais, khususnya mengenai Soeharto dan pengusutan kasus KKN Soeharto. Dengan demikian dapat terlihat apakah sejalan dengan perubahan peran Amien sebagai komunikator politik dan situasi politik di Indonesia, maka penggunaan tanda-tanda dalam pesan politik Amien juga mengalami pergeseran. Dengan mencari makna dari tanda-tanda dalam pesan politik Amien dan dikaitkan dengan konteks, maka akan dapat dilihat apa yang menjadi motif Amien dalam menggunakan tanda-tanda tersebut. Dalam mencari makna dari pesan politik Amien Rais tersebut, peneliti menggunakan metode analisis isi semiotika. Peneliti mencari pernyataan-pernyataan Amien mengenai kasus Soeharto yang dimuat di media cetak (surat kabar). Kemudian pernyataan tersebut diamati dan dicari `retak teks'-nya, yaitu tanda atau bagian dari teks yang patut dipertanyakan lebih lanjut. Dari hasil analisis terhadap pesan politik Amien Rais, ternyata peneliti menemukan pergeseran penggunaan tanda-tanda dalam pesan politiknya. Sehingga terdapat penggambaran yang tidak konsisten mengenai Soeharto dan kasus KKNnya. Perubahan tersebut setelah dinterpretasi ternyata berkaitan dengan perubahan peran Amien sebagai komunikator politik dan situasi politik Indonesia pada saat itu. Dan perubahan itu juga berkaitan dengan motif Amien dalam menggunakan tandatanda dalam pesan politiknya. Terlihat bahwa Amien menggunakan tanda-tanda dalam pesan politiknya dengan tujuan dan kepentingan tertentu, sesuai dengan posisinya sebagai komunikator politik dan situasi politik di Indonesia saat itu. Pada saat Amien masih merupakan aktivis pemuka pendapat, ia menggunakan pesan politiknya untuk menunjukkan identitas dirinya, yaitu sebagai seorang reformis. Ketika ia menjadi Ketua PAN dan menjadi salah satu calon kuat Presiden RI 2000-2004, selain sebagai identitas diri, ia juga mulai menggunakan pesan politiknya untuk mendapatkan dukungan, baik dari masyarakat, tokoh politik dan masyarakat internasional. Setelah ia menjadi Ketua MPR, Amien menggunakan pesan politiknya untuk `menjaga' kedudukannya. Jika dilihat dari segi Ilmu Komunikasi Politik, Amien Rais adalah seorang komunikator politik yang baik, karena ia mengggunakan tanda-tanda dalam pesan politik sesuai dengan konteks politik saat itu dan untuk kepentingan tertentu. Dengan demikian, komunikator politik dalam menyampaikan pesan politiknya tidak bisa terlepas dari lingkungan politik dimana ia berada. Disini terlihat bahwa Amien menggunakan tanda-tanda dalam pesan politiknya untuk tujuan dan kepentingan tertentu. Untuk itu kita sebagai komunikan politik hams bisa melihat makna dari pesan politik yang disampaikan oleh para komunikator politik, terutama mereka yang menjadi opinion leader. Dalam melihat makna dari pesan politik itu kita juga melihat konteksnya sehingga kita dapat memahami makna keseluruhannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asman Abnur
Singapore: Stamford Press, 2003
923.2 MOH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarno
"Secara umum tesis ini berusaha mendeskripsikan beberapa aspek yang terkait dengan dinamika pemikiran dan aksi-aksi politik Amien Rais: faktor-faktor yang mempengaruhinya, tema-tema yang digagasnya, fase-fase perjalanan politiknya, kontribusinya dalam pengembangan wacana demokratisasi dan tipologi pemikiran politiknya.
Penelitian tesis ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui studi pustaka dan observasi lapangan: wawancara dengan Amien Rais dan menghadiri berbagai forum di mana Amien Rais tampil sebagai pembicara utama atau forum yang membahas Amien Rais, Pendekatan penelitian ini dimaksudkan untuk melacak akar pemikiran Amien Rais dengan jalan mendeskripsikan proses sosialisasi yang dialami Amien Rais di masa lalu, nilai-nilai yang terinternalisasi dalam dirinya dan turut membentuk kepribadian dan corak berpikirnya serta obsesi Amien Rais tentang kehidupan politik yang ideal.
Dalam penelitian ini ditemukan ada empat faktor utama yang turut membentuk kepribadian politik dan corak berpikir Amien: lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, Muhammadiyah dan spirit ajaran Islam yang dipahaminya. Keempat faktor tersebut saling mempengaruhi pemikiran, sikap dan aksi-aksi politik Amien Rais yang berani, lugas, kritis dan mengedepankan moralitas politik. Keluarganya, khususnya figur sang ibu, mengajarkan sikap tegas dan mengatakan apa adanya, pendidikan, khususnya pendidikannya di Barat, mempengaruhi sikapnya yang terbuka, transparan, demokratis dan cenderung liberal, Muhammadiyah mempengaruhi komitmennya pada nilai-nilai pembaruan, persamaan, egalitarianisme dan beramar ma'ruf nahi munkar; dan ajaran Islam yang diyakininya mengajarkan nilai-nilai tauhid yang dielaborasi menjadi tauhid sosial sebagai spirit seluruh pemikiran dan sikap politiknya.
Selain itu, penelitian ini juga mengkaji tema-tema pokok yang menjadi perhatian Amien sebagai wacana akademis yang. Seperti pandangannya tentang konsepsi negara dalam Islam yang digagasnya sejak awal 1980-an, tauhid sosial yang dipopulerkannya pada pertengahan 1990-an, diskursus demokrasi, moralitas politik dan kekuasaan politik yang direnungkannya pada akhir karier akademiknya sebagai Guru Besar Ilmu Politik UGM tahun 1998.
Tesis ini juga mengkaji bagian penting lain dari Amien Rais, yakni evolusi perjalanan politiknya dan sekaligus metamorfosis pemikiran politiknya. Bagian ini bisa disimak dalam tiga fase perjalanan politik Amien Rais: fase intelektual atau ilmuwan politik (political scientist), fase moralis-politik dan fase Amien Rais sebagai aktor politik. Selain itu dikemukakan dua pola artikulasi yang dilakukan Amien: gerakan moral-seperti tercermin dalam dua fase pertama perjalanan politiknya---dan gerakan politik yang tercermin pada fase ketiga ketika ia "berijtihad" meninggalkan gerakan moral dan melengserkan diri dari kepengurusan Muhammadiyah serta memproklamirkan diri sebagai politisi.
Metamorfosis politik Amien Rais dari tokoh umat-yang dicitrakan sektarian, radikal, anti-Barat dan fundamentalis-menjadi tokoh bangsa yang nasionalis, demokratis, pluralis dan inklusif, juga merupakan bagian penting yang berhasil dikaji dalam tesis ini.
Bagian lain yang cukup menarik adalah tipologi pemikiran politik Amien Rais. Setelah mengkaji berbagai tipe pemetaan politik yang dilakukan oleh beberapa ahli, dalam dan luar negeri, penelitian ini mencoba untuk menawarkan format pemetaan pemikiran politik Amien Rais. Amien adalah wakil generasi baru Islam politik yang modernis-Islamis tetapi inklusif-pluralis dan substansialis."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Alimin
Yogyakarta: KLIK R, 2004
297.6 ANT a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlul Hanif
"HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) merupakan salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia. Perjalan HMI hingga saat ini seringkali dipenuhi dengan dinamika baik di Internal maupun eksternal organisasi. Penelitian ini meneliti peranan kepemimpinan dan strategi organisasi dalam menghadapi dinamika lingkungan eksternal berupa munculnya PB HMI yang diketuai Adi Baiquni dan periode kepengurusan yang berada pada momentum pemilihan umum tahun 2014. Tiga rumusan pertanyaan penelitian yaitu ; 1) Apa strategi organisasi PB HMI periode 2013 ? 2015 yang dipimpin oleh Arif Rosyid dalam menghadapi dinamika lingkungan eksternal organisasi ? 2) Kenapa memilih strategi tersebut sebagai upaya dalam menghadapi dinamika lingkungan eksternal organisasi ? 3) Bagaimana peranan kepemimpinan dalam implememtasi strategi organisasi dalam menghdapi dinamika lingkungan eksternal organisasi ?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pemilihan informan ditentukan secara purposive sampling yaitu dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan yang dipilih dengan pertimbangan tertentu serta melakukan studi dokumentasi.
Secara ringkas dari temuan hasil, tesis menghasilkan bahwa dua kondisi lingkungan eksternal ini menuntut PB HMI periode 2013-2015 melakukan strategi untuk menghadapinya, diantaranya adalah dengan menjalin kerja sama dengan organisasi lain dan memanfaatkan budaya organisasi yang ada. Pilhan strategi dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan juga Arif Rosyid berperan langsung pengimplementasian strategi yang telah ditetapkan tersebut. Namun disisi lain kepemimpinan Arif Rosyid juga digugat oleh beberapa orang pengurusnya yang menilai ada bebarapa hal yang tidak sesuai dengan aturan organisasi.

HMI (Islamic Student Association) is one of the largest student organization in Indonesia. HMI journey to this day is often filled with dynamics in both Internal and external organizations. This research examines the role of organizational leadership and strategy in the face of dynamic external environment such as the emergence of PB HMI chaired by Adi Baiquni and period of stewardship that are on the momentum of 2014 elections. Formulation three research questions namely; 1) What organizational strategy PB HMI period from 2013 to 2015, led by Arif Rosyid in the face of dynamic external environment? 2) Why did you choose such a strategy as an effort in the face of dynamic external environment? 3) How is the role of leadership in face organizational strategy dynamics in the external environment of the organization?
This study used qualitative research methods to the informant selection techniques are determined by purposive sampling is to perform interviews with informants selected for certain considerations as well as to study the documentation.
In summary of the findings, the thesis that the two conditions result in the external environment is demanding PB HMI 2013-2015 period pursuing a strategy to deal with, such as by cooperating with other organizations and take advantage of the existing organizational culture. Choice of strategy is done by a variety of considerations and also contribute directly Arif Rosyid implementation of the strategy has been set. On the other hand Arif leadership Rosyid also sued by several people there bebarapa managers who assess the things that are not in accordance with the rules of the organization.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamrin
"Tokoh oposisi yang bersifat affirmatif, meskipun kritis terhadap bentuk-bentuk system politik nondemokratis sedikit jumlahnya. Karena penelitian tentang transisi menuju demokrasi cenderung menempatkan tokoh masyarakat sipil dengan masyarakat politik secara berbeda Penelitian tentang gagasan demokrasi oleh tokoh oposisi yang mengandung unsur kritis sekaligus affirmatif diperlukan, agar bisa menyatukan unsur masyarakat politik dengan masyarakat sipil Sifat affirmatif dan kritis tersebut merupakan dua unsur kepribadian yang harus dimiliki dalam proses transisi menuju demokrasi, karena transisi menuju demokrasi tidak hanya menyangklut proses liberalisasi, tetapi juga menyangkut proses konsolidasi demokrasi yang membutuhkan kerjasama antara masyarakat sipil dengan masyarakat politik. Salah satu tokoh oposisi yang bersifat affirmatif, tetapi sekalgus kritis terhadap rejim otoritarian adalah Amier Rais.
Penelitian ini difokuskan kepada gagasan demokrasi Amien Rais sejak dia menjabat Ketua Umum organisasi Muhammadiyah pada tahun sebagai tokoh Masyarakat Sipil sampai dengan menduduki jabatan Ketua Umum Partai Amanat Nasional sebagai tokoh Masyarakat Politik pada tahun 2005. Permasalahan yang diajukan mengenai bentuk gagasan demokrasi Amien Rais ini adalah bagaimanakah gagasan demokrasi yang diajukan Amien Rais ini bisa menjembatani hubungan antara Masyarakat Sipil dengan Negara (Masyarakat Politik). Untuk Menjawab permasalahan tersebut dipinjam teori transisi menuju demokrasi oleh Adam Prezezowski, teori gagasan demokrasi oleh Uhlin yang digunakan untuk menjelaskan gagasan-gagasan sepsifik demokrasi yang dikemukakan oleh Amien Rais.
Dengan menggunakan studi pustaka, dikumpulkan data-data yang kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa kualititaif. Dari analisa tersebut penulis menemukan bahwa gagasan demokrasi Amin Rais bersifat kritis dalam proses liberalitas, serta bersifat affirmatif pada saat proses konsolidasi demokrasi.

Although they are critical towards any forms of non-democratic political system, only few of opposition figures are affirmative in nature. This is because studies about transition towards democracy tend to place the figures of civil society and political society differently. Study about ideas on democracy held by an opposition figure that is critical as well as affirmative is needed in order to integrate political society with civil society. The affirmative and critical nature are two personality traits that should be possessed in the process of transition towards democracy, because transition towards democracy is not related with the process of liberalization only, but also with the process of consolidation of democracy that requires cooperation among civil society and political society. One of the opposition figures, which is affirmative but also critical towards authoritarian regime, is Amien Rais.
This study focuses on the ideas of democracy held by Amien Rais since he was the Chairman of Muhammadiyah organization and as the Civil Society figure in 1994 until he became the Chairman of National Mandate Party and as the Political Society in 2005. The research problem is about the ideas of democracy held by Amien Rais that include how these ideas of democracy that are proposed by Amien Rais, can bridge relationship between Civil Society and the State (Political Society). To answer that problem, this study uses theory of transition towards democracy by Adam Prezezowski and theory of ideas of democracy by Uhlin, which are employed to explain specific ideas of democracy voiced by Amien Rais.
By using library research, the data is collected and analyzed through qualitative analysis. From such analysis, the researcher finds that ideas of democracy held by Amien Rais are critical in the process of liberality and affirmative during the process of consolidation of democracy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gema Insani Press, 1998
923.2 MUH a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Mizan, 1999
172 AMI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>