Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhayati
"Remaja berisiko terhadap masalah kesehatan reproduksi akibat faktor perkembangan dan pengaruh pergaulan sebaya. Model edukasi sebaya akan efektif dengan pendekatan metode permainan. Integrasi comprehensive school health dan family center nursing model menjadi kerangka kerja praktik spesialis keperawatan komunitas melalui pendekatan manajemen pelayanan keperawatan komunitas, asuhan keperawatan komunitas dan keluarga.
Tujuan praktik adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa terhadap kesehatan reproduksi melalui model edukasi sebaya.
Hasil praktik menunjukkan peningkatan pengetahuan sebesar 17%, sikap positif 15%, dan perilaku tidak berisiko 7%. Metode permainan dalam model edukasi teman sebaya efektif mengubah perilaku kesehatan reproduksi remaja.

Adolescents are at risk for reproductive health problems due to developmental factors and the influence of peer relationships. Model of peer education will be effective with games approach. Integration of comprehensive school health and family center nursing model became the framework of practice with management of community nursing services, community and family nursing care approaches.
It aimed to increase knowledge, attitudes and behavior of students on reproductive health.
It showed an increase in knowledge (17%), positive attitude (15%), and un-risky behavior (7%). Game method in peer education model is effective to improve adolescent reproductive health behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gusma Dewi
"Masa remaja merupakan masa mencari jati diri, dimana keingintahuan mengeksplore bagian tubuhnya meningkat. Tidak mengherankan bahwa pada masa remaja, seseorang dapat melakukan masturbasi. Pengetahuan masturbasi biasanya bisa diperoleh dari media elektronik maupun media cetak. Selain itu dapat juga diperoIeh dari teman sebaya (peer group).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterkaitan peer group dengan tingkat pengetahuan masturbasi pada remaja di SMK Mandiri Depok tahun 2010. Desain penelitian dengan menggunakan uji chi square. Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariat. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 85 orang dengan kriteria responden laki-laki, usia 14-18 tahun, mempunyai peer group, bersekolah di SMK Mandiri Depok.
Hasil penelitian mengenai distribusi tingkat pengetahuan didapat sebanyak 49 orang (57,6%) penegtahuan rendah. Sedangkan keterikatan peer group pada siswa SMK Mandiri sebanyak 53 orang (62%) dengan keterikatan dengan peer group rendah. Peran peer group pada remaja di SMK Mandiri sebanyak 60 orang (70,6%) menunjukkan peran peer group rendah terhadap pengetahuan masturbasi. Sedangkan analisis berdasarkan frekuensi bertemu peer group sebanyak 53 orang (62,4 %) memiliki frekuensi rendah bertemu dengan peer group. Pada anatisis usia responden didapatkan rata- rata usia 16.36 tahun (95% CI: 16,15- 16,57) dengan standar deviasi 0,949. Sedangkan analisis untuk jumlah ternan dekat didapatkan rata-rata siswa SMK Mandiri memiliki 9.53 orang teman dekat ( 95% Cl: 7,85- 11,12) dengan standar deviasi 7,805.
Hasil penelitian analisis p value sebesar 0.033 dengan alpha = 0,05 artinya terdapat hubungan antara keterkaitan peer group dengan Tingkat pengetahuan Remaja tentang Masturbasi pada siswa SMK Mandiri Depok. sedangkan huungan peran peer group dengan tingkat pengetahuan masturbasi didapat p value= 0,680 dengan alpha 0,05, artinya tidak terdapat hubungan antar keduanya. Analisis hubungan frekuensi bertemu dengan peer group dengan tingkat pengetahuan didapat p value 0,003 dengan alpha 0,05 artinya ada hubungan antara frekuensi berternu dengan tingkat pengetahuan masturbasi. Distribusi rata-rata usia teman dekat menurut keterkaitan peer group, hasil uji didapatkan p value 0,323 dengan alpha 0,05 terlihat tidak ada hubungan yang signifikan. Sedangkan rata- rata jumlah teman dekat menurut keterkaitan peer group, basil uji yang didapat p value 0,136 ( alpha 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variable tersebut.

Adolescence is a time for identity, which explored his body increased curiosity. No wonder that in adolescence, a person can masturbate. Knowledge masturbation can usually be obtained from electronic media and print media. Moreover, it can also be obtained from peers (peer group).
This study aims to determine linkage relationships with the level of knowledge peer group masturbation among adolescents in vocational Mandiri Depok 2010. Design research by using chi square test. Data analysis was performed with univariate and bivariate. The samples used for as many as 85 people by the criteria of male respondents, aged 14-18 years, has peer group, schooling at SMK Depok.
Independent result research on the distribution of the level of knowledge gained as many as 49 people (57.6%) low knowledge. While peer group attachment on SMK Mandiri students 53 people (62%) with attachment to peer group rendah. Peran in adolescent peer group in as many as 60 people SMK Mandiri (70.6%) showed low peer group role of masturbation knowledge. While the analysis based on the frequency of peer group to meet as many as 53 people (62.4%) had a lower frequency to meet with peer group. Pada respondents age analysis showed the average age of 16:36 years (95% CI: 16.15 to 16.57) with a standard deviation of 0.949. While the analysis for the number of close friends got an average of vocational students have a 9:53 Mandiri close friends (95% CI: 7.85 to 11.12) with a standard deviation of 7.805.
The results of analysis for 0033 with a p value of alpha = 0.05 means there is a relation between the level of linkage peer group know/edge about Masturbation Teen Mandiri Depok on vocational students. Relations role of the peer group while the level of knowledge gained masturbation p value = 0.680 with an alpha of 0.05, meaning there was no correlation between the two. Analysis of the frequency relationship with a peer group met with the level of knowledge gained by alpha 0.003 p value 0.05 means that there is a correlation between the frequency of masturbation met with the level of knowledge. The average age distribution of close friends menutur linkage peer group, test results obtained with p value 0.323 0.05 alpha seen no significant relationship. While the average number of close friends by linkage peer group, test results obtained p value of 0.136 (alpha 0.05), meaning that no significant relationship between these two variables.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5940
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wirdah Alfida
"Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja amatlah penting unruk di informasikan dalam memfasilitasi perkembangan biologis dan psikologis anak. Anak yang pengetahuannya cukup baik akan mampu menerima perubahan tubuhnya dan berperilaku secara tepat. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan antara murid laki-laki dan perempuan kelas IV, V, dan VI sekolah dasar tentang kesehatan reproduksi remaja. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SDN Rawa Barat 08 Pemng dan SDN Gunung 06 Hang Lekir Jakarta Selatan (n=l00) dengan pengambilan sampei secam strarffied random sampling. Dam yang dipenoleh dianalisis dengan menggunakan distribusi iiekuensi dan uji dnlsquare.
Hasil penelitian diperoleh sebanyak 52% responden perempuan memiliki pengetahuan baik, sedangkan sisanya 48% nsponden memiliki pengetahuan kurang. Pada kelompok laki-laki hanya 46% laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sedangkan sisanya 54% responden pengetahuan kurang. Hasil menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja (p vaIue=0,689;a=0,05). Penelitian ini merekomendasikan adanya promosi kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi remaja di sekolah dasar ternama pada anak sekolah dasar kelas IV, V, dan VI."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5719
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trisnadewi Puspa Dola
"Penelitian ini merupakan penelitian korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan seks di lingkungan keluarga dengan perilaku sesksual remaja. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systematic random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 96 responden dan dianalisis menggunakan Chi Square (α= 0,05).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan seks di lingkungan keluarga dengan perilaku seksual remaja SMP kelas IX di Kecamatan Bogor Barat (p= 0,568). Penelitian ini merekomendasikan perlunya penelitian Iebih Ianjut terkait pendidikan seks di lingkungan keluarga dan perilaku seksual remaja.

This research is a correlative research with the purpose to understand the relationship between sex education in family environment and adolescent sexual behaviour. Sampling technique that used in this research is Systematic random sampling with 96 responder and analvzed with Chi Square (α= 0, 05).
The result conclude that there is no reiationship between sac education in famibt environment and the sexual behavior ofthe IX grade Junior High School students at Bogor Barat (p=0,568). This research recommended a needs of next research about sex education in family environment and adolescents sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5909
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hestilia Nurul Marifah
"Remaja tunagrahita berhak mendapatkan informasi kesehatan termasuk pendidikan seksualitas. Sebagai orang yang dipercaya menyampaikan informasi, guru dapat dijadikan promotor pendidikan seksualitas bagi remaja tunagrahita. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang gambaran praktik pendidikan seksualitas yang telah dilakukan guru di SLB-C Dharma Asih Depok Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procedure RAP . Informan penelitian terdiri dari 8 guru SLB-C Dharma Asih. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Pengolahan data dilakukan dengan menyusun transkrip, membuat matriks, mengidentifikasi hubungan antar variabel dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik pendidikan seksualitas di SLB-C Dharma Asih dilakukan secara klasikal dan insidental. Guru memiliki pengetahuan yang memadai tentang pendidikan seksualitas dan menganggap pendidikan seksualitas perlu diberikan kepada remaja tunagrahita sedini mungkin. Kendala yang dihadapi, guru belum memiliki modul terkait pendidikan seksualitas dan belum ada sarana edukasi yang menunjang pendidikan seksualitas di sekolah. Sekolah belum memiliki kebijakan khusus terkait pendidikan seksualitas bagi remaja tunagrahita. Kerjasama antara guru, orang tua, puskesmas, dan dinas pendidikan belum optimal untuk mendorong pendidikan seksualitas. Disarankan hendaknya ada program atau kebijakan khusus terkait pendidikan seksualitas bagi remaja tunagrahita dengan mendorong keterlibatan seluruh stakeholder.

Adolescents with intellectual disabilities have the right to receive health information including sexuality education. As a person who is trusted to convey information, teachers can be promoters of sexuality education for mental retarded adolescents. This study aims to obtain information about the description of sexuality education practices that had been done by teachers in SLB C Dharma Asih Depok 2018. The study used a qualitative approach with Rapid Assessment Procedure RAP design. The research informant consisted of 8 teachers of SLB C Dharma Asih. Data collection was done by in depth interview and observation. Data processing is done by arranging transcripts, creating matrices, identifying relationships between variables and drawing conclusions.
The results showed that the practice of sexuality education in SLB C Dharma Asih done in a classical and incidental. Teachers have adequate knowledge of sexuality education and consider sexuality education to be given to adolescent tunagrahita as early as possible. Constraints faced, the teacher does not have a module related to sexuality education and there is no educational tools that support sexuality education in schools. Schools do not have specific policies related to sexuality education for adolescents tunagrahita. Cooperation between teachers, parents, primary health care, and education offices has not been optimal to encourage sexuality education. It is suggested that there should be special program or policy related to sexuality education for adolescents tunagrahita by encouraging the involvement of all stakeholders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbarina Fitriani
"Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Individu pada tahap remaja mengalami perkembangan dan proses kematangan seksual maupun perilaku seksualnya. Proses ini selanjutnya akan mempengaruhi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA 32 Jakarta Selatan.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif sederhana dengan menggunakan tehnik simple random sampling dengan melibatkan responden sebanyak 74 orang, responder; berusia antara 15-20 tahun. Kuisioner yang digunakan bertujuan untuk memperoleh data mengenai tingkat pengetahuan rernaja tentang kesehatan reproduksi. Pertanyaan yang diajukan mengulas mengenai ciri-ciri pubertas, deiinisi dan hak-hak reproduksi, seksualitas, kehamilan, aborsi, alat kontrasepsi dan fungsinya, dan IMS-HIV/AIDS. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan tehnik distribusi frekuensi. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA 32 Jakarta Selatan pada umumnya sedang.
Sumber informasi yang paling banyak diperoleh responden mengenai kesehatan reproduksi yaitu dari media cetak dan elektronik. Disarankan pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi dan peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada anak didik remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5528
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Eka Pratiwi
"Skripsi ini membahas keterpaparan terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR Dan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Tahun 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cohort retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukan siswa yang perilaku seksual berisiko rendah sebanyak 99 70,7 dan perilaku seksual tinggi 41 29,3. Responden yang mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi lebih banyak pada remaja pasien baru PKPR 29 41,4, keterpaparan program PKPR sebanyak 0 0 pada pasien baru, jenis kelamin laki-laki 48 34,3, usia remaja akhir 104 74,3, umur pubertas dini 25 17,9, pengetahuan kurang 63 45, sikap negatif 40 28,6, sikap orang tua yang negatif 66 47,1 dan sikap teman sebaya yang negatif 63 45, pernah/punya pacar 112 80, frekuensi pertemuan dengan pacar sering 62 44,3, Terdapat hubungan antara keterpaparan terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR Dan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo p=0,00.

This thesis discusses the exposure of the Program Adolescent Friendly Health Services AFHS and risky sexual behavior in adolescents at Puskesmas Pasar Rebo. This study is a quantitative study with cohort retrospective research design and sampling carried out by the Simple Random Sampling.
The results showed that students 39 lowrisk sexual behavior 70,7 and sexual behavior is high 29,3 . Respondents who have high risk sexual behavior more on students who do not follow AFHS 37.1, male gender 34,3, age ge 17 years 74,3, early puberty age 17,9, lack of knowledge 45, negative attitude 28,6, and negative parents attitude 47,1 and negative peer group attitude 45, had have a girlfriend 80, the frequency of meetings with boyfriend often 44,3, There is a relationship between exposure to the Adolescent Friendly Health Services AFHS and risky sexual behavior in adolescents at Puskesmas Pasar Rebo p 0.00.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Saleha
"Perilaku seks remaja mungkin dipengaruhi banyak faktor yang salah satunya adalah tingkat pengetahuan tentang perilaku seks. Pengetahuan tentang dampak buruk perilaku seks yang dilakukan sebelum menikah akan membuat remaja menghindari perilaku tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perilaku seks dengan perilaku seks pra nikah yang dilakukan oleh remaja. Sampel penelitian ini sebanyak 108 responden merupakan siswa-siswi kelas VII dan VIII SMPN 5 Depok yang dipilih dengan random cluster. Alat peugumpulan data adalah dengan lembar kuesioner.
Hasil penelitian di SMPN 5 Depok menunjukkan dari 108 responden terdapat 54% remaja mempunyai tingkat pengetahuan perilaku seks tinggi dan sisanya mempunyai tingkat pengetahuan rendah 46%. Dali seluruh responden 85% responden tidak melakukan perilaku seks pra nikah dan 15% sisanya melakukan seks pra nikah.
Pada penelitian ini dihasilkan p-value 0,96 dengan <1 0,05 (p-value > α). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang perilaku seks dengan perilaku seks pra nikah pada siswa SMPN 5 Depok.

Teenager's sexual behavior could be affected by some factors. One of these factors is teenager’s knowledge of sexual behavior. Knowing bad effect of pre-marital sex will prevent teenager to do pre-marital sex.
This research was aimed at identifying the correlation between teenagers’ knowledge of sexual behavior and then pre-marital sexual behavior. This research involved 108 respondents who were chosen by random cluster sampling technique. The respondents were the students from the 7th and 8th grade of SMPN 5 Depok. The instrument used was a questionnaire that consisted of 32 statements that inquired the knowledge of teenager about sexual behavior and 9 statements about their pre-marital sexual behavior.
The result showed that 54% of the respondents have a high level of knowledge about sexual behavior, while 46% of the respondents have a low level of knowledge about sexual behavior. Furthermore, 85% of the respondents reported that they never engage in pre-marital sex.
This result also showed that the p-value of 0.96 by the α of 0.05 (p-value > α). Therefore, it is concluded that there was no correlation between teenager's sexual knowledge of sexual behavior and their pre-marital sexual behavior on SMPN 5 Depok student.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5927
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miron, Amy G., 1947-
Jakarta: Esensi Erlangga, 2006
649.125 MIR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Miron, Amy G., 1947-
Jakarta: Erlangga, 2006
649.125 MIR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>