Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Celly Anantaria Atmadikoesoemah
"Latar Belakang. Merokok merupakan faktor risiko yang paling mudah dimodifikasi dalam proses terjadinya gagal jantung. Di Indonesia, 88% konsumsi rokok adalah kretek. Sejauh ini belum ada studi mengenai hal ini terhadap fungsi ventrikel kiri. Penelitian ini akan melihat pengaruh akut rokok kretek pada partisipan usia muda dan membandingkan efek akut rokok kretek dengan rokok putih terhadap fungsi diastolik ventrikel kiri menggunakan ekokardiografi Metode. Uji eksperimental dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Pusat Jantung Nasional Harapan Kita pada Maret - April 2013. Lima puluh partisipan dikategorikan sebagai bukan perokok rutin dan perokok rutin. Kesemuanya diminta tidak merokok minimal 2 jam sebelum penelitian. Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan sebelum mulai merokok, segera setelah, dan satu jam setelah merokok rokok putih dan rokok kretek. Partisipan datang kembali di hari berikutnya untuk merokok jenis rokok lain.
Hasil. Setelah merokok putih, nilai E/e' septal kelompok bukan perokok rutin meningkat segera setelah merokok dan terus meningkat satu jam kemudian dibandingkan nilai dasar pengukuran, dengan rerata berturut-turut 7.63 + 1.63 dan 7.81 + 1.59, p = 0.000. Kelompok perokok rutin juga mengalami peningkatan rasio E/e' septal segera setelah merokok hingga satu jam kemudian, rerata 7.76 + 1.31 dan 7.71 + 1.20, p = 0.000. Segera setelah merokok kretek, rasio E/e' septal kelompok bukan perokok rutin meningkat hingga satu jam kemudian, rerata 7.53 + 1.58 dan 7.74 + 1.45, p = 0.000. Kelompok perokok rutin juga mengalami peningkatan E/e' septal, rerata 7.74 + 1.45 dan 7.78 + 1.40, p = 0.000.
Kesimpulan. Rokok menyebabkan perubahan akut fungsi diastolik ventrikel kiri pada kelompok perokok rutin dan bukan perokok rutin. Perubahan fungsi diastolik yang disebabkan rokok kretek berlangsung lebih lama pada kelompok bukan perokok rutin.

Background. Smoking is one of the most modifiable risk factor in heart failure. In Indonesia, 88% of cigararette smoked is clove cigarette. To the best of our knowledge, there were no studies published regarding this issue on left ventricular diastolic function. This sudy is to describe the acute effects of clove cigarette smoking on diastolic function in young participants and comparing the effects caused by clove cigararette to regular cigarette. Methods. This is an experimental study carried out in Department of Cardiology and Vascular Medicine Universitas Indonesia/ National Cardiavascular Center Harapan Kita in March - April 2013. Fifty participants divided into two groups: non daily smoker and daily smoker. Both groups were asked not to smoke for at least 2 hours prior to study. Echocardiography study was performed to before, right after and 60 minutes after smoking. Participants were then asked to come back on the next day to perform the same procedure with another kind of cigarette.
Result. After regular cigarette smoking, there was an increased septal E/e' from baseline in the non daily smoker group right after and 60 minutes after smoking, mean value of 7.63 + 1.63, 7.81 + 1.59 respectively, p = 0.000. In the daily smoker group, there was also an increase septal E/e profile, mean value of 7.76 + 1.31, 7.71 + 1.20), p = 0.000. After consumption of clove cigarette, a higher septal E/e' was found in non daily smoker group, which lasting to 60 minutes after smoking, mean value of 7.53 + 1.58, 7.74 + 1.45), p = 0.000. Increased septal E/e' was also showed in daily smoker group, mean value of 7.74 + 1.45, 7.78 + 1.40, p = 0.000.
Conclusion. Clove and regular cigarette smoking have acute effects on left ventricular diastolic function in both non daily smokers and daily mokers. In comparison to regular cigarette, clove cigarette caused longer compromised diastolic function in non daily smokers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victor Florencia Ferdinand Joseph
"Latar Belakang. Merokok merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner yang paling dapat dimodifikasi. Di Indonesia, 88% konsumsi rokok adalah kretek. Sejauh ini belum ada studi mengenai rokok kretek terhadap fungsi ventrikel kanan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh akut rokok kretek dengan rokok putih terhadap fungsi ventrikel kanan menggunakan ekokardiografi pada partisipan usia muda yang sehat.
Metode. Uji eksperimental cross over dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Pusat Jantung Nasional Harapan Kita pada Maret - April 2013. Lima puluh partisipan diikutsertakan dan diminta untuk tidak merokok minimal 2 jam sebelum penelitian. Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan sebelum merokok, segera dan satu jam setelah merokok. Partisipan datang kembali keesokan harinya untuk merokok jenis rokok lain.
Hasil. Nilai E/A menurun segera sesudah merokok rokok putih dan rokok kretek kemudian naik mendekati normal satu jam setelah merokok. Nilai DT memanjang segera sesudah merokok dan kembali mendekati normal sejam sesudahnya. Dilakukan pengujian secara statistik dengan membandingkan pengaruh rokok kretek dan rokok putih segera dan satu jam sesudah merokok terhadap fungsi ventrikel kanan dan tidak diperoleh nilai yang bermakna secara signifikan.
Kesimpulan. Kedua jenis rokok menyebabkan perubahan akut pada parameter fungsi ventrikel kanan. Penggunaan rokok kretek dibandingkan rokok putih tidak menyebabkan perubahan fungsi diastolik yang lebih bermakna pada fungsi ventrikel kanan.

Background. Smoking is one of the most modifiable risk factor in coronary heart disease. In Indonesia, 88% of cigararette smoked is clove cigarette. To the best of our knowledge, there were no studies published regarding this issue on right ventricular diastolic function. This study is to describe the acute effects of clove cigarette smoking on right ventricular function in young healthy participants and comparing the effects caused by clove cigararette to white cigarette.
Methods. This is an experimental study carried out in Department of Cardiology and Vascular Medicine Universitas Indonesia/ National Cardiavascular Center Harapan Kita in March - April 2013. Fifty participants were asked not to smoke for at least 2 hours prior to study. Echocardiography study was performed to each participants before, right after and 60 minutes after smoking. Participants were then asked to come back on the next day to perform the same procedure with another kind of cigarette.
Result. After smoking, there was a decreased E/A from baseline and increase 60 minutes after smoking. Deceleration time was longer right after smoking and got short 60 minutes after smoking, in white and clove cigarette smoking. Statistic calculation was made with comparing the clove with white cigarette to right ventricular function, right and one hour after smoking and found there is no significant value was found.
Conclusion. Clove and conventional cigarette smoking both have acute effects on right ventricular diastolic function where clove cigarette have no more significant diastolic function change of right ventricular compare to the white one.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sibuea, Hasudungan
"Aliran darah koroner terjadi terutama pada fase diastolik. Stenosis arteri koronaria menimbulkan iskemia miokard. Iskemia miokard dapat menimbulkan gangguan diastolik. Gangguan diastolik mengakibatkan penurunan aliran darah koroner pada sepertiga awal diastolik, baik pada waktu istirahat maupun selama takikardia. Angina pektoris merupakan gejala iskemia miokard. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa ditemukan gangguan diastolik ventrikel kiri, dan angina pektoris akan lebih berat bila disertai dengan gangguan diastolik ventrikel kiri pada pasien stenosis arteri koronaria.
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan variabel diastolik ventrikel kiri, dengan ali ran mitral gelombang pulsa doppler ekokardiografi saat istirahat, pada pasien yang terbukti mengalami stenosis arteri koronaria dari pemeriksaan angiografi koroner. Pada penelitian ini, yang memenuhi kelima variabel diastolik dan diklasifikasikan sebagai fungsi diastolik normal adalah 3,3%, relaksasi abnormal 10%, sementara 86,7% menunjukkan perubahan beberapa variabel diastolik.

Coronary blood flow occurs mainly in the diastolic phase. Arterial stenosis The coronary artery gives rise to myocardial ischemia. Myocardial ischemia can cause diastolic disorders. Diastolic disorders result in decreased blood flow coronary in the first third of diastolic, both at rest and during tachicardia. Angina pectoris is a symptom of myocardial ischemia. The purpose of this study to prove that diastolic disorders of the left ventricle, and angina were found Pectoris will be more severe when accompanied by diastolic disorders of the left ventricle in patients with coronary artery stenosis.
In this study, a variabel examination was carried out diastolic left ventricle, with ali ran mitral pulse wave Doppler echocardiography at rest, in patients who have been shown to have coronary artery stenosis of coronary angiography examination. In this study, a variabeI examination was carried out diastolic left ventricle, with ali ran mitral pulse wave Doppler echocardiography at rest, in patients who have been shown to have coronary artery stenosis of coronary angiography examination. In this study, which meets all five variables diastolic and classified as normal diastolic function is 3.3%, relaxation abnormal 10%, while 86.7% showed changes in several diastolic variables.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Setyawan Syamsul
"Latar Belakang : Hipertensi merupakan kondisi yang banyak ditemui di pusatkesehatan primer dan menjadi suatu faktor risiko terjadinya disfungsi diastolik.Disfungsi diastolik ini terjadi sebelum gagal jantung pada pasien hipertensidengan fraksi ejeksi ventrikel kiri normal, sehingga diagnosa disfungsi diastolikpenting untuk dapat diketahui secara dini sebelum terjadi gagal jantung. Beberapafaktor telah diketahui dapat mempengaruhi terjadinya disfungsi diastolik ventrikelkiri. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat digunakan untuk dibuat suatu sistemskor disfungsi diastolik ventrikel kiri.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian disfungsidiastolik ventrikel kiri pada pasien hipertensi, dan membuat suatu sistem skor darifaktor-faktor tersebut.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di RumahSakit Umum Daerah Tarakan Kalimantan Utara pada subyek dengan hipertensi.Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016. Dilakukan pencatatan karakteristikpasien, faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi disfungsi diastolik, serta hasilpemeriksaan ekokardiografi, terutama parameter pemeriksaan penilaian fungsidiastolik ventrikel kiri.
Hasil : Total sampel penelitian ini adalah 132 sampel, dimana disfungsi diastolikventrikel kiri didapatkan pada 40,2 pasien hipertensi. Faktor-faktor yang dapatdijadikan sebagai determinan untuk model akhir sistem skor dari hasil analisisregresi logistik adalah usia ge;55 tahun OR 4,97, IK95 1,60-15,42, p=0,006 ,tekanan darah tidak terkontrol OR 22,33, IK95 4,11-121,48, p.

Background: Hypertension is the most common condition seen in primary careand as a risk factor for diastolic dysfunction. Diastolic dysfunction occurredbefore heart failure in hypertensive patients with preserved ejection fraction, sothat early diagnosis of diastolic dysfunction diagnosis is very important. Severalfactors has been known related with left ventricular diastolic dysfunction. A newscoring system of left ventricular diastolic dysfunction could be formulated fromthose factors.
Objectives: To identify factors related to left ventricular diastolic dysfunction inhypertensive patients, and to create a scoring system from those related factors.
Methods: This is a cross sectional study that was conducted in Tarakan GeneralDistrict Hospital North Borneo with hypertensive subjects, on October 2016.Patients characteristics was noted, and all factors related to left ventricukardiastolic dysfunction, echocardiographic examination, especially for leftventricular diastolic function parameters.
Results: There are 132 total samples in this study, and left ventricular diastolicdysfunction was found in 40,2 samples. Determinant variables for the finalmodel of scoring system from logistic regression analysis were age ge 55 years old OR 4.97, 95 CI 1.60 15.42, p 0,006 , poor blood pressure control OR 22.33,95 CI 4.11 121.48, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T57639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Suputri
"Latar belakang: Remodeling jantung pasca Infark Miokard Akut (IMA-ST) dipercaya
sebagai penyebab masih tingginya angka komplikasi gagal jantung walaupun sudah
diberikan terapi standar dan tatalaksana revaskularisasi. Matriks ekstraseluler (EKM)
memiliki peranan penting dalam proses remodeling. Nekrosis miokard menyebabkan
peningkatan kadar matriks metalloproteinase (MMPs) yang akan mendegradasi EKM.
Berbagai studi eksperimental, menunjukkan bahwa inhibisi MMPs memberikan manfaat
pada proses remodeling. Doksisiklin merupakan penghambat MMPs poten yang telah
memberikan efek menjanjikan terhadap remodeling pada hewan coba dan uji klinis tidak
tersamar.
Tujuan: Mengetahui efek doksisiklin terhadap struktur dan fungsi ventrikel sebagai
penanda remodeling pada IMA-ST yang telah menjalani IKPP.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinis acak tersamar ganda. Pasien IMAST
dengan keterlibatan anterior atau Killip 2-3 dengan onset kurang dari 12 jam yang
menjalani IKPP terbagi secara acak pada grup Doksisiklin (2x100 mg tablet selama 7
hari) sebagai terapi tambahan dari standar tatalaksana dan grup kontrol. Pemeriksaan
ekokardiografi dasar pada saat awal perawatan segera setelah IKPP. Ekokardiografi
evaluasi dilaksanakan pada bulan ke 4.
Hasil: Terdapat 134 subjek yang masuk dalam penelitian ini. Setelah evaluasi lanjutan,
terdapat 8 pasien drop out pada masing-masing grup karena meninggal dan lost to follow
up 58 subjek masuk dalam Grup Doksisiklin dan 60 subjek Grup Kontrol. Karakteristik
demografis dan klinis kedua grup homogen. Parameter ekokardiografi menunjukkan
adanya peningkatan Left Ventricle End-Diastolic Volume Index (D LVEDVi) yang lebih
rendah dibandingkan grup kontrol (9,2 (-21-45) mL/m2 vs 16 (-13-62) mL/m2,
p=0,008). Selain itu, fungsi fraksi ejeksi (DLVEF) mengalami peningkatan pada grup
Doksisiklin (2,36 ± 8,5 vs -2,6 ± 8,4; p 0,005). Persentase Adverse Remodeling lebih
sedikit pada grup Doksisiklin. Rentang perbaikan Global Longitudinal Strain (DGLS)
lebih besar pada grup Doksisiklin, walaupun statistik tidak bermakna. Angka
rehospitalisasi tidak berbeda bermakna pada kedua grup.
Kesimpulan: Doksisiklin memberikan efek perbaikan terhadap struktur dan fungsi
ventrikel kiri pada pasien IMA-ST yang telah menjalani IKPP

Background: Cardiac remodeling after acute myocardial infarction with ST elevation
(STEMI) had been proved as the cause of the increased of heart failure complications
despite standard therapy and revascularization management. Extra cellular matrix (ECM)
has an important role in the remodeling process. Myocardial necrosis causes increased
levels of matrix metalloproteinase (MMPs) which will degrade ECM. Various
experimental studies, showed that MMPs inhibition provides benefits in the remodeling
process. Doxycycline is a potential MMPs inhibitor that has a promising effect on
remodeling in experimental animals and clinical trials.
Objective: To determine the effect of doxycycline on the structure and function of
ventricles as a remodeling marker in STEMI that had undergone Primary Percutaneous
Coronary Intervention (PPCI)
Methods: We conducted a double-blind randomized control trial. Patients with STEMI
anterior or with Killip class 2-3 with onset of less than 12 hours undergoing PPCI were
randomly assigned to the group that receiving Doxycycline (100 mg b.i.d for 7 days) as
adjunctive therapy from standard management and the group without adjunct therapy. An
initial echocardiographic examination was done after PPCI. Further evaluation was held
in 4 months after PPCI with an echocardiographic examination, which will be compared
between the initial examination and the evaluation.
Results: There were 134 subjects included in this study. After further evaluation, there
were 8 patients drop out due to death and lost to follow up. Doxycycline group has 58
and 60 subjects in Control group. Demographic and clinical characteristics of both groups
are homogeneous. Echocardiographic parameters showed change in Left Ventricle End-Diastolic Volume Index (D LVEDVi) significantly lower in Doxycycline group (9.2 (-21-45) mL/m2 vs. 16 (-13-62) mL/m2, p 0.008). In addition, the change of ejection
fraction (D LVEF) increased in the doxycycline group (2.36 ± 8.5 vs -2.6 ± 8.4, p
0.005).The percentage of Adverse Remodeling is smaller in the Doxycycline group (70%
vs 83%) and the range of D Global Longitudinal Strain (DGLS) is greater in Doxycycline
group, although both not statistically significant. Rehospitalization was not significantly
different between two groups.
Conclusion: Doxycycline had effect in improving structure and function of the left
ventricle in STEMI patients who have undergone PPCI"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syafiq
"Latar belakang. Gagal jantung dan aritmia merupakan penyebab kematian tersering pada penderita thalassemia R. Gangguan fungsi jantung, khususnya disfungsi diastolik merupakan komplikasi dini pada jantung akibat muatan besi berlebih (iron overload). Kadar feritin serum sampai saat ini masih secara luas digunakan sebagai parameter muatan besi berlebih (iron overload).
Tujuan. Mengetahui perbedaan kadar feritin serum antara penderita thalassemia j3 dewasa yang mengalami dan tidak mengalami disfungsi diastolik ventrikel kiri, dan mengetahui besar proporsi disfungsi diastolik pada penderita thalassemia 13 dewasa.
Metodologi. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk melihat perbedaan kadar feritin serum (sebagai parameter iron overload) pada penderita thalassemia 13 dewasa yang mengalami disfungsi diastolik dibandingkan dengan yang tanpa disfungsi diastolik, serta untuk mendapatkan proporsi disfungsi diastolik pada penderita thalassemia 3 dewasa. Analisis terhadap variabel-variabel yang diteliti menggunakan uji-1 independen untuk mendapatkan perbedaan rerata kadar feritin serum antara kedua kelompok.
Hasil. Dari penelitian ini 30 orang penderita thalassemia 13 dewasa, laki-laki 13 orang, perempuan 17 orang, didapatkan rerata usia 25,9 tahun dengan rentang usia antara 18-38 tahun. Rerata Hb sebesar (7,5g%, SB I,4g%) dengan rentang kadar Hb antara 5,2 - 9,9 g%. Rerata kadar feritin serum sebesar (5590ng1m1, SB 4614,7 nglml) dengan rentang kadar, feritin antara 296,4 - 15900 nglml. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar feritin antara penderita yang mengalami disfungsi diastolik dibandingkan dengan yang tidak mengalami disfungsi diastolik. Proporsi disfungsi diastolik pada thalassemia 13 dewasa pada penelitian ini sebesar 70%.
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar feritin antara penderita yang mengalami disfungsi diastolik dibandingkan dengan yang tidak mengalami disfungsi diastolik. Proporsi disfungsi diastolik pada thalassemia 13 dewasa pada penelitian ini sebesar 70%.

Background. Heart failure and aritmia is the major cause of death in 3 thalassemia major. Heart dysfunction, especially diastolic dysfunction in ji thalassemia seems to be an early involvement of the heart due to iron overload. Serum ferritin level as a parameter of iron overload still widely use for evaluation in 13 thalassemia.
Objectives. To know the mean difference of serum ferritin level between adult 13 thalassemia patients who have left ventricular diastolic dysfunction and who do not have Ieft ventricular diastolic dysfunction, and to obtain the proportion of diastolic dysfunction in adult 13 thalassemia patients.
Methods. This cross-sectional study was conducted to see the mean difference of Serum ferritin. IeVel'(as a parameter of iron overload) in adult P'thalassemia who have left ventricular diastolic dysfunction and who do not have left ventricular diastolic dysfunction and to know the proportion of diastolic dysfunction among adult 13 thalassemia. The independent t-test was used to analyze the variables to obtain the mean difference of serum ferritin level between the two groups.
Results. Thirty adult P thalassemia patients, 13 were male and 17 were female had been enrolled into this study. The age of the patients ranged from 18 to 38 years old, and the average-age was 25,9 years. The Hb level ranged from 5,2 to 9,9 g% and the mean was (7,5g%, SD 1,4g°/o). The serum ferritin level ranged from 296,4 to 15900 nglml, and the mean was (5590ng/ml, SD 4614,7 nglml). There was no significance mean difference serum ferritin level in patients who had diastolic dysfunction and those who do not have diastolic dysfunction. The proportion of diastolic dysfunction in adult 13 thalassemia patients in this study was 70%.
Conclusions. There was no significannce mean difference serum ferritin level in patients who had. diastolic dysfunction and those. who. did, not have diastolic dysfunction . The proportion of diastolic dysfunction in adult thalassemia 3 patients in this study was 70%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Chikita Fredy
"Latar belakang: Pada era intervensi koroner perkutan primer (IKKP), angka kematian akibat infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) berhasil ditekan. Peningkatan angka sintasan tersebut berbanding dengan peningkatan insiden gagal jantung. Proses remodeling pascamiokard infark yang belum sepenuhnya dihambat oleh standar terapi saat ini akan berujung pada kondisi gagal jantung. Doksisiklin sebagai anti-matriks metaloproteinase (MMP) menunjukkan hasil yang baik dalam mencegah proses remodeling. Biomarker remodeling merupakan surrogate dini yang baik untuk memprediksi kejadian remodeling. Namun, efek doksisiklin terhadap biomarker remodeling dan luaran klins pasien IMA-EST belum diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek doksisiklin terhadap penurunan kadar biomarker remodeling pascainfark miokard.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinis tersamar tripel. Pasien IMA-EST dengan keterlibatan anterior atau Killip 2-3 dengan onset kurang dari 12 jam yang menjalani IKKP terbagi acak kedalam grup yang mendapat doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari sebagai tambahan dari standar terapi dan grup dengan standar terapi. Pemeriksaan biomarker (netrofil, hs-Troponin T, hs-CRP, NT-pro BNP) dilakukan saat admisi rumah sakit dan evaluasi intraperawatan. Ekokardiografi dilakuan saat admisi dan hari ke-5 untuk menilai dimensi dan fungsi ventrikel kiri.
Hasil: Terdapat 94 subyek yang diikutkan dalam penelitian dan terbagi rata ke dalam kedua grup. Karakteristik demografis dan klinis kedua grup homogen. Grup doksisiklin menujukkan nilai netrofil jam ke-24 yang lebih rendah dibanding grup kontrol (69,1±5,8% vs 71,9±8,0%, p=0,049). Peningkatan hs-Troponin T didapatkan lebih rendah pada kelompok dengan onset lebih dari 6 jam yang mendapatkan doksisiklin, namun tidak pada grup kontrol. Insiden gagal jantung 11,3% lebih rendah pada grup doksisiklin. Perbaikan fraksi ejeksi signifikan didapat pada grup doksisiklin dibanding grup kontrol (4,5±10,4% vs 0,3±10,3%, p=0,05). Peningkatan tersebut lebih besar pada pasien dengan onset lebih dari 6 jam dengan rerata peningkatan 5,9% (95%IK 0,05-11,7%, p=0,048).
Kesimpulan: Doksisiklin memiliki efek perbaikan biomarker remodeling ventrikel, terutama netrofil dan hs-troponin T, serta fraksi ejeksi ventrikel kiri. Jumlah insiden gagal jantung lebih rendah pada grup doksisiklin.

Background: In era of primary percutaneous coronary intervention (PPCI), mortaliry rate was reduced significantly. The increament in survival rate was followed by increament in heart failure cases. Cardiac remodelling after myocardial infarction was not fully anticipated by current therapy hence the patent would suffer for hear failure. Doxycycline as antimatrix metaloproteinase (MMP) inhibitor showed a promising results in modulation cardiac remodelling. Cardiac biomarkers for remodelling are surrogate parameters for early indentifying of remodelling. However, the effect of doxycyline to cardiac remodelling and its clinical implication are unknown.
Objective: To determine the effect of doxycycline on cardiac remodelling biomarkers after myocardial infarction.
Methods: We conducted triple blinded-randomized control trial. Patients with STEMI anterior or with Killip class 2-3 who underwent PPCI were randomly assigned to doxycycline (100 mg b.i.d for 7 days) in addition to standard therapy or to standar care. Cardiac remodelling biomarkers (neutrophils, hs-Troponin T, hs-CRP, NT-proBNP) were obtained on admission and during hospitalization. Echocardiography were assessed on admission and at 5 days to evaluate left ventricle dimmension and function.
Results: There were 94 patients assigned into doxycycline and control group. Baseline demographics and clinical characteristics were comparable between 2 groups. Doxycycline group showed lower percent neutrophils at 12 hours compare to control group (69.1±5.8% vs 71.9±8.0%, p=0.049). hs-Troponin T changes were lower in patients with onset >6 hours who received doxycycline and there were no differences among control group. Heart failure incidence was 11.3% lower in doxycycline group to control group. The improvement of left ventricle ejection fraction was sifnificantly higher in doxycycline group than in control group (4.5±10.4% vs 0.3±10.3%, p=0.05). The imrpovement was even higher in those with onset >6 hours with mean increament of 5.9% (95%CI 0.05-11.7%, p=0.048).
Conclusion: Doxycycline had effect in improving cardiac remodelling biomarkers, ie percent neutrophils and hs-Troponin T and left ventricle ejection fraction. Incidence of heart failure was lowe in doxycycline group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58945
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Chikita Fredy
"Latar belakang: Pada era intervensi koroner perkutan primer (IKKP), angka kematian akibat infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) berhasil ditekan. Peningkatan angka sintasan tersebut berbanding dengan peningkatan insiden gagal jantung. Proses remodeling pascamiokard infark yang belum sepenuhnya dihambat oleh standar terapi saat ini akan berujung pada kondisi gagal jantung. Doksisiklin sebagai anti-matriks metaloproteinase (MMP) menunjukkan hasil yang baik dalam mencegah proses remodeling. Biomarker remodeling merupakan surrogate dini yang baik untuk memprediksi kejadian remodeling. Namun, efek doksisiklin terhadap biomarker remodeling dan luaran klins pasien IMA-EST belum diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek doksisiklin terhadap penurunan kadar biomarker remodeling pascainfark miokard.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinis tersamar tripel. Pasien IMA-EST dengan keterlibatan anterior atau Killip 2-3 dengan onset kurang dari 12 jam yang menjalani IKKP terbagi acak kedalam grup yang mendapat doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari sebagai tambahan dari standar terapi dan grup dengan standar terapi. Pemeriksaan biomarker (netrofil, hs-Troponin T, hs-CRP, NT-pro BNP) dilakukan saat admisi rumah sakit dan evaluasi intraperawatan. Ekokardiografi dilakuan saat admisi dan hari ke-5 untuk menilai dimensi dan fungsi ventrikel kiri.
Hasil: Terdapat 94 subyek yang diikutkan dalam penelitian dan terbagi rata ke dalam kedua grup. Karakteristik demografis dan klinis kedua grup homogen. Grup doksisiklin menujukkan nilai netrofil jam ke-24 yang lebih rendah dibanding grup kontrol (69,1±5,8% vs 71,9±8,0%, p=0,049). Peningkatan hs-Troponin T didapatkan lebih rendah pada kelompok dengan onset lebih dari 6 jam yang mendapatkan doksisiklin, namun tidak pada grup kontrol. Insiden gagal jantung 11,3% lebih rendah pada grup doksisiklin. Perbaikan fraksi ejeksi signifikan didapat pada grup doksisiklin dibanding grup kontrol (4,5±10,4% vs 0,3±10,3%, p=0,05). Peningkatan tersebut lebih besar pada pasien dengan onset lebih dari 6 jam dengan rerata peningkatan 5,9% (95%IK 0,05-11,7%, p=0,048).
Kesimpulan: Doksisiklin memiliki efek perbaikan biomarker remodeling ventrikel, terutama netrofil dan hs-troponin T, serta fraksi ejeksi ventrikel kiri. Jumlah insiden gagal jantung lebih rendah pada grup doksisiklin.

Background: In era of primary percutaneous coronary intervention (PPCI), mortaliry rate was reduced significantly. The increament in survival rate was followed by increament in heart failure cases. Cardiac remodelling after myocardial infarction was not fully anticipated by current therapy hence the patent would suffer for hear failure. Doxycycline as antimatrix metaloproteinase (MMP) inhibitor showed a promising results in modulation cardiac remodelling. Cardiac biomarkers for remodelling are surrogate parameters for early indentifying of remodelling. However, the effect of doxycyline to cardiac remodelling and its clinical implication are unknown.
Objective: To determine the effect of doxycycline on cardiac remodelling biomarkers after myocardial infarction.
Methods: We conducted triple blinded-randomized control trial. Patients with STEMI anterior or with Killip class 2-3 who underwent PPCI were randomly assigned to doxycycline (100 mg b.i.d for 7 days) in addition to standard therapy or to standar care. Cardiac remodelling biomarkers (neutrophils, hs-Troponin T, hs-CRP, NT-proBNP) were obtained on admission and during hospitalization. Echocardiography were assessed on admission and at 5 days to evaluate left ventricle dimmension and function.
Results: There were 94 patients assigned into doxycycline and control group. Baseline demographics and clinical characteristics were comparable between 2 groups. Doxycycline group showed lower percent neutrophils at 12 hours compare to control group (69.1±5.8% vs 71.9±8.0%, p=0.049). hs-Troponin T changes were lower in patients with onset >6 hours who received doxycycline and there were no differences among control group. Heart failure incidence was 11.3% lower in doxycycline group to control group. The improvement of left ventricle ejection fraction was sifnificantly higher in doxycycline group than in control group (4.5±10.4% vs 0.3±10.3%, p=0.05). The imrpovement was even higher in those with onset >6 hours with mean increament of 5.9% (95%CI 0.05-11.7%, p=0.048).
Conclusion: Doxycycline had effect in improving cardiac remodelling biomarkers, ie percent neutrophils and hs-Troponin T and left ventricle ejection fraction. Incidence of heart failure was lowe in doxycycline group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Uddin
"Pendahuluan BNP adalah asam amino peptida yang disintesa dan dilepas terutama dan miokard ventrikel sebagai respon terhadap regangan miosit Kadar BNP dilepas juga saat iskemi maupun nekrosis miokard Pada NonSTEMI terjadi keadaan hipoksia iskemia sampat nekrosis di subendokard dalam berbagai derajat gangguan sehingga perlu adanya petanda yang bisa menggambarkan gangguan fungsi ventrikel mi Pada NonSTEMI terjadi lepasnya BNP dan terganggunya kontraktilmtas miokard dalam berbagai tingkatan.
Tujuan Penelitian Mencari hubungan antara besarnya kadar BNP yang keluar akibat kerusakan subendokard dihubungkan dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang dmnilam dengan ekokardiografi.
Metode Penelitian merupakan studi deskrmptif analitik yang bersifat cross sectional dilakukan di PJNHK antara bulan Nopember 2005-Juni 2006 Penelitian dilakukan pada 36 pasien NonSTEMI yang pertamakali mnfark tanpa ada riwayat gagal Jantung dan kelainan katup sebelumnya Sampel darah EDTA diambil saat pasien datang di UGD kemudian diekstraksi plasmanya untuk dmperiksa kadar BNP Fungsi sistolik ventrikel kin dinilai ekokardiografi dengan mengukur Wall Motion Score Index (WMSI) 16 segmen sistem dan ejection fraction (EF) metode Simpson Pemeriksaan ekokardiografi
dilakukan setelah melewati fase perawatan intensif.
Hasil Terdapat kenaikan kadar BNP pada subyek penelitian (278 71 ± 394 60) dan berbeda bermakna dengan kadar BNP populasi normal (20 00 ±23 73) dengan (p<0 00 1) pada uji TTest Dengan uji korelasi Pearson terdapat hubungan bermakna antara BNP (278 71 ± 394 60) dan EF Simpson (51 46 ± 10 62) dengan p trend = 0 024 r = 0376 maupun antara BNP (278 71 ± 394 60) dan WMSI (1 31 ± 0 37) dengan p trend = 0 013 r= 0 411 Dengan uji perbedaan Chi square Tidak ada perbedaan yang
bermakna kadar BNP pada kelompok sampel dengan EF<40 dan kelompok sampel dengan EF>40 (c>O 05).
Kesimpulan Kadar BNP meningkat pada pasien pasien Non STEMI Kenaikan BNP berhubungan dengan kecenderungan penurunan fungsi ventrikel kiri semakmn tinggi kadar BNP semakmn cenderung menurun fungsi ventrikel kiri.

Background BNP is an aminoacid synthesized by myocyte in respons to myocardial stretching Myocardial ischemia and necrosis could also induced BNP production In NonSTEMI various degree of hypoxia ischemia and subendocardial necrosis occur to the myocardium and could compromise LV function Thus a marker that could predict LV dysfuction in this setting is very much needed Various degree of LV dysfunction and BNP production could be observed in NonSTEM.
The Aim of Study To investigate the relationship between BNP level induced by subendocardial damage with LV systolic function assessed by echocardiography in NonSTEMI.
Methods This is an analytical descriptive study cross sectional in design conducted in National Cardiovascular Center 1-larapan Kita between November 2005-June 2006 Subjects are 36 patients with NonSTEMI without previous history of infarction heart failure or valvular abnormality EDTA blood samples were obtained during examination in the Emergency Department then the plasma were extracted to measure BNP level LV systolic function assessed by echocardiography with 16 segments Wall Motion Score Index (WMSI) and Ejection Fraction (EF) Simpson Methode The echocardiographic evaluation was performed after the intensive care phase.
Results There was a significant increase in BNP level among study subjects (278 71 ± 394 60) compared to normal population (20 00 ± 23 73) (Ttest with p
Pearson correlation test we observed a significant correlation between BNP level (278 71 ± 394 60) and LV Ejection Fraction (51 46 ± 10 62) with p trend = 0024 r = -0376 and also between BNP level and WMSI (1 31 ± 0 37) with p trend = 0 013 r= 0 411 We analyzed the BNP level in patients with EF<40% and EF>40% with Chi-Square Test and found no significant difference (iO 05)
Conclusion The BNP level was increased in patients with NonSTEMI The BNP level was correlated with tend the severity of LV systolic dysfunction The higher BNP level tend to the lower LV fuction.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vellia Justian
"Introduction: The major cause of mortality and morbidity post-MI is the complications following the infarction. One of the most common MACE is malignant arrhythmia, this includes VF, VT and non-sustained VT. Malignant arrhythmia is caused due to the culmination of biochemical, electrophysiological, autonomic and genetic changes after an event of ischemia which results in myocardial damage and scarring, as well as left ventricular systolic dysfunction. Early risk stratification is important in AMI and cTnI and LVEF has been two accessible markers that has been studied in various aspects of AMI as prognostic markers, however there has been little studies of its role and correlation in post-AMI malignant arrhythmia. This research will therefore explore the correlation between myocardial damage (cTnI) and left ventricular systolic function (LVEF) with malignant arrhythmia in AMI patients. Methods: A retrospective cohort study was conducted on AMI patients who are admitted to the ICCU of Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta from November 2018 to May 2019. Patients who experienced severe infection and who has malignant arrhythmia when admitted were excluded. The association between cTnI and malignant arrhythmia was tested using Mann-Whitney test, while the association between LVEF and malignant arrhythmia was tested using Independent T-Test. Pearson’s Chi-Square test was done to test the relationship between systolic function status with malignant arrhythmia, All data analysis was performed on IBM SPSS Statistics. Results: Total of 110 patients were included in this study. 13.6% of total subjects experience malignant arrhythmia during hospitalisation. There is no significant correlation between cTnI and post-AMI malignant arrhythmia (p = 0.053, RR 1.2, 95%CI 1.1-1.2) but significant correlation between LVEF and post-AMI malignant arrhythmia was found, on both metric (t(108)=3.450, p = 0.001) and categorical (c2(1) = 6.132, p = 0.013, RR 4.8, 95%CI 1.15-20.4) assessment. There were major differences in the mean value of cTnI and LVEF between the two groups. Conclusion: This study has found statistically significant correlation between left ventricular systolic function (LVEF) with malignant arrhythmia in AMI patients, but no significant correlation between cTnI and malignant arrhythmia in AMI patients. Higher cTnI levels are more frequent in malignant arrhythmia group. Malignant arrhythmia is more common in AMI patients with lower LVEF.

Pendahuluan: Penyebab utama mortalitas dan morbiditas infark miokard akut (IMA) adalah komplikasi pasca infark. Salah satu MACE paling umum ditemukan adalah aritmia maligna, yang meliputi VF, VT dan VT sesaat. Aritmia maligna disebabkan oleh kombinasi perubahan biokimia, elektrofisiologi, otonomi, serta genetik setelah kejadian iskemik yang kemudian menyebabkan kerusakan dan fibrosis pada miokard. Stratifikasi risiko awal sangat penting dalam kasus IMA. cTnI serta LVEF merupakan dua marka yang mudah diakses dan telah dipelajari dalam berbagai aspek IMA. Akan tetapi, studi mengenai peran dua marka tersebut dalam aritmia maligna pasca-IMA masih sedikit. Studi ini akan mempelajari korelasi antara kerusakan pada miokard (cTnI) dan fungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF) dengan aritmia maligna pada pasien IMA. Metode: Sebuah studi kohort retrospektif dilakukan pada pasien IMA yang dirawat di ICCU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam periode November 2018 hingga Mei 2019. Pasien yang mengalami infeksi parah dan pasien yang mengalami aritmia maligna saat admisi tidak diikutsertakan dalam penelitiaan ini. Hubungan cTnI dengan aritmia maligna dianalisis melalui uji Mann-Whitney dan hubungan LVEF dengan aritmia maligna dianalisis oleh uji Independent T-Test dan pada hubungan status fungsi sistolik dengan aritmia maligna dianalisis menggunakan uji Pearson Chi-Square. Analisis data dilakukan dengan software IBM SPSS Statistics. Hasil: Total 110 pasien dilibatkan dalam penelitian ini. 13.6% dari total pasien mengalami aritmia maligna selama masa hospitalisasi. Tidak ditemukan adanya hubungan signifikan antara cTnI dengan aritmia maligna pada pasien IMA (p = 0.053, RR 1.2, 95%CI 1.1-1.2), namun ditemukan adanya hubungan signifikan antara LVEF dengan aritmia maligna pada pasien IMA, baik pada data metrik (t(108)=3.450, p = 0.001) maupun data kategorik (c2(1) = 6.132, p = 0.013, RR 4.8, 95%CI 1.15-20.4). Terdapat perbedaan besar antara nilai rata-rata cTnI and LVEF pada kedua kelompok pasien. Kesimpulan: Studi ini menemukan korelasi yang signifikan secara statistikal antara fungsi sistolik ventrikel kiri dengan aritmia maligna pada pasien IMA, namun tidak ditemukan adanya korelasi signifikan antara cTnI dengan aritmia maligna pada pasien IMA. Nilai cTnI yang tinggi lebih umum ditemukan pada kelompok pasien dengan aritmia maligna. Kejadian aritmia maligna lebih umum pada pasien yang memiliki LVEF yang lebih rendah."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>