Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratri Arudhisty D.I.
"Reformasi merupakan pernyataan sikap kompromis antara golongan yang memiliki pengaruh lebih besar di masyarakat dengan kekuatan sosial yang pengaruhnya relatif lebih kecil. Negara Republik Indonesia tak luput dari pergerakan Reformasi. Indonesia mengalami Reformasi pada tahun 1998 pada masa Pemerintahan Presiden Suharto. Kerajaan Singosari merupakan salah satu kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang terbentuk akibat proses reformasi politik. Dengan melihat indikasi proses reformasi politik yang terjadi di Kerajaan Singosari, maka tulisan ini berusaha untuk menganalisis serta menjabarkan proses terjadinya reformasi politik dalam pembentukan Kerajaan Singosari. Analisa serta penjabaran proses reformasi politik dalam pembentukan Kerajaan Singosari ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif yang berlandaskan pada studi kepustakaan. Pada akhir pembahasan, terlihat adanya proses reformasi sebagai awal perjuangan rakyat untuk membangun Kerajaan baru sebagai akibat ketidakpuasan rakyat atas pemerintah pada masa itu yang terekam dalam Serat Pararaton.

Reformation is the compromise between the position statements which have greater influence in the community with the power of social influence relatively have smaller. Indonesian Republic is not spared from the Reformation movement. Indonesia experienced the Reformation in 1998 during the administration of President Suharto. Singosari Kingdom is one of the Hindu-Buddhist in Indonesia which was formed as a result of the process of political reformation. With respect to the indication of the process of political reformation which took place in the Kingdom of Singosari, this paper seeks to analyse and describe the process of political reform in the formation of the Kingdom of Singosari. Analysis and translation of the process of political reform in the estabilishment Of the Kingdom of Singosari this method using qualitative-descriptive based on the study of literature. At the end of the discussion, the process of reformation as the early struggles of peoples to build a new empire as a result of the people's dissatisfaction over the Government at that time recorded in Pararaton’s manuscript.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jogjakarta, 1966
D 899.28 P 22 j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pitono Hardjowardojo
Djakarta: Bharata, 1965
959.8 PIT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Mangkudimedja
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1979/1980
899.222 MAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Mangkudimeja
"Serat Pararaton Jilid 1 ini diawali dengan kisah mengenai masuknya pengaruh Hindu di Jawa sampai dengan pembahasan tentang agama Hindu di Jawa dan di Nusantara."
Betawi: Firma Papyrus, 1912
BKL.1061-CL 93
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teksnya berisi tentang kisah kerajaan Singasari, dimulai dari Ken Arok sampai dengan Prabu Kertawijaya yang menjadi raja menggantikan raja putri Suhita di Majapahit. Teks ini juga menyebutkan nama-nama raja di Tumapel dan Majapahit. Asal koleksi R. M. Sajid. Daftar pupuh sebagai berikut: 1. Dhandhanggula; 2. Sinom; 3. Pangkur; 4. Durma; 5. Dhandhanggula; 6. Megatruh; 7. Durma; 8. Dhandhanggula; 9. Asmarandana; 10. Mijil; 11. Pangkur; 12. Kinanthi; 13. Sinom; 14. Asmarandana; 15. Dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.6-KS 88
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Kriswanto
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2009
899.221 33 AGU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Acep Iwan Saidi, 1969-
"Di dalam tesis ini dibahas roman Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer dalam perbandingan dengan karya sastra klasik, Serat Pararaton. Analisisnya didasrkan pada teori semiotika dan resepsi. Semiotika yang digunakan adalah semiotika Ferdinand De Saussure yang dikembangkan Roland Barthes, sedangkan resepsi yang dimaksud teori yang dikembangkan Hans Robert Jauss tentang penerimaan yang dilakukan pengarang terhadap sastra klasik yang menjadi sumber penulisan romannya.
Dari analisis dengan menggunakan kedua teori ini ditemukan bahwa Arok Dedes merupakan sebuah roman yang melakukan rasionalisasi terhadap mitos Ken Arok dan Ken Dedes. Hal yang paling menonjol dirasionalisasi adalah masalah kekuasaan. Jika dalam mitos yang dikukuhkan Serat Pararaton kekuasaan merupakan masalah Dewa, dalam Arok Dedes tidaklah demikian. Kekuasaan bukanlah sesuatu yang sakral yang hanya bisa dimiliki atas kehendak Dewa, melainkan sesuatu yang dapat diraih oleh siapa saja dengan syarat memiliki kemampuan untuk mendapatkannya. Perasionalan yang dilakukan Pram tersebut ternyata dilatarbelakangi oleh kehidupan Pram dan ideologi yang dianutnya. Arok Dedes adalah representasi dari sikap Pram terhadap kekuasaan dan faham realisme sosialis yang dianutnya.

This thesis is a comparative study between the Pramoedya Ananta Toer's novel Arok Dedes and a clasical literature Serat Pararaton. Analysis is based on theory of semiotics and reception. This thesis use the semiotics by Ferdinand de Saussure which is developed by Roland Barthes, and the reception by Hans Robert Jauss, is the understanding of the writer (Pram) towards the clasical literatur which inspiring his novel.
Based on these theories, the analysis shows that Arok Dedes is a novel that is rationalizing the myth of Ken Arok and Ken Dedes. The most prominent rationalization here is power. In Pararaton, power is related to divinity, while in Arok Dedes it isn't. Power is not sacred. Everyone can have it as long as the has ability be on power. Pram's rationalization of power evidently based on this life background and ideology. Arok Dedes is representation of Pram's understnading about power and his belief in realist socialism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T37149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Archangela Yudi Aprianingrum
"Pada bangunan candi banyak dijumpai berbagai bentuk hiasan. Salah satu bentuk ragam hias yang cukup menarik adalah bentuk hewan. Relief hewan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu relief ornamental (tanpa cerita) dan relief cerita. Pada relief cerita hewan, makna penggambaran tersebut dapat diketahui secara langsung melalui cerita yang digambarkan, sedangkan pada relief ornamental makna dari penggambaran hewan tersebut tidak dapat diketahui secara langsung. Penggambaran relief hewan ornamental ini banyak dijumpai pada candi di Jawa Timur, yaitu Candi Kidal, Candi Jago, Candi Simping, Candi Rimbi, Candi Surawana, Candi Sanggrahan, dan Kompleks Candi Panantaran. Hal inilah yang menjadi latar belaklang dari penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan penempatan jenis hewan tertentu pada bagian bangunan candi berdasarkan pola keletakan. Selain itu, juga menjelaskan bahwa relief hewan ornamental digambarkan tidak hanya sebagai hiasan, tetapi berhubungan dengan ajaran keagamaan tertentu. Penelitian dimulai dengan proses pengumpulan data berupa deskripsi dan foto relief hewan. Selanjutnya dilakukan pengidentifikasian bentuk masing-masing hewan dan pengintegrasian dengan keletakannya pada bangunan candi. Setelah itu dilakukan penafsiran data untuk memahami adanya hubungan antara pemilihan hewan, letak relief, dan makna khusus dari penggambaran hewan tersebut yang dikaitkan dengan religi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bangunan candi terdapat tiga puluh sembilan jenis hewan yang ditempatkan pada bagian kaki, tubuh, dan atap candi. Relief tersebut memperlihatkan adanya suatu pola dan penempatannya sesuai dengan konsep bhurloka, bhuvarloka, dan svarloka. Relief hewan ornamental ini dipahatkan tidak hanya sebagai hiasan, tetapi sebagai representasi dari dewi-dewi dan berhubungan dengan ajaran keagamaan yang dapat mengarahkan pikiran pemuja kepada dewi di pusat candi"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eggy Gustaman
"Tentang penggambaran tokoh bersorban berdasarkan relief cerita pada candi Jago, Induk Penataran, Pendopo Teras Pertama Penataran, Tegalwangi, Surawana dan Jawi. Untuk memisahkan tokoh bersrban itu ke dalam golongnnya masing-masing, maka ciri ikonografisnya harus benar-benar diperhatikan yang ditandai dengan kode variasi. Setelah tokoh-tokoh bersorban itu dipisahkan berdasrakan kombinasi variasi yang ternyata berjumlah 17, diketahui tokoh bersorban lebih banyak kesamaan ciri ikonografis terutama pada bentuk badan, bentuk sorban dan jenis bakaian yang dikenakan. Untuk ciri dengan adanya kumis dan jenggot hanya digunakan untuk ciri tambahan, kerena pada tokoh bersorban ini terdapat karakter tokoh wanita yang sudah pasti tidak berkumis dan berjenggot. Dari hasil penggolongan dan perbandingan dominasi penggambaran tokoh bersorban pada relief di candi-candi masa Singhari dan Majapahit ini, dapat terlihat bahwa tokoh bersorban yang diidenfikasi sebagai pertapa wanita merupakan tokoh yang paling banyak digambarkan dalam panil relief pada candi-candi masa Singhasari dan Majapahit dibandingkan tokoh-tokoh bersorban lainnya yang diidenfikasi sebagai rsi, pertapa pria dari suatu pertapaan dan pertapa pria di luar pertapaan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>