Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muji Rahadi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat clinical pathway dan perhitungan cost of treatment
hemodialisa serta melihat gambaran benefisitas biaya hemodialisa dengan sistem KSO dan
dikelola sendiri di RSUD Subang tahun 2013. Cost of treatment hemodialisa dengan sistem
KSO dan dikelola sendiri adalah hasil perhitungan biaya langsung dan tidak langsung dengan
kombinasi metode Activity Based Costing (ABC) dan Simple Distribution sesuai dengan
clinical pathway hemodialisa. Cost diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara
cost of treatment masing-masing penjamin dengan jumlah tindakannya dalam satu bulan.
Pendapatan diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara tarif rumah sakit kepada
masing-masing penjamin dengan jumlah tindakan dalam satu bulan. Hasil analisis benefisitas
biaya hemodialisa ternyata sistem KSO lebih menguntungkan dibandingkan dengan dikelola
sendiri.

ABSTRACT
This study was conducted to look at clinical pathways, calculation of cost of treatment of
hemodialysis and to figure of the level of benefits of cost of hemodialysis either by the
KSO and self-managed system in Subang District Hospital in 2013. Cost of hemodialysis
treatment both by the KSO and self-managed system is the calculation of direct and indirect
costs with a combination of Activity Based Costing (ABC) and Simple Distribution,
according to clinical pathways of hemodialysis. Cost obtained it by summing the results of
multiplying the cost of treatment of each guarantor with the number of actions in a single
month. Revenues obtained by summing the multiplication of hospital rates for each
guarantor with the amount of action in a single month. The results of the analysis of the level
of benefits of cost of hemodialysis appeared the KSO system was more profitable than the
self-managed."
Universitas Indonesia, 2013
T35373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Budhy Suwono
"ABSTRAK
Perbandingan Layanan Hemodialisis Rawat Jalan Antara Sistem Outsourcing Dan Sistem KSO Ditinjau Dari Segi Biaya Dan Kebijakan Di rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 merupakan gambaran layanan hemodialisis rawat jalan di Rumah Sakit Puri Cinere.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keuntungan dan kerugian layanan hemodialisis bila dijalankan dengan sistem outsourcing dan bila dijalankan dengan sistem KSO, mengetahui biaya satuan rata-rata hemodialisis rawat jalan dengan sistem outsourcing yang selama ini dilakukan di Rumah Sakit Puri Cinere, mengetahui biaya satuan rata-rata tindakan hemodialisis rawat jalan dengan sistem KSO yang akan menjadi alternatif pilihan, mengetahui sistem mana yang lebih menguntungkan bagi Rumah Sakit Puri Cinere antara sistem outsourcing dan KSO, mengetahui kebijakan Rumah Sakit Puri Cinere terhadap layanan hemodialisis yang berlangsung saat ini. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan partial economic evaluation. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menghitung biaya satuan yang menjadi dasar dalam penetapan tarif tindakan hemodialisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam untuk memperoleh informasi mengenai dasar pemilihan sistem outsourcing yang sedang berjalan saat ini dan rencana selanjutnya setelah masa kontrak outsourcing telah berakhir.
Hasil penelitian menunjukkan biaya investasi gedung merupakan biaya yang paling tinggi dalam biaya investasi dan biaya investasi alat non medis merupakan biaya yang paling rendah dalam biaya investasi. Biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem Outsourcing tahun 2013 lebih tinggi daripada biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem KSO. Biaya satuan aktual tindakan hemodialisis dengan sistem outsourcing lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Biaya satuan normatifnya juga lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Pada tindakan hemodialisis dengan sistem KSO biaya satuan aktual dan biaya satuan normatif lebih rendah daripada tarif yang berlaku di RS Puri Cinere. CRR dengan sistem outsourcing lebih rendah (109,06%) dibanding dengan CRR sistem KSO (121,63%), yang artinya sistem KSO lebih memberikan benefit dibandingkan sistem outsourcing. Kebijakan rumah sakit terhadap layanan hemodialisis setelah habis masa kontrak dengan pihak outsourcing tergantung negosiasi antara kedua belah pihak, jika diperpanjang maka persentase bagi hasil harus dievaluasi, jika tidak bisa dievaluasi maka kontrak tidak diperpanjang lagi. Dengan demikian KSO dapat menjadi alternatif pilihan.

ABSTRACT
Comparison Outpatient Hemodialysis Patient Between Outsourcing System And Join Operational System Consideration Cost Factor And Hospital Policy At Puri Cinere Hospital In 2013 is a description of comparison outpatient at Puri Cinere Hospital.
This Study is to compare the advantage and disadvantage hemodialysis service in outsourcing system and join operational system, to determine outpatient average cost unit in outsourcing sistem undergo at Puri Cinere Hospital, to determine average outpatient cost unit in join operational system to become alternative choice, to determine which system give more advantage to Puri Cinere Hospital between outsourcing system and join operational system, to determine hospital policy to undergo hemodialysis service. This study uses a case study with partial economic evaluation approach. A quantitative approach is done by calculating cost unit that become the basic of determining of hemodialysis tariff. A qualitative approach is done by deep interview to gain information about the basic choice undergo outsourcing system and futher plan after the end of the outsourcing period.
The result showed that building investment is the highest cost in investment cost, and non medic investment is the lowest cost in investment cost. Total cost of hemodialysis in outsourcing system in 2013 is higher than join operational system. The actual cost and the normative cost unit of hemodialysis service with outsourcing system is lower than Puri Cinere Hospital hemodialysis service tariff. The same condition happen in Join Operational system. Cost Recovery Rate (CRR) in outsourcing system is lower (109.06%) than CRR in Join Operational System (121.63%), The Illustration above shows that the Join Operational System give more advantage compare to outsourcing system. Hospital policy to hemodialysis service after the end of the period with outsourcing depends on negotiation between two sides, and must be evaluated especially in terms of cost sharing. The result of this negotiation could become a basic to take a further decision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismayati
"Kasus gagal ginjal kronik pada masyarkat perkotaan meningkat kejadiannya setiap tahun. Sebagai dampak dari gaya hidup yang serba instan. Pasien yang mengalami gagal ginjal pada stadium akhir menjalani program hemodialisa sebagai terapi modalitas penganti ginjal. Ketaatan dan kepatuhan dalam menjaga keseimbangan cairan adalah kunci dalam menjaga dari komplikasi kelebihan cairan. Kepatuhan untuk menjaga keseimbangan cairan harus muncul dari diri pasien sendiri dengan cara menumbuhkan efikasi diri pasien dalam menjalankan program terapi. Untuk menumbuhkan efikasi diri dilakukan dengan memberika discharge planning terstruktur. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran keefektifan discharge planning terstruktur terapi efikasi pada pasien dengan gagal ginjal kronik di daerah perkotaan.

As the result of instant life style, the incidence of chronic kidney disease (CKD), among urban citizen is rapidly increasing annually. Patient with end stage renal failure will undergo hemodialysis to replace their kidney fungtion. Obedience in maintaining balance fluid intake is the key success to prevent complication. The obedience should come from the awareness of the patient by developing self efficacy in undergoing the therapy. Self efficacy can be developed by giving structurized discharge planning this report aim to describe the effectiveness of discharge planning program for self efficacy of patient with ckd.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hidayati
"Konseling analisis transaktional merupakan bentuk konseling yang dapat diterapkan untuk mengatasi kenaikan interdialytic weight gain pada pasien chronic kidney disease. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas konseling analisis transaktional tentang pembatasan cairan terhadap penurunan interdialytic weight gain pada pasien chronic kidney disease yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan pretest-posttest control group. Responden penelitian ini sebanyak 24 responden. Analisis bivariat dan univariat menggunakan uji statistik t-test dan annova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling analisis transaktional berpengaruh terhadap penurunan interdialytic weight gain dengan nilai p=0,0003. Perawat disarankan menerapkan konseling analisis transaktional ini guna mengantisipasi peningkatan interdialytic weight gain yang berlebihan.

Transactional analysis counseling is a tipe of counseling that can be applied to addres of interdialytic weight gain in patients with chronic kidney disease. The goal of this research was to determine the effectiveness of transactional analysis counseling on a fluid restriction interdialytic weight gain in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis. This study used a quasi experiment design approach to pretest-posttest control group. The respondents of this study were 24 patients. Univariate and bivariate analyzes were using the statistical of test t-test and ANNOVA. The study conclude that transactional analysis counseling effects the in reducting of interdialytic weight gain with p = 0.0003. Therefore, nurses are advised to apply transactional analysis counseling to anticipate interdialytic weight gain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T32526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epi Rustiawati
"Adekuasi hemodialisis tercapai dengan terpenuhinya dosis sesuai kebutuhan pasien untuk mendukung pasien mampu hidup secara optimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan dosis dengan adekuasi pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Serang Banten.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi melibatkan 46 pasien hemodialisis dengan tehnik purposive sampling. Variabel penelitian ini meliputi durasi HD, quick of blood, dan adekuasi dengan perhitungan rumus Kt/V.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara durasi HD dengan adekuasi hemodialisis. Rerata adekuasi hemodialisis pasien 1,6. Seluruh pasien menjalani hemodialisis dengan frekuensi 2 kali per minggu dengan durasi HD 4-5 jam, quick of blood 200-265 ml/mt.
Hasil pemodelan menunjukan durasi HD berkontribusi paling besar terhadap adekuasi setelah dikontrol oleh jenis kelamin, ukuran tubuh, lama menjalani terapi, akses vaskuler, dan dialiser pengunaan ulang. Perawat perlu memperhatikan pengaturan durasi HD untuk mencapai adekuasi hemodialisis yang optimal.

The adequacy of hemodialysis can be achieved by meeting the needs of hemodialysis patients given, in order that the patients able to life optimally. The purpose of this research was to identify the correlation between dose with adequacy on patients undergoing hemodialysis at RSUD Serang Banten.
Description correlation involved 46 patients hemodialysis with technical purposive sampling. This study observed the duration of hemodialysis, quick of blood, and adequacy with Kt/V formula.
There was significant corelation between the duration of hemodialysis and adequacy. The average of hemodialysis adequacy patients 1,6, twice per week by 4 - 5 hours, quick of blood 200-265 ml/mt.
The modelling result that duration of hemodialysis the most contributed to the adequacy after being controlled by sex, body size, vintage of hemodialysis therapy, vascular access, and dialyzer reuse. The nurses need to pay attention to the duration to achieve optimal adequacy hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oky Noviandry Nasir
"Hemodialisis merupakan tatalaksana renal replacement yang tersering pada pasien gagal ginjal kronik stadium 5, Akses vaskular dan morbiditas sebagai akibat komplikasi akses merupakan penyebab utama perawatan di rumah sakit. Pada tahun 1989 sampai sekarang posisi tip pada pemasangan kateter double lumen masih belum ada keseragaman. Inti dari perbedaan
ini adalah kepentingan terhadap keselamatan pasien dan keinginan untuk kinerja kateter yang optimal dalam hal ini untuk akses hemodialisa yang adekuat. Rancangan penelitian adalah sebuah penelitian prospektif potong lintang terhadap pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa dengan menggunakan CDL tunneling. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
korelatif, mencari korelasi antara posisi tip CDL tunneling dengan lancar atau tidak lancarnya selang CDL dan kekuatan tarikan quick blood saat hemodialisa. Hasil yang didapatkan posisi rontgen thorax CAJ lebih memberikan kenyamanan pada pasien dibandingkan dengan posisi
SVC. Uji statistic menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Ro Thorax dengan kenyamanan (p<0.05). Posisi tip di SVC memiliki blood flow <300 mL. sedangkan pada pasien dengan posisi tip di CAJ memiliki blood flow >300 mL. Uji statistic menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara ro thorax dengan blood flow (p>0.05).

Hemodialysis is the most common procedure of renal replacement in patients with stage 5 chronic renal failure, vascular access complications and morbidity as a result of access is a major cause of hospitalization. In 1989 to the present position of the tip of double lumen catheter is still no uniformity. The core of this difference is of interest to patient safety and the desire for optimal performance in terms of catheters for hemodialysis access adequate. The study design was a prospective cross-sectional study of patients with renal failure undergoing hemodialysis using tunneling CDL. This research is a correlative analytic, looking for a correlation between the position of the tunneling tip CDL smoothly or not smooth hose pull quick CDL and force of blood when hemodialysis. The results obtained CAJ thorax X-ray positioning more comfortable for patients compared to the SVC. Statistical test shows that there is a significant relationship between Ro Thorax with comfort (p <0.05). Position tip at SVC have blood flow <300 mL. whereas in patients with tip position in the CAJ have blood flow> 300 mL. Statistical tests showed no significant association between ro thorax with blood flow (p> 0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Sudrajat
"End Stage Renal Desease (ESRD) saat ini menjadi permasalahan global sehubungan dengan prevalensinya yang semakin meningkat, merupakan suatu kondisi dimana ginjal mengalami kerusakan dan tidak bisa menyaring darah seperti ginjal yang sehat sehingga mengharuskan pasien menjalani terapi ginjal salahsatunya melakukan hemodialisis . Dalam terapi hemodialisis evaluasi dalam hal ke efektifan tindakan dikenal dengan adekuasi dialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh range of motion dan taichi intradialysis terhadap adekuasi pasien ESRD yang melakukan hemodialisa pada kelompok kontrol dan perlakuan. Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan pendekatan pretest-posttest with control group dan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Perbedaan adekuasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi digunakan uji Wilcoxon tes dengan hasil (p=0,005) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna pada adekuasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi range of motion (ROM) dan taichi. begitu juga hasil selisih adekuasi antara kelompok kontrol dan perlakuan dengan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan (p=0,045) yang menjelaskan ada perbedaan yang bermakna. Meskipun pada dasarnya baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan adekuasi meningkat namun jika dilihat dari segi jumlah yang lebih banyak peningkatan adalah kelompok perlakuan yang menjalani latihan range of motion (ROM) dan taichi intradialysis lebih efektif dalam meningkatkan adekuasi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.

Currently, End Stage Renal Desease (ESRD) bacame a global problem because of its increasing prevalence, ESRD occurs related to kidneys damaged and cannot filter blood so that the patient requires kidney therapy, such as hemodialysis, adequate dialysis is a method of evaluating the effectiveness of hemodialysis. This study aims to determine the effect of range of motion (ROM) and taichi intradialysis on the adequacy of ESRD patients who undergo hemodialysis in the control and intervention groups The design of this study used a quasi experiment with a pretest-posttest control group approach and used purposive sampling method. The results showed that there were differences in adequacy before and after intervention was used Wilcoxon test (p=0,005) which showed that there was a significant effect on adequacy before and after intervention ROM and taichi. The difference betwen the control and intervention groups tested using. Mann Whitney was found to have significant diffference (p=0,045). In conclusion, ESRD patient who underwent ROM and taichi intradialysis exercise were more effective in increasing the adequacy of hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunisaf
"Meningkatnya kasus gagal ginjal menyebabkan meningkatnya kebutuhan tersedianya unit hemodialisa di RSUD Tanjungpinang, sementara Pemerintah Kota Tanjungpinang tidak mampu mengadakannya karena keterbatasan anggaran. Untuk itulah RSUD mengadakan kerjasama dengan pihak swasta dalam bentuk kerjasama operasional setelah mendapat izin dari Pemerintah Kota Tanjungpinang. Berdasarkan angka bahan medis yang harus dibayarkan, Rumah Sakit menetapkan tarif sebesar Rp 700.000 pertindakan hemodialisis. Untuk semua tindakan Hemodialisis bagi penduduk miskin ditanggung/didanai dari APBD. Akan tetapi angka bahan medis yang harus dibayarkan ke pihak ketiga tersebut, dirasa tidak efektif.
UU RI no 44 tentang Rumah Sakit menyebabkan RSUD Tanjungpinang harus menggunakan PK BLUD dalam tata laksananya. Perubahan ini menyebabkan BMHP yang pada tahun 2009 dibayar dari dana APBD pada tahun 2010 dibebankan kepada biaya fungsional yang dikelola rumah sakit. Dengan tarif Rp 700.000 belum pernah dihitung berapa biaya aktual layanan pertindakan dan pendanaan tindakan hemodialisis dengan PK BLUD.
Hasil penghitungan unit cost tindakan Hemodialisis dalam penelitian ini didapatkan angka Rp 1.113.502,- pertindakan Hemodialisis. Pendanaan untuk tindakan Hemodialisis tahun 2011 perlu ditindaklanjuti dengan penentuan sumber dana tindakan Hemodialisis untuk BMHP didanai oleh APBD dan penetapan tarif baru yang sesuai dengan penghitungan unit cost dalam penelitian ini.

The increasing cases of kidney failure caused the increasing need for availability of hemodialysis units in hospitals Tanjungpinang, while the Government Tanjungpinang unable to procure it because of budget limitations. For hospitals that entered into agreement with private parties in the form of operational cooperation after obtaining permission from the City Tanjungpinang.
Based on the number of medical materials to be paid, the hospital set a tariff of Rp 700,000 hemodialysis. For all measures for the poor Hemodialysis covered / funded from the budget. But the number of medical materials to be paid to such third parties, are found to be effective. UU No. 44 of the Hospital cause Tanjungpinang hospitals must use in order PK BLUD. This change causes BMHP which in 2009 paid from budget funds in 2010 is charged to the cost functional run hospital. With tariff Rp 700,000 have never calculated how much the actual cost of services and funding actions hemodialysis with PK BLUD.
The result of calculating unit costs Hemodialysis action in this study, the number of
Rp 1,113,502, - actions Hemodialysis. Funding for Hemodialysis action in 2011 must be followed up by determining the source of funds for BMHP Hemodialysis action funded by the budget and setting a new tariff in accordance with the calculation of unit cost."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sunardi
"Ginjal adalah organ vital yang sangat penting untuk mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Fungsi ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa, kegagalan ginjal dalam melakukan fimgsinya menyebahkan keadaan yang disebut uremia atau penyaldt ginjal. Gagal ginjal stadium akhir/terminal merupakan keadaan yang paling parah dengan karakterislik CCT 5 - 10 ml/mnt, GFR 10 %, BUN meningkat, urine isoosmosis dengan beratjenis tetap sebesar 1,010, ginjal tidak dapat menjalani fungsinya dan bila tidak dilakukan tindakan akan menyebabkan kematian. Salah satu cara memperbaiki kualitas atau memperpanjang hidup klien, dilakukan hemodialisis yang mana dilakukan secara kontiyu seumur hidup. Frekwensi dilakukan hemodialisa bervariasi, tergantung dari tingkat kerusakan ginjal, ukuran badan (BB), Iaju aliran darah klien (Black & Jacobs, 1997).
Hemodialisa dilakukan dilakukan selama empat s/d 5 jam dengan frekwensi dua sampai tiga kali seminggu (Whitwonh, 1987). Lamanya menjalani hemodialisa dan frekwensi pelaksanaan hemodialisa dapat menjadi sumber stressor yang merupakan ancaman terhadap integritas klien meliputi ketidakmampuan fisiologis dimasa yang akan datang (Stuart & Sundeen, 1998). Disamping juga adanya paparan alat/ unit dialisa yang mempakan salah satu stressor terhadap klien, disamping lingkungan dan perawat (Lazarus & Folkrnan, 1984 dalam Welch, 2000). Yang dapat menyebabkan kecemasan bagi klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara lama dan frekwensi menjalani hemodialisa terhadap tingkat kecemasan terkait alat/unit dialisa pada klien GGK Desain yang digunakan adalah deskriptifkorelasi. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 4 - 10 Desember 2001 di Ruang hemodialisa RSUPN CM. Jakarta, dengan metode purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 30 orang.
Hasil analisa terhadap seluruh data yang masuk menunjukkan bahwa ada hubungan positif sangat rendah dan tidak bermakna antara lama dan frekwensi dilakukan hemodialisa terhadap tingkat kecemasan terkait alat/unit dialisa pada klien GGK dilakukan hemodialisa Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini masih diperlukan Secara lebih spesifik. Namun berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Perlunya uji realibilitas dan validitas intrumen untuk mendapatkan data yang lebih terukur dan valid dan menghindari kesalahan dalam pengolahan data. Sampel penelilian perlu diperbanyak atau disesuaikan dengan populasi yang ada agar dapat memperkuat generalisasi hasil data yang diperoleh. Kriteria sampel penelitian diperjelas dan dipertegas guna men gurangi kesalahan pengambilan sampel akibat subjektifitas yang tinggi. Perlunya pemilihan desain yang lebih tepat dalam mengolah data yang diperoleh. Bagi praktik keperawatan, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien GGK yang dilakukan hemodialisa, dimana lamanya menjalani hemodialisa dan frelnvensi dilakukan hemodialisa dapat mernpengaruhi tingkat kecemasan pada klien spesilik kecemasan yang terkait dengan penggunaan alat I unit dialisa "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5023
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Herlina
"Fatigue merupakan keluhan utama pasien yang menjalani hemodialisa jangka panjang, yang memiliki nilai yang tinggi, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh PMR terhadap tingkat fatigue pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment pendekatan pretest-posttest control group. Jumlah responden dalam penelitian adalah 32 pasien dibagi 2 kelompok yaitu 16 kelompok intervensi dan 16 kelompok kontrol.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat fatigue pada kelompok intervensi antara sebelum dan sesudah dilakukan PMR dengan nilai p = 0,000. Disarankan latihan PMR dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan mandiri dalam menurunkan fatigue pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa.

Fatigue is a major complaint of patients undergoing long-term hemodialysis, which has a high value, so it will affect the quality of life of patients. The purpose of this study was to determine the influence of PMR on the level of fatigue in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis. This study used a quasi experiment design approach pretest-posttest control group. The number of respondents in the study were 32 patients divided into 2 groups: the 16 intervention group and 16 control group.
The research concludes that there are significant differences on the level of fatigue in the intervention group between before and after PMR with p = 0.000. Suggested training PMR can be used as an independent nursing intervention in reducing fatigue in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>