Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199069 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Amin
"Disertasi ini ingin membangun argumen melalui studi perubahan pada musik Kakula (ensambel gong) bahwa pengaruh kebijakan kebudayaan pada sebuah musik tradisi tidaklah sesederhana mengakibatkan dikotomi antara kesenian Negara dan kesenian yang tumbuh di masyarakat. Dalam perjalanan selanjutnya Kakula mengalami perkembangannya yang cair seiring dengan berubahnya identitas pemakainya sehingga menembus dikotomi tersebut. Di samping itu peran individu, agensi, seniman sangat menentukan dalam menyiasati kebijakan kebudayaan. Dengan demikian, musik tersebut berguna bukan hanya untuk kepentingan pemerintah, melainkan pula untuk kepentingan kesenian itu sendiri, seniman dan masyarakat pendukungnya.

By studying the changes in Kakula music tradition (gong ensemble), this dissertation argues that the impact of cultural policy in a music tradition cannot be divided simply in to state arts versus community arts. Kakula grows fluidly with the shift of the identity of the user and penetrate that dichotomy. In addition, the role of individuals, agencies, artists, are significantly important to deal with cultural policy. Thus, music gives benefit not only for the government, but also for the artists and community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1455
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi baik kualitas maupun kuantitasnya. Pembahan pola tidur dapat menlberikan dampak pada fisik maupun psikologis, hal ini dapat terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh atau dampak hospitalisasi terhadap pola tidur klien dewasa yang panama kali dirawat. Metode penelitian yang digunakan adalah metoda korelasi, responden penelitian adalah klien dewasa yang pertama kali dirawat diruang perawatan penyakit dalam pria dan wanita RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jumlah responden yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 30 responden dengan beberapa kriteria. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner yang disusun oleh penelilai dan respnnden menjawab pertanyaaan yang diajukan dengan memberikan tanda (V) pada jawaban yang dipilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh hospitalisasi terhadap pexubahan pola tidur klien yang pertama kali dirawat.
Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dampak hospitalisasi terhadap perubahan pola tidur pada klien dengan penyakit tertentu, dengan responden yang Iebih hauyak, dengan kriteria yang Iebih ketat serta dengan menggunakan instrumen dan uji statistik yang lebih lengkap."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5063
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Regina Riva
"Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mencanangkan Program Pendidikan Inklusi yang memungkinkan anak penyandang cacat untuk belajar bersama anak non penyandang cacat di sekolah umum/inklusi. Dengan adanya stigma dan labeling negatif terhadap kelompok penyandang cacat selama ini, banyak kalangan yang mengkhawatirkan bahwa akan sulit bagi anak penyandang cacat untuk beradaptasi dan diterima di sekolah inklusi.
Namun berdasarkan pengamatan peneliti, ternyata banyak juga anak penyandang cacat yang tidak mengalami hambatan berarti ketika mereka belajar bersama dengan anak non penyandang cacat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana proses adaptasi antarbudaya anak penyandang cacat yang bersekolah di sekolah inklusi dan menemukan hal-hal apa yang melatarbelakangi kelancaran proses adaptasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta sifat penelitian deskriptif. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 3 informan yang dipilih secara purposeful dengan teknik snowball. Unit analisis adalah siswa penyandang cacat yang bersekolah di sekolah inklusi. Untuk memperkaya data, siswa penyandang cacat terdiri dari yang cacat sejak lahir dan yang cacat saat dewasa.
Peneliti menggunakan model Proses Adaptasi Antarbudaya Daniel J. Kealey dan konsep diri untuk menganalisa dan menginterpretasi data yang terkumpul. Dari hasil penelitian terungkap bahwa secara umum proses adaptasi antarbudaya yang dialami oleh anak penyandang cacat di sekolah inklusi memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang ada dipengaruhi oleh tiga aspek berikut: (1) latar belakang kecacatan, (2) hubungan keluarga, dan (3) konsep diri masing-masing anak penyandang cacat.
Di samping itu, hasil penelitian juga mengungkap bahwa keberhasilan proses adaptasi antarbudaya dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut: (1) dukungan dan didikan keluarga inti dan lingkungan sosial terdekat anak penyandang cacat, (2) role model yang mampu memotivasi anak penyandang cacat untuk berkembang, dan (3) konsep diri yang positif.

In 2003, the Government of Indonesia initiatied to implement inclusive education program that enables the handicapped children learn in the regular/inclusive school with the non handicapped children. However, negative stigma and labeling on the handicapped have made many people concern that the handicapped can not adapt well and are accepted in the inclusive school.
But based on my general observation, there are many of these children did not find such difficulties. The aim of this research is to study the process of intercultural adaptation of the handicapped in the inclusive school and to find the backgrounds that can smoothen the adaptation process.
This research used a constructivist paradigm, qualitative approach, fenomenology strategy and descriptive dispotition. In collecting data, three informans were selected purposefully through a snowball technique. The analysis units were the handicapped children enrolled in the inclusive schools.
To enrich the research, informans were differentiated by children who born handicapped and children who became handicapped when they were grown up. To analyse and interpret the data, this research used the process of intercultural adaptation theory created by Daniel J. Kealey and self concept.
The research concluded that in general the process of intercultural adaptation of the handicapped in the inclusive school were varied one another. This differences were influenced by three aspects: (1) the background of their disability, (2) relationship within family, and (3) their self concept.
This research also found out that a succesful intercultural adaptation of the handicapped in inlcusive schools were influenced by the following aspects: (1) the support of direct family and the closest social environment, (2) role model as a motivator for the handicapped, (3) a positive self concept."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ary Wahyono
"ABSTRAK
Kegiatan perladangan Kulit Manis di TNKS merupakan kegiatan bercocok tanam yang dikategorikan sebagai kegiatan yang mengubah ekosistem alami. Dampak perladangan terhadap erosi tanah akan semakin meningkat apabila terjadi perluasan areal tanaman kulit manic. Kegiatan perladangan tanaman kulit manis di TNKS tidak lepas dari permintaan lahan yang subur yang meningkat untuk kepentingan kelangsungan hidup penduduk sekitar. Peranan tanaman kulit manis memberikan sumbangan yang besar bagi rumahtangga petani.
Di satu sisi, kegiatan bercocok tanaman di TNKS merupakan mata pencaharian hidup penduduk sekitar, tetapi di sisi lain merupakan pembatasan atau pelarangan pemanfaatan sumberdaya. Oleh sebab itu, masalah perladangan tanaman kulit manis di TNKS merupakan masalah ekologi dan sosial-ekonomi penduduk yang perlu dicari pemecahannya tanpa harus menimbulkan masalah baru terhadap penduduk yang menggantungkan hidupnya dari hasil kulit manis.
Studi ini diharapkan memberikan pemahaman tentang perilaku perambahan hutan kasus tanaman perdagangan di kawasan TNKS sehingga dapat digunakan sebegai referensi di dalam pengelolaan lingkungan kawasan konservasi yang memperhatikan masyarakat sekitar.
Tujuan studi adalah mengetahui motivasi dan latar belakang petani mengembangkan tanaman kulit manis dan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan perladangan kulit manis di kawasan konservasi.
Unit analisis dari penelitian ini adalah rumahtangga petani yang mengusahakan perladangan tanaman kulit manis. Sifat penelitian ini adalah kualititatif. Sungguhpun demikian dalam berbagai kasus uraian, data dianalisis dengan teknik statistik sederhana (chi-kuadrat) dan teknik korelasi. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang responden. Lokasi penelitian adalah Desa Siulak Kecil, Gunung Kerinci, Jambi.
Ringkasan hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pala ladang campuran tanaman kulit manis dan tanaman sayuran merupakan bentuk adaptasi pertanian yang dikembangkan sebagian besar responden petani sebagai strategi untuk mengatasi kebutuhan hidup. Ada sekitar 63% responden yang mengembangkan ladang tumpangsari di lakasi penelitian, sedangkan sisanya 27% terdiri dari responden yang tidak memiliki ladang sayuran, dan sebagian kecil responden (10%) yang mengembangkan ladang sayuran menetap.
Sifat fleksibelitas tanaman kulit manis mendorong petani untuk mengembangkan tanaman kulil manis. Tanaman kulit manis dapat dipanen setiap saat sesuai dengan kebutuhan dan keperluan petani. Tanaman kulit manis dapat berfungsi sebagai tabungan, tetapi juga dapat dipetik hasilnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ladang kulit manis yang masih muda (di bawah empat tahun) dapat ditumpangsarikan dengan tanaman berumur pendek yang menguntungkan. Tanaman sayuran merupakan penghasilan harian bagi rumahtangga petani di Kerinci.
Pengembangan ladang campuran menyebabkan petani harus mengatasi kesuburan ladang, yaitu membuka ladang sayuran di lokasi lain. Ada dua strategi petani untuk mengatasi kesuburan ladang, yaitu membuka ladang di kawasan hutan dan di kawasan perladangan kulit manis. Akan tetapi, dilihat dari aspek penguasaan ladang dan keragaman komposisi umur tanaman kulit manis mencerminkan bahwa petani Kerinci di Desa Siulak tidak memiliki pola perladangan berpindah yang tetap. Oleh sebab itu, dapat dimengerti jika perkembangan areal perladangan kulit manis cenderung ekspansif.
Pala penguasaan ladang tanaman kulit manis tidak identik dengan pola penguasaan sawah yang masih diatur secara adat (gilir ganti melalui jalur matrilineal), tetapi dimiliki secara individual. Ladang kulit manis bukan lagi lahan pertanian yang dikuasai secara adat, melainkan kekayaan yang diperoleh dari pencaharian (tembilang emas). Oleh sebab itu dalam pewarisannya tidak diatur secara adat tetapi disesuaikan dengan kepentingan petani. Akibatnya fungsi ekonomi ladang kulit manis lebih menanjol dibandingkan dengan sawah. Kalau hak pakai pada sawah yang cenderung terbatas (gilir ganti), maka pola penguasaan ladang kulit manis dipandang sebagni hak pakai tak terbatas dan tidak ada kelembagaan yang mengontrol sebagaimana terdapat pada sawah.
Sebagian besar (80%) penguasaan ladang kulit manis adalah pemilikan ladang, lebih dari separuhnya (60,8%) diperoleh melalui jual-beli. Jual beli ladang merupakan transaksi antar penduduk yang biasa terjadi di Desa Siulak Kecil. Adat dan desa tampaknya tidak mengatur secara jelas masalah jual-beli ladang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas kulit manis yang dikuasai mencerminkan jumlah petak ladang yang dimiliki. Semakin luas ladang kulit manis yang dikuasai semakin banyak jumlah petak yang dikuasai.
Luas sawah yang digarap rumahtangga berkorelasi langsung terhadap luas penguasaan ladang kulit manis. Semakin besar luas sawah yang dikuasai semakin banyak jumlah petak ladang kulit manis yang dikuasai. Sawah masih merupakan kebutuhan subsistensi rumahtangga petani yang dilindungi secara adat.
Jumlah anggota keluarga dalam rumahtangga petani tidak berkorelasi dengan penguasaan ladang kulit manis. Ekstensifikasi ladang kulit manis tidak ada hubungannya dengan jumlah jiwa dalam rumah tangga petani. Namun demikian, jumlah jiwa dalam dalam rumah tangga petani berkorelasi secara negatip dengan luas sawah yang digarap petani. Jadi, semakin banyak anggota keluarga dalam rumah tangga petani semakin sempit luas sawah yang digarap rumah tangga petani.
Pekerjaan sampingan petani berkorelasi dengan penguasaan ladang kulit manis, sebaliknya, pekerjaan sampingan petani tidak berkorelasi dengan luas sawah yang digarap petani. Hal ini berarti bahwa luas-sempitnya sawah yang digarap petani tidak berkaitan dengan pekerjaan sampingan yang dimiliki petani. Sawah merupakan hak kaum perempuan yang sudah menikah, yang lebih ditekan pada fungsi sosial. Sawah merupakan penopang solidaritas sosial masyarakat Kerinci. Di lain pihak, pekerjaan sampingan bukan alternatif mengatasi kesulitan keterbatasan lahan sawah. Pekerjaan sampingan merupakan modal bagi petani untuk mengembangkan ladang kulit manis. Jadi dengan demikian pengembangan ladang kulit manis merupakan alternatif yang dianggap dapat mengatasi kebutuhan hidup masyarakat.

ABSTRACT
Expansion of cinnamon crop cultivation in Kerinci Seblat National Park (KSNP) area is categorized as activities which can change the natural ecosystem. Impact of swidden agricultural system on land erosion would increase when they expanded. The development of swidden agricultural system activities gives rise to the increasing demand of fertile area, which is very important for the livelihood of local people. The cinnamon bark plant contributed deal towards the father?s household.
Cinnamon cultivation activities in KSNP is a source of livelihood to the local people. However, it can result in the destructive use of forest resources. The problem of establishing cinnamon tree cultivation in KSNP are ecological and socio-economic in character. This need proper solution which do not incur new problems for local people whose livelihood depends on cinnamon garden yield.
This study is expected to give an understanding on the behavior of forest intruders cultivating commercial plants in KSNP, and function as reference for environmental management of forest conservation area without neglecting the local people.
The objective this study is to find out the motivation and background of farmers in developing cinnamon tree crops and to find out factors which relate to the expansion of cinnamon planting activities in a conservation area.
The unit of analysis of this study is the farmer's household ultimating cinnamon tree. This study is qualitative in character, although some of its data were analyzed by simple statistical technique (chi square) and correlation technique. The number of respondents (sample) interviewed was 100 people. The study location was in Siulak Kecil, Gunung Kerinci, Jambi Province.
The research results can be summarized as follows:
1. The cinnamon mixed garden (ladang tumpangsari system) is a form of agricultural adaptation developed by most (farmer) respondents to meet life necessities. About 63% of respondents developed intercropping, 27% of them did not cultivate vegetables cultivation, and a few of them (10%) developed cinnamon monoculture plantation.
2. The flexibility of harvesting system enable the farmers to develop cinnamon mixed garden. These plants can be harvested any time that is suitable to the farmer's needs and wants. Cinnamon tree can function as savings. It can also be harvested to meet special needs (travel, marriage, university fee, buying modem commodities, pilgrimage). The Annual crop arc harvested throughout the year and sold. Vegetables with a peak production (annually) constitute a good revenue which fulfill the farmer's basic needs.
3. The development of cinnamon mixed gardens has caused the farmer to take into account the fertility of the land. Therefore, they cleared away another location to cultivate vegetable anew. The farmer had two strategies in order to contend wither land fertility; the first strategy is that they c)cared away the forest area and the second is to cleared away the cinnamon bark plant cultivation area. However, viewed from the ownership aspect and the age variations of cinnamon bark plant, it can be said that farmers in Siulak Kerinci do not posses permanent shifting cultivation pattern. It is understandable therefore if the development of unirrigated cultivation area tended to became expansive.
4. The ownership pattern of swidden cultivation is not identical with the ownership of wet paddy field that is still controlled by customary laws (by turns through matrilineal channels). Hence, the swidden agricultural system is no longer controlled by customer laws but became private property. Therefore, cinnamon bark plant area is not considered as inherited wealth, but adaptable according to the farmer's interest. As a result the economic function of cinnamon bark area is more prominent compared to wet paddy field. Compared to wet paddy field the ownership pattern of cinnamon tree utilization rights is unlimited and no institution is in control as in case of wet paddy field.
5. Most of swidden cultivation area ownership (80%) is private property. More than half of it (60.8%) obtained the ownership by people's interaction. Swidden cultivation trading is a common transaction among inhabitants in Siulak Kecil. Research showed that the higher number of cinnamon tree reflected more extensive land controlled by the farmer. Wet paddy field is still a subsistence need the for farmer's household and it is protected by traditional custom laws.
6. The numbers of family members in a farmer's household do not correlate with the ownership of cinnamon gardens. The greater the cinnamon trees do not correlate with the number of the household's family members. Nevertheless, the numbers of household's family members negatively correlate with wet paddy field the farmer tilled. The higher number of members the narrower the wet paddy field a farmer tilled.
7. The additional job a farmer possess correlate with cinnamon tree possessions. On the other hand, additional jobs do not correlate with the extend of wet paddy field tilled by the farmer. This means that the size of wet paddy field do not correlate with additional job a farmer has. Wet paddy field constitutes social solidarity support of the community in Kerinci.
8. The additional job farmer correlated with claims on unirrigated cultivation area. The additional job farmer do not correlate with the size of wet paddy filed cultivated by the farmer. This means that the size of wet paddy filed cultivated by the farmer do not correlate with the additional job farmer. Wet paddy field is the right of married woman due is social function. Indeed, wet paddy field is the social solidarity support of the Kerinci community.
9. The additional job is no an alternative to overcome the limited land for wet paddy field. The additional job formers constitute a capital of the farmer to develop the cinnamon plantation. Therefore, the expansion of cinnamon commercial tree is an alternative that can be considered of being capable of overcoming the needs of community livelihood.
E. Reference : 54 [1926-1995]
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mekanisme pertahanan merupakan usaha individu uutuk melindungi diri dari ancaman atau stresor. Keluarga yang anggota keluarganya menderita cedera kepala, akan memiliki mekanisme pertahanan terhadap masalah tersebut baik adaptif maupun maladaplif. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi sederhana dan bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme pertahanan atau mekanisme koping yang terjadi pada keluarga pasien cedera kepala. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2003 di ruangan neurologi IRNA B Iantai I kiri RSUPN Cipto Mangunkusumo .Jumlah responden 28 orang, dan para pengambilan sampelnya menggunakan metode convenience samples. Hasil penelitian menunjukan bahwa mekanisme koping responden seluruhnya berada pada rentang nilai 76 - 120, hal ini dapat disimpulkan bahwa keluarga pasien cedera kepala yang dirawat di ruangan IRNA B lantai I kiri RSUPN Cipto Mangunkusumo memiliki mekanisme koping yang adaptif."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5354
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Kemampuan menyelesaikan masalah dengan menggunakan koping yang tepat akan
mempengaruhi mahasiswa baru dalam menghadapi proses belajar mengajar yang pada
akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan unluk
mendapatkan gambaran tentang mekanisme koping yang digunakan oleh mahasiswa
baru reguler 2006 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dalam menghadapi
stres tahun pertama kuliah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
sederhana dengan responden 69 orang mahasiswa reguler 2006. Pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner untuk mengkaji stres, stresor, dan mekanisme koping. Data
yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan
disribusi frekuensi dan prosentase dari variabel yang diteliti. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa 58% mahasiswa menggunakan koping konstruktif dan 42%
menggunakan koping destruktif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan bagi pembimbing akademik, khususnya pembimbing akademik
mahasiswa baru agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi sehingga
proses belajar mengajar tetap berjalan dengan Iancar."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5578
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kakiailatu, Toeti
"Dalam kehidupan manusia, adaptasi adalah suatu proses ke_giatan utama untuk dapat menguasai dan mendapatkan hasil se maksimal rnungkin dari pemukimannya. Adaptation dalam baha - sa Indonesia sering diartikan sebagai penyesuaian diri (Echols & Shadily, 1975:10). Yakni menunjukkan pengertian adanya sesuatu yang lain, yang merupakan suatu proses yang dilakukan manusia untuk mengatasi suatu keadaan baik biologi, alam maupun lingkungan sosial tertentu, untuk dapat memenuhi syarat-syarat dasar yang ada, agar dapat melestarikan kehidupannya. Untuk mengatasi semua itu. kebudayaan merupakan alat (instrument) ter nenting dalam beradaptasi (Cohen, 1968 42). Kebudayaan di si_ni berarti seluruh komponen yang menyangkut teknologi dan pra_nata (institution) yang antara keduanya saling berkaitan erat serta menyebabkan terbentuknya tata pola kelakuan manusia.Semua ini kemudian ditransmisikan dari suatu generasi ke gene_vasi berikutnya sehingga kelestarian yang berimbang antara ma_nusia dan lingkungan pemukimannya, dapat terlaksana."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S12923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>