Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173629 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Putu Sri Wahyuningsih
"Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) adalah penyakit terbanyak di Puskesmas Pejuang tahun 2012, dengan Insiden Rate 9,58%. Particulate Matter 10 (PM10) merupakan salah satu faktor resiko penyebab ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PM10 udara rumah tinggal terhadap kejadian ISPA Balita. Metode penelitian cross sectional. Populasinya seluruh balita di kecamatan Medan Satria, sampelnya 130 balita. Hasil pengukuran didapatkan kadar rata-rata PM10 udara rumah tinggal sebesar 72μg/m3 dan terdapat 88 balita (67,7%) mengalami ISPA. Disimpulkan bahwa kadar PM10 yang tidak memenuhi syarat berpeluang 11,33 kali lebih besar terkena ISPA dibandingkan dengan kadar PM10 yang memenuhi syarat.
Acute Respiratory Infections (ARI) the first from ten ranks of most diseases in district Medan Satria in 2012, with Incidence Rate 9.58%. Particulate Matter 10 (PM10) is one of their risk factors of Acute Respiratory Infections. This research aims to know the effects of PM10 of Residential Air on respiratory events in toddlers. This research method using cross sectional. The population is the entire toddler in district Medan Satria, the sample are 130 toddlers. Measurement results obtained average PM10 levels air House of 72 μg/m3 and there are 88 toddlers experiencing respiratory. It was concluded that PM10 levels are not eligible have the opportunity to be a cause of respiratory infection in toddler by 11,33 times compared with PM10 in homes that meet the requirements."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efi Kurniatiningsih
"Konsentrasi PM2,5 dalam ruang mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh manusia terutama pada kelompok rentan seperti balita. Balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2.5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko terhadap gejala ISPA. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross sectional pada balita diwilayah kerja Puskesmas Mekarmukti yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 130 orang. Penentuan gejala ISPA pada balita berdasarkan hasil wawancara dan observasi menggunakan kuesioner sedangkan pengukuran konsentrasi PM2,5 dalam ruang menggunakan Haz dust EPAM 5000. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gejala ISPA pada balita (8,47 ; 3,52-20,36). Faktor lain yang mempengaruhi adalah status merokok (1,38; 0,58-3,26), jenis kelamin (1,22; 0,58-2,55), status gizi (1,64; 0,56-4,84), suhu (2,48; 0,97-6,32) dan kelembaban (1,96; 0,89-4,34). Analisis multivariat menunjukkan bahwa balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko 15,71 kali mengalami gejala ISPA setelah dikontrol dengan variabel kelembaban dan pendapatan orang tua. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi PM2.5< dengan kejadian gejala ISPA pada balita. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan pencegahan terhadap efek PM2.5 dengan konseling kesehatan lingkungan dan peningkatan promosi kesehatan terkait faktor risiko gejala ISPA pada balita.

The concentration of PM2.5 in space affects health when inhaled by humans, especially in vulnerable groups such as toddlers. Toddlers who live in homes with concentrations of PM2.5 do not meet the requirements have a risk for the ARI symptoms. This research was conducted with a cross-sectional study design on children under five in the working area of ​​the Mekarmukti Public Health Center that met the inclusion and exclusion criteria as many as 130. Determination of ARI symptoms in toddlers based on the results of interviews and observations using a questionnaire while measuring the concentration of PM2.5 in the room using Haz dust EPAM 5000. The analysis was carried out using multiple logistic regression. The results of the analysis showed a significant relationship between the concentration of PM2.5 with ARI symptoms in toddlers (8.47 ; 3.52-20, 36). Other influencing factors were smoking status (1.38; 0.58-3.26), gender (1.22; 0.58-2.55), nutritional status (1.64; 0.56-4, 84), temperature (2.48; 0.97-6.32) and humidity (1.96; 0.89-4.34). Multivariate analysis showed that toddlers living in homes with PM2.5 concentrations did not meet the requirements had a risk of 15.71 times experiencing ARI symptoms after controlling for humidity and parental income variabels. The conclusion of this study is that there is a significant relationship between PM2.5 concentration and the ARI symptoms in toddlers. Therefore, it is necessary to control and prevent the effects of PM2.5 with environmental health counseling and increased health promotion related to risk factors for ARI symptoms in toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Sari
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang masih sering ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Kasus ISPA terus meningkat dari 7,2 juta kasus pada tahun 2007 hingga lebih dari 18,79 juta kasus pada akhir tahun 2011. PM10 adalah salah satu penyebab gangguan ISPA. Partikel ini merupakan salah satu zat pencemar di udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pajanan debu PM10 dengan kejadian ISPA pada petugas dan pedagang kios terminal, serta karakteristik individu dan faktor iklim di Terminal Kampung Rambutan. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran PM10 secara langsung di 5 titik dengan menggunakan alat Haz Dust EPAM 5000 serta wawancara dengan kuesioner terkait ISPA.
Hasil analisis t-test menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara PM10 dengan kejadian ISPA di Terminal Kampung Rambutan dengan p=0,000. Kebijakan yang mengikat mengenai pengaturan mobilitas kendaraan serta penghijauan masih perlu ditegakkan di Terminal Kampung Rambutan.

Acute Respiratory Infection (ARI) is a disease that is often found in people's lives. ARI continued to increase from 7.2 million cases in 2007 to more than 18.79 million cases by the end of 2011. PM10 is one of the causes of respiratory disorders. This particle is one of the contaminants in the air that produced by motor vehicles.
This study aimed to determine the incidence of PM10 for workers, as well as individual characteristics and climatic factors in Kampung Rambutan Terminal. The design of study is cross-sectional. Data collection was done by direct measurement of PM10 in 5 points using the tool Haz Dust EPAM 5000 and interview with questionnaires related ARI.
Analysis of t-test indicate that there is a significant relationship between PM10 and ARI incidence in Kampung Rambutan Terminal with p = 0.000. Policies about greening and mobility vehicles still need to be enforced in Kampung Rambutan Terminal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes
"Infeksi Saluran Penfasasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan kapang yang ada dalam debu berukuran tertentu. Dapat golongkan dengan Pneumonia berat dan bukan Pnemonia untuk kelompok umur kurang dari dua bulan dan Pnemonia berat, Pnemonia sedang dan bukan Pnemonia untuk kelompok umur dua bulan sampai lima tahun. Kejadian ISPA diperkirakan 10-20% penderita penyakit di Indonesia atau dengan kejadian 1102.542 kasus yang dilaporkan oleh Puskesmas dan 810.124 kasus yang dilaporkan rumah sakit. Di Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya di Kecamatan Payakumbuh masih merupakan masalah kesehatan yang utama dimana persentasenya 42,39 % tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak yang di laporkan Puskesmas Kato Baru Simalanggang.
Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mama pajanan PM10 terhadap resiko ISPA pada Balita tahun 2006 dengan lingkungan rumah dan sumber pencemaran dalam rumah lainnya dalam rumah sebagai faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross sectional dengan populasi balita yang berada di Kecamatan Payakumbuh sedangkan yang menjadi sample adalah balita yang terpilih dengan six!imatic random sampling. Data diperoleh dengan pengukuran kadar PM10, dan kelembaban, observasi dan pengamatan terhadap luas ventilasi dan iuas rumah dan wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap responden. Analisis data meliputi anal isis Univariat, Bivariat, Multivariat dan Uji lnteraksi.
Hasil uji Bivariat terdapat lima variabel yang mempunyai hubungan yang berrnakna dengan kejadian ISPA Balita yaitu: PM10. luas ventilasi rurnah, kepadatan hunian, kebiasaan merokok anggota keluarga dan bahan bakar masak dengan nilai p < 0,05, yaitu PMio OR = 3,07 (95%CI: 1,98 - 4,76) nilai p = 0,00, luas ventilasi OR = 3,48 (95%CI: 2,23 - 5,43) nilai p = 0,00, kepadatan hunian OR = 1,95 (95%CI: 1,15 - 3,32) nilai p = 0,02 kebiaaan merokok OR = 1,76 (95%CI: 1,08 - 2,87) nilai p = 0,03, dan bahan bakar masak OR = 3,74 (95% CI : 1,87 - 7,45) nilai p = 0,00 dengan kejadian ISPA Balita. Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Departemen Kesehatan diharapkan menggalakkan upaya imunisasi dalam pencegahan terhadap ISPA.. Untuk pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA perlu ditunjang dengan persyaratan perumahan sehat dan patut jadi kajian bagi Dinas Kesehatan Kabupaten, Propinsi maupun Departemen Kesehatan, Kepada masyarakat disarankan agar ventilasi rumah minimal 10 % dan luas lantai dan perlunya diberi penyuluhan kepada masyarakat agar tidak merokok dalam rumah dan penggunaan bahan bakar gas untuk keperluan memasak sehari-hari.

Acute respiratory infections (ARI) are a group of diseases that can be induced by air pollution in homes. In Indonesia, the prevalence of ARI is estimated around 10-20% of cases, 1,702,542 cases reported from community health centres (Puskesmas) and 810,124 cases reported from hospitals. In Lima Puluh Kota District, especially in Payakumbuh Subdistrict, ARI remains a major health problem where it is one of the top tell diseases reported by Moto Baru Simalanggang Community Health Center with a prevalence of 42.39%.
The objective of this study is to elucidate the extent of PMIO in affecting risks of ART among toddlers during 2006, with house environment and pollution sources in homes as affecting factors. This study used a cross-sectional research design using systematic random sampling, with toddlers in Payakumbuh Sub District as samples. Data obtained by measuring the level of PMIO and humidity, observing the coverage of ventilation and house area, as well as conducting interviews using questionnaire. Data were analyzed with univariate, bivariate.
Bivariate analysis results showed that there are five variables with significant correlation with the incidence of ARI among toddlers. all with p values < 0.05, namely PM 10 with p value = 0.00 and OR = 3.07 (95%Cl: 1.98-4.76), coverage of ventilation in homes with p value = 0.00 and OR = 3.48 (95%CI: 2.23-5.43), population density in homes with p value = 0.02 and OR = 1.95 (95%CI: L15-3.32), smoking habit within family members with p value = 0.03 and OR = 1.76 (95%CI: 1.08-2.87), and fuel used for cooking with p value = 0.00 and OR = 3.74 (95%C1: 1.87-7.45), It is suggested that the community should he educated to not smoke inside the house, ensure that houses have coverage of ventilation of at least 10% of floor area, and never bring the children along when cooking in the kitchen. District and Provincial Health Offices and Ministry of Health should provide health education to the community regarding all of the above."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Nugroho
"Rumah Sakit Dharmais terletak di jalan Letjen S Parman Kav.84 - 86 , Slipi Jakarta Barat di bangun diatas tanah milik pemerintah seluas 38.920 m³. Berdasarkan data Poli karyawan rumah sakit kanker dharmais dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Maret 2012 dari jenis penyakit yang ada ISPA menduduki peringkat pertama disusul diare, dermatitis, gastritis dll.
Dari 15 jenis penyakit umum tersebut dengan total kunjungan karyawan 1423 orang menunjukkan adanya kasus kejadian ISPA sebanyak 57,27 % (815 orang), diare 6,60 % (94 orang), dermatitis 5.13 % (73 orang), gastritis 5,55% (79 orang) sisanya penyakit lainnya 18,13 % (258 orang) selama periode tahun 2012. Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan konsentrasi kadar debu PM10 dengan gejala ISPA pada karyawan Rumah Sakit.
Dalam penelitian ini varibel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap kejadian gejala ISPA diteliti juga diantaranya : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan beristirahat, kebiasaan merokok, Penelitian dilakukan dengan metode Cross Sectional dengan mengambil sampel 105 responden karyawan perkantoran rumah sakit. Analisis data mencakup analisis univariat dan bivariat.
Hasil analisis Bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna/ signifikan antara konsentrasi kadar debu PM10 dengan gejala ISPA (p= 1,000, OR=1,244). Terdapat hubungan yang bermakna/ signifikan antara tingkat pendidikan dengan gejala ISPA (p= 0,012, OR=5,319). Faktor umur, jenis kelamin, kebiasaan kerja, lokasi kerja, kebiasaan merokok, lama bekerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian gejala ISPA pada karyawan kantor rumah sakit Kanker Dharmais.

Dharmais Hospital is located on the road Lt. S Parman Kav.84 - 86, West Jakarta Slipi built on government land area of 38 920 m³. Based on the Poly employees Dharmais Cancer Hospital from January 2012 to March 2012 from an existing respiratory diseases ranked first followed by diarrhea, dermatitis, gastritis, etc.
Of the 15 types of common diseases with a total of 1423 employees visit people showed the incidence of ARI cases as much as 57.27% (815 persons), diarrhea 6.60% (94 people), dermatitis 5:13% (73 people), gastritis 5.55% (79 people) other diseases remaining 18.13% (258 persons) during the period of 2012. Therefore conducted a study to look at the relationship of PM10 dust concentration with ARI symptoms in hospital employees.
In this research, other variables that may affect the incidence of respiratory symptoms studied also include: age, gender, education level, resting habits, smoking habits, research conducted by the method of Cross Sectional by taking a sample of 105 respondents employees of the hospital office. Data analysis included univariate and bivariate analysis.
Bivariate analysis results showed that there was no significant relationship / significant correlation between concentrations of PM10 dust levels with respiratory symptoms (p = 1.000, OR = 1.244). There is a significant relationship / significant relationship between level of education with symptoms of respiratory infection (p = 0.012, OR = 5.319). Factors age, sex, work habits, work location, smoking habits, the old work did not have a significant association with the incidence of respiratory symptoms in office workers Dharmais Cancer Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Faruli
"Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada balita. Selama tiga tahun berturut-turut menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi partikulat (PM10) udara dalam rumah dengan infeksi saluran pernafasan akut di wilayah kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Karawang. PM10 diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Waktu pelaksanaan penelitian antara bulan Pebruari-Mei 2014. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 130 orang.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa 82,3% balita yang diteliti mengalami ISPA dan 83,1% balita tinggal di dalam rumah dengan konsentrasi PM10> 70 µg/m3. Risiko balita untuk mengalami ISPA adalah sebesar 1,44 kali pada balita denganPM10> 70 µg/m3; 2,39 kali pada balita dengan dinding rumah tidak memenuhi syarat; 2,29 kali balita dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat; 10,10 kali pada balita yang terdapat penderita ISPA serumah; dan 1,47 kali pada balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap.

Acute Respiratory Infection is one of the causes of morbidity and mortality in infants. For three consecutive years ranked first of the ten most diseases in PHC Falkirk. This study aims to determine the relationship between the concentrated of particulate matter (PM10) in the air with acute respiratory tract infections in Puskesmas Karawang, Karawang regency. PM10 was measured at room toddlers often sleep and performed once in each respondent's house. The timing of the study between the months of February-May 2014. This study designed using cross design sectional by sample size of 130 people.
The results show that 82.3% of toddler were studied experienced ISPA and 83.1% of toddler living in homes with concentrations of PM10> 70 μg/m3. Toddler risk for experiencing ISPA is 1.44 times the toddler with a PM10> 70 μg/m3; 2.39 times the toddler with a wall of the house does not qualify; 2.29 times with a density the occupancy toddler does not qualify; 10.10 times in toddlers ISPA patients who are at home; and 1.47 times in toddler who do not get complete immunization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindawaty
"Penyakit ISPA menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan selama tiga tahun berturut-turut menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Kecamatan Mampang Prapatan. Jumlah balita sebanyak 10.376 balita, dengan jumlah kasus ISPA untuk bayi golongan umur <1 tahun sebanyak 37,94% (3.937 kasus) dan balita golongan umur 1-5 tahun sebanyak 82,61% (8.572 kasus).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan partikulat (PM10) udara rumah tinggal dengan ISPA pada balita di Kecamatan Mampang Prapatan. PM10 dalam rumah diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Rentang waktu penelitian antara bulan Nopember 2009 - Februari 2010.
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi adalah balita yang tinggal di Kecamatan Mampang Prapatan. Kasus adalah balita penderita baru ISPA berdasarkan diagnosa dokter di Klinik MTBS Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, penyakit tersebut baru terdiagnosis pada bulan Nopember 2009 sampai dengan Februari 2010. Kontrol adalah balita yang tidak menderita ISPA, berjenis kelamin sama dan merupakan tetangga terdekat sampel kasus. Jumlah sampel seluruhnya 180 responden terdiri dari 90 kasus dan 90 kontrol.
Hasil analisis bivariat dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan 11 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita, yaitu PM10 dengan nilai p = 0,000 (5,73; 2,95-11,15), ventilasi p = 0,003 (3,08; 1,42-6,68), kelembaban p = 0,001 (2,99; 1,55-5,76), suhu p = 0,000 (31,00; 12,10-79,42), jenis lantai p = 0,032 (2,15; 1,02-4,56), lubang asap dapur p = 0,001 (3,66; 1,60-8,35), pencahayaan p = 0,000 (7,61; 3,87-14,95), jenis bahan bakar memasak p = 0,017 (8,68; 1,06-70,93), asap rokok p = 0,030 (2,04; 1,02-4,06), obat nyamuk bakar p = 0,007 (~), dan status gizi p = 0,000 (3,77; 1,75-8,12).
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara partikulat (PM10) udara rumah tinggal dengan kejadian ISPA (p<0,05) pada balita yang dipengaruhi oleh suhu dan pencahayaan. Kadar PM10 yang tidak memenuhi syarat (>70 µg/m3) mempunyai peluang untuk menjadi penyebab ISPA pada balita sebesar 5,23 kali dibandingkan dengan PM10 dalam rumah yang memenuhi syarat (<70 µg/m3) setelah dikontrol suhu dan pencahayaan. Disarankan agar masyarakat menggunakan ventilasi yang memenuhi syarat (≥10% luas lantai), agar partikulat (PM10), suhu dan pencahayaan ruang dalam rumah memenuhi persyaratan kesehatan dan merubah perilaku menutup ventilasi untuk meningkatkan aliran udara segar dari luar ke dalam rumah.

ARI disease has become a serious public health problem and for three consecutive years and ranked first of the ten most diseases in the District of Mampang Prapatan. This is proven by the number of 10 376 children under five, with the number of cases of infant respiratory infection for age groups <1 year were 37.94% (3937 cases) and children 1-5 years age group as much as 82.61% (8572 cases).
This study aims to determine the relationship particulate matter (PM10) air houses with ARI among children under five in sub Mampang Prapatan. PM10 is measured in a room where toddlers take place to sleep and is done once in each home respondents. The period research time was taken between November 2009 and February 2010.
This research design is case control. The population is consisted of children under five years-old who domicile in Mampang Prapatan District. The case is under five new patients with ARI based IMCI Clinical diagnosis of doctors at PHC Sub Mampang Prapatan, the disease newly diagnosed in November 2009 until February 2010. Controls are infants who do not suffer from ARI, same sex and is a nearest neighbor sample cases. The number of full sample of respondents consisted of 90 180 cases and 90 controls.
The results of bivariate analysis with a confidence level of 95% showed 11 variables associated with the occurrence of ARI in young children, namely PM10 with p = 0.000 (5.73, 2.95 to 11.15), ventilation, p = 0.003 (3.08; 1 0.42-6, 68), humidity p = 0.001 (2.99, 1.55 to 5.76), temperature p = 0.000 (31.00, 12.10 to 79.42), floor type p = 0.032 ( 2.15, 1.02 to 4.56), kitchen smoke hole p = 0.001 (3.66, 1.60 to 8.35), lighting p = 0.000 (7.61, 3.87 to 14.95) , type of cooking fuel p = 0.017 (8.68, 1.06 to 70.93), cigarette smoke p = 0.030 (2.04, 1.02 to 4.06), mosquito coil p = 0.007 (~) , and nutritional status p = 0.000 (3.77, 1.75 to 8.12).
Therefore, it is concluded that there is a relationship between particulate matter (PM10) air dwelling house with the incidence of ARI (p <0.05) in infants who are influenced by temperature and lighting. PM10 levels are not eligible (> 70 μg/m3) have the opportunity to be a cause of respiratory infection in infants by 5.23 times compared with PM10 in homes that meet the requirements (<70 μg/m3) after a controlled temperature and lighting. Finally, it is highly recommended that people should use a qualified ventilation (≥ 10% floor area), so that particulate matter (PM10), temperature and lighting in their homes fit the health requirements and changing behaviors to close vents to increase the flow of fresh air from outside into the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Halim
"Dukuh Tukrejo, Desa Bondo, Jepara, Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah dengan jumlah industri mebel terbanyak, yaitu ± 9 industri. Selain itu, sebagian besar penduduk di daerah tersebut bekerja sebagai pengrajin kayu. Peningkatan risiko ISPA pada masyarakat juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan di daerah tersebut. Kejadian suatu penyakit dapat disebabkan karena adanya interaksi antara komponen host, agent, dan environment. Akan tetapi adanya perubahan pada salah satu komponen dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan yang berujung pada penyakit. Faktor risiko terjadinya ISPA dapat dipengaruhi oleh faktor host (umur, imunitas, pendidikan, pengetahuan, dan lainlain), faktor agent (jumlah mikroorganisme penyebab atau konsentrasi polutan di lingkungan), dan faktor environment (misalnya faktor lingkungan kerja atau lingkungan fisik rumah). Menganalisis hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pekerja mebel di Dukuh Tukrejo, Desa Bondo, Jepara, Jawa Tengah 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi yang digunakan adalah cross sectional, yaitu studi yang mengukur variabel independen (faktor lingkungan) dan dependen (Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ISPA) secara bersamaan. Adapun data yang dikumpulkan adalah ada atau tidaknya gejala ISPA yang dialami oleh pekerja mebel serta variabel-variabel yang mempengaruhi, yaitu data karakteristik individu (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama bekerja dan jenis pekerjaan, perilaku merokok, dan penggunaan Alat Pelindung Diri/APD); faktor lingkungan kerja (meliputi suhu udara, kelembaban, dan pencahayaan ruang kerja); dan faktor lingkungan fisik rumah (meliputi suhu udara, kelembaban udara, pencahayaan, ventilasi, atap rumah dominan, lantai rumah dominan, dinding rumah dominan, dan kepadatan hunian, dan keberadaan pencemaran udara dalam rumah)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimi
"Pendahuluan: ISPA sering disalahartikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas, padahal ISPA tidak hanya menyerang saluran pernafasan atas namun juga mencakup saluran pernafasan bawah. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak hingga menimbulkan penyakit saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor karakteristik individu dan lingkungan terhadap kejadian ISPA pada balita.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study (studi potong lintang), jumlah sampel 163 balita, lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pancasan, waktu penelitian dari tgl 27 April-30 Mei 2019.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 41,1% balita menderita ISPA, secara statistik variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA adalah jenis kelamin (OR:2,89) dan umur (OR:2,04).
Kesimpulan: Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita baik dari karakteristik balita, karakteristik orangtua, karakteristik lingkungan fisik rumah dan sarana pelayanan kesehatan itu sendiri.
Saran: Pentingnya peran petugas kesehatan terutama meningkatkan kesadaran orangtua dalam memelihara dan menjaga kesehatan anak, memelihara kesehatan lingkungan serta adanya kerja sama lintas program serta lintas sektor.

Introduction: ARI is often misinterpreted as upper respiratory tract infection, whereas ARI does not only attack the upper respiratory tract but also includes the lower respiratory tract. Infection is the entry of germs or microorganisms into the human body and proliferates to cause respiratory tract diseases ranging from the nose to the alveoli and their adnex such as the sinuses, middle ear cavity and pleura.
Objective: This study aims to determine the effect of individual and environmental characteristic factors on the incidence of ARI in infants.
Method: This study used a cross sectional study design, the number of samples of 163 toddlers, the study location in the work area of the Pancasan Health Center, the time of the study from 27 April to 30 May 2019.
Results: The results showed 41.1% of children under five suffered ARI, statistically the variables associated significantly with the incidence of ARI were gender (OR: 2.89) and age (OR: 2.04).
Conclusion: Many factors can influence the incidence of ARI in infants, both from the characteristics of children under five, parental characteristics, characteristics of the physical environment of the home and the health service facilities themselves.
Suggestion: The importance of the role of health workers especially to increase parents awareness in maintaining and maintaining children`s health, environment health and the existence of cross-program and cross-sector cooperation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Nurmy
"Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada balita. Di wilayah Puskesmas Telaga Murni yang berada di sekitar industri baja, ISPA menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak. Jumlah kasus baru ISPA untuk umur 1-4 tahun yaitu 56,15 % dan umur 0-1 tahun mencapai 62,0 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan partikulat matter 10 mikron (PM10) udara dalam ruang rumah dengan ISPA pada balita di Kecamatan Cikarang Barat dan Kecamatan Sukatani. PM10 dalam rumah diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Rentang waktu penelitian antara bulan Maret-Mei 2015.
Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif. Populasi terpajan adalah balita bertempat tinggal di wilayah pemukiman yang berjarak 1 kilometer dan populasi tidak terpajan adalah balita yang berjarak lebih 10 kilometer dari industri baja. Jumlah sampel seluruhnya 80 balita terdiri dari 40 kelompok terpajan dan 40 kelompok tidak terpajan. Hasil analisis bivariat dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan 6 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita, yaitu PM10 dengan nilai p = 0,000, jarak rumah tinggal dengan industri dengan nilai p = 0,025, Vitamin A dengan nilai p = 0,023, ASI Eksklusif dengan nilai p=0,045, perokok dalam rumah dengan nilai p=0,040 dan penggunaan obat nyamuk bakar dengan nilai p = 0,009.
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara PM10 udara ruangan dengan kejadian ISPA (p<0,05) pada balita yang dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal dan vitamin A. Kadar PM10 yang tidak memenuhi syarat (>70 μg/m3) mempunyai peluang untuk menjadi penyebab ISPA pada balita sebesar 5,37 kali dibandingkan dengan PM10 dalam rumah yang memenuhi syarat (<70 μg/m3) setelah dikontrol jarak tempat tinggal dan vitamin A. Disarankan kepada masyarakat untuk tidak merokok dalam rumah dan teratur dalam pemberian vitamin A pada balita saat kegiatan posyandu.

ARI (Acute Respiratory Infections) is a disease that often occurs in infants. In the area of Telaga Murni Health Center around Steel Industry, ARI diseases has become a serious public health problem and ranked first of the ten most diseases in Cikarang Barat Sub-District, and Sukatani Sub-District. The number of new cases of ARI for ages 1-4 years is 56.15% and the age of 0-1 years to reach 62.0%. The purpose of this study was to determine the relationship of particulate matter (PM10) house air with a respiratory infection in infants in Bekasi. PM10 are measured in the room in the house sleeping toddlers and performed one time in each house of the respondents. The study period between March-May 2015.
This study was a retrospective cohort. Exposed population is children residing in residential areas within 1 kilometer and the population is not exposed infants within 10 kilometers of the steel industry. Total sample of 80 toddlers consists of 40 groups of exposed and 40 unexposed group. Bivariate analysis results with a 95% confidence level showed 6 variables associated with the incidence of acute respiratory infection in infant, namely PM10 with a value of p = 0.000, a distance of residences with the industry with a value of p = 0.025, Vitamin A with p = 0.023, with the value of exclusive breastfeeding p = 0.045, smoker in homes with a value of p = 0.040 and the use of mosquito coils with a value of p = 0.009.
Concluded that there is a relationship between particulate matter (PM10) air-conditioned room with ARI (p <0.05) in infants who are affected by distance and vitamin A. Levels of PM10 are not eligible (> 70 ug / m3) have the opportunity to be cause of ARI in infants by 5.37 times compared to PM10 in homes that qualify (<70 ug / m3) after controlled within the residence and vitamin A. It is recommended to the people not to smoke in the house and regularly in the provision of vitamin A in infants when Posyandu activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>