Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arini Kaesaria
"Meningkatnya persaingan bisnis, menuntut suatu organisasi untuk melakukan pemasaran yang efektif. Salah satunya adalah dengan pengenalan barang yang akhirnya terjadi proses penjualan, yang dilakukan oleh tenaga penjual kepada konsumen. Tiap tugas yang dijalani oleh tenaga penjual, yang secara keseluruhan bertujuan mencapai target penjualan dapat dikatakan sebagai tuntutan pekerjaan. Apabila tuntutan pekerjaan tersebut dirasa terlalu berat, maka pada akhirnya dapat membuat tenaga penjual menjadi stres.
Penelitian ini berfokus pada stres kerja tenaga penjual yang berkerja di PT.X wilayah JABODETABEK dan Serang. Aspek yang ingin dilihat dari penelitian ini adalah stres kerja pada tenaga penjual laki-laki dan perempuan usia dewasa muda. Pengambilan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dengan menitipkannya pada kepala cabang kantor pusat PT. X di Jakarta Timur. Dari 100 kuesioner yang disebar, hanya 62 partisipan yang datanya dapat diolah. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik uji Independent Sample T-test untuk melihat apakah jenis kelamin berpengaruh terhadap stres kerja yang dialami tenaga penjual, dan ANOVA untuk melihat perbedaan stres pada tiap tugas dengan menggunakan SPSS 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya stres kerja pada tenaga penjual selama menjalankan tugas. Adanya perbedaan stres kerja pada tiap tugas tenaga penjual, dan adanya perbedaan stres kerja antara tenaga penjual laki-laki dan perempuan.

The increase of business competition ushers an organization to be effective in marketing. One of them is by the introduction of the goods that ultimately happens through the sales process, conducted by salespeople to the consumer. For each task that is carried out by salespeople, the overall aim is to achieve the target of the sales that can be said as the demands of work. When the work demands are felt to be heavy, this ultimately can make the salespeople stressed.
This research focuses on the work stress on the salespeople working at PT.X in JABODETABEK and Serang areas. The subject of this research is the men and women young adulthood sales. Data is collected by distributing questionnaires left to the head of the branch office of PT.X in East Jakarta. Of the 100 questionnaires distributed, only data from 62 participants were able to be processed. The data obtained were analyzed using statistical techniques test Independent Sample T-test to see the sex effect on work stress experienced by the salespeople, and ANOVA to see the stress on each task by using SPSS 16.0.
The results suggest the existence of work stress on the salespeople for running errands, differences in work stress on each salespeople's job, and work stress on men and women sales.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Abidah El Kholiqy
"Pembentukan orientasi seksual pada diri individu dipengaruhi oleh faktor yang terjadi secara nature maupun nurture. Salah satu faktor nature adalah fratrenal birth order. Penelitian ini ingin melihat gambaran dari orientasi seksual pada lakilaki tahapan usia dewasa muda berdasarkan fraternal birth order. Secara operasionalnya peneliti ingin melihat adakah perbedaan orientasi seksual berdasarkan dengan jumlah kepemilikan kakak laki-laki pada individu serta gambaran hubungan yang terjadi antara orientasi seksual dan fraternal birth order. Partisipan penelitian ini adalah 100 orang laki-laki yang berada pada tahapan usia dewasa muda. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah Klein Sexual Orientation Grid (KSOG) untuk mengukur kontinum orientasi seksual yang dikembangkan oleh Klein (1985) dan kuesioner fratrenal birth order yang digunakan oleh Blanchard & Bogaert (1996). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan orientasi seksual berdasarkan fraternal birth order serta terdapat hubungan yang signifikan dari orientasi seksual dan fraternal birth order.

The formation of sexual orientation of an individual is influenced by nature and nurture factors. One of the nature factors is fraternal birth order. This research willing to see sexual orientation in men young adulthood by virtue of fraternal birth order. In the operationally, researcher is willing to see the differences of sexual orientation by virtue of the number of older brother in the family of an individual and the decription of correlation between sexual orientation and fratrenal birth order. This research involves 100 man participants at young adulthood. The measurement tools used to collect data in this research is Klein Sexual Orientation Grid (KSOG) in order to measure sexual orientation continuum developed by Klein (1985) and fraternal birth order questionnaire used by Blanchard & Bogaert (1996). The results show that there are differences of sexual orientation by virtue of fraternal birth order and significant correlation from sexual orientation and fraternal birth order.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Heru Sunardjo
"Penelitian MONICA pada tahun 1988 dan 1993 juga mendapatkan prevalensi merokok yang tinggi di kalangan laki-laki yakni di atas 50%, tetapi pada tahun 2000 didapatkan penurunan menjadi 38,5%, sedang tahun 2000 mendapatkan prevalensi hipertensi masing-masing sebesar 17,9%.7, prevalensi hiperglikemia (gula darah sewaktu 200mg%) sebesar 3,1%, prevalensi obesitas (IMT 30 kg/mz) pada laki-laki sebanyak 6,1%, dan pada perempuan sebanyak 15,9%. Hasil SKRT 2001, prevalensi IMT 25 kg/m2 pada laki-laki dan perempuan usia 15 - lebih 65 tahun masing-masing 8,1% dan 13,4%, sedangkan pada laki-laki usia 35-54 tahun 13,4%, yang rutin berolah raga sebanyak 59,2%. Penelitian pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita pada tahun 1993 menunjukkan 90% penderita infark miokard dalam kehidupan sehari-harinya tidak berolahraga atau tergolong pekerja dengan aktifitas fisik ringan.
Data Kesehatan HRD PT X tentang kematian umum pada pekerja tahun 2004 adalah 4.82%o, termasuk di dalamnya angka kematian pekerja akibat Penyakit Jantung koroner 3.62%o, sedang dari total biaya kesehatan, sebesar 47% digunakan untuk pembiayaan penyakit degeneratif terutama penyakit kardiovaskuler yang hanya diderita 18% populasi pekerja. atas dasar gambaran risiko P.TK, tingkat kebugaran, angka kematian, dan pembiayaan yang terus meningkat secara tinier, maka analisis dislipidemia sebagai kofaktor penyakit kardiovaskular, dan tingkat kebugaran menarik untuk dilakukan pada populasi terbatas pekerja di PT X, guna mendapatkan variabel-variabel yang terkait dengan faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam upaya promotif dan preventif kesehatan pekerja, misalnya penyuluhan olah raga yang teratur dan ter ukur, penyuluhan pola makan seimbang dll.
Dengan keadaan tersebut diatas kami ingin mengetahui apakah ada hubunganya antara tingkat kebugaran dengan dislipidemia. Diharapkan dari hasil penelitian digunakan untuk melakukan upaya promotif dan preventif kesehatan pekerja dengan tepat dan terarah, sehingga tujuan untuk menurunkan faktor risiko PJK, angka kematian, meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan produktifitas serta menekan biaya kesehatan.
PERMASALAHAN:
Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan berkala (Medical Check Up) pekerja di PT X pada bulan September 2005 - Desember 2006. Sampai saat ini belum diketahui prevalensi dislipidemia dan faktor faktor risiko yang lain.
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Berapa prevalensi dislipidemia pekerja laki-laki di PT X
2. Bagaimana sebaran karakteristik pekerja laki-laki di PT X
3. Bagaiman sebaran faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pekerja laki-laki di PT X.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum : Meningkatkan derajat kesehatan pekerja melalui peningkatan kebugaran dengan Cara pengendalian risiko.Penelitian MONICA pada tahun 1988 dan 1993 juga mendapatkan prevalensi merokok yang tinggi di kalangan laki-laki yakni di atas 50%, tetapi pada tahun 2000 didapatkan penurunan menjadi 38,5%, sedang tahun 2000 mendapatkan prevalensi hipertensi masing-masing sebesar 17,9%.7, prevalensi hiperglikemia (gula darah sewaktu 200mg%) sebesar 3,1%, prevalensi obesitas (IMT 30 kg/mz) pada laki-laki sebanyak 6,1%, dan pada perempuan sebanyak 15,9%. Hasil SKRT 2001, prevalensi IMT 25 kg/m2 pada laki-laki dan perempuan usia 15 - lebih 65 tahun masing-masing 8,1% dan 13,4%, sedangkan pada laki-laki usia 35-54 tahun 13,4%, yang rutin berolah raga sebanyak 59,2%. Penelitian pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita pada tahun 1993 menunjukkan 90% penderita infark miokard dalam kehidupan sehari-harinya tidak berolahraga atau tergolong pekerja dengan aktifitas fisik ringan.
Data Kesehatan HRD PT X tentang kematian umum pada pekerja tahun 2004 adalah 4.82%o, termasuk di dalamnya angka kematian pekerja akibat Penyakit Jantung koroner 3.62%o, sedang dari total biaya kesehatan, sebesar 47% digunakan untuk pembiayaan penyakit degeneratif terutama penyakit kardiovaskuler yang hanya diderita 18% populasi pekerja. atas dasar gambaran risiko P.TK, tingkat kebugaran, angka kematian, dan pembiayaan yang terus meningkat secara tinier, maka analisis dislipidemia sebagai kofaktor penyakit kardiovaskular, dan tingkat kebugaran menarik untuk dilakukan pada populasi terbatas pekerja di PT X, guna mendapatkan variabel-variabel yang terkait dengan faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam upaya promotif dan preventif kesehatan pekerja, misalnya penyuluhan olah raga yang teratur dan ter ukur, penyuluhan pola makan seimbang dll.
Dengan keadaan tersebut diatas kami ingin mengetahui apakah ada hubunganya antara tingkat kebugaran dengan dislipidemia. Diharapkan dari hasil penelitian digunakan untuk melakukan upaya promotif dan preventif kesehatan pekerja dengan tepat dan terarah, sehingga tujuan untuk menurunkan faktor risiko PJK, angka kematian, meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan produktifitas serta menekan biaya kesehatan.
PERMASALAHAN:
Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan berkala (Medical Check Up) pekerja di PT X pada bulan September 2005 - Desember 2006. Sampai saat ini belum diketahui prevalensi dislipidemia dan faktor faktor risiko yang lain.
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Berapa prevalensi dislipidemia pekerja laki-laki di PT X
2. Bagaimana sebaran karakteristik pekerja laki-laki di PT X
3. Bagaiman sebaran faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pekerja laki-laki di PT X.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum :
Meningkatkan derajat kesehatan pekerja melalui peningkatan kebugaran dengan Cara pengendalian risiko.
2. Tujuan khusus :
a) Diketahuinya prevalensi dislipidemia pada pekerja laki-laki PT X
b) Diketahuinya hubungan dislipidemia dengan kebugaran pada perkerja laki-laki di PT X.
c) Diketahuinya sebaran karakteristik responden berdasarkan masa kerja jabatan dan tingkat pendidikan pada pekerja laki-laki di PT X.
d) Diketahuinya sebaran faktor risiko dislipidemia; IMT, kebiasaan merokok, kadar gula darah, tingkat kebugaran pada pekerja laki-laki di PT X.
e) Diketahui hubungan faktor risiko dengan dislipidemia pada pekerja laki-laki di PT X.2. Tujuan khusus :
a) Diketahuinya prevalensi dislipidemia pada pekerja laki-laki PT X
b) Diketahuinya hubungan dislipidemia dengan kebugaran pada perkerja laki-laki di PT X.
c) Diketahuinya sebaran karakteristik responden berdasarkan masa kerja jabatan dan tingkat pendidikan pada pekerja laki-laki di PT X.
d) Diketahuinya sebaran faktor risiko dislipidemia; IMT, kebiasaan merokok, kadar gula darah, tingkat kebugaran pada pekerja laki-laki di PT X.
e) Diketahui hubungan faktor risiko dengan dislipidemia pada pekerja laki-laki di PT X."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T21139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Yulia Deliana
"Individu dapat menghadapi masalah-masalah yang bertubi-tubi di masa dewasa awal, dengan meningkatkan Self compassionnya. Di dalam penelitian ini diteliti hubungan antara Religiusitas Islam dan Self compassion, serta membandingkan tingkat Self compassion dan religiusitas pada laki-laki dan perempuan. Penelitian ini dilakukan terhadap 442 partisipan beragama Islam, berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan dan berusia 18-29 tahun atau dewasa awal (M=21). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa alat ukur The Revised-Muslim Religiosity Personality Index (R-MRPI) yang mengukur religiusitas Islam dan alat ukur Self compassion Scale-Short Form (SCS-SF) untuk mengukur Self compassion. Dari perhitungan statistik, penelitian ini membuktikan bahwa semakin ringgi religiusitas individu semakin tinggi juga tingkat Self compassionnya (r=0.391, p<0.01, one-tailed). Di samping itu, penelitian ini membuktikan tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam hal Self compassion dan religiusitas Islam pada laki-laki dan perempuan. Implikasi dari penelitian ini adalah dapat menjadi solusi pada permasalahan Quarter Life Crisis pada Dewasa Awal.

Individual can face the problem that come repeatedly in emerging adult’s life, emerging adulthood with raising their Self compassion. The research examines the corelation between Islamic religiosity and Self compassion; and also finds out the comparison of Self compassion and Islamic religiosity in men and women, This research is conducted to 442 specific characteristics of participants which are Muslim men and women, 18 to 29 years old or emerging adult (M=21). This research used instruments which are The Revised-Muslim Religiosity Personality Index (R-MRPI) for measuring Islamic religiosity and Self compassion Scale-Short Form (SCS-SF) for measuring Self compassion. From statistical calculation, this research proves that the more individuals get higher in religiosity, they will also get higher score in Self compassion (r=0.391, p<0.01, one-tailed). Besides, this research prove that there is no significant difference in terms of Self compassion and Islamic religiosity between emerging adult men and women."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delia Dintana
"Studi ini mengkaji bagaimana peningkatan perdagangan internasional telah memengaruhi dinamika kesenjangan upah antar jenis kelamin dan share employment di industri manufaktur di Indonesia hingga 2003 hingga 2015. Teori Discrimination Taste oleh Becker (1957) dan menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah mekanisme untuk meningkatkan daya saing di pasar sehingga peningkatan perdagangan internasional akan mengurangi kesenjangan upah antar tenaga kerja laki-laki dan perempuan karena diskriminasi bersifat costly untuk industri. Di sisi lain, teori non neoklasik berpendapat bahwa perdagangan internasional berakibat kepada melebarnya ketimpangan upah dikarenakan adanya segregasi pekerjaan diantara skilled dan unskilled labor. Penulis memasukkan ide dari kedua teori ini ke dalam model teori persaingan dan konsentrasi industri dan menguji model tersebut menggunakan data panel dari data survei rumah tangga Sakernas yang digabung dengan data perdagangan dan konsentrasi dari Statistik Industri dari 2003-2015. Perkiraan dari Ordinary Least Square (OLS) dan random effect di tingkat industri menunjukkan bahwa peningkatan daya saing di dalam pasar karena perdagangan internasional membuat tingkat kesenjangan upah di industri manufaktur terkonsentrasi di Indonesia menjadi semakin lebar.

This study examines how increasing trade in manufacturing industry in Indonesia through 2003 to 2015 have affected the dynamic of the gender wage gap and share employment. The Discrimination Taste theory by Becker (1957) stated that international trade is a mechanism for the competitiveness in the market hence the increasing of trade will decrease the gender wage gap since it is costly for the industry. On the other hand, non-neoclassical theory argues that international trade results in widening wage inequality due to the segregation of work between skilled and unskilled labor. We incorporate these two ideas into a theoritical model of competition and industry concentration and test the model using panel data of Sakernas household survey data merged with trade and concentration data from Statistik Industri from 2003-2015. Estimates from ordinary least-squares (OLS) and random effects regressions at the industry-level indicate that increasing openness to trade is associated with larger wage gaps in Indonesias concentrated manufacturing industries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhia Dewi Sarah
"Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Lingkungan kerja fisik, desain dan organisasi kerja yang tidak memadai seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebih merupakan faktor yang menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja termasuk stress kerja. Pada tahun 2005 sebanyak 22% pekerja Eropa mengalami stress berupa sakit punggung bagian bawah, nyeri otot, dan kelelahan.
Penelitian dilakukan pada bulan November 2012 dengan desain studi cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan pada bagian pelayanan, operasional dan administrasi PT. X dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 31 orang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stress kerja pada karyawan PT. X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami stress sedang yaitu 64,5 % dari total responden kemudian diikuti dengan responden yang mengalami stress ringan sebesar 35,5 % dari total responden. Variabel stressor yang berhubungan (memiliki p-value < 0,05) dengan tingkat stress kerja adalah ketidakjelasan tugas dengan nilai OR menunjukkan bahwa proporsi antara ketidakjelasan tugas dengan kejelasan tugas memiliki perbandingan 6 kali untuk mengalami stress ringan di perusahaan. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara jam kerja, kerja lembur, beban kerja berlebih, shift kerja, rutinitas pekerjaan, lingkungan fisik, dukungan atasan dan dukungan rekan terhadap tingkat stress kerja PT. X.

Work is part an important role ini human life. Physical work environment, design and inadequate work organization such as speed and excessive workload are factors that cause health problems, including stress caused by work. In 2005 as many as 22 %of European workers experiencing stress in the form of lower back pain, muscle aches and fatigue.
The study was conducted in November 2012 with a cross sectional study design. The population in this study were employees at service, operational and administrative in PT. X with number of sample many as 31 people.
Purpose this study was to determine factors that affect job stress on employee at PT. X.
The result showed that most respondents experienced moderate stress was 64,5% of total respondents, followed by respondents who experienced mild stress by 35,3% of total respondent. Stressor variables related (having p-value < 0,05) with level of work stress is lack of clarity task with OR values indicates ratio lack of clarity task has 6 times to experience mild stress in the company. Not find any significant association between work hours, overtime, excessive workload, work shift, work routine, physical environment, supervisor support and peer support with level of work stress at PT. X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desdiani
"Latar belakang. Pabrik semen merupakan salah satu industri yang menerapkan kerja gilir bagi karyawannya untuk meningkatkan produktifitas. Kerja gilir ini berdampak pada gangguan irama sirkadian yang menyebabkan gangguan pencernaan. Di pabrik semen ini, gangguan pencernaan ditemukan pada pekerja gilir yang berotasi. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui prevalensi gangguan pencernaan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pencernaan
Metode penelitian. Berupa studi comparative cross sectional (perbandingan potong lintang) melalui perbandingan prevalensi gangguan pencernaan antara kelompok pekerja gilir dengan pekerja non gilir. Jumlah sampel pada kelompok kerja gilir dan kelompok non gilir masing masing 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana dari populasi yang memenuhi persyaratan kriteria inklusi. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan fisik, rekam medis pekerja dan data dari bagian kepegawaian.
Hasil penelitian. Didapatkan gangguan pencernaan pada pekerja gilir dengan pola rotasi dan prevalensi gangguan pencernaan sebesar 11% dengan CI 95% 4,9% - 17.1%. Faktor yang berhubungan paling kuat dengan gangguan pencernaan adalah riwayat penyakit seperti ginjal, hepatitis, tukak lambung dan batu empedu dengan p= 0,001 OR=14,635 CI 95% 2,909 - 73,626. Dan faktor yang juga berpengaruh terhadap timbulnya gangguan pencernaan adalah jumlah hari kerja dalam seminggu dengan p = 0,049 OR = 4,098 CI 95% 1,008 - 16,663 , Variabel penelitian seperti usia pekerja, tingkat pendidikan,jumlah jam kerja dalam sehari, masa kerja, stres, pola makan, kebiasaan merokok dan kebiasaan olah raga pada kedua kelompok kerja tidal( ditemukan perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan: Dari penelitian ini tidak terbukti bahwa kerja gilir yang berotasi mengakibatkan gangguan pencernaan dan secara statistik terbukti bahwa faktor jumlah hari kerja dalam seminggu dan riwayat penyakit bermakna dalam mempengaruhi timbulnya gangguan pencernaan (p< 0,05 ).
Oleh karena itu untuk mencegah dan mengurangi gangguan pencernaan, perlu dilakukan antisipasi dan pengertian yang dalam baik dari pihak manajemen, pekerja maupun dokter perusahaan.

The Influence Shift Work To Digestive Disorder At Male Worker Part Of Production At Cement Factory PT " X" In Citeureup BogorBack ground Cement factory represent one of the industry applying shift work to its employees to increase productivity. This shift work affect at rhythm trouble of circadian causing digestive disorder. In this cement factory, digestive disorder found at shift worker which is rotation. Therefore this study conduct to identify the prevalence of digestive disorder and other factors related to digestive disorder.
Research method Comparative cross sectional (transversal crosscut comparison) passing comparison of digestive disorder prevalence among group shy worker with non shift worker. Amount of sample at shift worker team and non shy worker team of everyone 100 persons. Intake of sample conducted at random modestly from population fulling conditions of inclusion criteria. Research data obtained from interview with questionnaire, physical examination, medical record and employee data
Result of research. Digestive disorder at shift worker with rotation pattern and the prevalence digestive disorder is II % with CI 95% 4,9 - 17,1%. The most influence factor related to digestive disorder is historical of disease with p = 0,001 OR=14, 635 CI 95% 2,909 - 73,626. And factor having an effect to incidence digestive disorder is amount of workday within a week with p = 0,049 OR = 4,098 CI 95% 1,008 - 16,663. Research variable like worker age, education level, the amount of workhour within a day, year of job, sires, pattern eat, habit smoke, habit of disease history and sport at both working team have equivalent so that not be found by difference having a meaning.
Conclusion. This research didn't proven that rotating shift work caused to digestive disorder and statistically significant relation between amount of workday within a week and historical of disease with digestive disorder (p < 0,05).Therefore to prevent and lessen digestive disorder, a coordination need to conducted between management, company doctor and also worker to improve this matter.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusrat Numeiri
"Latar Belakang: Stresor psikososial pada pekerja dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan antara lain stres kerja, depresi dan penyakit kronik lainnya, yang pada akhirnya berdampak pada performa dan kepuasaan kerja pekerja. Tujuan penelitian mengetahui tingkat kepuasan kerja, hubungan stres kerja terhadap kepuasan kerja, hubungan usia, jenis kelamin, jabatan, masa kerja, stresor diluar tempat kerja terhadap kepuasan kerja karyawan bagian marketing dan sales representative perusahaan farmasi PT.X di Jakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Dengan sampel 71 orang pekerja dari 112 pekerja bagian marketing dan sales. Menggunakan kuesioner SDS, kepuasan kerja, serta penyebab dan tingkat stressor metode Holmes dan Rahe.
Hasil: Prevalensi kepuasan kerja sebesar 66.2 . Tingkat stres sedang paling banyak ditemukan pada stresor beban pekerjaan kualitatif berlebih sebanyak 85.9 . Berdasarkan karakteristik stresor-stresor kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kepuasan kerja dengan nilai p > 0.05.
Kesimpulan: Tingkat kepuasan kerja karyawan bagian marketing dan sales representative perusahaan farmasi PT.X di Jakarta sebesar 66.2 . Tidak didapatkan hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja. Hipotesis penelitian tidak terbukti. Hubungan antara usia, jenis kelamin, jabatan, masa kerja, dan stresor diluar pekerjaan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kepuasan kerja.

Background: Psychosocial stressors on workers can cause various health problems such as work stress, depression and other chronic diseases, which impact on work performance and job satisfaction. The purpose of the study to know the level of job satisfaction, the relationshipof work stress to job satisfaction, age, gender, position, employment, stress outside the workplace to job satisfaction on marketing and sales representative at x pharmaceutical company in Jakarta.
Methods: Analytical study with comparative cross sectional design is used for this research. 71 samples of 112 workers at marketing and sales. Use questionnaire SDS, job satisfaction, and the measurement of cause and level of stressor with Holmes and Rahe methods.
Result: Every job stressor has medium stress level. The level of stress is most commonly found in overload qualitative stressors which is amounting to 85.9 . Prevalence of job satisfaction is 66.2. Distribution of respondents based on the characteristics of work stressors has no significant relationship to job satisfaction with p value 0.05.
Conclusion: Job satisfaction level for employees who work on marketing and sales representative department at x pharmaceutical company in Jakarta is 66.2. There is no relationship between work stress and job satisfaction. The research hypothesis is not proven. While age, gender, position, years of service, and stressor out of the job have no significant relationship to job satisfaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sundaru Dwi Hendarta
"Ruang lingkup dan metodologi : Salah satu penyakit akibat kerja yang harus dipikirkan akibat debu kapas di lingkungan industri tekstil adalah bisinosis, yang menimbulkan gangguan kesehatan serta menurunkan produktivitas kerja. Penelitian ini ingin mengidentifikasi bisinosis dan membuktikan hubungan antara pajanan debu kapas dengan prevalensi bisinosis. Desain penelitian yang digunakan adalah kros seksional dengan mengikutsertakan total populasi pekerja laki-laki bagian spinning yang terpajan debu kapas. Jumlah responden adalah 81 pekerja dengan rentang usia 21 - 52 tahun. Data di dapatkan dari wawancara, pengukuran fungsi paru dan pengukuran debu respirabel yang dilaksanakan pada bulan Febnuari sampai Maret 2005.
Hasil dan kesimpulan : Prevalensi bisinosis pada responden sebesar 11,1 % (9 dari 81 pekerja ). Setelah dilakukan analisis multivariat, diketahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya bisinosis yaitu pemakaian masker ( OR = 13,666 95 % CI = 2,217 - 84,222 dengan p = 0,005 ) disusul dengan status gizi ( OR = 6,029, 95% CI = 0,951 - 38,222 dengan p = 0,057 ). Dapat disimpulkan bahwa pemakaian masker dan status gizi berperan penting dalam terjadinya bisinosis.

Scope and methodology: One of the important work related disease caused by cotton dust in textile industry is byssinosis that would create medical problem and decrease work productivity. This research aims to identify byssinosis and prove the relation between cotton dust exposures with prevalence of byssinosis. For the research design we will use cross-sectional and take into consideration the overall population of male worker in spinning department who are exposed to cotton dust. The number of respondent is 81 workers aged from 21 to 52 years. We have collected the data from interview, measurement of lung function and measurement of respirable dust conducted on February until March 2005.
Result and conclusion: Prevalence of byssinosis of respondents at 11.1% (9 out of 81 workers). After multivariate analysis, the dominant risk factor impacting byssinosis is the use of mask (OR = 13,666 95 % CI = 2,217 - 84,222 with p = 0,005) followed by nutrient status (OR = 6,029, 95% CT = 0,951 - 38,222 with p - 0,057). Our conclusion is that the use of mask and nutrient status have significant role for byssinosis cases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawati Sugianto
"Tujuan. Banyak pabrik di Indonesia yang mempunyai pajanan silika tinggi seperti pabrik keramik dan pabrik semen, namun belum ada penelitian mengenai penyakit gangguan restriktif pada pekerja akibat pajanan silika. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi penyakit gangguan paru restriktif pada pekerja laki laki.
Metode. Desain penelitian ini adalah cross sectional ,data diambil dari data sekunder bagian batching plant, furnace, cutting line, dan administrasi yang dilakukan pemeriksaan tahun 2003.. Hasil. Dari 449 data, didapatkan prevalensi gangguan pare restriktif pada pekerja PT. X tahun 2003 adalah 48,8%. Hubungan antara gangguan paru restriktif dengan pajanan silika bermakna (p= 0,024). Masa kerja Para pekerja sebagian besar adalah kurang dan 10 tahun (90,6%). Tidak ada hubungan bermakna antara gangguan paru restriktif dengan penggunaan APD, pajanan organofosfat dan merokok.
Kesimpulan. Prevalensi gangguan paru restriktif akibat pajanan debu silika terbukti pada pekerja PT. X. sebesar 48,8% pada tahun 2003.

Prevalence Restrictive Lung Disorders Manufacturing Man Workers in PT. X at Cikarang.Objective of study. Many factories in Indonesia have a high exposure of silica such as cement and ceramic factories, which could cause restrictive pulmonary disease. Until now, no evidence has proved that the restrictive pulmonary disease raised among many workers, was caused by exposure of silica. Objective of study is to find out the prevalence of the restrictive pulmonary disease for man's worker, focusing on the exposure of silica.
Method. The design of this study is cross sectional. Subject of the study was secondary data chosen from the employees. The subject were selected from the hatching plant department, the furnace department, the cutting line and the administrative department, which was the high exposure environment and mild exposure. The employees was examined in 2003.
Result. Of total 449 data, the prevalence of restrictive pulmonary disease is 48.8%. Most of the employees have the duration of work less than 10 years. Correlation between restrictive pulmonary disease and silica exposure was significant (p = 0,024). Correlation between restrictive pulmonary disease and other related factors such as: use of personal protective equipment, organophosphate exposure, and smoking is also not significant.
Conclusion. Prevalence of the restrictive pulmonary disease 48.8% in PT.X. on 2003.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T 13634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>